Oleh:
HELMI NURUL WAHID
NIM. 15/378887/TK/42829
FINAL PROJECT
By:
HELMI NURUL WAHID
NIM. 15/378887/TK/42829
ii
EVALUASI POSISI GEOMETRI MODEL 3D
CANDI PRAMBANAN PADA APLIKASI AUGMENTED
REALITY BERBASIS GPS
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Geodesi
Oleh:
HELMI NURUL WAHID
NIM. 15/378887/TK/42829
iii
EVALUATION OF PRAMBANAN TEMPLE 3D MODEL
GEOMETRIC POSITION ON GPS BASED AUGMENTED
REALITY APPLICATION
FINAL PROJECT
Submitted as a partial fulfilment of the requirements for obtaining degree of
Bachelor of Engineering in the Study Program of Geodetic Engineering
By:
HELMI NURUL WAHID
NIM. 15/378887/TK/42829
iv
SKRIPSI
EVALUASI POSISI GEOMETRI MODEL 3D CANDI PRAMBANAN PADA
APLIKASI AUGMENTED REALITY BERBASIS GPS
Ketua/Pembimbing Anggota I
Trias Aditya K. M. S.T., M.Sc., Ph.D. Ir. Nurrohmat Widjajanti, M.T., Ph. D.,
IPU, ASEAN Eng.
Anggota II
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai
derajat Sarjana Teknik Program Studi Teknik Geodesi
Tanggal ……………………………...
Ketua Program Studi Teknik Geodesi
Menyetujui,
Ketua Departemen Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
v
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
vii
INTISARI
viii
ABSTRACT
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmannirrahiim.
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban penyusunan skripsi
dengan judul Evaluasi Posisi Geometri Model 3D Candi Prambanan pada
Aplikasi Augmented Reality Berbasis GPS. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Teknik
Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan dukurngan dalam proses pengerjaan dan bimbingan dalam menangani
berbagai masalah yang berlangsung selama pelaksanaan hingga skripsi ini dapat
diselesaikan di waktu yang tepat. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis
sampaikan khususnya kepada:
1. Bapak Ir. Prijono Nugroho Djojomartono, M.S.P., Ph.D., selaku Ketua
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada yang
telah memberikan dukungan kepada mahasiswa Departemen Teknik Geodesi.
2. Bapak Dr. Harintaka, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Sarjana Teknik
Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada yang menjadi tauladan
bagi mahasiswa untuk tetap jujur, bertanggung jawab, dan bekerja keras.
3. Ibu Leni Sophia Heliani S.T., M.Sc., D.Sc., selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan saran dan bimbingan selama menempuh
perkuliahan di Program Studi Sarjana Teknik Geodesi Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
4. Bapak Trias Aditya K. M. S.T., M.Sc., Ph.D., selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Abdul Basith, ST., M.Si., Ph.D.dan Ibu Ir. Nurrohmat Widjajanti, M.T.,
Ph. D., IPU, ASEAN Eng. yang telah meluangkan waktunya dalam menguji,
dan memberikan masukan perbaikan dalam skripsi yang disusun penulis.
x
6. Seluruh dosen pengajar Departemen Teknik Geodesi UGM yang tidak
mengenal lelah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Bapak Sugiyatno dan Ibu Khusnul Khotimah, selaku kedua orang tua yang
telah menafkahi dan mendidik penulis, serta Lily Nurul Isnaini, Ardian Julio
Nurtrias, dan Archie Chandra Arbaadiwa yang diharapkan menjadi anak-anak
yang berbakti kepada kedua orang tua.
8. BEM KMFT, KMTG, dan SKI Al-Buruuj, organisasi kemahasiswaan yang
memberikan tempat berkembang dan menebar kebermanfaatan bagi penulis
dalam kegiatan ekstrakulikuler, sosial, dan keagamaan.
9. Saudara Konsolidasi, yaitu Gammario Medi Syahputra, Fajar Sina, Uray
Zulfikar dan Fathurrahman Setiawan yang tidak hanya menjadi tempat
beristirahat, namun juga untuk tumbuh dan menghadapi permasalahan serta
selalu mengulurkan bantuan dalam kesulitan yang dialami penulis.
10. Thiara Devi Pangeztu, yang selalu menjadi pendengar yang baik, memberikan
saran, dan masukan untuk setiap keluh-kesah yang penulis rasakan, serta tidak
kenal lelah menemani dan memberikan semangat selama pengerjaan skripsi ini.
11. Sahabat penulis yaitu A. Ghafar Ismail, Try Agung Saputra, Wilsa Nazuha,
Hurriyani Sekar Putri, Jihaan Khoirunnisaa, Pradia Mutiara serta M. Andieka
Almasid, yang telah memberikan bantuan selama pengerjaan kepada penulis.
12. Seluruh anggota KKN Brebes Sirampog 2018, yaitu Intan, Diaz, Hanif, Aryo,
Nora, Ado, Anin, Desi, Faqih, Farhan, Della, Aulia, Zahra, Tito, Rosyiid,
Ririn, Diana, Fadli, Fanani, Apridhia, Deyna, Handy, Jodi, Mahdi, Marizka,
Ratih, dan Shelsy yang masih saling menjaga silaturahmi bahkan setelah KKN.
13. Seluruh keluarga besar Teknik Geodesi Angkatan 2015, telah menjadi keluarga
seperjuangan menjadi pribadi yang lebih baik di perantauan, di Yogyakarta.
14. Seluruh pihak-pihak yang belum bisa disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
Penulis berharap semoga segala bentuk dukungan dan doa yang telah diberikan
kepada penulis dapat menjadi amal kebaikan serta mendapatkan keberkahan dari
Allah subhanahu wa ta’ala. Saran dan kritik dari pembaca diperlukan untuk
mewujudkan karya tulis yang lebih baik dan bermanfaat untuk masyarakat dan
semua pihak yang terlibat dalam bidang keilmuan yang berkaitan.
xi
DAFTAR ISI
I.8.6 Giroskop................................................................................................11
xii
I.9 Hipotesis ...................................................................................................14
BAB II PELAKSANAAN .........................................................................................15
II.1 Persiapan...................................................................................................15
II.1.1 Deskripsi Lokasi Kegiatan ....................................................................15
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
Gambar III.4 Tampilan menu Start............................................................................ 35
Gambar III.5 Tampilan menu About .......................................................................... 36
Gambar III.6 Icon aplikasi ......................................................................................... 37
Gambar III.7 Objek pengecekan di lokasi JKG BIG N.0005 .................................... 37
Gambar III.8 Model 3D yang terletak di Teknik Geodesi ......................................... 37
Gambar III.9 Model 3D di kompleks Candi Prambanan ........................................... 38
Gambar III.10 Plotting lokasi JKG N.0005 pada sesi 1 pengujian............................ 40
Gambar III.11 Plotting lokasi JKG N.0005 pada sesi 2 pengujian............................ 40
Gambar III.12 Plotting lokasi JKG N.0005 pada sesi 3 pengujian ............................ 41
Gambar III.13 Plotting lokasi JKG N.0005 pada sesi 4 pengujian............................ 42
Gambar III.14 Plotting lokasi JKG N.0005 pada sesi 5 pengujian ............................ 43
Gambar III.15 Diagram lingkaran penerimaan pengguna di UGM ........................... 45
Gambar III.16 Diagram lingkaran penerimaan pengguna di Candi Prambanan........ 47
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah provinsi dengan jumlah kunjungan turis
terbesar kedua di Indonesia. Jumlah ini didukung dengan kebudayaan dan keragaman
situs budaya yang menjadi ciri khas wisata di DIY. Kegiatan edukasi historis dapat
menjadi salah satu potensi wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta mengingat
banyaknya peninggalan sejarah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah ini. Salah
satu kerajaan tersebut adalah kerajaan Mataram Kuno yang berdiri di pulau Jawa
pada abad ke-8. Peninggalan dari kerajaan Mataram Kuno yang paling terkenal
adalah candi-candi dengan corak Hindu yang terletak di wilayah Prambanan,
Kabupaten Sleman.
