Disusun Oleh :
3. M. Yusril (1814015042)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan tugas yang telah diamanahkan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Filsafat dan Dialetika
Pemikiran. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan bagi kami, para mahasiswa-mahasiswi yang masih kurang terhadap ilmu
pengetahuan.
Makalah berjudul “Feminisme Dalam Karya Sastra” ini dapat terlaksana karena
tak lepas dari segala kerja keras bersama. Kami berharap apa yang hendak kami
sampaikan melalui makalah ini dapat tersampaikan dengan baik.
Kelompok 7
2
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
Daftar Pustaka....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1. Latar Belakang........................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3. Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
ISI......................................................................................................................................5
2.1. Pengertian Feminisme.............................................................................................5
2.2. Perkembangan Feminsime......................................................................................7
2.3. Tokoh-Tokoh Feminisme........................................................................................8
2.4. Feminisme Dalam Karya Sastra Ronggeng Dukuh Paruk.......................................9
2.5. Feminisme Radikal Yang Berlebihan Dalam Film Aladdin..................................11
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................13
3.2. Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam karya sastra seperti novel atau cerpen sering menangkat isu
Feminisme seperti karya sastra yang kami hendak bahas yaitu Ronggeng Dukuh
Paruk dan Film Aladdin Live Action.
1.3. Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini untuk memberitahukan kepada teman-
teman tentang Feminisme dalam karya sastra yang sepertinya bagus untuk dibahas
sama-sama sekaligus menambah pengetahuan tentang Feminsime.
4
BAB II
ISI
A. Feminisme Liberal
5
didominasi oleh kaum Pria, yang terefleksikan menjadi kepentingan yang
bersifat “maskulin”, tetapi mereka juga menganggap bahwa negara dapat
didominasi kuat oleh kepentiangan dan pengaruh kaum pria tadi.
Singkatnya, negara adalah cerminan dari kelompok kepentingan yang
memiliki kendali atas negara tersebut. Untuk kebanyakan kaum Feminis
Liberal, perempuan cendrung berada “di dalam” negara hanya sebatas
warga negara bukannya sebagai pembuat kebijakan. Karena itu, ada
ketidaksetaraan perempuan dalam hal politik atau bernegara. Pun dalam
perkembangan berikutnya, pandangan dari kaum Feminis Liberal
mengenai “kesetaraan” setidaknya memiliki pengaruhnya tersendiri
terhadap perkembangan “pengaruh dan kesetaraan perempuan untuk
melakukan kegiatan politik seperti membuat kebijakan di sebuah negara”.
[ CITATION Ton97 \l 1057 ]
B. Feminisme Radikal
6
saat ini memiliki Undang Undang RI no. 23 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
C. Feminisme Marxis
Gerakan feminisme dimulai sejak akhir abad ke- 18 dan berkembang pesat
sepanjang abad ke-20 yang dimulai dengan penyuaraan persamaan hak politik
bagi perempuan. Tulisan Mary Wollstonecraft yang berjudul A Vindication of The
Rights of Woman dianggap sebagai salah satu karya tulis feminis awal yang berisi
kritik terhadap Revolusi Prancis yang hanya berlaku untuk laki-laki namun tidak
untuk perempuan. Satu abad setelahnya di Indonesia, Raden Ajeng Kartini ikut
membuahkan pemikirannya mengenai kritik keadaan perempuan Jawa yang tidak
diberikan kesempatan mengecap pendidikan setara dengan laki-laki selain dari
kritik terhadap kolonialisme Belanda. Di akhir abad 20, gerakan feminis banyak
dipandang sebagai sempalan gerakan Critical Legal Studies, yang pada intinya
7
banyak memberikan kritik terhadap logika hukum yang selama ini digunakan,
sifat manipulatif dan ketergantungan hukum terhadap politik, ekonomi, peranan
hukum dalam membentuk pola hubungan sosial, dan pembentukan hierarki oleh
ketentuan hukum secara tidak mendasar.
8
namun tidak diizinkan oleh keluarganya. Korespondensi Kartini dengan
para feminis Belanda diterbitkan post-mortem oleh J. H. Abendanon
dengan judul Door Duisternis tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah
Terang.
2. Malala Yousafzai
3. Mary Wollstonecraft
Penulis dan filsuf Inggris sekaligus advokat hak perempuan pada abad ke-
18 dengan karyanya yang terkenal berjudul A Vindication of the Rights of
Woman. Bukunya berisi tentang pentingnya pendidikan untuk perempuan
serta peran perempuan dalam negara sebagai sosok pendidik anak-anak
dan pendamping laki-laki. Dalam buku ini, Wollstonecraft juga
menekankan bahwa perempuan adalah manusia yang berhak atas hak dasar
sebagaimana laki-laki.
