Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR MESIN

DISUSUN OLEH:

NAMA :
NAMA & NIM KETIK
NIM :

KELOMPOK :

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Percobaan ini ditujukan untuk memberikan gambaran secara nyata tentang


sifat atau proses perpindahan kalor secara konveksi antara fluida yaitu antara air panas
dengan udara. Percobaan ini para mahasiswa akan dapat mengetahui parameter-
parameter yang berpengaruh pada laju perpindahan kalor konveksi dalam pipa, dimana
untuk pengujian kali ini parameter yang diketahui adalah pengaruh kecepatan fluida
terhadap laju perpindahan kalor konveksi, juga dengan percobaan ini dapat dicari
perhitungan beberapa besaran-besaran yang umum dijumpai pada teori perpindahan
kalor konveksi seperti bilangan Reynold, bilangan Nusselt atau koefisien perpindahan
kalor konveksi lokal.

1.2 Capaian Pembelajaran

1. Memahami distribusi temperature pada perpindahan kalor konveksi secara parallel


flow dan contra flow.
2. Mengetahui hubungan antara flow rate dengan panas yang hilang.
3. Mengetahui hubungan antara flow rate dengan koefisien perpindahan kalor lokal.
4. Mengetahui hubungan antara flow rate dengan koefisien perpindahan kalor udara.
5. Mengetahui hubungan antara flow rate dengan koefisien perpindahan kalor total.
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Konveksi

Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata fluida mencakup zat cair dan gas
karena kedua zat ini dapat mengalir. Berdasarkan kondisinya fluida dibedakan
menjadi dua yaitu fluida statis dan fluida dinamis. Konveksi untuk menunjukkan pada
perpindahan panas yang akan terjadi antara permukaan dan fluida yang bergerak
ketika mereka berada pada perbedaan temperature. Perpindahan panas konveksi
terdiri dari dua mekanisme yaitu perpindahan energy sebagai akibat dari pergerakan
molekuler acak dan ada juga energy yang dipindahkan oleh pergerakan secara
mikroskopis dari fluida. Perpindahan panas konveksi yang terjadi antara fluida yang
bergerak dan batas permukaan, ketika keduanya berada pada temperature yang
berbeda.

2.2 Kondisi Aliran Lapis Batas

Kondisi aliran dalam pipa bulat dengan jari-jari 𝑟0 merupakan aliran laminar
dimana fluida memasuki pipa dengan kecepatan yang sama. Fluida berkontak
langsung dengan permukaan di dinding pipa dan efek viskos berperan penting
sedangkan lapisan batas berkembang dengan pertambahan x. Adapun perkembangan
terjadi akibat pengecilannya daerah aliran yang tidak berviskositas dan menghasilkan
pertemuan lapisan batas pada garis pusat pipa pada gambar 2, h merupakan jarak dari
ujung masuk sampai dimana lapisan batas bertemu, xfdh ini disebut panjang
masukkan hidrodinamika dimana x > xfd.h pada seluruh luas penampang pipa dan
aliran disebut pengembangan penuh (fully developed).

Gambar 2.1 Pengembangan Lapisan Batas Dalam Perpindahan Panas Konveksi


Gambar 2.2 Kondisi Lapis Batas Kecepatan

Gambar 2.3 Kondisi Lapis Batas Temperatur

2.3 Jenis Perpindahan Panas Konveksi

Menurut keadaan alirannya perpindahan panas secara konveksi dikategorikan


menjadi dua yaitu :

1. Konveksi bebas yang dimana aliran fluida disebabkan oleh adanya variasi
massa jenis yang selalu diikuti denngan adanya perbedaan temperature
fluida.
2. Konveksi paksa yang mana aliran disebabkan oleh beberapa cara yang
berasal dari luar atau dengan menggunakan alat. Misalnya dari fan, pompa
ataupun tiupan angina.