Candi Prambanan dipugar dan menjadi salah satu destinasi wisatawan
domestik maupun mancanegara yang mengunjungi Yogyakarta. Beberapa bagian
pada kompleks candi ini berada dalam kondisi kurang baik, terutama setelah gempa
yang pernah melanda pada 2006 dan peristiwa meletusnya gunung Merapi pada 2010
(Kusuma, 2016). Disamping dilakukan pelestarian dengan perawatan pada fisik
bangunan, juga dapat dilakukan penyimpanan informasi visual objek secara digital.
Salah satu cara penyimpanan dan penyajian informasi visual objek adalah
dengan pembuatan model tiga dimensi (3D) dengan teknologi Augmented Reality
(AR). Penggunaan AR dapat diterapkan pula dalam penyajian objek konstruksi di
posisi yang tentukan menggunakan Augmented Reality berbasis GPS (GPS AR).
Augmented Reality (AR) merupakan upaya untuk menggabungkan elemen
digital dengan elemen fissik sehingga dapat terjadi interaksi antarelemen dengan
karakteristik mengombinasikan kenyataan dengan dunia maya dan terdefinisi dalam
3D (Domhan, 2010). Carmigniani (2011) menyampaikan bahwa AR dapat
dikombinasikan dengan model 3D dari kegiatan desain maupun visualisasi data
objek 3D. Ditemukannya alat pemindai objek 3D dan metode lainnya, menjadikan
kegiatan menghasilkan model 3D menjadi lebih mudah dan cepat (Carmigniani,s11).
1
Augmented reality juga dapat dilakukan tanpa penanda, dikenal dengan
markerless augmented reality. Penentuan posisi model pada markerless AR dapat
didefinisikan dalam sistem koordinat lokal maupun dalam sistem koordinat global.
Keuntungan dari penggunaan markerless augmented reality adalah dengan
penggunaan lokasi tidak diperlukan lagi marker dalam bentuk fisik. Penyajian model
3D berbasis Augmented reality yang lazim digunakan pada kegiatan edukasi saat ini
adalah dengan bantuan penanda (marker) biasanya berupa identitas unik baik gambar
maupun barcode yang dapat dipindai menggunakan aplikasi kemudian
diterjemahkan menjadi objek interaktif.
Cheverst dkk. (2000) telah menggunakan AR dalam pembuatan Electronic
Tourist Guide dengan fokus penelitian yaitu penyajian informasi tentang sebuah kota
untuk tur wisata menggunakan teknologi berbasis lokasi yang menampilkan nama-
nama bangunan dan nama objek unik di lokasi objek tersebut. Karpischek dkk (2010)
mengembangkan aplikasi yang menggunakan teknologi AR untuk mengidentifikasi
gunung. Pemanfaatan game engine dalam visualisasi topografi 3D dikembangkan
oleh Laksono dan Aditya (2019) menghasilkan website peta virtual.
Pengukuran mengenai besar kesalahan posisi model 3D dari aplikasi GPS AR
pernah dilakukan oleh Michel dkk. (2018) menunjukan nilai kuantitatif dengan
menghitung nilai kesalahan posisi yang muncul ketika ditampilkan pada layar gawai
(Michel dkk., 2018). Namun pada penelitian tersebut belum dilakukan penilaian
mengenai penerimaan pengguna dari nilai ketelitian dari penggunaan GPS AR
tersebut.
Pada kegiatan ini, peneliti menerapkan prinsip yang sama dalam penentuan
nilai ketelitian model 3D yang telah dilakukan oleh Michel, Genevès, & Layaïda
(2018), dan untuk melengkapi penelitian tersebut, dilakukan juga uji penerimaan
pengguna (user acceptance testing) sehingga dihasilkan pula nilai kualitatif dari
pengguna. Hal ini memberikan gambaran mengenai seberapa besar penerimaan
pengguna dengan dikembangkannya aplikasi AR berbasis GPS. Fokus utama dalam
penyediaan dan penggunaan metode aplikasi ini adalah memperoleh nilai akurasi dan
respon pengguna terhadap kesalahan posisi yang ditampilkan melalui AR. Pengujian
yang dilakukan adalah pengukuran ketelitian posisi dengan mengukur kesalahan
jarak rata-rata model, serta uji penerimaan untuk mengetahui respon pengguna.
2
I.2 Rumusan Masalah
Kegiatan perawatan bangunan Candi Prambanan menjadi salah satu fokus
pemerintah daerah Kabupaten Sleman. Pemanfaatan kesempatan ini dapat
dilaksanakan dengan pemanfaatan teknologi Augmented Reality berbasis GPS
GPS AR ini masih jarang diterapkan untuk arsitektur bangunan bersejarah
sehingga diperlukan pengujian posisi geometri model 3D. Hal ini untuk mengetahui
seberapa akurat penggunaan GPS AR dalam menyajikan model 3D, khususnya
model 3D Candi Prambanan.
Pengujian aplikasi GPS AR oleh pengguna juga perlu dilakukan selain untuk
mengetahui respon pengguna terhadap aspek-aspek yang mewakili kualitas dari
aplikasi yang telah dibuat juga sebagai referensi dalam pembuatan aplikasi serupa.
3
I.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, antara lain:
1. Menentukan nilai evaluasi geometri yang terjadi terhadap lokasi objek 3D pada
aplikasi GPS AR.
2. Menyediakan aplikasi GPS AR Candi Prambanan dalam rangka penyimpanan
dan penyajian model 3D jenis candi.
3. Menentukan tingkat efektifitas penggunaan augmented reality dalam
penyediaan model 3D yang stabil dalam posisi, bentuk, ukuran berdasarkan
pengujian penerimaan pengguna.
4
Metaio dan Vuforia. Perbandingan kedua SDK yang dilakukan berfokus pada kinerja
dalam penggunaan RAM, dan CPU.
Pada tahun 2014, Fukuda dkk. melakukan pembuatan aplikasi AR untuk
lanskap bangunan luar ruangan. Cakupan area yang diterapkan sangat besar dengan
posisi kamera berjarak 200-2000 m terhadap objek lanskap dengan kesalahan posisi
sebesar 1,5- 5,2 m pada jarak tersebut. Penelitian yang dilakukan tidak melakukan uji
penerimaan pengguna, sehingga tidak diketahui respon pengguna terhadap kesalahan
jarak yang ditampilkan.
Penelitian-penelitian tersebut berbeda dari penelitian yang diusulkan, karena
dengan penggunaan Augmented Reality dan penggabungan Location Based Service
untuk menentukan akurasi dari model 3D yang ditampilkan dan diterima oleh
pengguna dalam kegiatan edukasi bangunan historis Candi Prambanan. Hasil yang
diperoleh merupakan hasil survei yang dilakukan secara langsung kepada pengguna.
5
Gambar I.1 Denah jenis bangunan di Candi Prambanan
(Kartapranata, Gunawan 2006)
6
menunjukkan adanya perbedaan bentuk, ukuran, dan nama pada kompleks Candi
Prambanan
Konstruksi Candi Prambanan dipersembahkan untuk Trimurti atau tiga dewa
utama Hindu yaitu Brahma, Wishnu, dan Shiwa, sekaligus dijadikan nama dari tiga
candi dengan yang terbesar yaitu Candi Shiwa. Di depan dari ketiga candi utama
terdapat tiga buah candi dengan ukuran lebih kecil sebagai representasi dari
kendaraan para dewa yang disebut Candi Wahana. Berdekatan dengan keenam candi
yang telah disebutkan juga terdapat dua Candi Apit, empat Candi Kelir dan empat
Candi Patok. Dengan dibatasi pagar batu, terdapat 224 Candi Perwara mewakili
pengawal atau pelengkap yang berbaris dalam empat barisan membentuk persegi
mengitari candi-candi utama (Guntur, 2013).
7
memproyeksikannya melalui sebuah media elektronik secara realtime
menjadikannya teknologi yang berkembang dan digunakan di museum-museum luar
negeri. Di British Museum, AR dijadikan sebagai sebuah permainan yang bisa
membawa pengalaman baru bagi pengunjung untuk menjelajahi museum (Ioannidis
dkk., 2014).
Markerless AR adalah sistem terintegrasi dari objek virtual 3D dalam
lingkungan 3D secara realtime, sehingga selanjutnya dapat meningkatan persepsi dan
interasi pengguna dengan sekitarnya. Sistem ini memungkinkan pendeteksian
menggunakan perhitungan lokasi dan orientasi untuk menampilkan objek (Teichrieb
dan Lima, 2007).
