Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil penelitian Mendez (1985) dan Singh dkk (2011), menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara prosedur yang diajarkan di fakultas, dan
prosedur yang benar-benar dipraktikkan.11,12 Sebagian besar dokter gigi tidak
mengikuti prosedur yang telah mereka pelajari selama masa pendidikan dan lebih
mengikuti prosedur singkat dan sesuai kenyamanan mereka sendiri untuk melakukan
perawatan prostodontik.11 Clark dkk (2001) melaporkan bahwa dokter gigi di
Amerika Serikat dan di negara lain biasanya tidak menggunakan teknik restoratif
tertentu yang telah dipelajari di fakultas, terdapat teknik alternatif yang sesuai untuk
masing-masing kasus yang mereka rawat. Sementara mahasiswa kedokteran gigi
menggunakan teknik yang telah diajarkan, kebanyakan dokter gigi lebih memilih
untuk tidak menggunakannya atau memilih teknik yang berbeda yang mereka pelajari
dari luar universitas.13 Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka sebagian besar
dokter gigi tidak mengikuti prosedur yang telah mereka pelajari selama masa
pendidikan.11-13
A. Informasi Sosial
Identitas pasien penting diketahui meliputi nama, usia, alamat, nomor telepon
dan pekerjaan pasien. Informasi ini diperlukan bila akan menghubungi pasien lebih
lanjut dan dapat memberikan petunjuk tentang keadaan sosial-ekonomi pasien. 1,4,5
B. Status Medis
Dokter gigi harus mengetahui kesehatan umum pasien khususnya kondisi
yang mungkin berpengaruh terhadap perawatan gigitiruan. Kesehatan umum dapat
diamati dari postur dan kondisi pasien yang terlihat pada saat kunjungan pertama
pasien ke dokter gigi. Namun, harus dipastikan dengan mengadakan pemeriksaan
lebih lanjut, baik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih, pemeriksaan
objektif maupun berkonsultasi dengan dokter yang merawat pasien tersebut.
Informasi kesehatan umum meliputi penyakit sistemik yang diderita pasien seperti
diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, alergi, penyakit kronis lainnya serta
obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus dapat diketahui dengan jelas karena
akan mempengaruhi keberhasilan perawatan yang akan dilakukan. 1,4,5
(a) (b)
Gambar 1. Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah 6
2. Pemeriksaan gigitiruan
Tujuan dari pemeriksaan gigitiruan adalah untuk menentukan kualitas
gigitiruan yang berhubungan dengan keluhan pasien mengenai gigitiruannya sehingga
dapat dilakukan perbaikan pada gigitiruan yang baru. Pemeriksaan yang dilakukan
pada saat gigitiruan dikeluarkan dari rongga mulut meliputi kebersihan gigitiruan,
bentuk umum, posisi gigi, oklusi, dan keausan gigitiruan. Kemudian dilakukan
pemeriksaan gigitiruan di dalam rongga mulut meliputi adaptasi gigitiruan, border
extension, freeway space, dimensi vertikal, oklusi sentrik, estetik, serta posisi gigi dan
hubungannya terhadap lidah, pipi dan bibir, sebelum melakukan penilaian stabilitas
dan retensi. 1,4
Keinginan dan harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat sebaiknya
harus diketahui pada saat kunjungan pertama. Harus disadari oleh pasien maupun
dokter gigi bahwa gigitiruan yang akan dibuat harus dapat menciptakan fungsi rongga
mulut dan keharmonisan hubungan dengan struktur rongga mulut lainnya serta
jaringan sekitarnya.1
3. Model diagnostik
Pembuatan model diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui beberapa hal.
Pada saat melakukan pencetakan model diagnostik, sensitivitas pasien terhadap
prosedur yang dilakukan di rongga mulut, koordinasi aktifitas lidah dan faktor-faktor
lain yang penting untuk penegakan diagnosa dapat diketahui lebih dini. Apabila
masih terdapat gigi asli pada kedua rahang dan masih dapat dioklusikan, maka model
diagnostik dapat dipasangkan ke artikulator sehingga hubungan oklusi yang ada dapat
dicatat. Selain itu dokter gigi dapat mengevaluasi bentuk lengkung dan hubungan
rahang serta mengevaluasi pemeriksaan intraoral yang telah dilakukan.1
4. Pemeriksaan radiografik
Pemeriksaan radiografik pada prinsipnya penting dilakukan untuk
mengevaluasi kondisi setiap pasien yang memerlukan perawatan prostodontik
sehingga kondisi di bawah membran mukosa yang secara klinis tidak ditemukan
adanya kelainan, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan radiografik dapat diketahui
adanya sisa akar, gigi terpendam maupun keadaan patologis seperti kista.
