Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

“TUMBUH KEMBANG ANAK SEAT (TUMBANG)”

DISUSUN OLEH:

NAMA : APRYADNO J.AL.F.KOA S.Kep CH.t

NIM : 15.04.048

PRODI : NERS

CI INSTITUSI CI LAHAN

___________________ ______________________

PROGRAM STUDI NERS

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

2016
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMBUH KEMBANG ANAK SEHAT (TUMBANG)

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan
perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan
tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran
(Whalex dan Wone.2000)
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak tidak
hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup
dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
a. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar,
ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat,
panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
b. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk perkembangan
emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk
terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologis,
psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang unik dan hasil akhir
berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap anak.
Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi, dimana
imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di
pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh
melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin
Polio.
Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
Diantara sekian banyaknya imunisasi yang diperlukan anak, satu diantaranya
adalah imunisasi BCG.
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk
TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan
paru), atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung
kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1
kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi pada
umumnya diberikan pada bayi umur 2 – 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi
BCG melalui intradermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah
suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional dan reaksi panas.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbang anak


a. Faktor keturunan (Herediter)
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang anak
melalui instruksi genetic dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan,
gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh kelainan kromosom (contoh;
syndrome down, syndrome turner) juga diakibatkan oleh factor lingkungan yang
kurang memadai.
b. Seks : kecukupan dan perkembangan pada anak laki-laki berbeda dengan
perempuan
c. Ras      : ras/suku bangsa dapat mempengaruhi tumbang anak, beberapa suku
bangsa memiliki karakteristik.
d. Faktor Lingkungan
a) Lingkungan Internal
1) Intelegensi
Pada umunya intelegensi tinggi, perkembangan lebih baik
dibandingkan jika intelegensi rendah.
2) Hormon
Ada 3 jenis hormone yang mempengaruhi anak yaitu somatotropik
untuk pertumbuhan tinggi badan terutama pada masa kanak-kanak,
hormone tiroid menstimulasi pertumbuhan sel interstitial testis,
memproduksi testosterone dan ovarium memproduksi estrogen yang
mempengaruhi perkembangan dan reproduksi.

3) Emosi
Hubungan yang hangat dengan orangtua, saudara teman sebaya
serta guru berpengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial, intelektual
anak, cara anak berinteraksi dengan keluarga akan mempengaruhi interaksi
anak diluar rumah.
b) Lingkungan Eksternal
1) Kebudayaan
Budaya keluarga /masyarakat mempengaruhi bagaiman anak
mempersepsikan dan memahami kesehatan berprilaku hidup sehat.
2) Status sosial ekonomi keluarga
Anak yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
sosial ekonomi yang rendah serta banyak punya keterbataan untuk
memenuhi kebutuhan primernya.
3) Nutrisi
Untuk tumbang anak secara optimal memerlukan nutrisi adekuat
yang didapat dari makanan bergizi
4) Iklim/cuaca
Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak
5) Olahraga/latihan fisik
Olahraga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan psikososial
anak.
6) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, sulung, anak tengah, anak
bungsu akan mempengaruhi pola anak setelah diasuh dan dididik dalam
keluarga
           
3. Periode Perkembangan
Menurut Donna L. Wong (2000) perkembangan anak secara umum terdiri dari :
a. Periode prenatal
Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi
pembentukan organ dan system organ anak. Selain itu hubungan antara kondisi itu
memberi dampak pada pertumbuhannya.
b. Periode bayi
Periode ini terdiri dari neonatus (0-28 hari) dan bayi (28-12 bulan). Pada
periode ini pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada aspek
kognitif, motorik dan social.
c. Periode kanak-kanak awal
Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut toddler dan pra sekolah 3-6
tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut pada usia
pra sekolah. Perkembangan fisik lebih lambat dan relative menetap.
d. Periode kanak-kanak pertengahan
Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak laki-laki
sedikit lebih meningkat daripada perempuan dan perkembangan motorik lebih
sempurna.
e. Periode kanak-kanak akhir
Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia 11-
18 tahun. Perkembangannya yang mencolok pada periode ini adalah kematangan
identitas seksual dengan perkembangannya organ reproduksi.