Jenis lain yaitu marker-based AR atau yang berbasis penanda. Gambar I.3
menunjukkan marker-based AR, diperlukan penanda yang dideteksi dan menjadi
identitas dari jenis, bentuk, ukuran, dan orientasi dari objek maya tersebut.
Kemampuan untuk menyediakan informasi secara spasial lebih memungkinkan
untuk diterapakan pada markerless AR melalui informasi koordinat dapat dilakukan
dengan pengguna bergerak terhadap lingkungan lokasi yang diinisiasikan. Hal ini
dapat terjadi dengan kemampuan dalam algoritma yang melakukan perkiraan lokasi.
Algoritma tertentu mencoba menghitung posisi pengamat terhadap lingkungan
8
pergerakannya dalam menentukan hubungan dengan objek yang terdeteksi
disekitarnya (Azzari dkk., 2008).
Penerapan AR berbasis lokasi telah dilakukan oleh Cheverst dkk. (2000) dalam
pembuatan Electronic Tourist Guide dengan fokus penelitian yaitu penyajian
informasi tentang sebuah kota untuk tur wisata menggunakan teknologi berbasis
lokasi yang menampilkan nama-nama bangunan dan nama objek unik di lokasi objek
tersebut. Juga oleh Karpischek dkk (2010) mengembangkan aplikasi yang
menggunakan teknologi AR untuk mengidentifikasi gunung.
I.8.3 Pemodelan 3D
Objek yang memiliki tiga dimensi berupa panjang, lebar, dan tinggi disebut
dengan objek 3D. Objek 3D tidak hanya digunakan dalam matematika dan fisika
melainkan digunakan pula pada bidang grafis, seni, animasi, komputer dan lain-lain.
Pemodelan 3D adalah suatu proses menciptakan model digital dari suatu objek 3D
dalam bentuk visual nyata melalui perangkat lunak (Faiztyan dkk., 2015).
Dalam kegiatan pemodelan suatu objek menjadi model 3D perlu
memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi hasil akhir. Aspek tersebut
antara lain metode akuisisi data, tujuan objek, tingkat kerumitan, biaya, kesesuaian
dan kenyamanan, dan kemudahan memanipulasi objek.
Billen dan Zlatanova (2003) menjelaskan bahwa model 3D menjadi penting
terutama pada sistem informasi geospasial 3D yang harus menyajikan informasi
sebenarnya dari objek 3D. Ramadhan (2018) telah melakukan pemodelan 3D pada
Museum Benteng Vredeburg dengan metode terestris dengan Terestrial Laser
Scanner kemudian diolah dengan perangkat lunak AutoDesk maya untuk membentuk
model 3D yang kompatibel untuk pembuatan game realitas maya.
9
penggunaan game engine tidak terbatas pada perusahaan game, namun mulai
merambah untuk pengembangan promosi (Ariefianto dkk., 2017).
Unity adalah salah satu perangkat lunak pengembangan aplikasi yang dikenal
dengan kemampuannya membentuk lingkungan maya dan telah menyediakan versi
terbaru yaitu Unity 2019.2.12. Unity berbentuk multi platform game engine yang
dikembangkan oleh Unity Technologies mencakup game engine dan Integrated
Development Environment (IDE) dalam satu paket. Unity dapat digunakan untuk
membuat video game untuk website, desktop, berbagai macam konsol, dan
smartphone (Krogh-Jacobsen, 2018).
Penggunaan game engine pada visualisasi dunia virtual dengan interaksi sudut
pandang orang pertama dan orang ketiga telah dilakukan oleh Laksono dan Aditya
(2019) dengan studi kasus pada pemodelan bangunan gedung di lingkungan
Universitas Gadjah Mada. Penggunaan game engine untuk memvisualisasikan
berbagai sumber data topografi dapat memunculkan banyak peluang dalam optimasi
data topografi skala besar yang digunakan (Laksono dan Aditya, 2019).
10
Satelit GNSS memancarkan gelombang navigasi dalam dua frekuensi atau
lebih dalam bentuk L-band. Sinyal-sinyal inilah yang membaca kode jarak dan data
navigasi yang memungkinkan pengguna untuk menghitung waktu yang dilalui dari
dipancarkannya gelombang hingga diterima oleh receiver GNSS dan lokasi satelit
pada epoch tertentu (Subirana dkk., 2011)
Telepon pintar umumnya juga telah tersematkan receiver GNSS sehingga
memungkinkan untuk dilakukannya penentuan lokasi secara real-time ditambah
dengan kemampuannya dalam tersedianya sinyal komunikasi maka juga diperkuat
dengan metode Assisted-GPS (Byon dan Liang, 2014).
Penggunaan sistem A-GPS pada Gambar I.4 memanfaatkan satelit dan sinyal
komunikasi dari menara pemancar yang sudah banyak diterapkan pada smartphone.
Ketelitian yang dapat diperoleh koordinat dengan ketelitian mencapai 1 m sampai 5
m pada kondisi atmosfer yang baik.
I.8.6 Giroskop
Giroskop adalah sensor untuk mengukur dan mendeteksi getaran, ataupun
untuk mengukur percepatan, yang juga bergantung pada arah atau orientasi (Annas
dkk., 2017). Mekanisme sensor ini yaitu dengan menggunakan roda berputar dengan
piringan yang stabil di dalamnya. Sensor giroskop sering digunakan untuk robot,
heli, ataupun pesawat untuk menentukan arah hadap. Sensor giroskop dapat
mendeteksi sesuai gravitasi, yang artinya dapat mendeteksi gerakan pengguna dari
segala arah (Syahid, 2016).
Selain digunakan pada robot dan pesawat, sensor giroskop saat ini juga banyak
terintegrasi dengan smartphones untuk menentukan arah orientasi dan sistem
navigasi. Sensor giroskop yang banyak digunakan pada smartphones adalah Micro-
Electro-Mechanical System (MEMS). Giroskop MEMS secara umum menggunakan
elemen mekanik bergetar sebagai sensornya untuk mendeteksi kecepatan sudut.
Giroskop ini tidak memiliki bagian yang berotasi, sehingga mudah untuk diproduksi
dalam ukuran kecil (Passaro dkk., 2017).
Pada aplikasi Augmented Reality, giroskop berperan dalam menampilkan sudut
pandang dan arah penggambaran objek virtual terhadap layar perangkat. Giroskop
mengatur orientasi layar sehingga model yang ditampilkan terlihat nyata.
11
I.8.7 Kesalahan Posisi (Positioning Error)
Kesalahan posisi digambarkan sebagai penyimpangan dari suatu posisi objek
terhadap posisi seharusnya objek tersebut berada. Besarnya nilai kesalahan posisi
dapat ditunjukan dengan nilai presisi dan akurasi. Presisi menunjukkan seberapa
besar perbedaan nilai saat dilakukan pengukuran berulang. Sedangkan nilai akurasi
adalah nilai kedekatan hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya (Basuki, 2014).
Faktor kesalahan posisi pada Augmented Reality adalah estimasi perilaku dan
penentuan posisi dari perangkat (Michel, Genevès, & Layaïda, 2018). Bentuk-bentuk
perilaku perangkat yang memungkinan menimbulkan kesalahan posisi adalah
kesalahan dalam orientasi yang berkaitan dengan area pandang pengguna. Perilaku
perangkat yang dimaksud oleh Michel, Geneves dan Layaida (2018) adalah
pergerakan yang terdesteksi pada sensor giroskop, magnetometer, dan accelerometer.
12
I.8.8 Uji Penerimaan Pengguna (User Acceptance Test)
Uji penerimaan pengguna adalah salah satu bentuk pengujian aplikasi
(software testing), yaitu serangkaian kegiatan yang terstruktur untuk menilai
kemampuan dari aplikasi atau program dari sudut pandang pengguna sehingga dapat
diperoleh umpan balik berupa respon pengguna terhadap aplikasi yang disediakan
(Aebersold, 2019).
Hasil dari uji penerimaan pengguna menjadi fokus untuk bagian manajemen
kualitas dari fitur tertentu secara spesifik atau keseluruhan aplikasi yang dihasilkan.