Pemeriksaan radiografik juga dapat melihat keadaan jaringan periodontal gigi yang
masih ada serta vitalitasnya, tebal submukosa yang menutupi tulang, lokasi kanalis
mandibula, foramen mentale serta adanya tulang yang tajam. 1,4,5
Pemeriksaan radiografik panoramik dari kedua lengkung rahang ditambah
dengan foto periapikal atau oklusal bila diperlukan sangat membantu didalam
menegakkan diagnosa, namun perlu dipertimbangkan pemaparan radiasi pada pasien
harus seminimal mungkin. Karena itu disarankan untuk melakukan pemeriksaan
radiografik dengan menggunakan foto panoramik, sedangkan foto periapikal atau
oklusal hanya bila diperlukan untuk pemeriksaan tambahan.4
Bahan cetak yang sering digunakan untuk pencetakan anatomis adalah alginat
(irreversible hidrocolloid) karena harga yang ekonomis, mudah untuk digunakan dan
mempunyai viskositas yang tinggi. 20
Hasil cetakan, harus meluas mencakup seluruh jaringan pendukung gigitiruan
dan perifer. Cetakan rahang atas harus meliputi kedalaman fungsional dari sulkus
labial, bukal dan tuberositas serta mencakup hamular notch dan vibrating line pada
bagian posterior. Pada cetakan rahang bawah harus meliputi kedalaman fungsional
dari sulkus labial, bukal dan lingual serta mencakup retromolar pads dan fossa
retromylohyoid di bagian posterior. 1,4,5,20
(a) (b)
Gambar 4. Hasil cetakan anatomis yang mencakup seluruh daerah pendukung, tidak
poreus dan terisi seluruhnya. (a) Rahang atas (b) Rahang bawah 20
Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan plaster of paris untuk
mendapatkan studi model dan sebagai model untuk pembuatan sendok cetak
fisiologis. 1,20
(a) (b)
Gambar 5. Sendok cetak fisiologis untuk (a) Rahang atas dan (b) Rahang bawah20
a. Border Molding
Border molding atau disebut juga sebagai muscle trimming, merupakan proses
pembentukan tepi-tepi sendok cetak fisiologis untuk mendapatkan anatomi struktur
pembatas gigitiruan yang lebih akurat.20
Beberapa bahan telah digunakan untuk border molding pada sendok cetak
fisiologis, antara lain modeling compound, heavy bodied vinyl polysiloxane dan
polyether. Green stick compound merupakan bahan yang paling bagus digunakan
karena memiliki beberapa keuntungan antara lain setting cepat, dapat digunakan
kembali apabila dilakukan pengulangan prosedur border molding, karena
kekakuannya dapat digunakan untuk memperpanjang sendok cetak yang terlalu
pendek sekitar 3-4 mm, umumnya bahan cukup kental untuk mempertahankan
bentuknya bila dalam keadaan lunak sehingga memberikan lebar yang ideal (2-3 mm)
pada tepi sendok cetak, tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan
setelah pengerasan serta menghasilkan detail jaringan secara halus. Bahan ini juga
memiliki kelemahan yaitu dapat menyebabkan distorsi ketika dikeluarkan dari daerah
undercut, dapat mengiritasi mukosa palatal serta menimbulkan aspirasi. 20
Wax spacer masih berada pada sendok cetak selama prosedur border molding
berlangsung dan sebelum melakukan prosedur border molding, tepi sendok cetak
dikurangi terlebih dahulu 2 mm dari batas jaringan yang harus dicetak.1,4 Apabila
menggunakan green stick compound sebagai bahan border molding, secara bertahap
compound dipanaskan dengan lampu spiritus dan didinginkan sedikit hingga
mencapai suhu kerja sekitar 49oC (120oF) sampai 60oC (140oF), kemudian
dimasukkan ke dalam rongga mulut pasien untuk membentuk tepi yang cocok dengan
gerakan fisiologis dari struktur anatomi pembatas gigitiruan. Prosedur border
molding dilakukan secara berurutan dimulai dari vestibulum bukal, kemudian
vestibulum labial, daerah posterior palatum pada rahang atas dan bagian lingual dari
rahang bawah.20
(a) (b)
Gambar 6. Hasil border molding dengan green stick compound pada sendok cetak
fisiologis yang dilakukan secara berurutan per regio. (a) Rahang atas
(b) Rahang bawah 20
Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari permukaan
dalam sendok cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan round bur nomor 6
pada daerah median palatine raphe, daerah anterolateral dan posterolateral dari
palatum durum untuk sendok cetak rahang atas, serta di tengah-tengah daerah
alveolar dan fosa retromolar untuk sendok cetak rahang bawah. Lubang-lubang ini
dimaksudkan sebagai jalan keluar bagi bahan cetak yang berlebih, memberikan
retensi bagi bahan cetak, mengurangi tekanan secara selektif dan mencegah
perpindahan jaringan saat pencetakan fisiologis.1,4,20
Basis gigitiruan dan oklusal rim berfungsi untuk membangun kontur wajah,
membantu dalam pemilihan gigi, membangun dan mempertahankan dimensi vertikal
oklusi selama pencatatan hubungan rahang, membuat catatan interoklusal, sebagai
panduan pada penyusunan anasir gigitiruan, sebagai panduan untuk penanaman
model kerja kembali (remounting) pada artikulator setelah pasang percobaan dan
sebagai cetakan wax-up untuk permukaan eksternal gigitiruan penuh.20
a. Basis Gigitiruan
Basis gigitiruan harus memenuhi syarat, antara lain harus stabil pada model
kerja dan pada rongga mulut, harus kaku, adaptasi yang baik pada model, menutupi
seluruh jaringan pendukung lengkung rahang, estetik dan nyaman bagi pasien. Resin
akrilik swapolimerisasi merupakan bahan yang paling sering digunakan sebagai basis
gigitiruan ini karena memiliki kekuatan, kekakuan dan adaptasi yang baik pada model
kerja dan di dalam mulut.1,4,5,17,20
Daerah undercut pada model rahang di blocking out dengan wax agar mudah
memisahkan basis tanpa merusak model. Seluruh permukaan basis yang berkontak
dengan bibir, pipi dan lidah harus halus dan dipoles untuk memberi kenyamanan bagi
pasien saat memakai gigitiruan. Basis gigitiruan pada daerah puncak linggir alveolar,
lereng labial dan lereng bukal harus tipis untuk memperoleh ruangan bagi
penyusunan anasir gigitiruan.1,20
b. Oklusal Rim
Bahan oklusal rim dari baseplate wax sering digunakan karena mudah
dimanipulasi di laboratorium, mudah dibentuk untuk memperoleh kontur rongga
mulut yang tepat, estetik, dapat dibentuk sesuai ukuran dan bentuk gigi serta nyaman
bagi pasien.20
Oklusal rim diletakkan di atas linggir yang sebelumnya dibuat basis gigitiruan
dan dengan lembut ditekan sampai oklusal rim sejajar dengan basis pada model. Rim
direkatkan dengan basis dan seluruh daerah yang kosong pada labial dan lingual
ditambahkan dengan wax, kemudian oklusal rim dihaluskan.20
Ukuran dan bentuk eksternal dari oklusal rim sangat penting, harus sama
dengan gigi asli yang akan digantikan. Tinggi oklusal rim rahang atas pada daerah
anterior sekitar 22 mm yang diukur dari dasar perlekatan frenulum labial dan sekitar
12 mm dari basis di daerah tuberositas. Lebar labio-lingual sekitar 8-10 mm di
posterior, dan 6-8 mm pada regio anterior. Tinggi oklusal rim pada rahang bawah
sekitar 18 mm, sedangkan tinggi bagian posterior tidak melebihi setengah tinggi
retromolar pad, lebar 3 mm ke arah bukal sedangkan ke arah lingual lebar tidak
melebihi perluasan medial dari tepi sayap lingual. Inklinasi oklusal rim pada labial
dari kaninus ke kaninus sekitar 15o untuk memberikan dukungan bibir yang
memadai.20
(a) (b)
Gambar 8. Ukuran dan bentuk basis dan oklusal rim.(a)rahang atas (b)rahang bawah20
Oklusal rim yang dipasang dalam mulut pasien harus tampak normal, dengan
persyaratan yaitu:
Ekstra Oral:
1) Sulcus nasolabial, sulcus mentolabial, commisura bibir dan filtrum pasien
harus mendapat dukungan yang baik dari oklusal rim. Jika tidak ada
dukungan, maka sulcus nasolabial, sulcus mento labial dan filtrum menjadi
rata serta commisura kendor, namun jika dukungan berlebihan sulcus
nasolabial, sulcus mentolabial berubah bentuk dan dangkal, filtrum akan
hilang alurnya dan commisura berubah ke arah lateral.
