Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

PESERTA DIDIK

Konsep Teori Tentang Motivasi, Sikap, Minat, Bakat dan


Kebiasaan Belajar

Disusun oleh :

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “Konsep Teori Tentang Motivasi, Sikap, Minat, Bakat dan Kebiasaan
Belajar” ini dengan mudah dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin kita tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Peserta Didik.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca pada
umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran sangat kami perlukan untuk menyempurnakan makalah
ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami untuk menulis makalah ini dari awal hingga akhir.

Serang, 14 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2
A. Motivasi...........................................................................................................2
B. Sikap................................................................................................................4
C. Minat................................................................................................................7
D. Bakat................................................................................................................9
E. Kebiasaan Belajar..........................................................................................14
BAB III PENUTUP............................................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan seorang peserta didik dalam menimba ilmu dan menggapai
citacita dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
Faktorfaktor tersebut antara lain adalah motivasi, sikap, minat, bakat dan
kebiasaan belajar peserta didik. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan erat satu
sama lain dan memiliki peranan yang sangat penting bagi peserta didik dimasa
depan. Oleh sebab itu, jika ingin sukses sebagai guru kita harus mengetahui
lebih mendalam tentang motivasi, sikap, minat, bakat dan kebiasaan belajar
peserta didik melalui makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep teori dari motivasi?
2. Apa konsep teori dari sikap?
3. Apa konsep teori dari minat?
4. Apa konsep teori dari bakat?
5. Apa konsep teori dari kebiasaan belajar?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep teori dari motivasi
2. Mengetahui konsep teori dari sikap
3. Mengetahui konsep teori dari minat
4. Mengetahui konsep teori dari bakat
5. Mengetahui konsep teori dari kebiasaan belajar

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Motivasi
Motivasi manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga
penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu.
Motif-motif itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku kita dan juga
keegiatan-kegiatan yang biasanya kita lakukan sehari-hari mempunyai motif-motif
tertentu pula (Rohmah, 2012:239). Motivasi adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk di
dalamnya kegiatan belajar. (Prawira, 2012:320)
Menurut Hamalik (2013:175), motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan
mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Berikut ini adalah fungsi motivasi:
1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi
tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
2. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada tujuan yang
diinginkan.
3. Sebagai penggerak, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
atau lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Hamalik (2013:175), motivasi dilihat dari dasar pembentukannya,
yaitu:
1. Motif-motif bawaan Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak
lahir sehingga motivasi tersebut ada tanpa dipelajari. Misalnya makan,
minum, kerja, istirahat dan lain-lain.
2. Motif-motif yang dipelajari Motif-motif yang timbul karena dipelajari.
Misalnya dorongan untuk mempelajari pengetahuan tertentu.
Menurut Sardiman (2008:89-91), berdasarkan pengertian motivasi, pokok
dari motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu diransang dari luar. Dorongan berasal dari
dalam diri individu untuk melakukan sesuatu. Misalnya seseorang

2
senang membaca sehingga tidak perlu disuruh untuk membaca maka
ia akan membaca.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar. Misalnya seorang siswa belajar
untuk ujian besok agar mendapatkan nilai bagus dan mendapat hadiah
dari orang tuanya.
Menurut Maslov (dalam Imron, 1996:88), ada lima kebutuhan dasar
manusia yang harus terpenuhi. Sebab, kebutuhan yang tak lama terpenuhi tidak
dapat memicu terjadinya active motivator. Jika active motivator tidak bekerja,
maka usaha manusia akan stuck pada level tertentu dan tak akan ada peningkatan.
Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah penting agar
meningkatkan motivasi seseorang termaksud dalam motivasi belajar.
1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan akan makan dan minum,
pakaian dan tempat tinggal.
2. Kebutuhan rasa aman dan terjamin
Kebutuhan rasa aman yang dimaksud disini tidak hanya secara fisik,
tetapi juga secara psikis atau mental. Aman secara fisik misalnya
terhidnar dari gangguan kriminalitas, teror, gangguan orang lain, dsb.
Aman secara psikis atau mental misalnya tidak direndahkan harga
dirinya, tidak mengalami perundungan, dsb. Sementara rasa terjamin,
misalnya saja ada dana cadangan ketika mengalami musibah dan
sebagainya. Kebutuhan rasa aman dan rasa terjamin ini sangat penting
bagi seseorang, karena hal demikian dapat menjadi faktor motivasi,
termasuk motivasi belajar.
3. Kebutuhan sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia
butuh agar dianggap dan diakui sebagai warga komunitas sosialnya
yaitu manusia. Kebutuhan sosial sangat penting bagi manusia yang
sedang belajar. Seseorang tidak akan dapat belajar dengan baik jika
merasa dirinya ditolak oleh sekitarnya.