Ketika hasil uji penerimaan pengguna sudah menunjukkan bahwa fitur aplikasi
memiliki kualitas yang cukup baik, maka diperoleh keyakinan bahwa aplikasi
tersebut mendapat respon yang baik ketika sampai pada pengguna yang lebih luas
(Ghuman 2014).
Terdapat sedikitnya 5 alasan dilakukannya pengujian pada aplikasi dengan
informasi geospasial (Gabriela dkk., 2010), yaitu:
1. perubahan dalam ketersediaan, bentuk, dan keguanaan dari suatu data spasial,
2. pertumbuhan pengguna yang tidak mempertimbangkan kualitas data spasial,
3. kemampuan sistem informasi geospasial untuk digunakan pada berbagai
kebutuhan meskipun untuk kualitas data yang rendah,
4. sistem informasi geospasial yang menyediakan berbagai kemampuan dalam
penanganan kualitas spasial,
5. adanya peningkatan jenjang antara pengguna data spasial (end users) dengan
pembuat data spasial tersebut.
Kelima alasan yang telah sebutkan dapat disesuaikan sehingga dapat
mengarahkan proses uji penerimaan pengguna secara spesifik mencakup penilaian
terhadap fitur penyajian data spasial pada aplikasi Augmented Reality berbasis GPS.
Pada penelitian ini, salah satu fokusnya adalah mengetahui respon dan timbal balik
pengguna terhadap kualitas data spasial yang memiliki kesalahan posisi (positioning
error) pada tingkatan tertentu.
Salah satu skala yang digunakan untuk menilai penerimaan pengguna adalah
skala Guttman. Ketentuan mengenai Skala Guttman (Sugiyono, 2010) adalah
membuat beberapa penyataan mengenai parameter aplikasi yang ingin diuji.
Penggunaan diberikan dua pilihan, yaitu setuju dan tidak setuju atas pernyataan yang
13
disajikan untuk memberikan jawaban yang tegas untuk jawaban positif atau negatif.
Respon positif mendapat nilai satu, sedangkan respon negatif mendapat nilai nol.
Hasil untuk masing-masing pernyataan dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah
responden maka diperoleh nilai maksimum 100% untuk setiap pernyataan. Jika
dikaitkan dengan derajat penerimaan, dijelaskan sebagai berikut:
1. 0% - 25%, berarti pernyataan ditolak,
2. 26% - 50%, berarti pernyataan cenderung ditolak,
3. 51% - 75%, berarti pernyataan cenderung diterima,
4. 76% -100%, berarti pernyataan diterima.
Ketika penerimaan terhadap kesalahan posisi berada dalam posisi cukup baik,
maka pengembangan AR berbasis GPS dengan nilai kesalahan posisi sebesar
tersebut masih dapat diterima pengguna secara luas.
I.9 Hipotesis
Nilai penerimaan pengguna terhadap penyajian model 3D Candi Prambanan
dengan teknologi Augmented Reality berbasis GPS cukup baik atau lebih dari 50%.
14
BAB II
PELAKSANAAN
II.1 Persiapan
II.1.1.1 Universitas Gadjah Mada. Universitas Gadjah Mada dijadikan lokasi untuk
kegiatan pengecekan kesalahan posisi (positioning error) dan pengecekan usability
ex situ, atau diluar lokasi asli candi Prambanan. Lokasi pengecekan adalah JKG
N.0005 merupakan jaring kontrol milik BIG yang memiliki orde 0 yaitu dengan
ketelitian hingga fraksi milimeter. Lembar informasi mengenai monumen tersebut
dapat diperoleh dari website resmi BIG.
Lokasi kegiatan ditunjukkan Gambar II.1 untuk lokasi kegiatan di area kampus
UGM. Lokasi tersebut adalah Teknik Godesi dan monumen Jaring Kontrol Geodesi
N.0005.
Pemilihan lokasi Teknik Geodesi adalah karena memiliki taman yang luas dan
dengan tutupan area atau distraksi sinyal GPS yang minimum. kemudahan dalam
15
menemukan responden dan pengolahan. Koordinat lokasi ini diperoleh melalui
website Google Maps yang memiliki ketelitian hingga fraksi meter. Ketelitian ini
dirasa cukup untuk AR GPS, setelah dilakukan pengujian yang dilakukan pada JKG
N.0005.
16
II.1.3 Alat Kegiatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi perangkat keras dan
perangkat lunak, yaitu:
1. Laptop, dengan spesifikasi processor Intel ® Core™ i3-5005U CPU @
200GHz (4CPUs), ~2,00GHz
2. Operating System Windows 10 Educatuion 64-bit,
3. Seperangkat Handphone, dengan spesifikasi Operating System Android Nougat
(API 25) yang dilengkapi Google AR Core
https://blog.vakoms.com/everything-you-need-to-knowto-build-location-based-
ar-app/,
4. Unity version 2019.2.12 dengan link yang tersedia pada Lampiran A.
5. Perangkat lunak Microsoft Office 2013,
6. Perangkat lunak SketchUp 2017 dengan link yang tersedia pada Lampiran A,
7. Seperangkat Printer, yang digunakan untuk mencetak formulir dan laporan.
II.2 Pelaksanaan
17
Gambar II.3 Diagram alir kegiatan
18
II.2.2 Pengumpulan Bahan
Kegiatan pengumpulan bahan ini meliputi bahan penunjang untuk pelaksanaan
kegiatan pembuatan aplikasi dan pengujian. Pengumpulan data dilakukan secara
mandiri dengan memanfaatkan data yang terbuka untuk umum, berupa akuisisi data
koordinat lokasi yang diperoleh melalui metode citra penginderaan jauh yang
disediakan Google Maps dan acuan model 3D Candi Prambanan dari 3Dwarehouse
SketchUp.
II.2.2.1 Koordinat Koordinat pertama adalah Titik Kontrol Geodesi N.0005, yaitu
koordinat yang digunakan pada kegiatan pengecekan ketelitian dan akurasi.
Pemilihan pilar N.0005 ini antara lain data koordinat yang baik dan telah diresmikan
sebagai jaring Orde 0. Bentuk fisik yang berupa standar pilar GPS Orde Nol juga
memudahkan dalam pecatatan lokasi berdirinya objek 3D. Deskripsi titik yang
ditampilkan pada Gambar II.4 selengkapnya tersedia pada lampiran.
19
Koordinat yang digunakan adalah WGS 84 karena pada GPS smartphone yang
digunakan juga menerapkan datum yang serupa. Pemilihan kedua lokasi ini berkaitan
dalam kegiatan pengujian aplikasi Augmented Reality adalah berkaitan dengan
pengujian mengenai menampilkan model Candi Prambanan di lokasi yang berbeda.
Kegiatan pengambilan koordinat dilakukan melalui website Google Maps dan
ditampilkan oleh Gambar II.5 dan Gambar II.6.
20
Penggunaan Google Maps dalam akuisisi data koordinat yang selanjutkan
diterapkan pada penempatan model 3D Candi Prambanan menghasilkan koordinat
dengan akurasi sebesar 1,8 m (Mohammed, Ghazi, & Mustafa, 2013).
21
Objek 3D yang dibuat adalah objek evaluasi posisi geometri yang diterapkan
pada titik JKG N0005 dan model 3D Candi Prambanan yang diterapkan pada titik di
lokasi situs wisata Kompleks Candi Prambanan dan area Kampus Teknik Geodesi
Universitas Gadjah Mada. Pada pembuatan model Candi Prambanan perlu beberapa
kali dilakukan penyesuaian karena beratnya aplikasi yang dibuat.
II.2.3.1 Pembentukan Model 3D Uji Kesalahan Posisi. Objek pertama yang dibuat
adalah model pengecekan kesalahan posisi (positioning error) dari visualisasi objek
3D AR. Dimensi objek pengecekan ketelitian AR ditunjukkan Gambar II.6 dan
Gambar II.7.