2) Bibir dan pipi tidak boleh tampak cembung atau cekung bila oklusal rim
berada dalam mulut. Oklusal rim yang baik harus mendukung bibir dan pipi
serta otot-otot ekspresi wajah secara normal.1,4,5,17,20
Intra Oral:
1) Bidang oklusal dari oklusal rim rahang atas sejajar garis interpupil mata jika
dilihat dari depan dan sejajar garis alanasi-tragus (Camper’s line) apabila
dilihat dari arah lateral yang diukur dengan occlusal guide plane.
2) Pada posisi istirahat fisiologis dan bibir pasien dalam keadaan rileks, bidang
oklusal dari oklusal rim rahang atas terlihat kira-kira 2 mm dibawah bibir atas.
Gambar 11. Outline sendok cetak fisiologis.(a)Rahang atas dan (b) Rahang bawah2
(a) (b)
Gambar 12. Wax spacer dilapiskan pada model di atas permukaan linggir
edentulus, daerah palatal dan di atas gigi-geligi. Wax spacer tidak
menutupi daerah posterior palatal seal. (a) Rahang atas (b) Rahang
bawah 2
b. Border Molding
Prosedur border molding dilakukan pada daerah edentulus untuk membentuk
tepi yang cocok dengan gerakan fisiologis dari struktur anatomi pembatas gigitiruan,
dengan menggunakan green stick compound dan wax spacer masih berada pada
sendok cetak selama prosedur border molding berlangsung.3
Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari permukaan
dalam sendok cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan round bur nomor 8
berjarak 5 mm kecuali pada daerah groove alveolar apabila akan dilakukan
pencetakan dengan bahan irreversible hidrocolloid.3
Gambar 14. Sendok cetak fisiologis yang telah selesai dibuat. Terdapat lubang pada
permukaan sendok cetak fisiologis 2
c. Teknik Mencetak
Teknik mencetak dengan penekanan selektif antara gigi dan jaringan
pendukung:6
1. Teknik mukokompresi: jaringan lunak mulut di bawah penekanan.
pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas
tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan kea rah mukosa di bawahnya. Bahan cetak
yang digunakan adalah bahan cetak silikon dan polyether.
2. Teknik mukostatis: jaringan lunak mulut berada dalam keadaan istirahat.
Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas yang
sangat rendah, dimana hanya sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada
keadaan ini sedikit atau tidak ada sama sekali terjadi pergerakan dari mukosa. Bahan
cetak yang digunakan adalah irreversible hidrokolloid.
Teknik pencetakan ganda umumnya dilakukan pada pencetakan fisiologis,
dengan mengkombinasikan teknik mukokompresi saat melakukan pencetakan
pertama untuk menghasilkan cetakan yang akurat pada daerah linggir tidak bergigi
dan pencetakan kedua dengan teknik mukostatis pada daerah bergigi.6
Bentuk anatomis gigi dan jaringan pada lengkung rahang kehilangan sebagian
gigi harus tercetak secara akurat. Hal ini sangat diperlukan agar GTSL dapat didesain
sesuai dengan arah pasang dan arah lepas serta dukungan, stabilitas dan retensi yang
berasal dari gigi penyangga lebih tepat dan akurat.5,6
Bila ada satu atau lebih daerah free end yang cukup lebar atau gigi yang
tersisa sudah saling tidak berkontak, maka penentuan hubungan rahang dilakukan
dengan bantuan basis dan oklusal rim. Basis dan oklusal rim ditempatkan pada daerah
yang tidak bergigi, kemudian pasien diinstruksikan untuk menutup rahangnya dalam
hubungan antar tonjol maksimum. Oklusal rim disesuaikan hingga mencapai dimensi
vertikal yang tepat. Setelah dikeluarkan dari mulut, oklusal rim dipasang kembali
pada model kerja. Lakukan pemeriksaan apakah hubungan rahang pada model kerja