Secara umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan
aliran internal. Aliran eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda.
Contohnya adalah aliran fluida melintasi plat atau melintang pipa. Aliran internal
adalah aliran fluida yang dibatasioleh permukaan zat padat,misalnya aliran dalam
pipa. Perbedaan antara aliran eksternal dan aliran internal pada suatu pipa/saluran
ditunjukkan pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Aliran eksternal udara dan aliran internal air


pada suatu pipa/saluran

Hal yang diperhatikan dalam perpindahan panas konveksi

Perpindahan panas konveksi sebagai perpindahan energi terjadi dalam fluida


akibat dari efek kombinasi dari konduksi dengan pergerakan kasar fluida. Adapun
energy yang dipindahkan adalah energi dalam fluida. Begitu pula dengan konveksi
sebagai pertukaran panas latent yang dihubungkan dengan perubahan fasa antara
keadaan cairan dan uap fluida. Dengan memperhatikan kondisi aliran fluida tanpa
melihat cara perpindahan panas konveksi persamaan laju dinyatakan dalam bentuk

𝑞 ′′ = ℎ (𝑇𝑠 − 𝑇∞)

Dengan 𝑞 ′′ , flux panas konveksi (𝑊⁄𝑚2 ) adalah berbanding lurus dengan

perbedaan temperature anatar permukaan dan fluida untuk masing-masing Ts dan T∞


(Temperatur) sedangkan h adalah koefisien perpindahan panas tergantung pada
geometri permukaan, cara dari pergerakan fluida dan sejumlah dari sifat
thermodinamika dan transpart dari fluida.
Gambar 2.5 Laminer, Pengembangan Lapisan Batas hydrodynamic didalam Pipa.
2.4 Pengertian Konveksi Paksa

Konveksi paksa adalah panas yang mana dialirkan tersebut berasal dari luar
yaitu dengan menggunakan bantuan alat seperti blower atau pompa. Konveksi paksa
dalam pipa merupakan persoalan perpindahan konveksi untuk aliran dalam atau yang
disebut dengan internal flow. Adapun aliran yang terjadi dalam pipa adalah fluida
yang dibatasi oleh suatu permukaan. Sehingga lapisan batas tidak dapat berkembang
secara bebas seperti pada aliran luar.

2.5 Konveksi Internal Flow Pipa

Internal flow adalah aliran fluida yang dibatasi oleh benda solid (padat). Biasanya
konrol volume yang digunakan untuk aliran ini batasannya adlah benda solid yang
menghimpit aliran fluida tersebut. Dalam perpindahan panas konveksi ini mencakup
berpindahnya panas karena terbawa oleh fluida dari suatu permukaan ke permukaan
lain pada suatu jarak tertentu. Jadi panas disini dialirkan oleh sejumlah massa fluida.
Laju aliran panas konveksi dalam hal ini adalah :

𝑑𝑚
𝐻= . 𝐶𝑝 . ∆𝑇
𝑑𝑡

Keterangan :

𝑑𝑚 𝑘𝑔𝑚⁄
= Laju aliran massa ( 𝑠)
𝑑𝑡

𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
𝐶𝑝 = Kapasitas panas fluida ( ⁄𝑘𝑔. 𝐾)

∆𝑇 = Perbedaan suhu (K)


2.6 Bilangan Reynolds

Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ)
terhadap gaya viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut
dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan
jenis aliran yang berbeda, misalnya laminar dan turbulen. Namanya diambil
dari Osborne Reynolds (1842–1912) yang mengusulkannya pada tahun 1883.

Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan tak berdimensi yang paling
penting dalam mekanika fluida dan digunakan, seperti halnya dengan bilangan tak
berdimensi lain, untuk memberikan kriteria untuk menentukan dynamic similitude.
Jika dua pola aliran yang mirip secara geometris, mungkin pada fluida yang berbeda
dan laju alir yang berbeda pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan,
keduanya disebut memiliki kemiripan dinamis.