22
Objek ini terbentuk dari 4 buah lingkaran dengan diameter 0,625 m, 1,25 m,
3,75 m dan 5 m, dengan ketebalan 10 cm. Ukuran tersebut menyesuaikan dengan
ukuran Candi Prambanan yang berkuran 5-20 m. Ditengahnya bersilangan sumbu 4
arah dengan perbedaan warna dengan tujuan mempermudah dalam hal penandaan
pada formulir ecaluasi. Warna tersebut juga menunjukan orientasi dari objek yang
akan digunakan yaitu utara (merah), timur (kuning), selatan(hijau), dan barat (hijau
muda).
23
Tekstur dan warna tersebut memiliki keuntungan dapat dengan mudah
nemukan dan mengamati detail candi.
Model Candi Shiwa yang digunakan pada aplikasi AR dan merupakan model
dengan ukuran terbesar. Gambar II.12 menampilkan Candi Shiwa menjadi pusat
koordinat yang diterapkan.
24
Model Candi Brahma dan Wisnu memiliki bentuk dan ukuran yang serupa.
Untuk model kedua candi tersebut ditunjukkan Gambar II.13.
Ada 3 buah candi Wahana yang diletakan di sebelah timur. Gambar II.14
menampilkan model Candi Wahana yang memiliki ukuran lebih kecil dari Candi
Brahma maupun Wisnu.
Gambar II.15 adalah model Candi Apit dan Perwara yang memiliki bentuk
serupa. Candi Apit terletak di area utama kompleks candi di sisi utara dan selatan.
25
Gambar II.15 Model 3D Candi Apit dan Perwara
Model Candi Patok dan Kelir yang memiliki bentuk serupa, hanya dibedakan
berdasarkan lokasi penempatannya. Candi Patok terletak di keempat pojok,
sedangkan Candi Kelir terletak depan keempat tangga masuk area utama. Model
Candi Patok dan kelir ditampilkan Gambar II.16.
26
Gambar II.18 Simplifikasi model 3D Candi Prambanan (tampak atas)
27
Design (Desain) Desain yang optimum untuk memenuhi analisis kebutuhan
sebelumnya, disusun rancangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagian muka aplikasi menampilkan 3 buah tombol dengan fungsi memulai
menampilkan model 3D, menampilkan informasi mengenai aplikasi, dan
menutup aplikasi.
Nama Aplikasi
[Mulai]
[Tentang]
[Keluar]
28
II.2.5 Pengukuran Positioning Error
Pengujian kesalahan posisi (positioning error) pada tahapan ini adalah dengan
ukuran jarak dari posisi model ke posisi seharusnya. Gambar II.20 menampilkan
salah satu ilustrasi untuk kegiatan pengkuran kesalahana posisi yang dilakukan.
Posisi objek pengujian terletak cenderung di selatan dari JKG N.0005. Kondisi objek
akan terlihat bergeser-geser dan mengalami penyesuaian pada orientasinya.
Selanjutnya dilakukan penandaan pada formulir pengujian dengan alat tulis dan
dilakukan sebanyak beberapa kali selama aplikasi terbuka.
t1
p1
0,6
p2
t2 25
m
Kegiatan pengujian kesalahan posisi adalah ketika posisi JKG N.0005 saat
waktu pertama (t1) terletak di dekat dengan sumbu hijau, di antara lingkaran kuning
dan hijau dengan kecenderungan lebih dekat pada lingkaran hijau, sehingga
penggambarannya tunjukkan dengan p1. Sedangkan saat waktu kedua (t2) terletak di
dekat dengan sumbu hijau (namun lebih jauh dari t1), di antara lingkaran kuning dan
hijau dengan kecenderungan lebih dekat pada lingkaran kuning, sehingga
penggambarannya tunjukkan dengan p2.
Mengingat jarak antar lingkaran warna adalah 0,625 m dan ketelitian alat ukur
adalah setengah dari bacaan ukuran terkecil, maka ketelitian terbaik pada pencatatan
dengan model 3D ini adalah 0,31 m. Hal ini berpengaruh pada ketelitian hasil atau
standar deviasi perhitungan yang tidak boleh lebih baik dari ± 0,31 m. Sehingga
29
apabila menginginkan ketelitian pengukuran yang lebih baik maka dapat digunakan
model 3D dengan interval jarak yang lebih kecil.
Pada Gambar II.21. adalah formulir dokumentasi yang diisikan dengan
melakukan penandaan posisi monumen JKG N.0005 terhadap model 3D pengujian
pada formulir. Pemilihan untuk menggunakan formulir ini adalah karena dapat
menampilkan persebaran dari kesalahan posisi model 3D terhadap posisi seharusnya.
Formulir terdiri atas dua bagian, yaitu model pengujian tampak atas, dan
bagian tabel perhitungan jarak. Pengujian ini mengikuti metode pengukuran
pengikatan ke depan, yakni untuk satu titik yang diketahui posisinya scara pasti maka
dapat digunakan untuk mengetahui posisi titik lainnya.
30
II.2.6 User Acceptance Test
Pengujian dilakukan pada situs candi Prambanan dan di lingkungan kampus
teknik Godesi untuk mengetahui keoptimalan dalam penyajian informasi objek 3D
melalui GPS Based Augmented Reality di lokasi (in situ) dan di luar lokasi (ex situ).
Proses pengujian dengan fokus pengujian pada penyajian bentuk geometri dan
posisi relatif setiap objek 3D. Formulir pengujian berbentuk tabel dengan beberapa
kolom pernyataan dengan jawaban setuju atau tidak sejutu atas pertanyaan tersebut.
Hasil dari responden, diharapkan dapat diketahui pula bagaimana penggunaan yang
paling optimum dalam penyajian objek 3D di lokasi sebenarnya (in situ) dan dluar
dari lokasi situs (ex situ).
Perancangan user acceptance test terdiri atas dua aspek yaitu aspek materi dan
aplikasi (As’mi, 2018). Pernyataan berdasarkan aspek-aspek tersebut ditampilkan
dalam kuisioner pengguna seperti yang ditunjukkan pada Tabel II.1.
Tabel II.1 Perancangan User Acceptance Test
Aspek Kode Pernyataan
Saya dapat membedakan setiap bangunan yang
P1
memiliki ukuran berbeda (setuju/tidak setuju)
Saya dapat mengetahui lokasi setiap bangunan
P2
(setuju/tidak setuju)
Materi
Saya dapat melihat secara detail bentuk bangunan
P3
secara jelas (setuju/tidak setuju)
Saya merasa objek yang muncul sudah stabil
P4
(setuju/tidak setuju)
Saya merasa tampilan menu aplikasi sudah menarik
P5
(setuju/tidak setuju)
Saya merasa mudah dalam pengarahan kamera pada
P6
aplikasi ini (setuju/tidak setuju)
Aplikasi
Saya merasa pada aplikasi GPS AR perlu ditambahkan
P7
keterangan nama setiap bangunan (setuju/tidak setuju)
Saya merasa perlu dilakukan pengembangan untuk
P8
objek cagar budaya lainnya (setuju/tidak setuju)
31
atau negatif dan tidak ada derajat-derajat penerimaan selain itu. Respon positif
mendapat nilai satu, sedangkan respon negatif mendapat nilai nol.
Hasil untuk masing-masing pernyataan dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah
responden maka diperoleh nilai maksimum 100% untuk setiap pernyataan. Jika
dikaitkan dengan derajat penerimaan, dijelaskan sebagai berikut:
1. 0% - 25%, berarti pernyataan ditolak,
2. 26% - 50%, berarti pernyataan cenderung ditolak,
3. 51% - 75%, berarti pernyataan cenderung diterima,
4. 76% -100%, berarti pernyataan diterima.
Ketika penerimaan terhadap kesalahan posisi berada dalam posisi cukup baik,
maka pengembangan AR berbasis GPS dengan nilai kesalahan posisi sebesar
tersebut masih dapat diterima pengguna.
Sebanyak 30 responden dipilih untuk menguji aplikasi dan menunjukkan
keoptimalan penyajian data 3D melalui AR berbasis GPS. Sebanyak 15 responden
untuk setiap lokasi pengujian dikelompokkan untuk memperoleh nilai keoptimalan
untuk lokasi tersebut.
32
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Aplikasi
33
III.1.2 Tampilan Muka
Tampilan muka atau interface dari aplikasi yang dihasilkan dibuat sesederhana
dan semudah mungkin dalam hal navigasi. Pada tampilan Main Menu atau menu
utama yang ditampilkan pada Gambar III.3 memiliki tiga tombol, yaitu Start, About,
dan Quit.
