Sebelum dilakukan insersi, beberapa hal yang harus diamati antara lain:

1. Permukaan kontak jaringan harus bebas dari gelembung dan goresan tajam,
dilakukan dengan perabaan jari tangan.
2. Permukaan poles harus halus dan mengkilat sehingga mampu meningkatkan
toleransi pasien terhadap protesa.
3. Cengkeram harus retentif dan ujung cengkeram tidak tajam.
Saat pemasangan akhir atau insersi pada pasien perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Retensi
Retensi gigi tiruan sebagian lepasan didapat dari klamer pada gigi tiruan sebagai
direct retainer yang benar-benar memeluk gigi pegangan dan tidak menekan.
Selain itu, diperhatikan juga ketepatan fitting surface pada basis mukosa (In dan
Wahyuningtyas, 2010).
2. Oklusi sentrik, artikulasi rahang, stabilitas
Pemeriksaan ini menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral, dan
anteroposterior dengan menggunakan articulating paper yang diletakkan antara
gigi atas dan bawah kemudian pasien diminta melakukan gerakan pengunyahan
3-4 kali. Idealnya warna biru atau merah merata pada gigi tiruan dan gigi asli.
Bila sudah merata dilanjutkan dengan gerakan ke lateral, protusif, dan retrusif,
idealnya setiap kontak oklusal tidak menghalangi pergerakan tersebut. Stabilitas
gigi tiruan diperiksa dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan
secara bergantian. Gigi tiruan tidak menunjukkan pergerakan pada saat tes ini (In
dan Wahyuningtyas, 2010).
3. Kenyamanan pasien
4. Estetik dan fungsi fonetik
Estetik dapat dilihat dari adanya protesa sangat membantu penampilan gigi dan
wajah pasien menjadi lebih baik. Untuk fungsi fonetik, pasien diminta untuk
mengucapkan huruf t, j, g, k, c ,s, dan lain-lain untuk memeriksa kejelasan suara
(In dan Wahyuningtyas, 2010).
Operator mengajarkan kepada pasien cara memasang dan memakai gigi tiruan
sebagian lepasan. Kemudian pasien diberikan instruksi penggunaan dan pemeliharaan
gigi tiruan sebagai berikut (Carr and Brown, 2011):
1. Operator megajarkan cara memasang dan melepaskan gigi tiruan kepada pasien
yang dilakukan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian
 pasien diminta untuk mencoba memasang gigi tiruan sendiri tanpa bantuan
operator. Pelepasan protesa tidak diperkenankan pada cengkeram karena akan
menyebabkan distorsi. Pelepasan dilakukan menggunakan ibu jari atau telunjuk
melalui tepi bukal sayapnya. Penggunaan cermin sangat membantu pasien untuk
mempelajari arah masuk-keluar protesa.
2. Gigi tiruan hendaknya dipakai terus menerus untuk adaptasi dengan rongga mulut
3. Bersihkan gigi tiruan dengan sikat halus sehabis dipakai
Menurut American Dental Hygienists Association, pembersihan gigi tiruan
dengan cara mekanik dapat dilakukan dengan menggosok gigi tiruan
menggunakan sabun maupun pasta gigi. Menggosok gigi tiruan menggunakan
sabun maupun pasta itu sendiri belum cukup mengendalikan plak pada gigi
tiruan. Perlu diusahakan penggunaan bahan pembersih kimia untuk
membersihkan gigi tiruan secara keseluruhan serta merawat gigi tiruan (Jubhari
dan Putri, 2014).
4. Gigi tiruan direndam dengan air bersih suhu kamar sewaktu dilepas.
5. Pada malam hari sebelum tidur, lepaskan gigi tiruan agar jaringan otot
dibawahnya istirahat.
6. Sebagai latihan, pertama-tama makan makanan yang lembut dan lunak. Apabila
tidak ada keluhan dan terbiasa, maka boleh makan makanan yang biasa.
7. Biasakan mengunyah pada kedua sisi rahang secara bersamaan.
8. Apabila ada rasa tidak nyaman, sakit, gangguan bicara, gigi tiruan tidak stabil,
kerusakan pada kawat atau gigi tiruan, dapat segera menghubungi operator.
9. Pasien diminta untuk datang satu minggu setelah insersi gigi tiruan untuk melihat
penyesuaian oklusi yang masih berubah-ubah. Pada saat kontrol dilakukan
pemeriksaan berupa tidak adanya rasa sakit, tertekan maupun longgar pada waktu
protesa dipakai untuk berfungsi, stabilitas dan retensi baik, oklusi baik,
cengkeram baik, kondisi jaringan pendukung baik, pengucapan huruf dan
berbicara jelas, tidak terdapat iritasi pada jaringan mukosa mulut, pasien dapat
makan dengan enak (In dan Wahyuningtyas, 2010).