Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat,
taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini

Sholawat serta Salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat-sahabatnya dan para pengikut beliau yang telah dengan ikhlas memeluk agama
Allah SWT dan mempertahankannya sampai akhir hayat.

Alhamdulillah, Makalah yang penulis beri judul Masyarakat Madani ini dapat terselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Oleh karna itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat : ibu Eka Silvi H.Pd
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera sebagaimana
yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi seluruh lapisan
masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan muncul, seperti demokrasi.
Cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa mengoptimalkan kualitas sumber
daya manusia. Namun masih banyak permasalahan bagi bangsa Indonesia, permasalahan
yang timbul tersebut mengakibatkan banyaknya konflik ataupun kekacauan yang terjadi
dimasyarakat.
Gonjang-ganjing ini tidak bisa dibiarkan lebih lanjut karena akan sangat berakibat
buruk bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara di negeri ini. Alangkah baiknya bila
permasalah yang seiring waktu terus timbul akhirakhir ini dapat diselesaikan dengan tuntas,
cepat dan transparan agar masyarakat tahu betul posisi dan solusi dari masalah tersebut.
Tetapi apa yang kita lihat akhir-akhir ini? Maraknya adu fisik maraknya percecokan untuk
menyelesaikan masalah yang timbul. Apakah begini kondisi masyarakat kita saat ini? Mudah
marah, terpancing emosi dan tidak mempunyai tenggang rasa. Sebagai warga negara yang
baik hendaknya kita semua sadar akan koridorkoridor yang layak dan patuh kepada hukum.
Negara Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila, jadi selayaknya semua
permasalahan yang akan mengakibatkan perkelahian dapat dituntaskan dengan baik.
Negara yang harusnya menghargai nilai-nilai keluhuran adat ketimuran, adat yang
sopan santun, ramah kepada semua orang serta kekeluargaan. Berpegang teguh kepada
undang-undang yang berlaku juga merupakan cerminan cinta kita kepada Indonesia. Semoga
permasalah yang ada sekarang ini cepat tuntas dan tidak menjadi bom waktu dimasa
mendatang. Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan masyarakat madani asalkan
semua potensi sumber daya manusia mendapat kesempatan berkembang dan
dikembangkan. Mewujudkan masyarakat madani banyak tantangan yang harus dilalui.
Untuk itu perlu adanya strategi peningkatan peran dan fungsi masyarakat dalam
mengangkat martabat manusia menuju masyarakat madani itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Konsep Masyarakat Madani?


2. Apakah Pengertian Masyarakat Madani?
3. Sejarah Singkat Masyarakat Madani?
4. Apa saja Karakteristik Masyarakat Madani?
5. Bagaimana Masyarakat Madani di Indonesia?
6. Bagaimana Ciri-Ciri Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat?
7. Bagaimana Proses Demokratis Menuju Masyarakat Madani?

C. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat memahami apa itu masyarakat madani serta
sejarah lahirnya masyarakat madani di indonesia, dan bagaimana posisi masyarakat madani di
indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Masyarakat Madani


Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep
“civil society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan
dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil society sebagai
masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun
Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai legitimasi historis
ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat muslim modern. Makna
“Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep civil society lahir dan
berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat .
Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis”
dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state).
Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke,
dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu
mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond,
2003: 278). Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk
menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”.
Menilik dari subtansi civil society lalu membandingkannya dengan tatanan
masyarakat Madinah yang dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di
masyarakat Muslim modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara
keduanya. Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans;
gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai
moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat
madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan.
Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah
masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral
transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84). Masyarakat
madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau sering diartikan
dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil
society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer.
Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan untuk
menjelaskan “the sphere of voluntary activity which takes place outside of government and
the market.” Merujuk pada Bahmueller (1997).