9
melalui perang ronggeng lebih didominasi peristiwa-peristiwa seks, seperti jual
beli seks dan kawin kontrak. Dalam konteks pelaku laki-laki dalam novel,
mendudukkan perempuan sebagai pelaku yang tertindas. Penindasanya terletak
pada pemikiran kontradiktif, yakni pemertahanan budaya lokal dan jual-beli tubuh
perempuan dalam keadaan bagaimanapun dan kapanpun. Ini adalah sebuah
kesenjangan bahakan penindasan terhadap kaum perempuan. Ini adalah upaya
Ahmad Tohari untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa penindasan perempuan
ke dalam karya sastranya.
Siapa yang akan percaya, tak seorang pun pernah mengajari Srintil menari dan
bertembang. Siapa yang akan percaya, belum sekali pun Srintil pernah melihat
pentas ronggeng. Ronggeng terakhir di Dukuh Paruk mati ketika Srintil masih
bayi. Tetapi di depan Rasus, Warta, dan Darsun, Srintil menari dengan baik …
[ CITATION Toh82 \l 1057 ]
Novel ini juga mengangkat perempuan dari sisi seksual. Seks digunakan
dalam hal pemertahanan budaya di Dukuh Paruk. Pemertahanan budaya dengan
10
seksual itu sering dilakukan oleh tokoh antagonis dalam novel. Srintil harus
menjual tubuh dan virginitasnya hanya untuk menghormati leluhur yang disebut
Ki Secamenggala. Srintil dalam usia itu belum tahu tentang arti keperawanan atau
nikmatnya seks. Srintil hanya menuruti perintah dukun ronggeng, Nyai Kartareja,
walaupun indung telurnya dipijat hingga Srintil tidak dapat hamil atau melahirkan
anak. Ini adalah sebuah penindasan dan pemaksaan perempuan terutama untuk
mengeruk keuntungan bagi laki-laki atau perempuan yang memeras, pemanfaatan
perempuan terutama seks yang berhubungan dengan persetubuhannya dengan
laki-laki untuk keuntungan sendiri atau sebuah kelompok komunitas terhadap
perempuan dengan dalil pemertahanan budaya atau menghormati leluhur.
11
menjadi berlebihan hingga merusak sesuatu yang menjadi turun-temurun seperti
film Aladdin Live Action yang ditayangkan tahun 2019 lalu.
Sebelum lanjut mungkin ada yang bertanya dalam hati, apakah film
termasuk karya sastra? Jawabnnya iya, karena film kebanyakan mengadaptasi
cerita dari karya sastra seperti novel. Jadi anggap saja film adalah karya sastra
yang divisualisasikan.
Baiklah, seperti yang kami singgung diawal jika Film Aladdin adalah
bentuk Feminisme Radikal yang berlebihan. Kenapa kami berpendapat seperti itu?
Karena diakhir cerita film Aladdin diperlihatkan jika ayah Putri Jasmine
mengubah pertaruran kerajaan jika seorang wanita bisa menjadi sultan. Itu adalah
kesalahan terbesar yang pernah kami lihat dalam dunia perfilman karena tidak ada
dalam sejarah di dunia timur tengah yang mengatakan jika seorang wanita bisa
menjadi sultan. Kecuali sultanah yang kedudukannya masih dibawah sultan,
namun di film Aladdin ini benar-benar sulatn seorang wanita dengan kedudukan
monarki.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Feminisme ada untung memperjuangkan hak perempuan yang tertindas
oleh laki-laki yang menganggap perempuan adalah alat pemuas nafsu mereka.
Karya sastra yang mengangkat Feminisme juga bertujuan untuk menandakan
tidak setujuan kepada penindasan terhadap perempuan. Munculnya feminisme ini
juga membawa pengaruh terhadap perubahan kaum perempuan atau wanita dalam
menyikapi posisi, peran dan fungsinya. Isu-isu serta gagasan-gagasan penyetaraan
gender, mempengaruhi kaum perempuan untuk lepas dari 3 posisi dan fungsinya
sebagai perempuan, ibu, dan istri. Gagasan-gagasan ini dinilai baik dalam
pembebasan hak-hak perempuan yang pada akhir mengalami pergeseran
pemikiran atau bahkan melanggar kodratnya sebagai perempuan.
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap wawasan teman-teman semua
tentang feminisme bertambah dan lebih sadar akan luar biasanya seorang
perempuan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Willis, E. (1984). Radical Feminism and Feminist Radicalism. Social Text , 91–
118.
https://saa.unida.gontor.ac.id/lgbt-dan-feminisme/
https://www.kompasiana.com/ulfarahmatania/5520f121a333115b4a46cdef/teori-
feminisme-dalam-penelitian-sastra
https://www.csmonitor.com/World/Global-News/2012/1011/My-conversations-
with-Malala-Yousafzai-the-girl-who-stood-up-to-the-Taliban
https://bambangsantoso.wordpress.com/2013/01/23/feminisme-pada-novel-
ronggeng-dukuh-paruk-karya-ahmad-tohari/
14