telah sesuai dengan yang diperoleh di dalam mulut.2,3,20
Gambar 16. Penentuan hubungan rahang dengan bantuan basis dan oklusal rim 3
Sedangkan pada kasus yang tidak memiliki kontak oklusal sama sekali
diantara gigi yang masih tersisa, misalnya apabila hanya terdapat gigi anterior pada
kedua rahang dan GTP rahang atas harus dibuat bersamaan GTSL rahang bawah,
maka prosedur penentuan hubungan rahang yang dilakukan sama seperti penentuan
hubungan rahang pada GTP dan dengan menggunakan basis dan oklusal rim.3,20
Apabila masih terdapat cukup banyak gigi yang beroklusi, biasanya relasi
sentrik dapat ditentukan dengan cara mengatupkan model rahang atas dan rahang
bawah sehingga akan diperoleh hubungan kontak gigi dengan gigi. Sebaliknya pada
kasus yang masih memiliki beberapa gigi tetapi tidak memiliki oklusal stop lagi,
harus dibuat basis dan oklusal rim untuk memperoleh hubungan rahang atas dan
rahang bawah. Hubungan ini kemudian dipindahkan ke artikulator.3,20
Gambar 17. Salah satu contoh Shade guide pada pemilihan warna GTC 26
Warna yang dipilih untuk restorasi kemudian dicatat pada colour
communication form. Jika memungkinkan, warna yang sama juga digunakan pada
restorasi sementara untuk melakukan evaluasi dan menilai kepuasan pasien. Warna
yang dipilih harus diverifikasi pada pertemuan selanjutnya.23,25
Gambar 18. Contoh Colour communication form pada pemilihan warna GTC 25
Gambar 20. Bentuk akhiran servikal preparasi: (a) knife edge, (b) bevel,
(c) chamfer, (d) shoulder, (e) shoulder bevel. 26
Retraksi gingiva atau disebut juga tissue dilation adalah usaha pendorongan
gingiva ke arah lateral disertai prosedur pembersihan dan pengeringan sulkus yang
dilakukan sebelum pencetakan fisiologis dengan tujuan untuk memudahkan bahan
cetak mengalir ke servikal gigi sehingga didapat hasil cetakan tepi akhir preparasi
yang akurat. Retraksi gingiva ini bersifat reversible dan secara umum masa relaps
terjadi dalam jangka waktu 24-48 jam.23
Retraksi gingiva dilakukan pada gingiva yang sehat tanpa adanya inflamasi,
hipertrofi ataupun resesi yang berlebihan. Pendarahan harus di cegah pada saat
retraksi gingiva karena pendarahan dapat mengakibatkan bahan cetak tidak mengalir
maksimal ke dalam sulkus gingiva sehingga cetakan fisiologis tidak akurat.
Pendarahan dapat dicegah dengan haemostatikum.23,24
Retraksi gingiva dapat dilakukan secara khemis, mekanis, gabungan khemis
dan mekanis maupun dengan pembedahan. Retraksi gingiva secara khemis
merupakan teknik yang sangat efisien dan efektif, namun dikontraindikasikan bagi
pasien dengan penyakit sistemik. Bahan kimia yang sering digunakan adalah
adrenalin, epinephrine 0,1%, epinephrine 8%, zink khlorida 8%, zink khlorida 40%
dan asam tannik 20%. Retraksi gingiva secara mekanis menggunakan mahkota
sementara yang dipakai pada kasus yang sedang dikerjakan dan harus dilakukan
secara hati-hati untuk mengurangi trauma. Retraksi gingiva secara bedah
diindikasikan pada jaringan gingiva yang patologis atau terinflamasi seperti hipertrofi
gingiva. 23,24
Retraksi gingiva dianggap berhasil jika menguakkan margin gingiva dari
permukaan gigi yang di preparasi berkisar 0,35-0,50 mm, celah yang terjadi
memungkinkan masuknya bahan cetak melampaui pinggir servikal, ketebalan bahan
cetak pada tepi subgingiva terjamin dan bersifat reversible.23,24
Cetakan fisiologis yang baik merupakan salah satu faktor penting pada
pembuatan gigitiruan cekat untuk menghasilkan gigitiruan cekat yang beradaptasi
sempurna pada jaringan gigi sehingga tidak menyebabkan kebocoran, semen tidak