B.Pengertian Masyarakat Madani

Sejarah masyarakat madani atau masyarakat sipil lahir pertama kalinya dalam perjalanan
politik masyarakat sipil di barat. Istilah masyarakat sipil luas dengan istiliah Civil Society. Yang
didefenisikan oleh para ahli bahwasanya 6 karagkter dari masyarakat sipil sebagai komonitas
sosial dan politik pada umumnya memiliki peran dan fungsi yang berbeda dengan lembaga
negara. Istilah “Masyarakat Madani” dimunculkan pertama kalinya di kawasan asia tenggara
oleh Cendikiawan Malaysia yang bernama Anwar Ibrahim. Masyarakat madani berbeda dengan
masyarakat civil barat yang beriorientasi penuh pada kebebasan individu, menurut mantan
perdana mentri malaysia itu Masyarakat Madani adalah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dan mayarakat yang
berupa pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-undang dan
bukan nafsu keinginan individu.

Ia juga mngatakan masyarakat madani memiliki ciri-ciri yang khas yaitu kemajemukan
kebudayaan (Multicultural), Hubungan timbal balik (Reprocity) dan sikap yang saling memahami
dan menghargai. Anwar Menjelaskan watak masyarakat madani yang ia maksud adalah guiding
ideas, dalam melaksanakan ide-ide yang mendasari keberadaanya yaitu prinsip moral, keahlian,
kesamaan, musyawarah dan demokratis. Dawam Rahardjo juga mengemukakan defenisi
masyaraakat madani adalah proses penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai
kebijakan bersama. Menurutnya masyarakat madani adalah warga negara bekerja sama
membangun ikatan sosial, jaringan produktif, solidaritas kemanusiaan yang bersifat non negara.
Ia juga mengemukakan dasar utama masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi nasional
yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik permusuhan yang
menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan.

Sejalan dengan iitu, Azyumardi Azra juga mengemukakan bahwa masyarakat madani lebih
dari sekedar gerakan prodemokrasi yang mengacu pada pembentukan masyarakat bekwalitas
dan ber-tamaddun (Civility). Menurut tokoh cendikiawan muslim indonesia Norcholish Madjid
istilah masyarakat madani mengandung makna toleransi kesediaan priadi untuk menerima
berbagai macam pandangan politik dan tingkah laku sosial.
C.Sejarah Singkat Masyarakat Madani

Sejarah Civil Society tidak terlepas dari filsuf yunani Aris Toteles (384- 322 SM) yang
mengandung konsep Civil Society sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu
sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society dikenal dengan Istilah Koinonia Politeke yaitu
sebuah koonitas politik tempat warga negara dapat terlibat lansung dalam peraturan ekonomi-
politik dalam mengambil keputusan. Istilah Koinonia Politeke dikeukakan Aris Toteles untuk
menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis dimana warga negara didalamnya
berkedudukan sama didepan hukum. Yang kemudian mengalami perubahan dengan pengertain
Civil Society yaitu masyarakat sipil diluar dan penyeimbang warga negara.

Seorang negarawan Romawi bernama Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) memiliki
pandangan yang berbeda dengan Aris Toteles. Ia mengistilahkan Masyarakat Sipil dengan
societies cvilies yaitu sebuah komonitas yang mendominasi komonitas yang lain dengan radisi
politik kota sebagai komponen utamanya. Istilah ini lebih menekankan pada konsep negara kota
(City-state) yaitu menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainya yang menjelma
menjadi entitas dan teorganisir.

Kemudian Rumusan Civil Society dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-1679 M) dan
Jhon Locke (1632-1704) yang memandang perkembangan civil society sebagai lanjutan dari
evaluasi masyarakat yang berlansung secara alamiah. Menurut Hobbes entitas negara civil
society mempunyai peranan untuk meredam konflik dalam masyarakat sehingga ia harus
memiliki kekuasaan mutlak untuk mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pola interaksi
setiap warga negara. Namun Menurut Jhon Locke, Kehadiran civil society untuk melindungi
kebebasan dan hak milik warga negara. Mengingat sifatnya seperti itu civil society tidak absolut
dan tidak membatasi perananya pada wilayah yang tidak dapat dikelola warga negara untuk
memperoleh haknya secara adil dan profesional.