4. Perkembangan Anak Balita


Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita. Perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas, dan keadaan social emosional dan intelegensi
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkem–
bangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa-masa ini
sehingga setiap kelainan/penyimpangan seksual apapun. Apabila tidak terdeteksi dan
tidak ditangani dengan baik maka akan mengurangi kualitas perkembangan.
Kratenburg, dkk (1981) melalui DDST (Denver Development Screening Test)
mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai
perkembanagn anak balita yaitu :
a. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
b. Fine motor adaptif (gerakan motorik halus)
Aspek yang b/d kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang
melibatkan bagian tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan koordinasi
yang cermat missal: ketrampilan menggambar.
c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberi respon terhadap suara, mengikuti perintah
berbicara spontan.
d. Gross motor (motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa
“Milestone” pokok yang harus diketahui dalam mengikuti taraf perkembangan
secara awal. Milestone adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak
umur tertentu misalnya:
a) 4-6 minggu :tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu
kemuadian.
b) 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke arah suara.
c) 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya.
d) 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
e) 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan jari
telunjuk dan ibu jari.
f) 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Identitas
Identitas Anak dan/atau Orang Tua
1) Nama
2) Alamat
3) Telepon
4) Tempat dan tanggal lahir
5) Ras/kelompok entries
6) Jenis kelamin
7) Agama
8) Tanggal wawancara
9) Informan
b. Keluhan Utama (KU)
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat
jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan
memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap
kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki
jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan
apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun
orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat
dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara waktu,
atau tidak diberikan sama sekali.
c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan
utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak
terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini
dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak saat
ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan
apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan
sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang
berarti dalam pemberian imunisasi.
a) Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b) Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c) Alergi.
d) Pengobatan terbaru.
e) Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap
imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f) Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi dapat
pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat
mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang sesuai
dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara langsung pada anak
ataupun keluarganya).
g) Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
e. Tinjauan Sistem
Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan
masalah kesehatan pada anak, walau tampak jarang dilakukan saat akan
diimunisasi, namun tinjauan ini akan menjadi pilihan yang lebih baik selain
pengkajian riwayat kesehatan anak karena dalam pengkajian cenderung hanya
berfokus pada informasi yang diberikan anak/keluarga sedangkan kemungkinan
terhadap kondisi kelainan yang ada pada tubuh anak belum disadari olehnya dan
juga keluarga, sehingga alangkah baik jika sebelum diimunisasi anak
mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk peninjauan terhadap sistem
tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi:
a) Menyeluruh/umum
b) Integument
c) Kepala
d) Mata
e) Telinga
f) Hidung
g) Mulut
h) Tenggorokan
i) Leher
j) Dada
k) Respirasi
l) Kardiovaskuler
m) Gastrointestinal
n) Genitourinaria
o) Ginekologik
p) Muskuluskeletal
q) Neurologik
r) Endokrin
f. Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan
terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang
dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan
kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.
g. Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus
pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya
menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi
berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi,
menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang
mungkin mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat
memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak risau dalam
menghadapi imunisasi.
h. Riwayat Keluarga
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan
sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh
mana keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak,
meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek
sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah memahami
pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan untuk mencegah
penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang belum begitu memahami
imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk memberikan pendidikan
kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.
i. Pengkajiaan Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan
nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia
mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan
pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian terhadap asupan diet
dan pemeriksaan klinis.
a) Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak,
sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak yang
dapat membantu proses imunisasi dan juga pendidikan kesehatan seputaran
imunisasi anak. Dalam melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan dan
perkembangan anak, hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana
mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum melakukan
pengkajiaan, prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di
lapangan adalah:
1) Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya
memberikan warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan
yang menakutkan bagi anak, dan menyediakan makanan.
2) Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar
anak menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas
utama, tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga
memudahkan pemeriksaan.
3) Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak
menakutkan anak.
4) Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga
akan mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
5) Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak
mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin,
beri kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan.
6) Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di
pangkuaan orang tua.
7) Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang
anak yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.
8) Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui
nasehat petugas.

Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat


sehingga memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan
meminimalkan kecemasan pada anak. Setelah memahami prinsip-prinsip ini,
berikutnya adalah melakukan pengkajiaan pada anak.
Hal-hal yang perlu dikaji adalah:

 Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi
saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik,
preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah ehamilannya dipantau berkala.
Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar dapat
mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal
maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
 Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya,
apakah secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak
yang dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami
gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama,
atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan
tumbuh kembang anak.
 Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik.
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri
yang sering digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh kembang
anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan
lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak.
Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas
tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar kepala. Meskipun tidak
semua ukuran antropometri digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara
pengukuran dari masing-masing ukuran antropometri:
 Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu
diperhatikan adalaah sebagai berikut:
 Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah
ditera (distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang
digunakan dapat berupa dacin atau timbangan injak.
 Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal
tersebut dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang
berusia 1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan
menggunakan dacin. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun,
penimbangan berat badan dapat dilakukan dengan posisi berdiri.

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:

 Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran.
Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.
 Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan
timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan
gendongan ke timbangan.
 Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas
timbangan injak tanpa dipegangi.
 Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di
atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat
ditimbang.
 Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk
menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong
oleh ibu dan ditimbang.
Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan
ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat rumus berikut.

BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu

 Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada


timbangan
 Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan
standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang,
atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat
dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berat badan
anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning, atau merah.
 Tinggi Badan (TB)
Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya
dikelompokkan menjadi untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2
tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang dari 2
tahun adalah sebagai berikut :
 Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan
pita pengukur (meteran).
 Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut
sampai menempel pada meja (posisi ekstensi).
 Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak
kaki tegak lurus dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan
skala yang tertera.
 Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan
cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus
rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan
bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut
dengan pita pengukur.

Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau
lebih adalah sebagai berikut :

 Tinggi badan diukur dengan  posisi berdiri tegak, sehingga tumit


rapat, sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala
berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur.
 Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah
papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur
sesuai dengan skala yang tertera.
 Lingkar Kepala
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas
tertinggi dan terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala
berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar
(macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva normal,
berarti ukuran kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar kepala ini
dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Adapun cara pengukuran
lingkar kepala :
 Siapkan pita pengukur (meteran)
 Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau
supraorbita bagian antrior menuju oksiput pada bagian posterior
kemudian tentukan hasilnya
 Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
 Lingkar Lengan Atas (lila)
Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara
pengukurannya perlu diketahui :
 Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan
pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dengan
siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa
aktivitas lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan, sehingga
ukurannya lebih stabil.
 Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat
digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang
diukur saat pengukuran.
 Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera
pada pita pengukur.
 Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau
status anak.
 Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada
jarang dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa
(mid respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis).
Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak
yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring. Cara
pengukuran lingkar dada adalah sebagai berikut :
 Siapkan pita pengukur
 Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
 Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.
b) Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan,
namun petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan
agar keadaan anak dapat diketahui secara keseluruhan. Pemeriksaan fisik
dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia, ekstremitas.
Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik
pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara
pemeriksaan fisik pada bayi dan anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak
dibahas secara khusus pada bagian ini.
c) Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah dibahas
sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai keadaan
perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal,
meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca pada Buku
Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih (1996).
d) Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data
penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang
diperlukan terutama apabila anak berada di klinik.

Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan


Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:
a) Pertumbuhan dan perkembangan normal
Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan normal
apabila grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau pada kalender
balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik harus naik dan sejajar mengikuti
lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara, pertumbuhan anak dikatakan
ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah
BB/U; BB/M, dan lingkar kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan
kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang berlaku. Berdasarkan
Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor yang diperoleh saat pemeriksaan
harus berjumlah 9-10. Apabila menggunakan kalender balita (KMS), maka
kemampuan anak sesuai usia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila
menggunakan tes DDST, anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya
sesuai usia. Demikian juga untuk pemeriksaan lainnya.
b) Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat badan
anak berada jauh di atas warna hijau atau berada dibawah jalur hijau, khususnya
pada jalur merah. Ukuran antropometri lain yang mengikuti biasanya adalah
lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan anak mengalami
penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan
usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya, atau pada gambar kalender balita
(KMS), kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi
yang terjadi di lingkungan
b. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang peran sebagai orangtua baru
c. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
d. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh
kembangnya.
e. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak
f. Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d keinginan untuk meningkatkan status
imunisasi

