Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT

“FEMINISME DALAM KARYA SASTRA RONGGENG DUKUH PARUK


DAN FILM ALADDIN LIVE ACTION”

Dosen Pengampu: Irma Surayya Hanum, M. Pd.

Disusun Oleh :

1. Angata Tarisa (2014016023)

2. M. Darwis Aswin (2014016024)

3. M. Yusril (1814015042)

4. Rachel Yasmin Azzahra (2014016022)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan tugas yang telah diamanahkan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Filsafat dan Dialetika
Pemikiran. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan bagi kami, para mahasiswa-mahasiswi yang masih kurang terhadap ilmu
pengetahuan.

Makalah berjudul “Feminisme Dalam Karya Sastra” ini dapat terlaksana karena
tak lepas dari segala kerja keras bersama. Kami berharap apa yang hendak kami
sampaikan melalui makalah ini dapat tersampaikan dengan baik.

Dengan segala kekurangannya, penulis menyadari bahwasanya makalah


yang telah tersusun ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangannya, maka dari itu, kami siap menerima saran dan kritik agar kami
dapat memperbaikinya di lain kesempatan.

Demikian yang dapat kami sampaikan, terima kasih atas perhatiannya.

Samarinda, 05 November 2020

Kelompok 7

2
Daftar Pustaka

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
Daftar Pustaka....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1. Latar Belakang........................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3. Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
ISI......................................................................................................................................5
2.1. Pengertian Feminisme.............................................................................................5
2.2. Perkembangan Feminsime......................................................................................7
2.3. Tokoh-Tokoh Feminisme........................................................................................8
2.4. Feminisme Dalam Karya Sastra Ronggeng Dukuh Paruk.......................................9
2.5. Feminisme Radikal Yang Berlebihan Dalam Film Aladdin..................................11
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................13
3.2. Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Zaman dahulu kedudukan seorang wanita sering dianggap remeh dan laki-
laki sering menjadikan wanita sebagai alat mereka sampai aliran Feminisme lahir
untuk memperjuangkan hak wanita agar sama seperti laki-laki. Banyak tokoh-
tokoh hebat yang menganut aliran Feminisme, contoh saja dalam negeri ada
Raden Ajeng Kartini yang selama zaman penjajahan memperjuangkan hak wanita
agar bisa sekolah seperti laki-laki.

Dalam karya sastra seperti novel atau cerpen sering menangkat isu
Feminisme seperti karya sastra yang kami hendak bahas yaitu Ronggeng Dukuh
Paruk dan Film Aladdin Live Action.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, kita mendapat beberapa masalah yang dapat
dibahas :

1. Apa Pengertian Feminisme?

2. Bagaimana Perkembangan Feminisme?

3. Siapa saja Tokoh-Tokoh Feminisme?

4. Contoh Feminsime Dalam Karya Sastra?

1.3. Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini untuk memberitahukan kepada teman-
teman tentang Feminisme dalam karya sastra yang sepertinya bagus untuk dibahas
sama-sama sekaligus menambah pengetahuan tentang Feminsime.

4
BAB II

ISI

2.1. Pengertian Feminisme


Menurut KBBI, Feminisme adalah gerakan perempuan yang menuntut
persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki. Sedangkan
secara etimologis Feminisme berasal dari kata femme (woman), berarti
perempuan yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan
(jamak), sebagai kelas sosial. Tujuan Feminisme adalah keseimbangan, interelasi
gender. Dalam pengertian yang lebih luas, Feminisme adalah gerakan kaum
wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan,
dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan
ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya.

Selain itu terdapat beberapa aliran dalam Feminisme antara lain :

A. Feminisme Liberal

Feminisme Liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang


memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan
bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan
antara dunia privat dan publik. Setiap manusia -demikian menurut mereka-
punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula
pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakangan pada perempuan
ialah karena kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus
mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka
"persaingan bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki.