Pada tahun 1767 Adam ferguson mengkontektualisasikan civil society dengan konteks sosial
dan politik di skotlandia dengan perkembangan kapitalisme yang berdampak pada krisis sosial.
Berbeda dengan pndangan sebelumnya ia lebih menekankan visi etis pada civil society dalam
kehidupan sosial. Menurutnya ketimpangan sosial akibat kapitalisme harus dihilangkan. Ia yakin
bahwa publik secara alamiah memiliki spirit solidaritas sosial dan sntimen moral yang
menghalangi munculnya kembali despotisme. Kekhawatiran ia semakin menguatnya sistem
individualistis dan berkurangnya tanggung jawab sosial mayarakat mewarnai paandangan tenag
civil society waktu itu. Pada 29 januari 1737- 8 juni 1809 aktivis politik Asal Inggris-Amerika yang
bernama Thomas Paine civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan lembaga negara
bahkan ia dianggap sebagai antitetis negara.

Berdasarkan paradigma ini peran negara sudah saatnya untuk dibatasi. menurut paradigma
ini negara tidak lain hanyalah keniscayaan buruk belaka. Konsep negara yang absah menurut
pemikiran ini adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat demi
terciptanya kesejahteraan bersama. Dengan demikian menurutnya civil society adalah ruang
dimana warga negara dapat mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan
kepentinganya secara bebas dan tanpa paksaan. Kemudian pada tahun 1770-1831 G.W.F. Hegel,
Karl Max (1818-1883), dan Antonio Gramsci (1891-1837) mengembangkan Istilah civil society
ialah elemen ideologis keelas dominan.

Pemahaman ini merupakan reaksi atas pandangan paine yang memisahkan civil society dari
negara. Berbeda dengan pandangan paine, Hegel Memandang civil society sebagai kelompok
subordinatif terhadap negara. Menurut Ryaas Rasyid seorang pakar politik indonesia,
menurutnya pandangan ini erat kaitanya dengan perkembangan sosial masyarakat borjuasi
eropa yang ditandai dengan pelepasan diri dari cengkraman dominasi negara. Selanjutnya hegel
menjelaskan bahwa struktur sosial civil society terdaat tiga entitas sosial : keluarga, masyarakat
sipil, dan negara.

Keluarga merupakan ruang sosialisasi pribadi anggota masyarakat yang bercirikan


keharmonisan. Sedangkan masyarakat sipil merupakan tempat berlansungya percaturan sebagai
kepentingan pribadi dan golongan terutama kepentingan ekonomi. Menurutnya negara
merupaka ide universa yang bertugas melindungi kepentingan politik warganya dan mempunyai
hak penuh untuk intervensi terhadap civil society. 8 Berbeda dengan hegel, karl max
memandang civil society sebagai masyarakat borjuis. Dalam konteks hubungan produksi
kapitalis. Keberadaan civil societymerupakan kendala besar bagi upaya pembebasan manusia
dari penindasan kelas pemiik modal.

Oleh karena itu civil society harus dilenyapkan demi terwujudnya tatanan masyarakat tanpa
kelas. Berbeda dengan max. Antonio Gramsci tidak memandang masyarakat sipil dalam konteks
relasi produksi tetapi lebih pada sisi idiologis. Gramsci meletakan masyaraakat madani pada
struktur berdampingan degan negara yang disebut sebagaiPolitical society. Menurutnya civil
society merupakan tempat perebutan posisi hegemoni untuk membentuk konsensus dalam
masyarakat. Ia memberiakan pandangan penting kepada kaum cendikiawan sebagai aktor dalam
proses utama perubahan sosial dan politik.
Selanjutnya wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab hegelian dikembangkan
oleh Alexis de Tocqueville (1805-1859 M) yang bersumber dari pengalamanya mengamati
budaya demokrasi america. Menurutnya Tocqueville kekuatan politik dalam masyarakat sipil
merupakan kekuatan utama yang menjadikan demokrasi amerika mempunyai daya tahan yang
kuat. Berkaca pada budaya amerika yang berciri Plural, Mandiri, dan kedewasaan berpolitik
warga negara manapun mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara. Berbeda
dengan hegelian, pemikiran Tocqueville lebih menempatkan masyarakat sipil sebagai suatu yang
tidak apriori maupun tersubordinasi lembaga negara. Sebaliknya civil society bersifat otnom dan
memiliki kepastian politik cukip tinggi sehingga mampu menjadikan kekuatan penyeimbang
terhadap kecenderungan intervensi negara atas warga negara.