34
Ketika tombol Start pada menu utama, membuka menu Start dengan tampilan
Gambar III.4. Pada tampilan ini, terdapat 3 tombol yaitu Candi Prambanan, Teknik
Geodesi, dan Back.
35
Ketika tombol About pada menu utama, membuka menu About dengan
tampilan Gambar III.5. Pada tampilan ini, terdapat 2 tombol yaitu Check N0005 dan
Back.
36
Tombol Quit pada Main Menu mengarahkan pengguna untuk menutup
aplikasi. Untuk membuka aplikasi adalah dengan menekan icon aplikasi, yang
ditunjukkan pada Gambar III.6.
37
Ketika tombol Teknik Geodesi ditekan, ditampilkan model 3D Candi
Prambanan yang terletak di kampus Teknik Geodesi, yang ditampilkan pada Gambar
III.8.
Ketika yang ditekan yaitu tombol Candi Prambanan maka ditampilkan model
3D Candi Prambanan yang terletak di kompleks Candi Prambanan, yang disajikan
pada Gambar III.9.
38
III.2 Pengujian
Pengujian sesi pertama diperoleh nilai rerata posisi objek 3D pada sumbu X
sebesar 1,506 ± 0,474 m dan pada sumbu Y sebesar -0,500 ± 0,709 m. Rerata jarak
objek yaitu 1,587 ± 0,467 m.
62.5 cm 2,5 m
39
Gambar III.10 Plotting lokasi JKG N.0005 pada sesi 1 pengujian
Hasil pengujian di sesi kedua ditampilkan pada Tabel III.2.
Tabel III.2 Sesi 2 pengujian posisi objek 3D pada JKG N.0005
Jarak terlihat pada Jarak model virtual
Sesi layar (cm) ke objek nyata (m) Jarak Objek
ke-2 (m)
1 1,2 4,5 0,6 2,25 2,329
2 2,3 4,3 1,15 2,15 2,438
3 2,7 2,8 1,35 1,4 1,945
4 3,3 3,6 1,65 1,8 2,442
5 2,2 5,5 1,1 2,75 2,962
6 2,8 4,7 1,4 2,35 2,735
7 3,5 4,8 1,75 2,4 2,970
8 3,2 5,7 1,6 2,85 3,268
Rerata 1,325 2,244 2,606
Standar Deviasi 0,373 0,475 0,427
Pengujian sesi kedua diperoleh nilai rerata posisi objek 3D pada sumbu X
sebesar 1,325 ± 0,373 m dan pada sumbu Y sebesar 2,244 ± 0,475 m. Rerata jarak
objek yaitu 1,572 ± 0,503 m.
62.5 cm 2,5 m
Berdasarkan Gambar III.11 terlihat persebaran yang terjadi tidak terlalu luas,
hal ini menunjukan saat muncul di layar, model 3D cenderung stabil.
40
Hasil pengujian di sesi ketiga ditampilkan pada Tabel III.3.
Tabel III.3 Sesi 3 pengujian posisi objek 3D pada JKG N.0005
Jarak terlihat pada Jarak model virtual
Sesi layar (cm) ke objek nyata (m) Jarak Objek
ke-3 (m)
1 0,2 4,2 0,1 2,1 2,102
2 0,4 4,9 0,2 2,45 2,458
3 -0,6 5 -0,3 2,5 2,518
4 -1,1 4,5 -0,55 2,25 2,316
5 -1,4 5,1 -0,7 2,55 2,644
6 -2,2 4,7 -1,1 2,35 2,595
7 -0,3 5,8 -0,15 2,9 2,904
8 -0,1 6,5 -0,05 3,25 3,250
Rerata -0,319 2,544 2,564
Standar Deviasi 0,440 0,370 0,353
Berdasarkan pengujian sesi 3 diperoleh nilai rerata posisi objek 3D pada sumbu
X sebesar -0,319 ± 0,440 m dan pada sumbu Y sebesar 2,544 ± 0,370 m. Rerata jarak
objek adalah 2,564 ± 0,353 m.
62.5 cm 2,5 m
Gambar III.12 menunjukkan persebaran yang terjadi pada sesi ketiga tidak
terlalu luas, serupa dengan sesi kedua. Presisi yang terlihat baik menandakan masih
adanya ketidakstabilan pada model namun dengan taraf yang minimum.
41
Hasil pengujian di sesi keempat ditampilkan pada Tabel III.4.
Tabel III.4 Sesi 4 pengujian posisi objek 3D pada JKG N.0005
Jarak terlihat pada Jarak model virtual
Sesi layar (cm) ke objek nyata (m) Jarak Objek
ke-4 (m)
1 0,4 3,7 0,2 1,85 1,861
2 0,8 4,9 0,4 2,45 2,482
3 -2,2 3,1 -1,1 1,55 1,901
4 -2,3 2,3 -1,15 1,15 1,626
5 -3,3 2 -1,65 1 1,929
6 -3 3,9 -1,5 1,95 2,460
7 -3,9 3,9 -1,95 1,95 2,758
8 -4 3 -2 1,5 2,500
Rerata -1,094 1,675 2,000
Standar Deviasi 0,921 1,224 0,406
Pengujian sesi keempat diperoleh nilai rerata posisi objek 3D pada sumbu X
sebesar -1,094 ± 0,921 m dan pada sumbu Y sebesar 1,675 ± 0,472 m. Rerata jarak
objek yaitu 2,000 ± 0,406 m.
62.5 cm 2,5 m
Hal yang berbeda dari ketiga sesi sebelumnya, Gambar III.13 menunjukkan
sesi keempat terjadi pergeseran model yang besar pada sumbu Y. Ketidakstabilan
pada model terlihat pada objek yang bergerak-gerak dan tidak tertahan di lokasi.
42
Hasil pengujian di sesi kelima ditampilkan pada Tabel III.5.
Tabel III.5 Sesi 5 pengujian posisi objek 3D pada JKG N.0005
Jarak terlihat pada Jarak model virtual
Sesi layar (cm) ke objek nyata (m) Jarak Objek
ke-5 (m)
1 4,7 -4 2,35 -2 3,086
2 3,7 -3,8 1,85 -1,9 2,652
3 1,8 -4,8 0,9 -2,4 2,563
4 0,5 -5,8 0,25 -2,9 2,911
5 -5,3 -2,4 -2,65 -1,2 2,909
6 -4,5 -5,8 -2,25 -2,9 3,670
7 -3,3 -5,1 -1,65 -2,55 3,037
8 -2,7 -4,5 -1,35 -2,25 2,624
Rerata -0,319 -2,263 2,285
Standar Deviasi 1,914 0,566 0,357
Pada pengujian sesi kelima diperoleh nilai rerata posisi objek 3D pada sumbu
X sebesar -0,319 ± 1,914m dan pada sumbu Y sebesar -2,263 ± 0,566 m. Rerata
jarak objek adalah 2,285± 0,357m.
62.5 cm 2,5 m
Sesi kelima terjadi pergerakan yang sangat besar pada model, ditampilkan pada
Gambar III.14 objek tersebar pada area yang luas. Nilai standar deviasi terbesar pada
sumbu X menunjukkan pergeseran yang cukup signifikan.
43
Tabel III.6 Ketelitian posisi geometri GPS AR
Standar Deviasi Standar
Rerata posisi (m) Rerata Jarak
Sesi Posisi Deviasi
(m)
Jarak (m)
1 1,506 -0,500 0,474 0,709 1,587 0,467
2 1,325 2,244 0,373 0,475 2,606 0,427
3 -0,319 2,544 0,440 0,370 2,564 0,353
4 -1,094 1,675 0,921 0,472 2,000 0,406
5 -0,319 -2,263 1,914 0,566 2,285 0,357
Rerata Jarak (nilai akurasi) 2,208
Rerata Standar Deviasi (nilai presisi) 0,402
Pada Tabel III.6 diatas ditampilkan nilai dari kelima sesi yang telah dilakukan
dan selanjutnya dilakukan perataan dan diperoleh nilai sebesar 2,208 ± 0,402 m.
