Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN AL-BIDAYAH

Kisah Isra’ Mi’raj Bagian 2


Ibnu Katsir menuqil kembali riwayat dari Imam Ibnu Ishak dari Ummu Hani
seorang sahabiah, yang merupakan anak paman Rasulullah ‫ ﷺ‬dia
mengatakan ‘tidaklah Rasulullah ‫ ﷺ‬diperjalankan Isra’ di malam hari
kecuali dari rumahku (riwayat yang ada kelemahannya), di malam itu Rasulullah
‫ ﷺ‬tidur di rumahku setelah melaksanakan sholat Isya, maka sebelum
sholat Fajr Rasulullah ‫ ﷺ‬terbangun, kami sholat subuh bersama beliau
setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda kepadaku ‘Ya Ummu Hani,
Sungguh aku telah melaksanakan sholat bersama kalian di Mekkah, lembah ini,
sholat Isya yang diakhirkan kemudian setelah itu aku melakukan Isra’ ke Baitul
Maqdis, melaksanakan sholat disana bersama para Nabi dan Rasul, kemudian aku
sholat subuh bersama kalian juga saat ini, sebagaimana yang kamu saksikan”.
Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar dari masjid, kata Ummu Hani
“maka akupun menarik ujung pakaiannya dan aku katakan, wahai Nabi Allah,
jangan kamu ceritakan kisah ini kepada kaum musyirikn Quraisy, karena mereka
akan mendustakanmu dan menyakitimu, tapi Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda
‘sungguh demi Allah aku akan menceritakan kisah ini kepada mereka’ maka
Rasulullah ‫ ﷺ‬menceritakan kisah ini kepada Quraisy, dan
mendustakannya, ketika itu Rasulullah ‫ ﷺ‬menyampaikan bukti dan
tanda kebenarannya, ketika aku menuju Baitul Maqdis, aku melewati unta-unta
dari bani fulan dilembah ini dan itu, dan kemudian ketikamendengar hembusan
nafas dari Buroq yang ditunggangi oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬dan larilah
unta2 tersebut, dan ada seekor yang lepas dari rombongan itu, maka aku tunjukkan
kepada mereka unta yang lari itu ketika aku sedang menuju ke Syam, setelah itu
aku pulang sampai ketika aku tiba di suatu gunung kecil yang dekat dengan
Mekkah, aku melewati lagi unta2 bani fulan, aku mendapati pemilik unta ini
sedang tertidur dan mereka ada bejana berisi air, kemudian aku membuka tutupnya
dan aku meminumnya, dan aku tutup kembali seperti semula. Dan tandanya atau
bukti kebenarannya bahwasanya saat ini mereka sedang turun dari sebuah lembah
yang didepan mereka ada seekor unta keabu-abuan yang membawa semacam 2
bejana yang satu berwarna hitam dan yang lain berwarna antara putih dan hitam.
Kata Ummu Hani Radhiyallahu Ta’ala Anha mendengar berita tersebut,
orang2 Quraisy mendatangi dataran tinggi tersebut, maka mereka dapati ada kaum
tersebut tapi untanya bukan unta yang diceritakan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬,
kemudian mereka bertanya tentang bejana dan unta itu, maka mereka
memberitakan sebagaimana yang diceritakan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬. Ini
menunjukkan tanda benarnya apa yang dikisahkan Nabi ‫ﷺ‬.
Imam Ibnu Katsir juga menuqilkan dari riwayat lain tapi ada kelemahan
padanya, beliau menyebutkan, riwayat yang shahih dalam riwayat Al Bukhari dan
Muslim dari Annas bin Malik Radhiyallahu Ta’ala Anhu bahwasanya permulaan
Isra’nya Nabi ‫ ﷺ‬adalah di dalam Masjidil Haram mulai dari sisi Hijr
Ismail. Ada penjelasan yang disebutkan bahwa peristiwa ini terjadi sebelum
diturunkan wahyu kepada Nabi ‫ﷺ‬, maka yang benar bahwa Nabi
‫ ﷺ‬itu kejadian pertama kali ketika didatangi oleh para malaikat itu
adalah sebelum diwahyukan kepada beliau, kedua kalinya ketika itu Nabi
‫ ﷺ‬kemudian dipersiapkan untuk melakukan Isra’ yang kejadiannya
itu setelah diturunkan wahyu kepada Nabi ‫ﷺ‬, ada yang mengatakan
belum lama, ada yang mengatakan 10 tahun, dan kata Ibnu Katsir yang benar
adalah 10 tahun setelah diberikan wahyu Nabi ‫ ﷺ‬melakukan Isra’, ini
adalah pendapat yang lebih kuat.
Setelah itu Nabi ‫ ﷺ‬dibersihkan hatinya, dicuci dada beliau (ini
berbeda dengan yang dilakukan malaikat sewaktu beliau kecil), ini ketiga kalinya,
karena sesuai dengan keadaan yang ketika itu Rasulullah ‫ﷺ‬
menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala di atas langit ke 7. Setelah itu Nabi
‫ ﷺ‬menunggangi Buraq, untuk keagungan dan kemuliaan beliau,
setelah itu beliau datang ke Baitul Maqdis dan menambatkan hewan tersebut di
sebuah halaqah (?) tambatan yang melingkar yang disitu para Nabi yang lain juga
menambatkannya. Kemudian Nabi ‫ ﷺ‬masuk ke dalam Baitul Maqdis
melaksanakan sholat di bagian kiblatnya, sholat tahiyyatul masjid. Ada sebagian
sahabat yang mengingkari riwayat ini, tapi riwayat shahih menyebutkan.
Ada beberapa perbedaan pendapat dari kalangan ulama, nabi ‫ﷺ‬
melaksanakan sholat dan memimpin para nabi lainnya alaihimussalam apakah
sebelum beliau naik Mi’raj ke atas langit atau sesudahnya?. ada riwayat2 yang
menunjukkan beliau melakukan sebelumnya, ada juga sebagian dari lafadz yang
menunjukkan itu setelah Nabi ‫ ﷺ‬turun dari atas langit ke 7 kembali ke
Masjidil Aqsa dan melaksanakan sholat dan menjadi Imam para Nabi yang lain
Alaihimussalam. Dan pendapat kedua ini kata Ibnu Katsir ini yang lebih sesuai.
Ada juga yang mengatakan sholat itu dilakukan oleh Nabi ‫ ﷺ‬diatas
langit, tetapi pendapat Ibnu Katsir bahwa pendapat ke dua yang lebih sesuai.
Kemudian, masalah Nabi ‫ ﷺ‬memilih bejana yang tiga tadi itu,
apakah dilakukan di Baitul Maqdis atau terjadinya di langit ?. Kata Ibnu Katsir,
maksudnya ketika Nabi ‫ ﷺ‬telah selesai melaksanakan urusan di
Masjidil Aqsa, setelah itu Allah tegakkan beliau Mi’raj, (tangga yang khusus untuk
naik ke atas langit ke 7), kata Ibnu Katsir ini adalah sebuah tangga yang kemudian
Nabi ‫ ﷺ‬naik ke tangga untuk mencapai langit dan beliau ingatkan,
bahwa Nabi ‫ ﷺ‬tidak naik ke atas langit dengan menunggangi Buroq,
sebagaimana ini disangka oleh sebagian orang (ini keliru). Karena Buroq masih
tertambat di pintu Masjid Baitul Maqdis, karena dia yang akan membawa Nabi
‫ ﷺ‬kembali ke Mekkah.
Maka Nabi ‫ ﷺ‬naik ke atas langit dengan tangga tersebut sampai
kemudian melewati langit ke 7, setiap melewati langit maka Nabi ‫ﷺ‬
disambut oleh orang2 yang mulia yang ada di langit tersebut, para Malaikat, Para
Nabi. Dan disebutkan dalam riwayat2 Isra Mi’raj, Nabi ‫ﷺ‬
meyebutkan beberapa yang beliau lihat dari kalangan Nabi, seperti Nabi Adam di
langit 1, kemudian Nabi Yahya dan ‘isa di langit 2, Nabi Idris langit ke 4, Nabi
Musa di langit ke 6, kemudian Nabi Ibrahim di langit ke 7 dia sedang
menyandarkan pundaknya di Baitul Makmur (tawafnya para malaikat, dimasuki 70
ribu malaikat).
Setelah itu Nabi ‫ ﷺ‬naik lagi sampai pada tingkatan beliau bisa
mendengar Soriful Qalam (goresan pena), kata para ulama, kata penjelasan Ibnu
Hajar Askolani Rahimallahu Ta’ala, maksudnya disini goresan pena malaikat yang
menuliskan ketentuan2 yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berlakukan bagi
makhluknya. Kemudian ditampakkan Rasulullah ‫“ ﷺ‬Sidratul
Muntaha”, digambarkan bahwa daunnya2 seperti telinga2 gajah, buah dan
tumbuhannya seperti labu, kemudian diliputi dengan hal2 yang sangat agung,
warna yang sangat mengagungkan, kemudian juga ada para malaikat yang di
Sidratul Muntaha, ada hal2 yang disebutkan bahwasanya Sidratul Muntaha diliputi
dengan cahaya dari Allah Yang Maha Agung, disitulah Nabi ‫ﷺ‬
kembali melihat malaikat Jibril, yang memiliki 600 sayap, yang masing2 sayapnya
menutupi antara langit dan bumi dan disitulah maksud dari firman Allah di Surah
An Najm ayat 13 – 17 :

