Case Hordeolum Suci
Case Hordeolum Suci
OD PTERIGIUM GRADE I
Disusun oleh:
M. FIKRI RIDHA
1102015122
Pembimbing :
dr. Susan Sri Anggraeni, Sp.M
dr. Henry A. W, Sp.M (K)
dr. Hermansyah, Sp.M
dr. Mustafa K. Shahab, Sp.M
dr. Risa F. S. Lubis, Sp.M
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2
BAB I.....................................................................................................................................3
LAPORAN KASUS..............................................................................................................3
BAB II................................................................................................................................. 10
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................10
BAB III................................................................................................................................21
ANALISIS KASUS.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................24
2
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. A
No RM : 875761
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Asrama Polantas Tj. Timur
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Bangsa : Indonesia
Status : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 6 April 2021
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 6 April 2021 di Poliklinik
Mata RS Bhayangkari Tk.I R. Said Sukanto.
Keluhan Utama :
Rasa mengganjal pada mata kanan kurang lebih 2 bulan yang lalu.
Keluhan Tambahan :
Mata kanan terasa berpasir dan kering
3
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat penggunaan kacamata : disangkal
Riwayat trauma mata : disangkal
Riwayat pembedahan mata : disangkal
Riwayat penyakit kulit : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat keganasan : disangkal
Riwayat Kebiasaan
Riwayat paparan sinar uv terus menerus dan paparan angin debu dan
polusi disangkal pasien.
4
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu: 36,6ºC
Status Oftalmologis
5
Gambar Pemeriksaan
ODS
6
OS
IV. RESUME
Seorang perempuan, usia 25 tahun datang ke poliklinik mata RS Bhayangkara
Tk. I R. Said Sukanto dengan keluhan terdapat massa pada palpebra superior sinistra
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri (+), hiperemis (+) edema (+), pegal
(+), gatal (+) dan rasa mengganjal (+). Keluar kotoran (-), pus (-penurunan
penglihatan (-), demam (-), riwayat keluhan serupa (+) beberapa kali dalam setahun,
riwayat alergi (-). Riwayat sering terpapar debu saat naik motor dan sering
menggosok-gosok daerah sekitar mata menggunakan tangannya.
7
Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan oftalmologi VODS 6/6. Palpebra oculi sinistra superior: Edema (+),
hiperemis (+), massa (+) konsistensi kenyal, permukaan rata, batas tegas, ukuran ± 0.3 x
0.2 x 0.1 cm, tidak terfiksir, nyeri tekan (+), hangat (+), pus (-). Eversi palpebra superior
sinistra: hiperemis (-), edema (-), massa (-).
V. DIAGNOSIS BANDING
1. OS Hordeolum eksternum
2. OS Kalazion
3. OS Selulitis Preseptal
VII. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
Kompres hangat selama 10-15 menit, 3-4 kali sehari OS
b. Medikamentosa
Asam Mefenamat Tablet 500 mg 3x1 (bila
perlu) Kloramfenikol Ointment 4 kali sehari OS
c. Edukasi
Hindari sering menggosok-gosok daerah mata dengan tangan
Menggunakan penutup mata atau kepala seperti kacamata atau helm saat
mengendarai kendaraan untuk mengurangi paparan debu di area mata
Jangan menekan atau menusuk hordeolum karena dapat menimbulkan
infeksi yang lebih serius
Mengedukasi pasien dan keluarga untuk selalu menjaga higenitas dan
kebersihan lingkungan karena penyakit hordeolum dapat berulang
Menjelaskan pasien agar kontrol kembali dalam 7 hari untuk melihat hasil
terapi
Menjelaskan terapi yang diberikan untuk penyakit hordeolum serta
rencana tindakan pembedahan (insisi) yang akan dilakukan jika keluhan
tidak membaik
8
VIII. RENCANA TINDAK LANJUT
Prosedur pembedahan (insisi): mungkin diperlukan bila pengobatan
konservatif tidak berespon dengan baik.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad cosmeticam : Bonam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
Gambar 1. Potongan Sagital Palpebra Superior
11
1. Tepian anterior
Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss
adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut
pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang
1
bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.
2. Tepian posterior
Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat
muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula
1
Meibom atau tarsal).
3. Punktum lakrimal
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus
1
terkait ke sakus lakrimalis.
12
palpebral inferior, refraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menulurkan
jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke
dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari refraktor
palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok
1
oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak
2
mata bawah oleh cabang kedua nervus V.
2.2 Hordeolum
2.2.1 Definisi
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan
hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss
3
atau Moll.
2.2.2 Etiologi
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.
4
Selain itu bisa juga disebabkan oleh Staphylococcus epidermidis.
2.2.3 Klasifikasi
1) Hordeolum Eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum, nanah
dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan
pergerakan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit (Gambar
1,2
2).
2) Hordeolum Internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam
tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum
internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum.
Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut
bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak
1,2
memecah sendiri (Gambar 3).
13
Gambar 3. Hordeolum ekternum
2.2.4 Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan
jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktik
kedokteran. Prevalensi hordeolum tidak diketahui karena pada kebanyakan kasus
tidak dilaporkan. Insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin. Hordeolum
lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak, kemungkinan
karena tingkat hormon androgenik yang lebih tinggi (dan peningkatan viskositas
sebum). Namun, hordeolum dapat terjadi pada anak-anak. Pada kebanyakan kasus,
5,6
hordeolum dapat sembuh dengan sendirinya.
14
2.2.5 Faktor Risiko
7
Faktor risiko hordeolum adalah sebagai berikut :
1) Penyakit hordeolum sebelumnya.
2) Peradangan kelopak mata kronik, seperti blefaritis.
3) Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik, rosasea
4) Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
5) Higiene dan lingkungan yang tidak sehat.
6) Penyakit kronik (DM, hiperlipidemia)
2.2.6 Patofisiologi
Infeksi umumnya muncul akibat penebalan, stasis, atau keringnya sekresi dari
kelenjar Zeis, Moll, atau kelenjar Meibom. Kelenjar Zeis dan Moll merupakan suatu
kelenjar siliaris dari mata. Kelenjar Zeis menyekresikan sebum dengan suatu
kandungan antiseptik yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Kelenjar Moll
memproduksi imunoglobulin A, mucin 1, dan lisosom yang sangat esensial pada
pertahanan imun melawan bakteri mata. Ketika kelenjar-kelenjar ini mengalami suatu
blokade atau kebuntuan, maka akan terjadi gangguan pertahanan imun mata. Stasis
kelenjar ini dapat mengakibatkan terjadinya infeksi bakteri dan Staphylococcus
aureus merupakan patogen tersering yang menyebabkan hordeolum. Setelah
terjadinya suatu respons inflamasi yang ditandai infiltrasi leukosit, maka akan muncul
8
suatu kantong berisi nanah atau terbentuk abses.
Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom di
lempeng tarsal. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus
dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi
blefaritis. Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan
8
inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva.
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
oftalmologis.
1,2
a. Gejala
1) Pembengkakan.
2) Benjolan nyeri pada kelopak mata.
3) Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata.
15
4) Penglihatan terganggu
5) Rasa tidak nyaman saat berkedip
6) Sekret purulen di mata
7) Iritasi pada mata
8) Sensitivitas terhadap cahaya
2,6
b. Tanda
1) Eritema.
2) Edema.
3) Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata.
4) Seperti gambaran absces kecil.
Gambar 5. Kalazion
16
2) Selulitis preseptal
Selulitis perseptal adalah salah satu infeksi yang paling sering terjadi pada jaringan
lunak kelopak mata dan periorbital, biasanya ditandai dengan adanya eritema dan
edema kelopak mata akut, selain itu sangat mungkin terdapat demam, tetapi
hiperemia konungtiva tidak ditemukan. Tidak ada gangguan penglihatan, tidak ada
proptosis. Selulitis perseptal disebabkan oleh penyebaran local dari sinusitis atau
infeksi di sekitar seperti hordolum atau dakriosistitis, trauma seperti luka tusuk atau
gigitan seranagga. Paling sering mikroorganisme penyebab yaitu Staphylococcus
aureus, streptococcus atau haemophilus influenza pada anak. Yang membedakan
selulitis preseptal dengan hodeolum adalah perjalanan penyakitnya, yang ditandai
dengan adanya demam yang diikuti oleh pembengkakan.
2.2.9 Tatalaksana
Tujuan utama pengobatan segera adalah untuk meredakan gejala, mengobati dan
mencegah infeksi dan gangguan penglihatan. Hordeolum biasanya sembuh sendiri.
Sebagian besar gerombolan akhirnya menunjuk dan mengering sendiri (dalam satu
7
hingga dua minggu).
a) Non – Medikamentosa
Kompres hangat 3 - 4 kali sehari selama 10 - 15 menit tiap kalinya untuk membantu
drainase. Lakukan dengan mata tertutup. Jangan mencoba memecahkan hordeolum,
3
biarkan pecah sendiri. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih.
b) Medikamentosa
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada
7
perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.
17
1) Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10
hari. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum
2,10
eksterna dan hordeolum interna yang ringan.
2) Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda
7
pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum internum
dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau
dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin
atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari
2,10
selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.
c) Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan
mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain
tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah
11
hordeolum dan dilakukan insisi :
1) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
2) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskokleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
11
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.
18
Gambar 5. Insisi pada hordeolum interna
d) Rehabilitatif :
Pasien kontrol kembali 1 minggu lagi untuk melihat efek pengobatan dan untuk
7
dilakukan insisi dan kuretase.
2.2.10 Pencegahan
a. Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
b. Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk
membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
c. Menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh
kuman.
7
d. Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.