Dari sekian banyak pandangan mengenai civil society, Mazhab Gramscian dan Tocquevillian
telah menjadi inspirasi gerakan prodemokrasi di eropa timur dan eropa tengah pada dasawarsa
80-an. Pengalaman kawasan ini hidup dibawah dominasi negara terbukti telah melumpuhkan
kehidupan masyarakat sipil. Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab pemikiran
civil societytocquelville juga dikembangkan oleh cendikiawan muslim indonesia Dawam Rahardjo
dengan konsep masyarakat madaninya, rahardjo mengilustrasikan bahwa peranan pasar sangat
menenukan unsur-unsur dalam masyarakat madani sedangkan menurut Wutnow dalam
hubungan anrata unsur-unsur pokok masyarakat madani faktorValuntary sangat menentukan
pola interaksi antara negara dan pasar.

Didalam tatanan pemerintahan yang demokratis komponen rakyat disebut masyarakat


madani (Civil Society) yang harus memperoleh peranan utama. Dalam sistem demokrasi
kekuasaan tidak hanya ditangan penguasa melainkan ditangan rakyat. Jadi peran sektor swasta
sangat mendukung terciptanya proses keseimbangan kekuasaan dalam koridor pemerintahan
yang baik, seketika peran swasta bisa berada diatas ini terjadi jika pembuatan kebijakan publik
berkolusi dan tergoda untuk memberikan akses yang longgar pada konglomerat ataupun
usahawan.

D. Karakteristik Masyarakat Madani

Munculnya masyarakat madani disebabkan unsur-unsur sosial dalam tatanan masyarakat.


Unsur tersebut merupakan kesatuan yang saling mengikat dan menjadikan karagter khas masyarkat
madani. Unsur pokok yang harus 9 dimiliki masyarakat madani yaitu : republik yang bebas,
demokrasi, toleransi, kemajemukan, dan keadilan sosial.
1. Wilayah Publik Yang Bebas

Merupakan sarana untuk mengemukakan pendapat warga negara, yang mana


didalamnya semua warga negara memiliki posisi dan hak yang sama untuk melakukan
transaksi sosial dan politik tanpa rasatakut dan terancam oleh kekuatan-kekuatan civil
society.

2. Demokrasi
Demokrasi adalah persyaratan mutlak lainya bagi keberadaan civil society yang murni.
Tanpa demokrasi, masyarakat sipil tidak akan terwujud yang mana demokrasi adalah
suatu tatanan politik sosial yang bersumber dan dilakukan, oleh, dari, dan untuk warga
negara
3. Toleransi
Merupakan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat. Menurut
Nurcholish Madjid toleransi adalah persoalan ajaran dan kewajiban melaksanakan
ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan tata cara pergaulan yang menyenangkan antara
kelompok yang berbeda-beda maka hasil itu dipahami sebagai hikmah atau manfaat
dari ajaran yang benar. Toleransi bukan hanya tuntutan sosial masyarakat majemuk
saja , tapi juga menjadi bagian terpenting pelaksanaan ajaran moral.
4. Kemajemukan
Disebut juga pluralisme yang tidak hanya dipahami seagai sebatas sikap harus
mengakui dan memahami kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai
dengan sikap ttulus untuk menerima kenyataan pandangan sebagai suatu yang
alamiah dan rahmat tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.
5. Sosial Keadilan sosial
adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang propersional atas hak dan
kewajiban warga negara yang mencakup segala aspek kehidupan ekonomi, politik,
pengetahuan, dan pelengkapan. Dengan pengertian lain keadilan sosial adalah
hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh
kelompok atau golongan tertentu.