3
4. Kebutuhan ego
Kebutuhan ego adalah kelanjutan dari kebutuhan sosial. Kepercayaan
dan rasa tanggung jawab yang diberikan orang lain akan memberikan
motivasi dalam diri seseorang untuk dapat melakukan yang terbaik.
Jika kebutuhan ini diterapkan dalam belajar dan pembelajaran, maka
siswa haruslah diberikan banyak tugas-tugas yang menantang tetapi
masih sesuai dengan kemampuan dirinya. Dengan tugas-tugas yang
diberikan, maka siswa akan termotivasi untuk belajar.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri yang dimaksud disini adalah kebutuhan
untuk membuktikan dirinya dan menunjukkan dirinya kepada orang
lain. Oleh karena itu, pada tahapan pemenuhan tertinggi ini, seseorang
mengembangkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki.
Pemenuhan kebutuhan tertinggi ini membutuhkan suasana yang
kondusif dari lingkungan, sehingga seseorang dapat bebas
mengaktualisasikan dirinya. Pada seorang siswa, ekspresi dari seluruh
totalitasnya bisa tercurah dengan baik jika terdapat suasana yang
kondusif untuk aktualisasi belajar dari pembelajar baik di dalam kelas
maupun di luar kelas.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
dorongan atau penggerak dari diri individu untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Motivasi mempunyai dua peranan penting dalam
pembelajaran yakni sebagai daya penggerak psikis dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan mendorong
timbulnya gairah untuk melakukan suatu perbuatan yakni belajar.

B. Sikap
Menurut Slameto (2010:188), sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan
sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan
apa yang dicari individu dalam kehidupan.

4
Menurut Bruno (dalam Muhibbin, 2008:120), sikap adalah kecenderungan
yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang
atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita
anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu.
Perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya
kecenderungankecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas)
terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.
Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil
interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis.
Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat
mengalami perubahan. Sebagai hasil dari belajar, sikap tidaklah terbentuk dengan
sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam
interaksi manusia berkenaan dengan objek tertentu (Tri dan Hudaniah, 2012:81-
82)
Perbedaan pandangan para ahli mengenai sikap, pada umumnya pendapat
yang banyak diikuti ialah bahwa sikap mengandung 3 komponen yang
membentuk struktur sikap, antara lain (Bimo, 2003:107-116):
1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal
yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap
objek sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek
sikap. Komponen ini menunjukkan arah sikap negatif atau sikap
positif.
3. Komponen konatif (komponen perilaku), yaitu komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek
sikap.
Secara garis besar pembentukan atau perubahan sikap ditentukan oleh dua
faktor yaitu:
1. Faktor internal

5
Dalam menanggapai dunia luar yang bersifat selektif, ini berarti
tidak semua yang dari luar dapat diterima. Hal tersebut berkaitan
dengan apa yang ada dalam diri individu karena dalam diri individu
yang akan menyeleksi apa yang akan diterima dan apa yang akan
ditolak.
2. Faktor Eksternal
Hal-hal atau keadaan yang ada di luar diri individu yang
merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
Faktor luar dapat terjadi secara langsung dan secara tidak
langsung. Secara langsung yang dimaksud adalah hubungan
antar idividu dengan individu atau individu dengan kelompok.
Secara tidak langsung yaitu dengan perantaraan alatalat
komunikasi.
Dilihat mengenai apa yang menjadi determinan sikap, terdapat beberapa
yang dianggap paling penting, yaitu:
1. Faktor fisiologis
Hal yang berkaitan dengan faktor fisiologis adalah faktor umur dan
kesehatan. Pada umumnya orang muda sikapnya lebih radikal
daripada sikap orang yang lebih tua sedangkan orang dewasa
sikapnya lebih moderat.
2. Faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap
Pengalaman langsung yang bersangkutan dengan objek akan
mempengaruhi sikap seseorang. Contohnya orang yang pernah
merasakan perang, sikapnya berbeda dengan orang yang belum
pernah merasakan perang.
3. Faktor kerangka acuan
Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap, maka orang
akan mempunyai sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut.
4. Faktor komunikasi sosial
Komunikasi sosial berupa informasi dari seseorang kepada orang
lain dapat menyebabkan perubahan sikap yang ada pada diri orang

6
yang bersangkutan. Faktor komunikasi sangat penting dalam sikap
seseorang.