2.2.11 Komplikasi
Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis palpebra
yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan
2
abses palpebra.
19
2.2.12 Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami
penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan
5
dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.
20
BAB III
ANALISIS KASUS
21
b. Stadium supuratif
Ditandai dengan adanya
benjolan yang berisi pus (core).
Hordeolum interna dapat menonjol
ke kulit atau ke permukaan
konjungtiva. Hordeolum eksterna
selalu menonjol ke arah kulit.
Tatalaksana Tatalaksana hordeolum: Non Medikamentosa
1. Non-Medikamentosa Kompres hangat selama 10-15
- Kompres hangat 3-4 kali menit, 3-4 kali sehari ODS
sehari selama 10-15 menit. Medikamentosa
2. Medikamentosa Asam Mefenamat Tablet 500
- Antibiotik Topikal: mg 3x1 bila perlu
Bacitracin atau tobramicin Kloramfenikol Ointment 4 kali
salep mata diberikan setiap 4 sehari OS
jam selama 7-10 hari. Edukasi
- Antibiotik Sistemik Hindari sering menggosok-
Eritromisin 250mg atau 125 gosok daerah mata dengan
250mg diklosasilin 4 kali tangan
sehari, Menggunakan penutup mata
3. Pembedahan atau kepala seperti kacamata
- Insisi atau helm saat mengendarai
4. Edukasi kendaraan untuk mengurangi
- Menghindari faktor yang paparan debu di area mata
menyebabkan terjadinya Jangan menekan atau menusuk
infeksi di daerah mata. hordeolum karena dapat
- Jangan menekan atau menimbulkan infeksi yang lebih
menusuk hordeolum karena serius
dapat menimbulkan infeksi Mengedukasi pasien dan
yang lebih serius keluarga untuk selalu menjaga
- Jika keadaan tidak membaik higenitas dan kebersihan
dalam 7 hari, maka lingkungan karena penyakit
dilakukan insisi hordeolum dapat berulang
22
Menjelaskan terapi yang
diberikan untuk penyakit
hordeolum dan rencana
tindakan yang akan dilakukan
jika keluhan tidak membaik
Menjelaskan pasien agar kontrol
kembali dalam 7 hari untuk
melihat hasil terapi
Pasien datang dengan keluhan utama terdapat benjolan di kelopak mata kiri atas sejak
4 hari yang lalu. Benjolan pada palpebra unilateral bisa diakibatkan oleh hordeolum,
kalazion, selulitis preseptal, Keluhan tambahan pada pasien adanya bengkak disertai
kemerahan dan nyeri pada kelopak mata, hal ini mengarahkan kepada penyebab infeksi.
Adanya keluhan nyeri serta tanda-tanda peradangan dapat menyingkirkan diagnosis banding
kalazion. Pasien juga mengeluh rasa gatal pada kelopak mata, yang mengarah kepada
diagnosis hordeolum. Pasien sudah pernah mengalami hal seperti ini beberapa kali dalam
setahun yang lalu pada mata kiri tetapi sembuh dengan sendirinya. Hal ini mendukung
diagnosis hordeolum yang terjadi berulang atau rekurens. Tidak terdapat penurunan visus dan
tidak ada tanda-tanda infeksi selain pada mata seperti demam disangkal, hal ini dapat
menyingkirkan diagnosis banding selulitis preseptal. Sehingga, dasar diagnosis kerja pada
kasus ini yaitu hordeolum eksternum seperti tabel diatas.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, & Asbury. 2017. General Opthalmology, 19th Ed, McGraw-Hill.: page 44-
49.
2. Ilyas S, Yulianti SR. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta: FK UI.
3. Michael. Hordeolum. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/1213080-
overview (diakses tanggal 18 Maret 2021).
4. Destafeno JJ, Kodsi SR, Primack JD. Recurrent Staphylococcus aureus chalazia in
hyperimmunoglobulinemia E (Job's) syndrome. Am J Ophthalmol. Dec
2004;138(6):1057
5. Lindsley K, Nichols JJ, Dickersin K. 2017. Non-Surgical Interventions for acute
internal hordeolum. Cochrane Database of Systematic Reviews.
6. American Academy of Ophthalmology. 2017-2019. Ocular surface disorders. In:
Cornea/External Disease Panel. San Francisco, CA: American Academy of
Ophthalmology. Available at: www.aao.org/ppp
7. Reinoso et al., 2019. Chalazion and Hordeolum - Adult & Pediatric. Saskatchewan
Association
8. Bragg, et al., 2020. Hordeolum. Statpearls. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441985/ (diakses tanggal 18 Maret 2021).
9. Robert et al., 2015. Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid. American
Family Physicia. Available at: www.aafp.org/afp
10. Skorin Jr L. 2002. Hordeolum and Chalazion Treatment. The Full Gamut. Available
at www.optomery.co.uk
11. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4.
Jakarta: CV Sagung Seto.
24