3. INTERVENSI
a) Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi
yang terjadi di lingkungan
1) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok
usia
Rasional: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbang pada anak
2) Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam tempat
tidur anak.
Rasional: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam tumbang
3) Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan rasa takut.
Rasional: mengurangi rasa ketidaknyamanan
4) KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.
Rasional: mengetahui adanya keluhan dalam tumbang anak
b) Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang peran sebagai orangtua baru.
1) Jelaskan pada orang tua tentang perawatan anak seperti makanan yang baik
sesuai umur anak, cara menggendong, cara memberikan ASI yang baik dan
bagaimana menyendawakan bayi.
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap perawatanan anak
2) Jelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting sebagai role model
anaknya.
Rasional: memberi pemahaman orang tua supaya bias memberi contoh yang
baik bagi anaknya
3) Jelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang yang harus dilewati
anak sesuai dengan umurnya
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
c) Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
1) Awasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi
Rasional: mengurangi risiko cedera pada saat anak beraktivitas
2) Lindungi kaki anak dengan sandal/ sepatu
Rasional: mengurangi risiko cedera pada kaki anak
3) Beri makanan yang aman untuk usia anak
Rasional: mencegah risiko keracunan makanan
4) Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan
Rasional: mengurangi risiko cedera yang diakibatkan oleh air mandi yang
terlalu panas
d) Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh
kembangnya.
1) Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
2) Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang tahapan tumbang
yang dilewati anak dengan masa pertumbuhandan perkembangan
Rasional: agar orang tua mengetahui tentang tumbuh kembang anaknya
3) Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak
Rasional: meningkatatkan pemahaman tentang perawatan anaknya
e) Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak
1) Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat ini
sesuai umur
Rasional: agar ibu paham tentang tumbang anaknya
2) Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang diberikan
Rasional: mengurangi kecemasan ibu
3) Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan tetap
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
4) Rasional: agar kesehatan anak tetap terjaga
f) Kesiapan meningkatkan status  imunisasi b/d
1) Memberi penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya didapatkan  oleh
anaknya
Rasional: meningkatkan pemahaman tentang imunisasi yang harus didapatkan
oleh anak
2) Memberi penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat diberikan kepada
anaknya selain imunisasi yang harusnya didapatkan
Rasional: memberikan pemahaman tentang imunisasi tambahan
3) Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi tambahan untuk mencegah
penyakit yang bisa diderita oleh anaknya
Rasional: mencegah penyakit yang mungkin diderita anak.

4. IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan yang diberikan disesuaikan dengan rencana keperawatan.

5. EVALUASI
a. Dx 1 : Orang tua mengetahui tugas pekembangan anak yang sesuai dengan
kelompok usia.
b. Dx 2 : Orang tua mengerti bagaimana cara merawat anaknya
c. Dx 3 :Anak bebas dari cedera dan fraktur potensial berbahaya diidentifikasi dan
lingkungan rumah. Keluarga akan menekankan dan mendemonstrasikan kegiatan
yang aman di rumah.
d. Dx 4 : Ibu tidak cemas dan mampu menggambarkan proses tumbang pada
anaknya dan informasi yang diberikan.
e. Dx 5 :Orang tua mampu memahami dan dapat memantau harapan perkembangan
anak
f. Dx 6  : ibu dapat memberikan imunisasi tambahan yang bisa didapat oleh anaknya
selain imunisasi yang harus didapat oleh anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Berhrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
2. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.Jakarta:
EGC
3. Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta. Salemba Medika.
4. Kriteria Hasil NOC. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
5. Muscari, Mary.E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
6. Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
7. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
8. Wong, D.L,dkk. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
9. I Putu Juniartha Semara Putra

Anda mungkin juga menyukai