C. Minat
Menurut Slameto (2010: 180), minat adalah suatu rasa suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minat.
Menurut Ahmad (2013: 58), minat merupakan dorongan dalam diri
seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif
yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan,
menyenangkan dan lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.
Menurut Sukardi yang mengutip pendapat Safran (dalam Makmun,
2014:141), ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan minat, yaitu:
1. Minat yang diekspresikan
Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan
katakata tertentu. Misalnya seseorang mungkin mengatakan bahwa
dirinya tertarik dalam mengumpulkan mata uang logam.
2. Minat yang diwujudkan
Seseorang dapat mengungkapkan minat bukan melalui kata-kata
melainkan dengan tindakan atau perbuatan, yaitu ikut serta dan
berperan aktif dalam suatu kegiatan. Misalnya seseorang mengikuti
kegiatan pramuka yang menarik perhatiannya.
3. Minat yang diinventariskan
Seseorang menilai minatnya agar dapat diukur dengan menjawab
terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk
kelompok aktivitas tertentu.
Menurut Kuder dalam Susanto Ahmad (2013: 61), terdapat sepuluh jenis
atau macam-macam minat, yaitu:
1. Minat terhadap alam sekitar, yaitu minat terhadap pekerjaan-
pekerjaan yang berhubungan dengan alam, binatang dan tumbuhan.

7
2. Minat mekanis, yaitu minat terhadap pekerjaan yang bertalian
dengan mesin-mesin atau alat mekanik.
3. Minat hitung menghitung, yaitu minat terhadap pekerjaan yang
membutuhkan perhitungan.
4. Minat terhadap ilmu pengetahuan, yaitu minat untuk menemukan
faktafakta baru dan pemecahan masalah.
5. Minat persuasif, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan
untuk mempengaruhi orang lain.
6. Minat seni, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan
dengan kesenian, kerajinan dan kreasi tangan.
7. Minat leterer, yaitu minat yang berhubungan dengan masalah-
masalah membaca dan menulis berbagai karangan.
8. Minat musik, yaitu minat terhadap masalah-masalah musik, seperti
menonton konser dan memainkan alat-alat musik.
9. Minat layanan sosial, yaitu minat yang berhubungan dengan
pekerjaan untuk membantu orang lain.
10. Minat klerikal, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan
administratif.
Menurut Slameto (dalam Khairani Makmun, 2014: 145), minat sebagai
salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari
dalam (internal) yaitu minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasaan, kebutuhan,
bakat dan kebiasaan dan faktor dari luar (eksternal) yaitu minat yang sifatnya
tidak menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Faktor
luar dapat berupa kelengkapan sarana prasarana, peragaulan dengan orang tua dan
presepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial budaya.
Minat sangat dibutuhkan dalam proses belajar. Minat besar pengaruhnya
terhadap aktivitas belajar. Siswa akan mudah menghafal pelajaran yang menarik
minatnya. Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan tercipatanya
konsentrasi untuk waktu yang lama. Minat dan perhatian dalam belajar
mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata
pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran
tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinu baik secara

8
sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitnya minat
pada objek tersebut. Jika seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu
dia akan memperhatikannya. Namun, sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka
perhatian pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk
mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian pada
mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah harapan siswa tersebut dapat belajar
yang baik. Hal itu tentu mempengaruhi hasil belajarnya.

D. Bakat
Bakat merupakan salah satu karunia yang diberikan Allah kepada seluruh
hambanya, masing-masing orang mempunyai bakat ataupun kemampuan yang
berbeda. Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang
merupakan potensi ( potential ability ) yang masih perlu dikembangan atau dilatih
agar dapat terwujud. Bakat berbeda dengan kemampuan (ability) yang
mengandung makna sebagai daya untuk melakukan sesuatu, sebagai hasil dari
pembawaan dan latihan. Bakat juga berbeda dengan kapasitas (capacity) dengan
sinonimnya, yaitu kemampuan yang dapat dikembangkan di masa yang akan
datang apabila latihan dilakukan secara optimal (Sobur, 2003:181).
Jadi, yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat
khusus (Semiawan dkk., 1984:43). Bakat umum apabila kemampuan yang berupa
potensi tersebut bersifat umum. Misalnya bakat intelektual secara umum,
sedangkan bakat khusus apabila kemampuan bersifat khusus. Misalnya bakat
akademik, sosial, dan seni kinestetik. Bakat khusus biasanya disebut talent
sedangkan bakat umum (intelektual) biasanya disebut gifted.
Wijaya (dalam Munandar 2002:52) menyatakan bahwa “bakat adalah suatu
kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus, misalnya:
berupa kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, dan lain sebagainya”.
Dalam hal ini seseorang yang berbakat musik, misalnya, dengan latihan yang
sama dengan orang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih cepat menguasai
keterampilan musik tersebut. Untuk bisa terealisasi bakat harus ditunjang dengan