E. Masyarakat Madani di Indonesia

Indonesia memiliki tradisi kuat civil society, jauh sebelum bangsa indonesia berdiri,
masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial
keagamaan dan penggerakan nasional dalam merebut kemerdekaan.
Selain berperan sebagai organisasi peejuang penegak HAM dan perlawanan terhadap
kekuasaan kolonial. Organisasi berbasis islam seperti syariakat islam (SI), Nahdatul Ulama
(NU), dan muhammdadiyah telah menunjukan kiprahnya sebagai komponen civil society
yang penting dalam perkembangan masyarakata sipil indonesia. Terdapat strategi yang
ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana seharusnya bangunan masyarakat madani yang
bisa terwujud di indonesia.

a. Pandangan Integrasi Nasional dan Politik.


Menyatakan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlansung dalam kenyataan
hidup sehari-hari dalam masyarakat sebelum memiliki kesadaran berbangsa dan
bernegara yang kuat. Bagi pengikut pandangan 10 ini praktik demokrasi ala barat
hanya akan berakibat konflik antara sesama warga bangsa.
b. Pandangan Reformasi Sistem Politik Demokrasi
merupakan pandangan yang menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak
usah terlalu bergantung pada kepentingan ekonomi. Pembangunan institusi
demokratis lebih diutamakan oleh warga negara dibanding pembangunan ekonomi.
c. Paradigma Pembangunan Masyarakat Madani
sebagai basis utama pembangunan demokrasi. Ini merupakan alternatif diantara dua
pandangan yang pertama yang dianggap gagal dalam pembangunan demokrasi.
Pandangan ini lebih menekankan proses pendidikan dan penyadaran poitik warga
negara, khusus kalangan kelas menengah. Hal itu mengingatkan demokrasi
membutuhkan topangan kultural sselain mendukung struktural. Bersandar dari tiga
paradigma diatas pengembangan demokrasi masyarakat madani selayaknya tidak
hanya tergantung pada salah satu pandangan tersebut.
Sebaliknya untuk mewujudkan masyarakat madani yang seimbang dengan kekuatan
negara dibutuhkan gabungan strategi dan paradigma. Tiga paradigma diatas dapat
dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi dimasa transisi sekarang melalui :
1. Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi kelas
menegah untuk berkembang menjadi kelompok masyaraat madani yang mandiri
secara politik dan ekonomi.
2. Mereformasikan sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-
lembaga demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsipprinsip demokrasi.
3. Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga negara
secara keseluruhan.
Menurut Rahardjo masyarakat madani indonesia masih merupakan sisitem-
siste yang dihasilkan oleh sister politik represif. Ciri kritisnya lebih menonjol
dibandingkan ciri struktifnya. Menurutnya lebih banyak melakukan protes daripada
mengajukan solus, lebih banyak menuntut daripada memberi sumbangan terhadap
pemecahan masalah.
Mahasiswa merupakan salah satu komponen strategis bangsa indonesia
dalam pembanguunan demokrasi dan masyarakat madani. Peran startegis
mahasiswa dalam proses perjuangan demokrasi menumbangkan rezim otorier
seharusnya ditindak lanjuti dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses
demokrasi bangsa dan pembangunan masyarakat demokrasi madani indonesia.
Karenaa mahasiswa merupakan bagian dari kelas menengah, ia memiliki tanggung
jawab terhadap nasib masa depan demokrasi dan masyarakat madani indonesia.
Sikap demokratis diekspressikan melalui peran aktif mahasiswa dalam
proses pendemokrasian masyarakat melalui cara analogis, santun, dan
bermartabat. Adapun sikap kritis mahasiswa dapat dilakukan dengan mengaamati,
mengkritik, mengontrol pelaksanaan kebijakan pemerintah atau lembaga publik
terkait, khususnya pada kebijakan yang menyangkut dengan masa depan bangsa.