44
Tabel III.8 Analisis aspek penilaian di Candi Prambanan
Kode Pernyataan Hasil
P1 Membedakan setiap bangunan yang memiliki ukuran berbeda 80
P2 Mengetahui lokasi setiap bangunan. 80
P3 Melihat secara detail bentuk bangunan secara jelas 86,67
P4 Objek yang muncul sudah stabil 53,33
P5 Tampilan menu aplikasi sudah menarik 60
P6 Mudah dalam pengarahan kamera pada aplikasi ini 66,67
P7 Penambahan keterangan nama setiap bangunan 100
P8 Pengembangan untuk objek cagar budaya lainnya 100
Tabel III.8 menunjukkan aspek materi dari evaluasi untuk model yang
diletakan di kompleks Candi Prambanan, dari 15 responden diperoleh skor 80 untuk
kemampuan membedakan ukuran dan membedakan lokasi dari model 3D yang
ditampilkan. Detail bangunan dapat terlihat jelas dengan skor 86,66, namun
kestabilan model memperoleh skor 53,33.
Aspek aplikasi bagian tampilan main menu memperoleh skor 60, dan
kemudahan pengarahan kamera memperoleh skor 66,67 sedangkan, pada bagian
pengembangan lebih lanjut baik penambahan detil informasi dan pengembangan
untuk objek wisata lain memperoleh skor 100.
45
III.2.3 Uji Penerimaan Pengguna di Universitas Gadjah Mada
Pengisian kuisioner dilakukan di bagian selatan gedung Teknik Geodesi UGM
dengan menampilkan keseluruhan model 3D Candi Prambanan. Hasil pengujian
yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel III.9 dan analisis setiap aspek penilaian
ditunjukkan pada Tabel III.10.
Tabel III.9 Hasil uji penerimaan pengguna di Universitas Gadjah Mada
Pernyataan
Reponden Hasil
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
R1 1 1 1 1 0 1 1 1 87,5
R2 1 1 1 1 1 1 1 1 100
R3 1 1 1 1 1 1 1 1 100
R4 0 1 1 0 1 1 1 1 75
R5 1 0 1 0 0 1 1 1 62,5
R6 1 1 1 0 0 1 1 1 75
R7 1 1 0 0 1 1 1 1 75
R8 1 1 1 1 0 0 1 1 75
R9 1 1 1 1 1 1 1 1 100
R10 1 1 1 0 0 0 1 1 62,5
R11 1 1 1 0 0 1 1 1 75
R12 1 1 1 1 0 1 1 1 87,5
R13 1 1 1 1 0 0 1 1 75
R14 1 1 1 1 1 1 1 1 100
R15 1 1 0 0 0 0 1 1 50
Skor penggunaan Ex-Situ 80
Pada pengujian yang dilakukan di luar area dari kompleks Candi Prambanan,
tepatnya Teknik Geodesi dengan 15 responden, ditampilkan pada Tabel III.9
46
diperoleh skor 93,33 untuk kemampuan membedakan ukuran dan membedakan
lokasi dari model 3D. Skor ini lebih tinggi daripada saat pengujian pada lokasi situs
yang sebenarnya. Untuk skor lainnya bernilai sama dan sedikit perbedaan pada
tampilan aplikasi yang memperoleh skor 40 dan kemudahan dalam pengarahan
kamera pada aplikasi dengan skor 73,33.
47
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran
Saran untuk kegiatan yang serupa dengan penelitian ini, adalah sebagai berikut:
48
DAFTAR PUSTAKA
49
Disura, 2017, Candi Prambanan, https://3dwarehouse.sketchup.com/model/
299aa86c-97f7-4d05-8ab7-8e7d00992182/Prambanan-Temple (akses tanggal 26
Desember 2018)
Faiztyan, I. F., Isnanto, R. R., dan Widianto, E. D., 2015, “Perancangan dan
Pembuatan Aplikasi Visualisasi 3D Interaktif Masjid Agung Jawa Tengah
Menggunakan Unity3D.” Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer, Vol 3(2), hal.
207-212
Fukuda, T., Zhang, T., & Yabuki, N., 2014, “Improvement of Registration Accuracy
of A Handheld Augmented Reality System for Urban Landscape Simulation”,
Frontiers of Architectural Research, Vol 3(4), hal. 386-397
Gabriela, D., Stefan, S., dan Aurelian, B., 2010, “Modern Techniques for Evaluation
of Spatial Data Quality”, RevCAD-Journal of Geodesy and Cadastre, hal. 265-
272
Ghuman, S. S., 2014, “Software Testing Techniques.” International Journal of
Computer Science and Mobile Computing, Vol 3, hal. 988-993
Ioannidis, Y., Balet, O., dan Pandermalis, D., 2014, “Tell Me A Story: Augmented
Reality Technology in Museums”, https://www.theguardian.com/culture-
professionals-network/culture-professionals-blog/2014/apr/04/story-augmented-
reality-technology-museums (diakses tanggal 25 Desember 2019)
Karpischek, S., Marforio, C., Godenzi, M., Heuel, S., Michahelles, F., 2009,
“SwissPeaks - Mobile Augmented Reality to Identify Mountains”, Workshop at
the International Symposium on Mixed and Augmented Reality 2009, ISMAR, 19
Oktober 2009, Orlando.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2009, Membangun Kembali
Prambanan, Kemendikbud, Jakarta.
Krogh-Jacobsen, T., 2018, Introducing Unity 2018.3,
https://blogs.unity3d.com/2018/12/13/introducing-unity-2018-3 (akses tanggal 26
Desember 2018)
Kusuma, W., 2016, Gempa Bumi 2006 Porak- Porandakan Kompleks Candi
Prambanan, https://regional.kompas.com/read/2016/05/27/08300061/gempa.
bumi.2006.porak-porandakan.kompleks.candi.prambanan (akses tanggal 26
Desember 2018)
Laksono, D., dan Aditya, T., 2019, “Utilizing A Game Engine for Interactive 3D
Topographic Data Visualization”, ISPRS International Journal of Geo-
Information, Vol. 8, hal 361-379
Michel, T., Genevès, P., dan Layaïda, N., 2018, “A Method to Quantitatively
Evaluate Geo Augmented.” IEEE International Symposium on Mixed and
Augmented Reality Adjunct (ISMAR-Adjunct), 20 Oktober 2018, Munich, Jerman.
Passaro, V. M. N., Cuccovillo, A., Vaiani, L., Carlo, M. De, dan Campanella, C. E.,
2017, Gyroscope Technology and Applications: A Review in the Industrial
Perspective. Sensors, Basel, 7 Oktober 2017, https://doi.org/10.3390/s17102284
(diakses tanggal 6 Januari 2020)
50
Ramadhan, G. R., 2018, “Pembuatan Realitas Maya Benteng Vredeburg
Menggunakan Data Terestrial Laser Scanner”, Skripsi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Subirana, J. S., Zornoza, J. M. J., Hernandez-Pajares, M., 2011, GNSS Signal,
Technical University of Catalonia, Katalunya, Spanyol.
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Syahid, B. A., 2016, “Kendali Quadcopter Menggunakan Remote Control Dengan
Frekuensi Radio 2,4 Ghz”, Laporan Akhir, Politeknik Negeri Sriwijaya,
Palembang.
Teichrieb, V., Lima, J. P. S. M., Apolinário, E., Farias, T. S. M. C., Bueno, M.,
Kelner, J., & Santos, I., 2007, “A Survey Of Online Monocular Markerless
Augmented Reality”, International Journal Of Modeling And Simulation For The
Petroleum Industry, Vol 1(1), hal. 1-7
UNESCO, 2017, Prambanan Temple Compounds, http://whc.unesco.org/en/list/642
(diakses tanggal 6 Januari 2020)
51
LAMPIRAN A
Link Project dan Asset
52
Perangkat lunak, program, dan asset yang digunakan pada kegiatan ini dapat
diperoleh melalui tautan berikut ini:
1. Unity version 2019.2.12: https://unity3d.com/unity/whats-new/2019.2.12
2. 3D Warehouse SketchUP: https://3dwarehouse.sketchup.com/
3. 3D Warehouse SketchUp Model Candi Prambanan:
https://3dwarehouse.sketchup.com/model/299aa86c-97f7-4d05-8ab7-
8e7d00992182/Prambanan-Temple
4. Asset AR+GPS: https://www.dropbox.com/s/fifsd9sjq2o3072/unity-ar-gps-
location-v3.1.1.unitypackage
53
LAMPIRAN B
Pembuatan Aplikasi
54
Pembuatan aplikasi AR yang penulis lakukan menggunakan perangkat lunak Unity
dengan plugin Unity Android Support for Edittor untuk melakukan build aplikasi
Android. Memastikan kedua perangkat lunak tersebut telah terinstal dengan benar.