9
minat, latihan, pengetahuan, pengalaman agar bakat tersebut dapat teraktualisasi
dengan baik. Sehubungan dengan cara berfungsinya, ada 2 jenis bakat :
1. Kemampuan pada bidang khusus (talent) misalnya bakat musik,
melukis, dll.
2. Bakat khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisir
kemampuan khusus misalnya bakat melihat ruang (dimensi)
dibutuhkan untuk merealisasi kemampuan di bidang arsitek.
Bakat bukanlah merupakan trait atau sifat tunggal, melainkan merupakan
sekelompok sifat yang secara bertingkat membentuk bakat. Misalnya dalam bakat
musik terdapat kemampuan membedakan nada, kepekaan akan keserasian suara,
kepekaan akan irama dan nada.Bakat baru muncul atau teraktualisasi bila ada
kesempatan untuk berkembang atau dikembangkan, sehingga mungkin saja terjadi
seseorang tidak mengetahui dan tidak mengembangkan bakatnya sehingga tetap
merupakan kemampuan yang latent.
Menurut Yani dalam makalahnya (2018:2) menyatakan bahwa ada 8 jenis
bakat, yaitu:
1. Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar
yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
2. Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus,
artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, pemimpin,
penceramah, olahraga. Selain itu bakat khusus yang lain, yaitu:
a. Bakat Verbal
Bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan dalam bentuk
katakata.
b. Bakat Numerikal
Bakat tentang konsep-konsep dalam bentuk angka.
c. Bakat Skolastik
Kombinasi kata-kata (logika) dan angka-angka. Kemampuan
dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-
akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual
atau pola numerik, pandangan hidupnya umumnya bersifat

10
rasional. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dam
pemprograman komputer. (Newton,Einstein,dsb)
d. Bakat Abstrak
Bakat yang bukan kata maupun angka tetapi berbentuk pola,
rancangan, diagram, ukuran-ukuran, bentuk-bentuk dan posisi-
posisinya.
e. Bakat Mekanik
Bakat tentang prinsip-prinsip umum IPA, tata kerja mesin,
perkakas dan alat-alat lainnya.
f. Bakat Relasi Ruang (spasial)
Bakat untuk mengamati pola dua dimensi atau berpikir dalam 3
dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail
visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup,
melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan
mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tida dimensi. Ini
merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan
insinyur mesin. (Thomas Edison, Pablo Picasso, Ansel Adams,
dsb.)
g. Bakat Kecepatan Ketelitian Klerikal
Bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk
laboratorium, kantor dan lain-lainnya.
h. Bakat Bahasa (linguistik)
Bakat tentang penalaran analistis bahasa (ahli sastra) misalnya
untuk jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing, hukum,
pramuniaga dan lainlainnya.
Menurut Yani dalam makalahnya (2018:2-3) menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi bakat, diantaranya:
1. Faktor Internal
a. Faktor Bawaan (Genetik)
Faktor bawaan atau keturunan (hereditas) merupakan faktor pertama
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Faktor ini dapat diartikan
sebagai semua ciri atau karakteristik individu yang diwariskan kepada