F. Ciri-Ciri Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat

Masyarakat madani memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut :

1. Free public sphere (ruang publik yang bebas)


Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga
negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga negara
berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul serta memublikasikan pendapat, berserikat, berkumpul
serta memublikasikan informasi kepada publik.
2. Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik
rasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi.,
dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu menjamin masyarakat
madani.
3. Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandanganpandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang
dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukan sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang
atau kelompok masyarakat yang lain yang berbeda.
4. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap tulus
bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan
merupakan rahmat tuhan.
5. Keadilan Sosial (Social Justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang proporsional
antara hak dan kewajiban setiap warga dan negara yang mencakup seluruh aspek
kehidupan.
6. Partisipasi sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang
baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat
terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan otonomi individu terjaga.
7. Supremasi Hukum
Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan jaminan terciptanya
keadilan, keadilan harus diposisikan secara netral, artinya tidak ada pengecualian
untuk memperoleh kebenaran di atas hukum.
8. Civil Society

Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan atau pemerintahan. Civil Society
atau masyarakat Madani tersusun atas berbagai organisasi kemasyarakatan, yang
mempunyai ciri-ciri:

1. Lahir secara mandiri

2. Keanggotannya bersifat sukarela,atau atas kesadaran masingmasing anggota

3. Mencukupi kebutuhannya sendiri (swadaya) sehingga bergantung pada bantuan


Negara atau pemerintah

4. Bebas atau mandiri dari kekuasaan Negara, sehingga berani mengontrol


penggunaan kekuasaan Negara

5. Tunduk pada aturan hukum yang berlaku atau seperangkat nilai/norma yang
diyakini bersama.
G. Proses Demokratis Menuju Masyarakat Madani

Hubungan antara masyarakat madani dengan demokrasi (demokratisasi) menurut


M. Dawam Rahadjo, bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya bersifat koeksistensi atau
saling mendukung. Hanya dalam masyarakat madani yang kuatlah demokrasi dapat
ditegakkan dengan baik dan hanya dalam suasana demokratislah masyarakat madani dapat
berkembang secara wajar.

Nurcholish Madjid memberikan penjelasan mengenai keterkaitan antara masyarakat


madani dengan demokratisasi. Menurutnya, masyarakat madani merupakan tempat
tumbuhnya demokrasi. Pemilu merupakan simbol bagi pelaksanaan demokrasi.
Masyarakat madani merupakan elemen yang signifikan dalam membangun demokrasi.
Salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah terciptanya partisipasi masyarakat dalam
proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh negara atau pemerintahan.
Masyarakat madani mensyaratkan adanya civic engagement yaitu keterlibatan warga
negara dalam asosiasi-asosiasi sosial.

Civic engagement ini memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran
antara satu dengan lainnya. Masyarakat madani dan demokrasi menurut Ernest Gellner
merupakan dua kata kunci yang tidak dapat dipisahkan. Demokrasi dapat dianggap sebagai
hasil dinamika masyarakat yang menghendaki adanya partisipasi.Proses demokratisasi
menuju masyarakat madani merupakan faktor pendrong bgi negara untuk selalu
mengusahakan perbaikn terus menerus dan menjaga agar tidak terjadi kemeosotan demi
kesejahteraan rakyat. Proses menuju masyarakat madani pada dasarnya tidaklah mudah,
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi yang tercermin antara lain dari kemampuan
tenaga-tenaga profesionalnya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan serta
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok sendiri (mampu mengatasi


ketergantungan) agar tidak menimbulkan kerawanan, terutama bidang ekonomi

3. Semakin mantap mengandalkan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri (berbasis


kerakyatan) yang berarti ketergantungan kepada sumber pembangunan dari luar negeri
semakin kecil atau tidak ada sama sekali.
4. Secara umum telah memiliki kemampuan ekonomi, sistem politik, sosial budaya dan
pertahanan keamanan yang dinamis, tangguh serta berwawasan global.

Dalam rangka menuju masyarakat madani (civil society), melalui beberapa proses dan
tahapan-tahapan yang konkret dan terencana dengan matang, serta adanya upaya untuk
mewujudkan dengan sungguh-sungguh. Langkah pertama yang perlu diwujudkan adalah
adanya pemerintahan yang baik (good governance).

Pemerintahan yang baik dalam rangka menuju kepada masyarakat madani adalah
berorientasi kepada dua hal, sebagai berikut :

1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional, yaitu
mengacu pada de- mokratisasi dengan elemen: legitimasi, akuntabilitas, otonomi, devolusi
(pendelegasian wewenang) kekuasaan kepada daerah, dan adanya mekanisme kontrol
oleh masyarakat.