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

dengan:
vs - kecepatan fluida,
L - panjang karakteristik,
μ - viskositas absolut fluida dinamis,
ν - viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ,
ρ - kerapatan (densitas) fluida.
Misalnya pada aliran dalam pipa, panjang karakteristik adalah diameter pipa,
jika penampang pipa bulat, atau diameter hidraulik, untuk penampang tak bulat

2.7 Bilangan Nusselt

Bilangan Nusselt adalah rasio pindah panas konveksi dan konduksi normal
terhadap batas dalam kasus pindah panas pada permukaan fluida; bilangan Nusselt
adalah satuan tak berdimensi yang dinamai menggunakan nama Wilhelm Nusselt.
Komponen konduktif diukur di bawah kondisi yang sama dengan konveksi dengan
kondisi fluida stagnan atau tidak bergerak.
Aliran panas konduksi dan konveksi sifatnya sejajar satu sama lainnya dan
terhadap permukaan normal terhadap bidang batas, sehingga

dimana:
L = panjang karakteristik
kf = konduktivitas termal fluida
h = koefisien pindah panas konvektif
Pemilihan panjang karakteristik harus searah dengan ketebalan dari lapisan
batas. Contoh dari panjang karakteristik misalnya diameter terluar dari silinder pada
aliran yang mengalir di luar silinder, tegak lurus terhadap aksis silinder. Selain itu,
panjang papan vertikal terhadap konveksi alami yang bergerak ke atas dan
diameter bola yang berada di dalam aliran konveksi juga merupakan panjang
karakteristik. Untuk bangun yang lebih rumit, panjang karakteristik bisa dihitung
dengan membagi volume terhadap luas permukaannya.

Untuk konveksi bebas, rataan bilangan Nusselt dinyatakan sebagai fungsi


dari bilangan Rayleigh dan bilangan Prandtl. Dan untuk konveksi paksa, rataan
bilangan Nusselt adalah fungsi dari bilangan Reynolds dan bilangan Prandtl.
Hubungan empiris untuk berbagai geometri terkait konveksi menggunakan bilangan
Nusselt didapatkan melalui eksperimen.

2.8 Alat Penukar kalor


Penukar panas (Heat exchanger ) adalah alat yang digunakan untuk menukar
panar antaran dua fluida yang berbeda temperature dengan menjaga agar kedua fluida
tidak saling bercampur. Perpindahan panas yang biasanya berperan pada alat ini
adalah konveksi yang terjadi pada masing – masing fluida dan juga konduksi yang
terjadi pada dinding – dinding yang memisahkan kedua fluida. Perbedaan kebutuhan
perpindahan panas, perbedaan perangkat keras yang tersedia dan ketersediaan tempat
membuat penukaran panas memiliki berbagai macam jenis.
Jenis penukar panas yang paling sederhana adalah jenis pipa konsentris,
penukaran panas ini terdiri dari dua pipa yang disusun secara konsentris dengan
diameter yang berbeda. Jenis penukaran panas ini juga dibagi menjadi dua
berdasarkan pada arah alira fluida, yakni : parallel flow dan counter flow. Pada jenis
parallel flow aliran fluida mengalir dengan arah yang sama sedangkan counter flow
fluida mengalir dengan arah yang berlainan.

Gambar 2.6 Mekanisme kerja alat penukar kalor.


METODE PERCOBAAN

3.1 Prosedur Percobaan

1. Isikan air kedalam tangki reservoir 1 dan 2. Kemudian nyalakan switch pompa
sehingga air naik ke tangki reservoir atas. Matikan suplai air bila semua tangka sudah
penuh. Selanjutnya nyalakan pompa sekaligus nyalakan pemanas listrik.
2. Bila suhu air sudah mencapai suhu yang diinginkan, atur debit air dengan mengatur
katup. Debit air akan ditampilkan pada flow rate.
3. Atur arah aliran menjadi parallel (searah) atau counter (berlawanan) flow.
4. Hidupkan blower agar udara mengalir ke dalam Heat Exchanger (HE).
5. Lakukan pengukuran sesudah suhu mencapai keadaan steady.
6. Masukkan data yang diambil pada data sheet
7. Ulangi pengukuran paling sedikit 5 kali pada kecepatan aliran air yang berbeda
dengan kecepatan aliran udara tetap.