‫ اِ ْذ‬١٥ – ‫ ِع ْن َدهَا َجنَّةُ ْال َمأْ ٰو ۗى‬١٤ – ‫ ِع ْن َد ِس ْد َر ِة ْال ُم ْنتَ ٰهى‬١٣ – ‫َولَقَ ْد َر ٰاهُ نَ ْزلَةً اُ ْخ ٰر ۙى‬
١٧ – ‫ص ُر َو َما طَ ٰغى‬ َ َ‫ َما َزا َغ ْالب‬١٦ – ۙ‫يَ ْغ َشى ال ِّس ْد َرةَ َما يَ ْغ ٰشى‬
“Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli)
pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha, di dekatnya ada surga tempat
tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil muntaha diliputi oleh sesuatu
yang meliputinya, penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. “
Ini adalah salah satu keteguhan dan adab yang mulia dari Nabi
‫ﷺ‬, maksudnya Nabi ‫ ﷺ‬melihat malaikat Jibril dalam
bentuk aslinya untuk yang kedua kalinya, seperti yang disebutkan beberapa
sahabat, Abu Hurairah, Abu Dzar, Ibnu Mas’ud, Aisyah. Adapun di surat An Najm
ayat 5 sampai 10, disebutkan ketika Nabi ‫ ﷺ‬melihatnya pertama kali.
Inilah penafsiran yang benar dari ayat ini. Karena ada juga pendapat yang
disebutkan dari Annas bin Malik, bahwasanya yang mendekat disini adalah Allah,
maka yang dilihat oleh Nabi ‫ ﷺ‬adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Kata Ibnu Katsir “bisa jadi ini pemahaman rawi hadits ini dan dimasukkan di
dalam hadits ini. Ataupun kalau ini benar maka ini bukanlah tafsir dari ayat
tersebut, atau ini adalah penafsiran lain”.

Anda mungkin juga menyukai