2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien melakukan
upaya pencapaian tujuan nasional. Hal ini tergantung pada sejauh mana pemerintah
memiliki kompetensi, struktur dan mekanisme politik serta administrasi yang berfungsi
secara efektif dan efisien.

Dalam kehidupan demokrasi, agar masyarakat dapat hidup secara madani harus
mempunyai tiga syarat, yaitu sebagai berikut :

1. Ketertiban dalam pengambilan suatu keputusan yang menyangkut kepentingan


bersama.

2. Adanya kontrol masyarakat dalam jalannya proses pemerintahan.

3. Adanya kemerdekaan memilih pemimpinnya. Ketiga hal tersebut merupakan sarana


untuk mewujudkan kehidupan yang demokratis, yaitu kehidupan yang dalam
pemerintahannya bersumber dari, oleh, dan untuk rakyat itu sendiri.
H. KASUS YANG DIANGKAT

POLITIK DINASTI TAMPAR MASYARAKAT MADANI

Ditetapkannya Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan sebagai tersangka dalam kasus
suap Ketua MK Akil Muchtar membuat kita seperti dihantam palu godam dua kali.
Pertama, ternyata MK tak luput dari praktik kotor ini. Kedua, kita tersadar bahwa Wawan
adalah fenomena gunung es dari buruknya praktik demokrasi kita yang melahirkan dinasti-
dinasti politik. Wawan adalah adik kandung Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang juga
menjalani pemeriksaan KPK dalam kasus sama.

Dalam sebuah guyon yang populer di kalangan akar rumput, “Banten lebih pas
disebut sebagai sebuah kerajaan daripada provinsi”. Tercatat ada 13 orang sanak famili
Atut mulai dari suami, anak, menantu, adik, hingga ibu tiri yang menjadi pejabat publik
mulai dari anggota legislatif, anggota DPD, hingga wakil bupati. Lebih memprihatinkan
lagi, Banten hanya salah satu dari beberapa kasus atau daerah di mana kue kekuasaan
dibagi-bagi di antara anggota keluarga.

Salah satu amanat Reformasi 1998 ialah pemberantasan segala bentuk nepotisme.
Kita awalnya mengira bahwa dengan demokrasi praktek seperti ini tak lagi terjadi. Sebab
asumsinya, kekuasaan despot di mana penguasa bisa semena-mena menunjuk orang
untuk menempati kursi kekuasan adalah sumber masalah. Nyatanya, praktek demokrasi
di negara kita menghasilkan keluaran yang sama saja. Kita pun tak bisa memungkiri
bahwa secara legal formal tak ada yang salah dengan naiknya keluarga dan kerabat
patron-patron politik tersebut ke kekuasaan. Mereka sama-sama bagian sah dari
demokrasi. Mereka pun mengikuti segala aturan main yang ada dan hak dipilih mereka
ialah bagian dari hak konstitusional. Apalagi jika secara substantif, mereka memang
terpilih berdasar kepantasan kompetensi dan kualitas kepemimpinan. Sampai titik ini
memang tak ada yang salah.

Masalahnya adalah seringkali kita menemukan bahwa praktek politik dinasti


seperti kasus Banten ini malah merugikan rakyat sebagai pemilik demokrasi. Selain kasus
suap Wawan di atas, dapat dilihat dari data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Banten di tahun 2011 yang dikeluarkan BPS. Di bawah kepemimpinan dinasti Atut, IPM
Banten berada di urutan ke-23, melorot dari peringkat ke-11 di tahun 2000, dan lebih
rendah dari IPM rata-rata nasional. Bahkan kini lebih rendah dari seluruh provinsi di Jawa,
Sumatra, Bali dan NTB.

Sungguh miris melihat data ini jika kita mengingat potensi ekonomi Banten
khususnya keunggulan geografis selain kekayaan alam tentunya. Rendahnya kualitas
pelaku politik dinasti disebabkan mereka tidak dipilih berdasarkan kapasitas, integritas, dan
program. Figur-figur tersebut terpilih lebih karena popularitas dan kedekatannya dengan
sang patron. Ditambah lagi oleh posisi mereka dalam status quo yang memungkinkan
mobilisasi sumber daya untuk memenangkan kontes demokrasi.