Feminis Liberal memilki pandangan mengenai negara sebagai penguasa


yang tidak memihak antara kepentingan kelompok yang berbeda yang
berasal dari teori pluralisme negara. Mereka menyadari bahwa negara itu

5
didominasi oleh kaum Pria, yang terefleksikan menjadi kepentingan yang
bersifat “maskulin”, tetapi mereka juga menganggap bahwa negara dapat
didominasi kuat oleh kepentiangan dan pengaruh kaum pria tadi.
Singkatnya, negara adalah cerminan dari kelompok kepentingan yang
memiliki kendali atas negara tersebut. Untuk kebanyakan kaum Feminis
Liberal, perempuan cendrung berada “di dalam” negara hanya sebatas
warga negara bukannya sebagai pembuat kebijakan. Karena itu, ada
ketidaksetaraan perempuan dalam hal politik atau bernegara. Pun dalam
perkembangan berikutnya, pandangan dari kaum Feminis Liberal
mengenai “kesetaraan” setidaknya memiliki pengaruhnya tersendiri
terhadap perkembangan “pengaruh dan kesetaraan perempuan untuk
melakukan kegiatan politik seperti membuat kebijakan di sebuah negara”.
[ CITATION Ton97 \l 1057 ]

B. Feminisme Radikal

Feminisme radikal adalah sudut pandang feminis yang ingin melakukan


perubahan radikal dalam masyarakat dengan menghapuskan semua bentuk
supremasi laki-laki dalam konteks sosial dan ekonomi. [ CITATION Wil84 \l
1057 ]

Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap


perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan
objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu,
feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak
reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa
perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-publik. "The personal is
political" menjadi gagasan anyar yang mampu menjangkau permasalahan
prempuan sampai ranah privat, masalah yang dianggap paling tabu untuk
diangkat ke permukaan. Informasi atau pandangan buruk (black
propaganda) banyak ditujukan kepada feminis radikal. Padahal, karena
pengalamannya membongkar persoalan-persoalan privat inilah Indonesia

6
saat ini memiliki Undang Undang RI no. 23 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

C. Feminisme Marxis

Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik


kapitalisme. Asumsinya bahwa sumber penindasan perempuan berasal dari
eksploitasi kelas dan cara produksi. Teori Friedrich Engels dikembangkan
menjadi landasan aliran ini—status perempuan jatuh karena adanya
konsep kekayaaan pribadi (private property). Kegiatan produksi yang
semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadi
keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki mengontrol produksi untuk
pertukaran dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan
sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari properti.
Sistem produksi yang berorientasi pada keuntungan mengakibatkan
terbentuknya kelas dalam masyarakat—borjuis dan proletar. Jika
kapitalisme tumbang maka struktur masyarakat dapat diperbaiki dan
penindasan terhadap perempuan juga dihapus.

2.2. Perkembangan Feminsime

Gerakan feminisme dimulai sejak akhir abad ke- 18 dan berkembang pesat
sepanjang abad ke-20 yang dimulai dengan penyuaraan persamaan hak politik
bagi perempuan. Tulisan Mary Wollstonecraft yang berjudul A Vindication of The
Rights of Woman dianggap sebagai salah satu karya tulis feminis awal yang berisi
kritik terhadap Revolusi Prancis yang hanya berlaku untuk laki-laki namun tidak
untuk perempuan. Satu abad setelahnya di Indonesia, Raden Ajeng Kartini ikut
membuahkan pemikirannya mengenai kritik keadaan perempuan Jawa yang tidak
diberikan kesempatan mengecap pendidikan setara dengan laki-laki selain dari
kritik terhadap kolonialisme Belanda. Di akhir abad 20, gerakan feminis banyak
dipandang sebagai sempalan gerakan Critical Legal Studies, yang pada intinya

7
banyak memberikan kritik terhadap logika hukum yang selama ini digunakan,
sifat manipulatif dan ketergantungan hukum terhadap politik, ekonomi, peranan
hukum dalam membentuk pola hubungan sosial, dan pembentukan hierarki oleh
ketentuan hukum secara tidak mendasar.