11
anak atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki
seseorang sejak masa pembuahan sebagai warisan dari orangtua.
Faktor bawaan adalah faktor yang mendukung perkembangan indivisu
dalam minat dan bakat sebgai totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orang tua kepada anak dalam segala potensi melalui fisik
maupun psikis yang dimiliki individu sebagai pewaris dari orang
tuanya. Dari segi biologi, bakat sangat berhubungan dengan fungsi
otak. Bila otak kiri dominan, segala tindakan dan verbal, intelektual,
sequensial, teratur rapi, dan logis. Sedangkan otak kanan berhubungan
dengan masalah spasial, non verbal, estetik dan artistic serta atletis.
b. Faktor Kepribadian
Faktor kepribadian yaitu keadaan psikologis dimana perkembangan
potensi anak tergantung pada diri dan emosi anak itu sendiri. Hal ini
akan membantu anak dalam membentuk konsep serta optimis dan
percaya diri dalam mengembangkan minat bakatnya.
c. Faktor Inerest (minat)
Suatu bakat tidak akan berkembang dengan baik apabila anak
bersangkutan tidak memiliki inters atau minat terhadap bakatnya.
Contohnya, anak dengan bakat musik tidak akan berkembang tanpa ia
memiliki ketertarikan terhadap irama dan nada. Apabila hal ini terjadi,
maka orang tua perlu memberikan dorongan yang lebih pada anak
agar bakat anak bisa terasah secara optimal. Kalau tidak mendapat
dukungan dari orangtua atau dibangkitkan minatnya, bakat yang
dimiliki anak tidak akan berkembang. Bisa saja anak tersebut agak
lambat untuk mengembangkan kemampuannya, terutama ketika
menyadari bahwa ia mempunya bakat dalam bidang tertentu.
d. Motivasi
Selain minta, bakat juga dipengaruhi oleh motivasi. Bakat anak akan
kurang berkembang atau tidak menonjol apabila ia tidak memiliki
motivasi atau dorongan dari dalam dirinya sendiri untuk
mengembangkan bakatnya tersebut. Motivasi berhubungan dengan
kuatnya daya juang anak untuk mencapai suatu sasaran tertentu. Jiika

12
kurang motivasi untuk menjadi olahragawan, maka seorang anak
dengan bakat sepakbola, menghadapi rintangan kecil saja dalam
belajar sepakbola akan menghilangkan semangatnya.
e. Value dan Penilaian
Value adalah bagaimana seorang anak memberi arti atau penilaian
terhadap bidang bakat yang dimilikinya. Meskipun anak mengetahui
bahwa ia memiliki suatu bakat di bidang tertentu, jika ia menganggap
bakat tersebut kurang bernilai atau bahkan negatif dalam
pandangannya, maka hal ini juga akan menghambat perkembangan
bakatnya. Misalnya bakat anak dalam olahraga catur, jika anak
memberi nilai negatif pada bakat ini atau menganggap bahwa menjadi
atlet catur tidak begitu membanggakan, kurang terkenal dibanding
bakat menyanyi, dan penilaian negatif lainnya maka bakat anak di
bidang catur tersebut akan tetap terpendam.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
Fakor lingkungan merupakan olahan dari berbagai hal ini untuk
mendukung pengembangan minta dan bakat anak. Faktor lingkungan
terdiri beberapa macam, yaitu:
1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan tempat latihan atau belajar dan
tempat anak memperoleh pengalaman, karena keluarga merupakan
lingkungan perttama dan paling penting bagi anak.
2) Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang
dapat mempengaruhi proses belajar mengajar kondusif yang
berdifat formal. Lingkungan ini sangat berpengaruh bagi
pengembangan minat dan bakat karena di lingkungan ini minat dan
bakat anak dikembangkan secara intensif.
3) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial adalah lingkungan yang
berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Di lingkungan ini
anak akan mengaktualisasikan minat dan bakatnya kepada
masyarakat,

