2017
Syahriyana, Putri
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2162
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN
KELAINAN KULIT PADA PEKERJA BENGKEL KENDARAAN
BERMOTOR DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN
MEDAN DENAI TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH
PUTRI SYAHRIYANA
NIM. 131000192
OLEH
PUTRI SYAHRIYANA
NIM. 131000192
beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan
etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
PUTRI SYAHRIYANA
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
Medan Denai Tahun 2017”skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan dan
Utara.
4. Dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S selaku Dosen Pembimbing I yang telah
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes dan Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes selaku
dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi
7. Seluruh dosen dan staff di FKM USU khususnya Departemen KKK yang
8. Lurah dan seluruh staff di kelurahan Binjai Kota Medan, yang telah
10. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada
Hasibuan yang telah membesarkan dan mendidik penulis, juga atas doa restu
11. Adik-adik penulis M. Yogi Adam Pratama, Mutiara Syahna Putri dan Davina
12. Untuk sahabat Isna Hanim dan Findy Anwari Lubis, terima kasih untuk
Laylatus Sa’adah, Rian Andrian, Very Bastian, Ridha, terkhusus Ruth Inggrid
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang sudah banyak membantu selalu ada disaat suka dan duka, terima kasih
14. Untuk Ricka, Ridho, Pasrahni, Yustia Ulfa, Dwi Karina, Intan terima kasih
12. Untuk Dessi Kartika, SKM, terima kasih untuk bantuan, motivasi dan
skripsi ini.
13. Untuk Hawarian Sunni, SKM, yang sudah banyak membantu penulis dalam
meyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk segala bantuan, motivasi, do’a
serta kebersamaannya.
14. Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan
kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
Putri Syahriyana
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................7
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................7
1.4 Hipotesis .......................................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................8
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...........................................................................................29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................29
3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................................29
3.3.1 Populasi ..........................................................................................29
3.3.2 Sampel ............................................................................................30
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................30
3.4.1 Data Primer ....................................................................................30
3.4.2 Data Sekunder ................................................................................30
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................30
3.5.1 Variabel penelitian .........................................................................30
3.5.2 Definisi Operasional.......................................................................31
3.6 Metode Pengukuran ...................................................................................32
3.7 Metode Analisis Data .................................................................................33
3.7.1 Teknik Pengolahan Data.................................................................33
3.7.2 Teknik Analisis Data ......................................................................34
3.7.2.1 Analisis Univariat ...............................................................34
3.7.2.2 Analisis Bivariat .................................................................34
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja Bengkel Kendaraan Bermotor di
Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2017......................... 44
5.2 Hubungan Umur dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
tahun 2017.......................................................................................... 48
5.3 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
tahun2017................................................................................................ 50
5.4 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
tahun 2017............................................................................................... 52
5.5 Hubungan Pemakaian APD dengan Keluhan Kelainan Kulit pada
Pekerja Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota
Medan tahun 2017................................................................................... 54
5.6 Hubungan Bahan Kimia dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
tahun 2017............................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Master Data
Lampiran 3. Output
Lampiran 4. Dokumentasi
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Medan
Riwayat Pendidikan
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam
keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja
serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan (UU No. 36
Tahun 2009).
Sebagai organ tubuh yang paling luas, kulit tidak bisa dipisahkan dari
seluruh tubuh, merupakan “physical barrier” terhadap lingkungan oleh karena itu
bagi kenyamanan penderitanya. Oleh karena itu, penyakit kulit merupakan faktor
meningkatnya angka cuti sakit. Secara klinis, penyakit kulit akibat kerja dapat
(Harrianto, 2008).
Penyakit kulit akibat kerja adalah penyakit kulit yang diakibatkan oleh
pajanan substansi kimiawi di lingkungan tempat kerja. Penyakit kulit akibat kerja
atau yang didapat saat melakukan pekerjaan banyak penyebabnya antara lain,
agen sebagai penyebab penyakit kulit tersebut yang berupa agen fisik, kimia,
maupun biologis (Roebidin, 2008). Menurut WHO, ada 150 penyakit akibat kerja,
akan tetapi di Indonesia ada 105 penyakit. Penyakit kulit yang disebabkan oleh
penyebab fisik dan kimiawi merupakan salah satu dari penyakit kulit akibat kerja
tersebut(Buchari, 2007).
Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) merupakan penyakit akibat kerja kedua
seluruh penyakit akibat kerja. Data Inggris menunjukkan 1,29 kasus per 1000
pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit
akibat kerja, lebih dari 95% persen merupakan dermatitis kontak, sedangkan yang
lain merupakan penyakit kulit lainnya seperti akne, urtikaria kontak, dan tumor
Menurut Health and Safety Executive (2006) yang dikutip oleh Budianto
(2010), menyatakan bahwa antara tahun 2001 sampai 2002 terdapat sekitar 39.000
orang di Inggris terkena penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
sekitar 80% dari seluruh penyakit akibat kerja. Berdasarkan profil kesehatan
yang sebenarnya adalah 20-50 kali lebih tinggi dari kasus yang dilaporkan.
menduduki porsi tertinggi sekitar 50-60%, maka dari itu penyakit ini pada
perundang-undangan yang berlaku, terdapat dua jenis penyakit kulit akibat kerja,
yaitu: Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisis, kimiawi
atau biologis, dan Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic,
bitumen, minyak mineral, antrasen atau persenyawaannya, produk atau residu dari
risiko besar untuk terpapar dengan bahan kimia. Bahaya dan risiko yang ada harus
diantisipasi oleh para pekerja bengkel motor yang bergerak pada sektor informal
karena tidak adanya pelatihan khusus dalam menangani masalah kesehatan yang
terjadi. Salah satu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada pekerja bengkel
adalah kelainan kulit yang diakibatkan oleh paparan penggunaan air aki (asam
yang sering dan berlangsung lama dengan pelumas mineral dalam beberapa hal
dapat menimbulkan beragam bentuk iritasi kulit dan dalam hal sangat khusus,
2010).
senyawa benzena dapat mengiritasi kulit dan meyebabkan kulit melepuh. Jika
bensin atau kulit kontak dengan genangan bensin, dapat menimbulkan luka bakar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Utomo (2007), dari
dermatitis kontak. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nuraga, dkk (2008)
pada industri otomotif didapatkan hasil bahwa pekerja yang mengalami dermatitis
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bangun (2012) pada pekerja bengkel
gangguan kulit sebesar 34 orang (35,1%) dengan keluhan yang paling banyak
ialah gatal, merah dan kulit melepuh. Seperti yang dikemukakan oleh Kenerva
dan Diepgen (2003) yang dikutip oleh Bangun (2012), bahwa kerusakan yang
eksema, gambaran seperti makula atau papula, eritema, vesikel, dan skuama.
bergantung pada sifat iritan. Iritan kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah
memberi gejala kronis. Selain itu juga banyak faktor yang mempengaruhi yaitu
faktor individu (misalnya, ras, usia, lokasi atopi, penyakit kulit lain), faktor
Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Kelurahan Binjai meliputi jalan M. Nawi
Harahap, jalan Selamat, jalan Pasar Merah/Raya Menteng, dan memiliki lokasi
yang cukup strategis karena jalan yang ada di Kelurahan Binjai ini bisa menjadi
jalan pintas menuju jalan jalan besar seperti Amplas dan Menteng. Lokasi yang
cukup strategis ini dimanfaatkan sebagian orang untuk mendirikan usaha. Contoh
usaha yang terdapat di Kelurahan Binjai yaitu percetakan, warnet, rumah makan,
dan bengkel.
Binjai ini tidak terlepas dari lokasi kelurahan yang cukup strategis dan kondisi
Kelurahan Binjai dimana masing masing jalan yang terdapat di Kelurahan Binjai
ini memiliki beberapa bengkel. Jalan M. Nawi Harahap terdapat 4 bengkel, jalan
bengkel.