Walaupun pendapat feminis bersifat pluralistik, namun satu hal yang


menyatukan mereka adalah keyakinan mereka bahwa masyarakat dan tatanan
hukum bersifat patriaki. Aturan hukum yang dikatakan netral dan objektif sering
kali hanya merupakan kedok terhadap pertimbangan politis dan sosial yang
dikemudikan oleh idiologi pembuat keputusan, dan idiologi tersebut tidak untuk
kepentingan wanita. Patriaki dalam masyarakat dan ketentuan hukum merupakan
penyebab ketidakadilan, dominasi dan subordinasi terhadap wanita, sehingga
sebagai konsekuensinya adalah tuntutan terhadap kesederajatan gender.
Kesederajatan gender tidak akan dapat tercapai dalam struktur institusional
ideologis yang saat ini berlaku.

Feminis menitikberatkan perhatian pada analisis peranan hukum terhadap


bertahannya hegemoni patriaki. Segala analisis dan teori yang kemudian
dikemukakan oleh feminis diharapkan dapat secara nyata diberlakukan, karena
segala upaya feminis bukan hanya untuk menghiasi lembaran sejarah
perkembangan manusia, namun lebih kepada upaya manusia untuk bertahan
hidup. Timbulnya gerakan feminis merupakan gambaran bahwa ketentuan yang
abstrak tidak dapat menyelesaikan ketidaksetaraan.

2.3. Tokoh-Tokoh Feminisme

1. Raden Ajeng Kartini

Pahlawan nasional Indonesia yang menggagas pendidikan untuk


perempuan Jawa sebagai bentuk pemenuhan hak perempuan. Terlahir
dalam keluarga aristokrat Jepara yang bercita-cita untuk sekolah tinggi

8
namun tidak diizinkan oleh keluarganya. Korespondensi Kartini dengan
para feminis Belanda diterbitkan post-mortem oleh J. H. Abendanon
dengan judul Door Duisternis tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah
Terang.

2. Malala Yousafzai

Perempuan muda asal Pakistan yang meraih Penghargaan Nobel


Perdamaian dalam usia 17 tahun sebagai peraih Penghargaan Nobel
termuda. Malala banyak menuliskan tentang pengalamannya sebagai
perempuan pelajar di kampung halamannya Swat Valley Pakistan yang
dikuasai oleh Taliban dan melarang anak-anak perempuan untuk
bersekolah. Tulisan-tulisannya yang dimuat di blog BBC menuai ancaman
yang berujung pada percobaan pembunuhan dirinya oleh Taliban pada 9
Oktober 2012.

3. Mary Wollstonecraft

Penulis dan filsuf Inggris sekaligus advokat hak perempuan pada abad ke-
18 dengan karyanya yang terkenal berjudul A Vindication of the Rights of
Woman. Bukunya berisi tentang pentingnya pendidikan untuk perempuan
serta peran perempuan dalam negara sebagai sosok pendidik anak-anak
dan pendamping laki-laki. Dalam buku ini, Wollstonecraft juga
menekankan bahwa perempuan adalah manusia yang berhak atas hak dasar
sebagaimana laki-laki.

2.4. Feminisme Dalam Karya Sastra Ronggeng Dukuh Paruk

Ronggeng Dukuh Paruk adalah novel berlatar belakang budaya, dengan


perempuan diposisikan sebagai pelaku dalam pemertahanan budaya lokal di
daerah tersebut. Posisi perempuan sebagai pelaku dalam pemertahan budaya

9
melalui perang ronggeng lebih didominasi peristiwa-peristiwa seks, seperti jual
beli seks dan kawin kontrak. Dalam konteks pelaku laki-laki dalam novel,
mendudukkan perempuan sebagai pelaku yang tertindas. Penindasanya terletak
pada pemikiran kontradiktif, yakni pemertahanan budaya lokal dan jual-beli tubuh
perempuan dalam keadaan bagaimanapun dan kapanpun. Ini adalah sebuah
kesenjangan bahakan penindasan terhadap kaum perempuan. Ini adalah upaya
Ahmad Tohari untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa penindasan perempuan
ke dalam karya sastranya.