Pada lampiran ini dijelaskan pembuatan scene AR dan scene Menu.
Langkah pembuatan scene AR tersebut, yaitu:
1. Membuka perangkat lunak Unity, versi yang digunakan adalah Unity
2019.2.12f, kemudian mengatur nama dan lokasi penyimpanan proyek yang
akan dilaksanakan. Langkah ini ditunjukkan pada Gambar A.1.
55
3. Mengaktifkan package manager untuk membangun aplikasi khusus augmented
reality. Dipilih menu Window – Package Manger, lalu pada AR Foundation,
AR Subsystems, ARCore XR Plugin dan ARKIT XR Plugin pilih tombol
install pada pojok kanan bawah jendela yang ditampilkan. Langkah ini
ditunjukkan pada Gambar A.3.
4. Menambahkan Assets AR GPS Location yang dapat diunduh melalui link yang
tersedia pada Lampiran F, pada menu Asset – Import Package – Custom
Package, lalu memilih file AR GPS Location dan klik Open. Muncul jendela
baru, lalu diklik Import. Langkah ini ditampilkan pada Gambar A.4.
56
5. Menambahkan tampilan dasar AR dengan mengklik kanan pada area, dipilih
AR+GPS lalu diklik Create Basic Scene Structure. Langkah ini ditampilkan
pada Gambar A.5.
57
7. Menambahkan objek ke dalam scene tepatnya pada GPS Stage Object dengan
cara di-drag lalu di-drop model 3D yang diingkan ke dalamnya. Langkah ini
ditunjukkan pada Gambar A.7.
f
Gambar A.7 Penambahan model 3D ke dalam scene
8. Pada Hierarchy dipilih GPS Stage Object – pada tab Inspector, pilih Place At
Location (Script) – pada Location Option bagian Latitude dan Longitude
masukan koordinat lokasi objek yang hendak ditampilkan. Langkah ini
ditampilkan pada Gambar A.8
58
Pada langkah ini, koordinat hanya bisa didefinisikan pada satu objek, sehingga
untuk objek lainnya disesuaikan dengan menggeser pada layar display,
membuat GPS Stage Object baru, atau membuat scene baru.
9. Menyimpan scene ini dengan dengan cara klik kanan pada SampleScene*
(tanda * menunjukan bahwa scene belum tersimpan) lalu pilih Save As. Untuk
langkah ini ditampilkan padaGambar A.9. Selanjutnya akan terbuka jendela
baru yang mengarahkan lokasi penyimpanan scene. Pilih lokasi penyimpanan
dan masukan nama, tekan tombol Save.
59
Pada tahap ini untuk scene AR sudah terbentuk, untuk memudahkan dalam
navigasi dan interface pengguna, maka dilakukan pembuatan Home Menu.
Langkah pembuatan scene Home Menu tersebut, yaitu:
1. Membuat scene baru dengan diklik Menu File – diklik New Scene. Langkah ini
ditampilkan pada Gambar A.10.
2. Pada Hierarchy, diklik kanan, pembuatan pilih UI – klik pada Panel. Diatur
orientasi dan ukuran Canvas tersebut. Selanjutnya ditampilkan folder Canvas
yang berisi objek Panel didalamnya. Langkah ini ditampilkan pada Gambar
A.11.
60
Gambar A.11 Penambahan panel latar belakang
4. Memasukkan gambar yang telah terimport dan Sprite ke dalam Panel yaitu
pada Hierarchy diklik Canvas – diklik Panel – pada tab Inspector drag and
drop gambar yang hendak dijadikan latar belakang menu ke dalam Image
(Script) – Source Image, dan pada bagian Color diarahkan nilai Alpha ke 225,
ditunjukkan pada Gambar A.13. Selanjutnya mengganti nama objek Panel
menjadi Background.
61
.
Gambar A.13 Mengatur latar belakang menu utama
5. Memasukkan nama dan kata-kata lainnya, yang berbentuk Text yaitu dengan
diklik kanan pada Canvas – dipilih UI – diklik Text. Pada proyek yang
dilakukan, digunakan Text-Text Mesh Pro yang dapat di-install melalui Asset
Store, karena memiliki pilihan jenis dan gaya font.
Diatur isi teks, ukuran, posisi gaya yang ingin diterapkan. Perlu dipahami, teks
yang dihasilkan ini tidak dapat dilakukan aksi navigasi, sehingga diperlukan
pembuatan tombol.
62
Gambar A.15 Penambahan dan pengaturan tombol
6. Membuat tombol yaitu dengan dIklik kanan pada Canvas – dipilih UI – diklik
Button. Pada project yang dilakukan, digunakan Button-Text Mesh Pro yang
dapat di-install melalui Asset Store, karena memiliki pilihan jenis dan gaya
font. Disesuaikan ukuran tombol yang menjadi area interaksi.
63
Gambar A.17 Tampilan menu Start
64
Gambar A.19 Pengaktifan navigasi dengan pengaturan SetActive
Ditambahkan script untuk fungsi menutup aplikasi dan berpindah ke scene AR.
65
9. Selanjutnya mengaktifkan fungsi Quit pada tombol QUIT dan Change Scene
pada tombol CANDI PRAMBANAN yang ditampilkan pada, TEKNIK
GEODESI dan CHECK N0005.
10. Menyimpan scene menu dengan diklik menu File – Save As.
66
Pada tahap ini untuk scene main menu telah selesai. Selanjutnya
menggabungkan keseluruhan scene, dan menghubungkannya dengan tombol pada
menu utama. Langkah penggabungannya, yaitu:
1. Masukkan Scene AR yang telah dibuat ke dalam Hierarchy dan ditunjukkan
pada Gambar A.23, pada proyek ini terdapat tiga scene AR yaitu Candi
Prambanan, Teknik Geodesi, dan Check N0005 yang merupakan lokasi-lokasi
model 3D yang dimunculkan.
67
Gambar A.25 Penghubungan tombol Teknik Geodesi dengan scene 2
4. Pada tombol CHECL N0005 dihubungkan dengan Scene 3 Check N0005 yang
ditampilkan pada Gambar A.26.
68
Gambar A.27 Jendela Build Setting
69
versi API level 25 ini karena merupakan versi minimum Android agar ARCore
dapat bekerja. Langkah ini ditampilkan pada Gambar A.29.
8. Langkah terakhir adalah kembali ke jendela Build Setting pada Gambar A.27
dan menekan tombol Build. Diasukkan nama dan lokasi penyimpanan apk yg
di-build, dan tunggu proses building.
70
LAMPIRAN C
Data Pengujian Ketelitian Posisi 3D
71
72
73
74
75
76
LAMPIRAN D
Data Usability Testing Ex Situ
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
LAMPIRAN E
Data Usability Testing In Situ
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
LAMPIRAN F
Script pada Aplikasi
109
Script Navigasi Scene
using System.Collections;
using System.Collections.Generic;
using UnityEngine;
using UnityEngine.SceneManagement;
public class menu : MonoBehaviour
{
// Start is called before the first frame update
public void SceneLoader(int SceneIndex)
{
SceneManager.LoadScene (SceneIndex);
}
// Update is called once per frame
public void QuitGame()
{
Debug.Log ("QUIT!");
Application.Quit();
}
public void Update()
{
if (Application.platform == RuntimePlatform.Android)
{
if (Input.GetKeyUp(KeyCode.Escape))
{
SceneManager.LoadScene(0);
//quit application on return button
//Application.Quit();
return;
}
}
}
}
110
1. Script Lokasi AR
var loc = new Location()
{
Latitude = myLatValue,
Longitude = myLngValue,
Altitude = myAltValue,
AltitudeMode = AltitudeMode.GroundRelative
};
111