Kelurahan Binjai terbatas pada pelayanan servis kendaraan roda dua, mulai dari
servis ringan, tune-up, ganti spare parts, sampai servis besar (turun mesin). Jenis
paparan bahan kimia yang ada di bengkel motor yaitu air aki, serta produk-produk
minyak bumi seperti pelumas, minyak/oli, bensin serta cairan pendingin. Pekerja
terpapar bahan kimia tersebut pada saat melakukan servis ringan (ganti oli isi air
aki dan cuci mesin menggunakan bensin), hingga servis besar (turun mesin)
dimana mesin diganti dan spare parts dibongkar kemudian direndam dalam bensin
untuk menghilangkan kerak-kerak dan oli pada bagian mesin.Namun lain halnya
dengan bengkel yang hanya memiliki satu pekerja, karena jenis pekerjaan yang
dilakukan oleh pekerja tersebut hanya terbatas menambal ban dan isi angin
sehingga pekerja tidak berisiko terpapar oleh bahan kimia seperti bensin, oli serta
cairan pendingin.
keluhan kelainan kulit seperti kulit terasa terbakar/panas, kulit kering, dan kulit
terasa gatal pada bagian telapak tangan saat bekerja dan setelah selesai bekerja
yang akan diteliti adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan
yang berhubungan dengan keluhan kelainan kulit pada pekerja bengkel kendaraan
1. Mengetahui hubungan antara bahan kimia dengan keluhan kelainan kulit pada
pekerja bengkel.
pekerja bengkel.
pekerja bengkel.
4. Mengetahui hubungan antara lama kerja dengan keluhan kelainan kulit pada
pekerja bengkel.
1. Ada hubungan antara bahan kimia dengan keluhan kelainan kulit pada
pekerja bengkel.
2. Ada hubungan antara umur dengan keluhan kelainan kulit pada pekerja
bengkel.
3. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan kelainan kulit pada pekerja
bengkel.
4. Ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan kelainan kulit pada pekerja
bengkel.
5. Ada hubungan antara pemakaian APD dengan keluhan kelainan kulit pada
pekerja bengkel.
faktor yang berhubungan dengan keluhan kelainan kulit pada pekerjanya dan
3. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang keluhan kelainan kulit pada
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh karena timbulnya disebabkan oleh
made desease). Berat ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan
akibat kerja, 29 dari 31 jenis penyakit akibat kerja adalah penyakit akibat kerja
kesehatan kerja dari masyarakat pekerja bukan hanya dipengaruhi oleh bahaya-
bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja, tetapi juga faktor-faktor
pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor-faktor lainnya (Depkes RI,
1992)
b. Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain
penyakit susunan darah dan kelainan kulit. Radiasi sinar infra merah dapat
photoelectrica);
c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke (pukulan panas), kejang
fever), dermatosis (penyakit kulit) akibat kerja, atau keracunan oleh zat
e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun jamur dan
3. Faktor biologis, misalnya bibit penyakit antraks atau brusella (brucella) yang
badan yang tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain yang dapat
hubungan industrial yang tidak baik, misalnya dengan timbulnya depresi atau
penyakit psikosomatis.
kelainan pada kulit yang diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Penyakit ini merupakan 50-60% dari seluruh penyakit akibat kerja, sebagian besar
Menurut Kenerva dan Diepgen (2003) yang dikutip oleh Bangun (2012), di
banyak jenis pekerjaan, kulit dapat terpapar oleh dengan bahan-bahan yang
bersifat iritan atau alergen seperti : bahan-bahan kimia, bahan biologi, dan tekanan
kemampuan untuk sembuh kembali berbeda setiap individu. Penyakit kulit akibat
kerja dapat bertambah parah jika keseimbangan antara pertahanan kulit dan
bahan-bahan iritan atau alergen terganggu. Keparahan gangguan kulit diukur dari
kualitas kulit, jenis bahan iritan atau alergen, usaha pencegahan, dan
berupa : sensasi terbakar, gatal, serta eksema kronis, dengan gambaran yang
memiliki pola polimorfik seperti makula atau papul, eritema, vesikel, dan skuama.