Novel berjudul Ronggeng Dukuh Paruk ini bercerita tentang seorang


tokoh bernama Srintil yang menjadikan profesi ronggeng sebagai jalan pilihan
hidupnya di kala usianya yang tergolong masih sangat muda. Profesi ini ia pilih
karena sang tokoh memiliki bakat menari sedari kecil. Seperti tergambar pada
kutipan di bawah ini :

Siapa yang akan percaya, tak seorang pun pernah mengajari Srintil menari dan
bertembang. Siapa yang akan percaya, belum sekali pun Srintil pernah melihat
pentas ronggeng. Ronggeng terakhir di Dukuh Paruk mati ketika Srintil masih
bayi. Tetapi di depan Rasus, Warta, dan Darsun, Srintil menari dengan baik …
[ CITATION Toh82 \l 1057 ]

Meskipun Ahmad Tohari bukanlah seorang pengarang perempuan, akan


tetapi pada novel ini beliau begitu menunjukkan kepiawaiannya dalam membuat
karya sastra yang berbau feminisme sehingga penciptaan karakter perempuan
pada tokoh ini pun menjadi terasa lebih hidup dan mirip dengan realitas yang ada.
Hal ini terbukti karena munculnya konflik batin yang dialami oleh tokoh Srintil
sebagai seorang ronggeng yang harus menyerahkan keperawanannya di saat usia
sebelas tahun pun terenggut karena adanya hukum yang berlaku untuk seorang
ronggeng di dukuh paruk.

Novel ini juga mengangkat perempuan dari sisi seksual. Seks digunakan
dalam hal pemertahanan budaya di Dukuh Paruk. Pemertahanan budaya dengan

10
seksual itu sering dilakukan oleh tokoh antagonis dalam novel. Srintil harus
menjual tubuh dan virginitasnya hanya untuk menghormati leluhur yang disebut
Ki Secamenggala. Srintil dalam usia itu belum tahu tentang arti keperawanan atau
nikmatnya seks. Srintil hanya menuruti perintah dukun ronggeng, Nyai Kartareja,
walaupun indung telurnya dipijat hingga Srintil tidak dapat hamil atau melahirkan
anak. Ini adalah sebuah penindasan dan pemaksaan perempuan terutama untuk
mengeruk keuntungan bagi laki-laki atau perempuan yang memeras, pemanfaatan
perempuan terutama seks yang berhubungan dengan persetubuhannya dengan
laki-laki untuk keuntungan sendiri atau sebuah kelompok komunitas terhadap
perempuan dengan dalil pemertahanan budaya atau menghormati leluhur.

Tubuh perempuan terkadang sangat indah untuk dilukiskan. Akan tetapi,


pelukisan itu sering cabul dan merendahkan nilai-nilai keperumpuanan. Tubuh
telanjang milik Srintil adalah penggambaran tokoh dengan mengekploitasi seks
dan tubuhnya. Laki-laki dapat menikamti tubuh perempuan secara gratis, ini
adalah sebuah bentuk eksploitasi seksual yang dilakukan pengarang untuk
menggambarkan tokoh Ronggeng Dukuh Paruk. Ronggeng menurut versi Dukuh
Paruk adalah perempuan yang manari dengan semangat birahi yang tinggi. Selain
itu, ronggeng harus melayani seks lelaki yang haus ketika istri-istri mereka tidak
dapat memuaskan nafsunya. Oleh karena itu, siapa pun perempuan itu, termasuk
Srintil harus melalui persyaratan ritual, yakni melalui tahapan ritual bukak
klambu. Bukak klambu adalah upacara dalam bentuk sayembara diperuntukkan
kepada para lelaki yang ingin menikmati tubuh perawan. Laki-laki yang
mengikuti sayaembara ini harus memberikan mas kawin atau harta kepada dukun
ronggeng. Setelah itu, laki-laki itu berhak untuk menikmati virginitas seorang
perempuan calon ronggeng.