13
b. Sarana dan Prasarana
c. Dukungan dari Orang Tua
d. Pola asuh Orang Tua

E. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan adalah serangkaian perbuatan seseorang secara berulang-ulang
dengan cara yang sama dan berlangsung tanpa proses berpikir lagi. Berdasarkan
pengertian tersebut maka dapat di pahami bahwa kebiasaan belajar merupakan
serangkaian tingkah laku yang di lakukan secara konsisten/berulang oleh siswa
dalam kegiatan belajarnya. Dengan kata lain kegiatan belajar merupakan perilaku
siswa yang di tunjukkan secara berulang tanpa proses berfikir lagi dalam kegiatan
belajar yang di lakukannya. Istilah belajar menunjukkan pada kegiatan dan
peranan peserta didik yang menerima pelajaran atau belajar yang artinya suatu
kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan atau ketrampilan
mengenai suatu pekerjaan yang dapat di capai melalui proses berfikir atau dengan
cara melakukan praktek. (Siagian, 2015:122)
Kebiasaan belajar adalah perilaku siswa yang di lakukan secara berulang-
ulang dari waktu ke waktu dengan cara yang sama. Gie (dalam Arifin, 2012:3)
mengatakan bahwa “ kebiasaan adalah perilaku siswa yang di lakukan secara rutin
dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan belajarnya
Sularti (2008) mengemukakan faktor dari luar dan dari dalam individu yang
mempengaruhi kebiasaan belajar. Faktor dari luar individu yang sering
berpengaruh pada kebiasaan belajar adalah sebagai berikut:
1. Sikap guru.
Guru yang kurang memahami dan mengerti tentang kondisi siswa,
guru tidak adil, kurang perhatian, khususnya pada anak-anak yang
kurang cerdas atau pada siswa yang memiliki gangguan emosi atau
lainnya, guru yang sering marah jika siswa tidak dapat
mengerjakan tugas.
2. Keadaan ekonomi orang tua.
Siswa tidak sekolah atau alpa dapat disebabkan siswa tidak
memiliki uang transport untuk kesekolah karena lokasi sekolah

14
sangat jauh dari rumah, atau siswa tidak dapat mengerjakan tugas
karena tidak memilki buku LKS, dan kesulitan belajar dirumah
karena tidak memiliki buku paket dan kelengkapannya belajarnya.
3. Kasih sayang dan perhatian orang tua.
Siswa malas pada umumnya berasal dari keluarga yang broken
home, orang tua bercerai, memiliki ibu atau bapak tiri, sehingga
orang tua kurang dapat mencurahkan perhatian dan kasih sayang
pada anaknya, anak merasa ditelantarkan, disia-siakan, merasa
bahwa dirinya tidak berarti.
Faktor dari dalam individu yang sering mempengaruhi adalah sebagai berikut:
1. Minat, motivasi dan cita-cita. Pada umunya siswa yang memiliki
kebiasaan malas belajar atau sering tidak masuk sekolah karena
tidak memiliki citacita atau harapan.
2. Pengendalian diri dan emosi. Siswa malas dapat disebabkan siswa
tersebut tidak dapat menolak ajakan teman, perasaan takut, kecewa
atau tidak suka kepada guru, emosi yang tidak stabil seperti mudah
tersinggung, mudah marah dan putus asa.
3. Kelemahan fisik, panca indra dan kecacatan lainnya. Siswa yang
memiliki kekurangan fisik kurang dapat berkembang dengan
normal dimungkinkan memiliki sikap dan kebiasaan belajar kurang
baik, siswa ingin diperhatikan, kurang percaya diri dan sebaliknya
sombong sekedar menutupi kekurangannya.
4. Kelemahan mental seperti kecerdasan/ intelegensi dan bakat
khusus.
Bagaimanapun juga, faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan belajar
harus diarahkan agar terbentuk sebuah perilaku belajar yang positif. Dorongan dan
bimbingan dari orang tua, guru dan orang-orang terdekat dengan siswa sangat
mempengaruhi terbentuknya kebiasaan belajar ini.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pemahaman akan motivasi, sikap, minat, bakat dan kebiasaan belajar dari
peserta didik harus senantiasa dipelajari oleh seluruh calon pendidik. Sebab,
dengan mempelajari hal-hal tersebut seorang calon pendidik akan paham
bagaimana cara mendidik yang benar dan bagaiman menerapkan strategi
pembelajaran yang baik agar dapat membuat peserta didiknya berhasil dalam
kehidupannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Algensindo. Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hamalik, Oemar. 2007. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung :Sinar Baru

Khairan, Makmun. 2014. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Munandar, Utami. 2002. Kreatifitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT Gramedia

Persada. Semiawan, Cory, A.S Munandar, dan S.C.U. Munandar. 1984. Memupuk
Bakat dan Kreativitas siswa sekolah menengah. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka utama Prawira, Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Pendidikan Dalam


Perspektif Baru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Rohmah, Noer. 2015. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Kalimedia.

Sardiman. 2008. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka

Yogyakarta: Andi Offset 20 Yani, Siti Rahma Fitri. 2018. Peranan Bakat Dalam
Proses Belajar. Universitas Negeri Padang, Padang. Diakses dari:
https://www.academia.edu/Peranan_Bakat_Dalam_Proses_Belajar (Diakses
pada 14 Maret 2020)

https://www.psychologymania.com/2012/06/ (Diakses pada 14 Maret 2020)

17

Anda mungkin juga menyukai