dan atau alergen adalah penyebab utama dermatitis kontak. Keparahan reaksi
tergantung pada jenis dan intensitas paparan. Pada penyakit kulit akibat kerja,
kasus mempengaruhi kulit tangan yang merupakan titik paling umum dari kontak
Penyakit kulit akibat kerja berdampak pada seluruh pekerja di segala usia
alat mesin, percetakan, pelapisan logam, kerajinan kulit, mekanik dan pekerja
Penyakit kulit akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan pekerjaan,
banyak penyebabnya. Penyakit kulit akibat kerja disebabkan oleh kontak langsung
kulit dengan agen penyebab. Penyebab penyakit kulit akibat kerja (PKAK) dapat
digolongkan atas:
a. Faktor Mekanik
b. Faktor Fisik
dengan bahan kimia dalam bentuk gas, uap, asap, kabut menjadi lebih.
c. Faktor Biologi
Faktor penyebab terbanyak adalah agen kimia yang terdiri dari 4 kategori:
akibat kerja oleh karena zat dan kimia banyak digunakan pada proses produksi
dalam berbagai industri. Ada dua mekanisme zat atau bahan kimia menimbulkan
kepada kulit, dengan jalan melarutkan lemak kulit, mengambil air dari lapisan
zat kimia pemeka biasanya disebabkan oleh zat kimia organis dengan struktur
molekul sedemikian rupa sehingga dapat bergabung dengan zat putih telur untuk
Faktor kimiawi sebagai penyebab dermatosis akibat kerja dapat berupa zat
atau bahan kimia perangsang primer (iritan) atau pemeka (sensitizer). Perangsang
primer adalah zat atau bahan kimia yang menimbulkan dermatosis oleh efeknya
yang langsung kepada kulit normal di tempat terjadinya kontak zat atau bahan
tersebut dengan kulit untuk kuantitas dan kadar zat atau bahan dimaksud yang
cukup serta untuk waktu yang cukup lama pula. Pemeka kulit adalah zat atau
bahan kimia yang tidak usah menimbulkan perubahan pada kulit ketika
kulit tempat terjadinya kontak maupun pada tempat lain setelah selang waktu 5
pun sering sangat khas menurut jenis pekerjaan dan lingkungan kerja.Penyakit
kulit karena antraks (anthrax) sering terdapat pada pekerja yang mengolah bahan
ditemukan khusus pada pekerja pemelihara tanaman bunga, oleh karena jamur
penyebab sakit tersebut biasanya hidup pada rumpun bunga. Pekerja bengkel
badannya selalu berlumur oli dan gemuk biasanya menderita dermatitisoli (oil
dermatitis) yang sebetulnya penamaan penyakit seperti itu tidak tepat oleh karena
etiologi penyakitnya bukan infeksi melainkan akibat pengaruh oli dan gemuk
(Suma’mur 2009).
jenis kelompok penyakit kulit akibat kerja, yaitu: 1. Penyakit kulit (dermatosis)
yang disebabkan oleh penyebab fisis, kimiawi dan biologis, dan 2. Penyakit kulit
epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral,
antrasen atau persenyawaannya, produk atau residu dari zat tersebut (Suma’mur,
2009).