3.2 Data dan Analisis Data

3.2.1 Panas yang hilang (air) qw (kcal/h)


F1 = F . 10-3
qw = F1. γw. Cp (T2 – T4) aliran parallel
qw = F1. γw. Cp (T4 – T2) aliran counter

dengan :
F = Flow rate ( L/hr )
γw = Berat spesifikasi air ( kg/m3 ) (lihat pada table 3)
Cp = Panas spesifikasi air ( kcal/kg˚C ) (lihat pada table 3)
T2 = Temperatur air ( ˚C )
T4 = Temperatur air ( ˚C )

3.2.2 Suhu logaritma rata-rata (air dalam pipa) tw ( ˚c )


(𝑇 −𝑡𝑤 )− (𝑇4 −𝑡𝑤4 )
ΔTw = 𝑙𝑛(𝑇2 −𝑡𝑤2 aliran parallel
2 2) / (𝑇4 −𝑡𝑤4 )

(𝑇 −𝑡𝑤 )− (𝑇2 −𝑡𝑤2 )


ΔTw = 𝑙𝑛(𝑇4 −𝑡𝑤4 / (𝑇2 −𝑡𝑤2 )
aliran counter
4 4)

dengan :
ΔTw = Suhu logaritma rata-rata (air dalam pipa) ( ˚C )
T2 = Suhu air ( ˚C )
T4 = Suhu air ( ˚C )
tw2 = Suhu pipa bagian dalam ( ˚C )
tw4 = Suhu pipa bagian dalam ( ˚C)

3.2.3 Koefisien perpindahan kalor local (air ke pipa ) hw (kcal/m2hr.˚C )


𝑞
hw = 𝐴.∆𝑡𝑤
𝑤

dengan :
qw = Panas yang hilang (air) (kcal/h)
A = Luas perpindahan kalor (m2)
Δtw = Suhu logaritma rata-rata (air dalam pipa) ( ˚C )

3.2.4 Kecepatan air dalam pipa Vw (m/s)


𝐹.10−3 1
Vw = 𝜋𝑑2⁄
× 3600
4

dengan :
F = Flow rate (L/hr)
d = Diameter dalam pipa (m)

3.2.5 Angka Reynold air dalam pipa Rew


𝑉𝑤 .𝑑
Rew = 𝑉𝑚

dengan :
Vw = kecepatan air dalam pipa
d = Diameter dalam pipa
Vm = Viscositas kinematic air (m2/s) pada suhu T ˚c
𝑇2 +𝑇4 𝑇𝑤2 +𝑇𝑤4
T ˚c =[ + ] /2 Parallel
2 2
𝑇2 +𝑇4 𝑇𝑤2 +𝑇𝑤4
T ˚c =[ + ] /2 Counter
2 2

3.2.6 Angka Nussett air, Nuw


ℎ𝑤 .𝑑
Nuw = 𝜆𝑤

dengan :
hw = Koefisien perpindahan kalor local (air kepipa) (kcal/m2.hr.˚c)
d = Diameter dalam pipa (m)
λw = Konduktivitas panas air (kcal/m.h.˚c) pada suhu T˚c

3.2.7 Berat spesifikasi udara γa (kg/m3)


𝑃𝑎+10332 .𝜑𝑃𝑑 273
γa = 1,299 × × 273+𝑡𝑜 + 𝜑γd
10032

dengan :
Pa = Tekanan uap air (kg/m3)
Pd = Tekanan uap air jenuh (kg/m3) (lihat pada table 2)
γd = Berat spesifikasi uap air jenuh (kg/m3) (lihat pada table 2)
t0 = Suhu awal udara (˚c)

3.2.8 Kecepatan aliran udara, Qa (m3/h)

∆𝑃
Qa = 0,01242 × α × (d0)2 √𝛾𝑑

dengan :
α = koefisien aliran
d0 = diameter orifice (mm)
∆𝑃 = Perbedaan tekananuap air (kg/m3)
𝛾𝑑 = Berat spesifik udara (kg/m3)

3.2.9 Perpindahan kalor ke udara (Kcal/h)

𝑞𝑎 = Qa ×𝛾𝑎× Cpa × (t2-t4)

dengan :
Qa = Debit Udara (m3/h)
𝛾𝑎 = Berat Spesifikasi udara (kg/m3)
Cpa = Panas spesifik udara (kcal/kg˚c) (lihat pada table 4)
t2 = Suhu udara (˚c)
t4 = Suhu udara (˚c)
3.2.10 Suhu Logaritma rata-rata, Δta (˚C)

(𝑇 −𝑡2 )− (𝑇𝑤 4 −𝑡4 )