larut, tidak menimbulkan karies pada gigi penyangga dan memberikan estetik yang
baik. Cetakan fisiologis yang baik harus mencakup seluruh gigi yang dipreparasi,
sulkus gingiva dari gigi yang dipreparasi dan rahang secara keseluruhan.23
Sendok cetak fisiologis pada umumnya terbuat dari resin akrilik
swapolimerisasi atau visible light cured resin akrilik. Tebal sendok cetak fisiologis
sekitar 2-3 mm untuk menghindari distorsi bahan cetak. Jarak ruangan antara sendok
cetak dan gigi harus 2-3 mm. Beberapa bahan yang digunakan untuk mencetak
jaringa keras dan lunak pada pencetakan fisiologis antara lain reversible hidrocolloid,
polimer polysulfide, silikon kondensasi, polyether dan silikon adisi. Hasil cetakan
harus dibilas, dikeringkan dan didisinfeksi ketika dikeluarkan dari rongga mulut serta
harus segera diisi dengan dental stone. Pengisian cetakan yang terbuat dari polimer
polysulfide tidak lebih dari 1 jam. Cetakan yang terbuat dari bahan polyether atau
silikon memiliki stabilitas dimensi yang tinggi dan dapat disimpan lebih lama
sebelum pengisian cetakan.23
(a) (b)
Gambar 22. Restorasi sementara buatan pabrik yang terbuat dari bahan
(a)polycarbonate dan (b) nickel-chromium 27
Zinc oxide eugenol merupakan bahan semen yang paling umum digunakan
untuk penyemenan mahkota sementara karena memiliki kekuatan yang rendah
sehingga dapat dengan mudah untuk melepaskan mahkota sementara.23
Merupakan tahap yang paling penting, untuk menilai hasil gigitiruan cekat
yang telah diproses. Apabila gigitiruan cekat terbuat dari bahan keramik berlapis
logam, maka pasang percobaan logam dilakukan terlebih dahulu sebelum pelapisan
keramik. Hal ini memiliki beberapa keuntungan antara lain:5
1) Keakuratan gigitiruan cekat dapat diperiksa, apabila diperlukan
perubahan, maka dapat dilakukan tanpa menambah waktu dan biaya
2) Daerah disekitar gigi penyangga dapat diperiksa dan perubahan dapat
dilakukan apabila diperlukan tanpa membahayakan keramik karena penyolderan.
3) Oklusi dapat diperiksa dan disesuaikan tanpa merusak lapisan keramik.
Pemeriksaan pada pasang percobaan ini meliputi adaptasi margin retainer,
kontak dengan gigi yang berdekatan, retensi, stabilisasi, adaptasi pontik pada jaringan
lunak, oklusi, fonetik, bentuk warna dan posisi gigi serta persetujuan pasien.5,23
Aplikasi Prosedur Perawatan Prostodontik pada Praktik Dokter Gigi Umum di Kota Medan
Perawatan Prostodontik
Aplikasi Prosedur Perawatan Prostodontik pada Praktik Dokter Gigi Umum di Kota Medan
1. Prosedur Diagnostik
2. Pencetakan anatomis 1. Prosedur Diagnostik 1. Prosedur Diagnostik
3. Border molding 2. Pencetakan anatomis 2. Pencetakan anatomis
4. Pencetakan fisiologis 3. Border molding (untuk kasus 3. Pemilihan warna gigitiruan
5. Basis dan Oklusal rim free end) 4. Preparasi gigi penyangga
6. Penentuan hubungan rahang 4. Pencetakan fisiologis 5. Retraksi gingiva
7. Pemilihan warna anasir
5. Penentuan hubungan rahang 6. Pencetakan fisiologis
gigitiruan
6. Pemilihan warna anasir 7. Restorasi sementara
8. Pemasangan kembali gigitiruan
gigitiruan 8. Pasang percobaan gigitiruan
penuh ke artikulator
(remounting) 7. Pasang percobaan gigitiruan 9. Pemasangan sementara gigitiruan
9. Pasang percobaan gigitiruan 8. Pemasangan gigitiruan sebagian cekat
penuh lepasan 10. Pemasangan tetap gigitiruan cekat
10. Pemasangan gigitiruan penuh 9. Pemeriksaan pasca pemasangan 11. Pemeriksaan pasca pemasangan
11. Pemeriksaan pasca pemasangan gigitiruan sebagian lepasan gigitiruan cekat
gigitiruan penuh