Menurut Waldron (1990) dan Anies (2006) yang dikutip oleh Anies (2014),
penyakit kulit akibat kerja yang ditimbulkan oleh penyebab fisis, kimiawi dan
1. Dermatitis kontak iritan primer, adalah dermatosis akibat kerja yang paling
vesikel, atau bula, yang biasanya terdapat pada tangan, lengan bawah, dan
wajah. Bentuk kronik tidak khas, mrip dengan kebanyakan dermatosis yang
2. Dermatitis (ekzema) kontak alergi, baik akut maupun kronis mempunyai cirri-
3. Akne (jerawat) akibat kerja. Mirip dengan jerawat pada umumnya, tetapi
4. Dermatosis solaris akut. Penyakit kulit ini dianggap sebagai penyakit kulit
akibat kerja, jika sangat dipermudah oleh zat-zat fotodinamik yang digunakan
5. Kanker kulit akibat kerja. Biasanya berupa kanker sel skuamosa atau sel basal.
Kanker akibat kerja cenderung terjadi pada permukaan kulit yang paling
6. Penyakit kulit menular akibat kerja. Paling sering adalah penyakit zoonotik,
Kelainan kulit akibat kerja adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja. Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan
dan mengubah daya ikat air di kulit. Penyebab munculnya keluhan kulit pada
bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali,
Keluhan kelainan kulit akibat kerja merupakan kelainan pada kulit yang
dirasakan oleh pekerja pada saat bekerja ataupun selesai bekerja. Keluhan
kelainan kulit ini keluhan subjektif yang dirasakan pekerja berupa rasa gatal, rasa
terbakar, kemerahan, bengkak, lepuh kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit
Kelainan kulit akibat kerja dapat bertambah parah jika keseimbangan antara
kelainan kulit diukur dari kualitas kulit, jenis bahan iritan atau alergen, usaha
tersebut dapat berupa : sensasi terbakar, gatal, serta eksema kronis, dengan
gambaran yang memiliki pola polimorfik seperti makula atau papul, eritema,
vesikel, dan skuama. Pada kasus yang kronis didapati fisura, hiperkeratosis, dan
Pekerja bengkel dapat dibagi menjadi tiga kategori, berdasarkan jenis mesin atau
beberapa bengkel yang berada dalam satu perusahaan dengan 100 atau lebih
karyawan, sementara bengkel lainnya sangat kecil, terutama yang terlibat dalam
menjual bahan bakar dan membuat perbaikan kecil dan mempekerjakan satu atau
dua pekerja. Ada juga bengkel yang dijalankan oleh pekerja keluarga saja. Selain
dari perusahaan, ada juga bengkel yang bergerak pada sektor informal.
bermotor informal merupakan bengkel yang melayani servis kendaraan roda dua
mulai dari servis ringan, tune-up, spare parts, sampai servis besar (turun mesin).
(Astrianda, 2012).
kecelakaan yang biasa terjadi adalah luka bakar pada tangan dan kaki karena asam
disebabkan fisik, kimia atau biologis agen, yang muncul sebagai konsekuensi dari
pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan atau lingkungan tempat dia bekerja.
bagian mesin, dari pengisian baterai, lead yang digunakan dalam pengelasan, lead
filler dan molten lead cair yang digunakan untuk mengisi keretakan dan cekungan.
Jenis paparan bahan kimia yang ada di bengkel motor yaitu air aki (asam
1. Aki
Accumulator atau sering disebut aki adalah salah satu komponen utama
dalam kendaraan bermotor, baik mobil atau motor, semua memerlukan aki untuk
dapat menghidupkan mesin. Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga
listrik. Jenis aki yang umum digunakan adalah accumulator timbal. Secara fisik
aki ini terdiri dari dua kumpulan pelat yang dimasukkan pada larutan asam sulfat
Apabila air aki kontak dengan kulit dapat menyebabkan nyeri, kemerahan,
luka bakar, dan kulit melepuh. Efek jangka panjang (kronis) akibat paparan air aki
2. Bensin
(misalnya, benzena, toluena, xilena, dan n-heksana). Terdapat zat aditif dalam
bensin yang digunakan untuk memperlambat pembakaran bahan bakar. Zat aditif
yang terkandung dalam bensin yaitu antiosidan seperti alkil fenol, antikorosi
dan amida untuk mencegah/membersihkan kerak dalam kaburator, anti kerak PFI
Pelumas adalah minyak lumas dan gemuk lumas yang berasal dari minyak
bumi, bahan sintetik, pelumas bekas dan bahan lainnya yang tujuan utamanya
untuk pelumasan mesin dan peralatan lainnya (Kepres RI No.21 Th. 2001).