Δta = 𝑙𝑛(𝑇𝑤2
𝑤2 −𝑡2) − (𝑇𝑤 4 −𝑡4 )

dengan :
Tw2 = Temperatur dalam pipa (˚C)
Tw4 = Temperatur dalam pipa (˚C)
t2 = Temperatur udara (˚C)
t4 = Temperatur udara (˚C)

3.2.11 Koefisien perpindahan kalor total, ha (kcal/m2.h)

ha = qa/A0 × ΔTa

dengan :
qa = Perpindahan kalor ke udara (kcal/kg.˚C)
A0 = Luasan perpindahan panas (m2)
ΔTa = Suhu logaritma rata-rata .(˚C)
10 11

12

8
7
6
5
4
3 2

Gambar 2.7 Alat Percobaan

Keterangan :

1. Blower udara
2. Switch ON/OFF
3. Switch Pompa
4. Switch Blower
5. Switch Pemanas
6. Indikator Temperatur
7. Manometer
8. Tangki reservoir 1
9. Flowmeter
10. Pemanas listrik
11. Tangki reservoir 2
12. Termocopel
Tabel-2

P J P J
T(˚C) Kg/𝑚 3 T(˚C) Kg/𝑚3
(mmHg) (mmHg)
0,0 4,581 0,00485 20,0 17,53 0,01730
1,0 4,925 0,00520 21,0 19,65 0,01834
2,0 5,292 0,00550 22,0 19,82 0,01943
3,0 5,682 0,00595 23,0 21,07 0,02058
4,0 6,098 0,00636 24,0 22,38 0,02179
5,0 6,540 0,00680 25,0 23,75 0,02306
6,0 7,010 0,00726 26,0 25,21 0,02438
7,0 7,511 0,00775 27,0 26,74 0,02578
8,0 8,042 0,00827 28,0 28,35 0,02725
9,0 8,606 0,00882 29,0 30,04 0,02878

10,0 9,205 0,00940 30,0 31,83 0,03039


11,0 9,840 0,01001 31,0 33,70 0,03207
12,0 10,514 0,01066 32,0 35,67 0,03384
13,0 11,23 0,01135 33,0 37,73 0,03569
14,0 11,98 0,01207 34,0 39,90 0,03762
15,0 12,78 0,01283 35,0 42,18 0,03964
16,0 13,61 0,01364 36,0 44,57 0,04175
17,0 14,53 0,01448 37,0 47,08 0,04396
18,0 15,47 0,01537 38,0 49,70 0,04627
19,0 16,47 0,01631 39,0 52,45 0,04869

40,0 55,34 0,05120


Table-3

γw Cpw Vw Zw
T˚C kg/m3 Kcal/kg˚C m /s × 10-6
2 Kcal/kg˚C
Prw

0 999,9 1,008 1,79 0,489 13,3

10 999,7 1,002 1,31 0,505 9,36


20 998,2 0,999 1 0,518 7,09
WATER 30 995,7 0,998 0,803 0,531 5,41
(1 kg/cm2abs) 40 992,3 0,998 0,668 0,543 4,39

50 988,1 0,999 0,555 0,552 3,57


60 983,2 1 0,048 0,562 3,02
70 977,8 1,001 0,417 0,571 2,69
80 971,8 1,003 0,368 0,578 2,23
90 965,3 1,005 0,328 0,583 1,97

Tabel-4

γw Cpw Vw Zw
T˚C kg/m3 Kcal/kg˚C m2/s × 10-6 Kcal/kg˚C
Prw

-100 1,984 0,241 0,06 0,0135 0,77


-50 1,533 0,24 0,095 0,0172 0,73
-20 1,348 0,24 0,12 0,0193 0,73
0 1,251 0,24 0,138 0,0207 0,72
20 1,166 0,24 0,156 0,0221 0,71
WATER
(1 kg/cm2abs)
40 1,091 0,241 0,175 0,0234 0,71
60 1,026 0,241 0,196 0,0247 0,71
80 0,968 0,241 0,217 0,0272 0,7
100 0,916 0,242 0,239 0,0272 0,7
120 0,059 0,242 0,262 0,0285 0,7

Anda mungkin juga menyukai