Kultur kita, menurut Geert Hofstede seorang pakar budaya organisasi, yang salah
satu cirinya adalah ‘jarak kekuasaan yang jauh’ membuat praktek patron-klien seperti ini
tumbuh subur dalam alam demokrasi yang prematur. Dengan demikian, calon-calon
pemimpin yang kompeten dan berintegritas akan sulit untuk bersaing, mereka layu
sebelum berkembang.

Berjalannya institusi demokrasi seperti jaminan kebebasan berpendapat, mendirikan


partai politik, dan pemilu yang jujur adalah satu hal. Semua praktek demokrasi formal
tersebut hanyalah syarat perlu. Sedangkan tercapainya tujuan berdemokrasi adalah satu
hal lain yang memerlukan syarat cukupnya sendiri. Syarat cukup tersebut adalah
masyarakat yang siap berdemokrasi, yaitu orang-orang yang berdemokrasi dengan
dilandasi pertimbangan nilai, rasionalitas, dan ketaatan hukum.

Hasil demokrasi semacam apa yang bisa kita harapkan dari pemilih-pemilih yang
mau menjual suaranya dengan 50-100 ribu rupiah karena lapar. Pemimpin semacam apa
yang kita harapkan dapat dihasilkan dari pemilih-pemilih yang sekedar mencoblos gambar
yang paling sering ia lihat di baligo pinggir jalan. Barangkali ada semacam ambang batas
kesejahteraan dan pendidikan tertentu untuk masyarakat agar siap berdemokrasi.kondisi
yang tidak ideal ini harus disikapi. Menurut hemat saya, ada dua pendekatan yang bisa
diperjuangkan. Pertama, inisiatif dari institusi sosial politik dan civil society (masyarakat
madani) dalam rangka mengakselerasi kematangan berdemokrasi. Saya percaya bahwa
tidak semua yang terlibat dalam politik sudah menjadi kotor.

Di antara mereka masih banyak pembaru-pembaru. Tantangan mereka adalah


bagaimana mengambil inisiatif dan melakukan terobosan-terobosan dalam meraih simpati
masyarakat.

Elemen masyarakat madani seperti pelajar, pers, LSM, dan sebagainya juga harus
makin kreatif dalam mengedukasi masyarakat. Mereka harus mau turun ke bawah ke
lapisan masyarakat marjinal yang selama ini menjadi lumbung suara politik dinasti. Kelas
menengah jangan hanya berani berteriak lantang di sosial media tapi juga aktif di lapangan
dengan agenda-agenda perubahannya.

Pendekatan kedua yang layak dipertimbangkan adalah, adanya jaring peraturan


yang bisa mencegah keluarga-kerabat pejabat status quo untuk mencalonkan diri dalam
kontes demokrasi. Jika melamar pekerjaan saja syarat ini berlaku demi menghindari konflik
kepentingan, mengapa tidak bisa diterapkan sebagai syarat menjadi pejabat publik. Aturan
ini mungkin sedikit mencederai hak politik satu dua orang. Tapi itu tak ada apa-apanya
dibanding mudharat yang jauh lebih besar yang bisa dihindari.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip
moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan
masyarakat akan berupa pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan yang
berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu. Untuk
mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan umat maka
kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang
signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang
sedang terjadi di masyarakat sekarang ini.
Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita.
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang
ada di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan
kesejahteraan umat haruslah berpacu. Selain memahami apa itu masyarakat madani
kita juga harus melihat pada potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di
Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk
mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh
seseorang dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula hasilnya.
Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam
membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu,
marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan
spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.

B. SARAN
Melalui makalah ini saya berharap semoga pembahasan mengenai Masyarakat
Madani, sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca, selain itu Saya sebagai
penulis mohon ma’af apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penyusunan
makalah ini, untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca, untuk
kesempurnaan dari makalah saya ini.

Anda mungkin juga menyukai