2.5. Feminisme Radikal Yang Berlebihan Dalam Film Aladdin


Seperti yang sudah disebutkan diatas jika Feminisme Radikal lahir akibat
penindasan kaum Patriarki terhadap perempuan. Namun tiba-tiba aliran ini

11
menjadi berlebihan hingga merusak sesuatu yang menjadi turun-temurun seperti
film Aladdin Live Action yang ditayangkan tahun 2019 lalu.

Sebelum lanjut mungkin ada yang bertanya dalam hati, apakah film
termasuk karya sastra? Jawabnnya iya, karena film kebanyakan mengadaptasi
cerita dari karya sastra seperti novel. Jadi anggap saja film adalah karya sastra
yang divisualisasikan.

Baiklah, seperti yang kami singgung diawal jika Film Aladdin adalah
bentuk Feminisme Radikal yang berlebihan. Kenapa kami berpendapat seperti itu?
Karena diakhir cerita film Aladdin diperlihatkan jika ayah Putri Jasmine
mengubah pertaruran kerajaan jika seorang wanita bisa menjadi sultan. Itu adalah
kesalahan terbesar yang pernah kami lihat dalam dunia perfilman karena tidak ada
dalam sejarah di dunia timur tengah yang mengatakan jika seorang wanita bisa
menjadi sultan. Kecuali sultanah yang kedudukannya masih dibawah sultan,
namun di film Aladdin ini benar-benar sulatn seorang wanita dengan kedudukan
monarki.

Dalam menulis cerita kita diperbolehkan berimajinasi dengan liar namun


tidak harus merusak sejarah dan tradisi dengan sangat parah. Mungkin ada yang
berkata “Ah, hanya film saja dipermasalahkan”, walaupun hanya film tapi tetap
saja tidak boleh merusak tradisi seperti itu. Jika ada orang yang tidak tahu sejarah
dan menonton film Aladdin maka mereka akan menyangka jika perempuan bisa
menjadi sultan, terutama jika anak-anak yang menonton maka premis perempuan
bisa menjadi sultan akan tertanam dikepala mereka hingga besar.

Kami mengerti jika aliran Feminisme Radikal ingin menghapus Patriarki


yang dianggap menindas perempuan tapi tidak seperti ini juga. Sultan itu laki-laki
sudah jadi tradisi di dunia timur dahulu dan tradisi itu tidak dapat diubah
walaupun dalam karya sastra.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Feminisme ada untung memperjuangkan hak perempuan yang tertindas
oleh laki-laki yang menganggap perempuan adalah alat pemuas nafsu mereka.
Karya sastra yang mengangkat Feminisme juga bertujuan untuk menandakan
tidak setujuan kepada penindasan terhadap perempuan. Munculnya feminisme ini
juga membawa pengaruh terhadap perubahan kaum perempuan atau wanita dalam
menyikapi posisi, peran dan fungsinya. Isu-isu serta gagasan-gagasan penyetaraan
gender, mempengaruhi kaum perempuan untuk lepas dari 3 posisi dan fungsinya
sebagai perempuan, ibu, dan istri. Gagasan-gagasan ini dinilai baik dalam
pembebasan hak-hak perempuan yang pada akhir mengalami pergeseran
pemikiran atau bahkan melanggar kodratnya sebagai perempuan.

3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap wawasan teman-teman semua
tentang feminisme bertambah dan lebih sadar akan luar biasanya seorang
perempuan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tohari, A. (1982). Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tong, R. (1997). Feminist Thought: A Comprehensive Introduction. USA:


Westview Press.

Willis, E. (1984). Radical Feminism and Feminist Radicalism. Social Text , 91–
118.

https://saa.unida.gontor.ac.id/lgbt-dan-feminisme/

https://www.kompasiana.com/ulfarahmatania/5520f121a333115b4a46cdef/teori-
feminisme-dalam-penelitian-sastra

https://www.csmonitor.com/World/Global-News/2012/1011/My-conversations-
with-Malala-Yousafzai-the-girl-who-stood-up-to-the-Taliban

https://bambangsantoso.wordpress.com/2013/01/23/feminisme-pada-novel-
ronggeng-dukuh-paruk-karya-ahmad-tohari/

14

Anda mungkin juga menyukai