Minyak pelumas sintetik dibuat dari proses pencampuran minyak pelumas dasar
yang berasal dari bahan sintetik (bukan dari minyak bumi) ditambah dengan
bahan aditif. Bahan aditif yang terkandung dalam bensin ada sembilan yaitu anti
oksidan, aditif dispersant, anti karat atau anti korosi, friction modifier, anti foam,
menambah indek viskositas, menghambat korosi dan oksidasi dari reaktan atau
kontaminan.
Minyak pelumas (oli) merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam
mesin piston (motor bakar) atau mesin-mesin dimana terdapat komponen yang
bergerak, seperti shaft, bearing dan gear. Hal ini karena oli berfungsi sebagai
pelumas, energi yang terbuang karena gesekan menjadi minimal dan dengan
2006).
Apabila pelumas terkena kulit, pada paparan akut berupa kerusakan kulit,
iritasi, dan rambut kulit mudah rontok karena kerusakan akar. Reaksinya diawali
pada permukaan punggung tangan, jari, kaki, dan dapat berkembang menjadi
gangguan kulit yang disebut dengan perifoliculate papules. Kontak yang sering
dan berlangsung lama dengan pelumas mineral dalam beberapa hal dapat
menimbulkan beragam bentuk iritasi kulit dan dalam hal sangat khusus, kondisi
Kelainan kulit yang terjadi ditentukan oleh tiga faktor. Faktor yang pertama
adalah faktor yang berasal dari bahan iritannya, berupa ukuran molekul, daya
larut, konsentrasi bahan tersebut, serta pH. Faktor yang kedua adalah faktor yang
atau berselang), temperatur, tekanan, dan trauma fisik. Dan faktor yang ketiga
adalah faktor yang berasal dari masing-masing individu berupa usia, jenis
kelamin, ras, penyakit kulit yang sedang diderita, dan daerah kulit yang terpapar
Kelainan kulit yang terjadi sangat beragam, bergantung pada sifat iritan.
Iritan kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis.
Selain itu juga banyak faktor yang mempengaruhi yaitu faktor individu (misalnya,
ras, usia, lokasi atopi, penyakit kulit lain), faktor lingkungan (misalnya, suhu dan
timbulnya penyakit kulit akibat kerja antara lain, ras, keringat, terdapat penyakit
terdiri dari Direct Influence dan Indirect Influence. Faktor Direct Influenceberupa
toxic agent. Sedangkan yang termasuk Indirect Influence adalah usia dan gender,
kebiasaan (hobby), masa kerja, lama kontak, penggunaan APD, kebersihan dan
Direct Causes, yaitu berupa bahan kimia dan Indirect Causes yang meliputi usia,
masa kerja, lama kontak, penyakit yang telah ada sebelumnya, dan personal
kelainan kulit ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, serta suhu
bahan iritan tersebut, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu lama
faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan kulit yaitu terdiri dari bahan kimia
(ukuran molekul, daya larut, konsentrasi), lama kontak, masa kerja, usia, jenis
kelamin, ras, riwayat penyakit kulit sebelumnya, suhu dan kelembaban udara,
keluhan kelainan kulit pada pekerja bengkel adalah bahan kimia (bensin,
oli/pelumas dan aki), umur, masa kerja, lama kerja, serta pemakaian APD.
1. Bahan Kimia
timbulnya keluhan kelainan kulit. Semakin banyak bahan kimia yang digunakan,
Menurut Agius dalam Septiani (2012) paparan bahan kimia ditentukan oleh
banyak faktor termasuk lama kontak, frekuensi kontak, konsentrasi bahan dan
lain-lain.
2. Umur
kelainankulit pada seseorang. Pekerja dengan umur usia lanjut memiliki kulit
yang sudah berubah strukturnya. Kulit mereka kurang elastis, dan sudah
kehilangan lapisan lemak di atasnya sehingga kulit mereka menjadi kering dan
terlihat tipis. Hal ini menyebabkan kulit mereka lebih rentan mengalami gangguan
kulit.
Akan tetapi sebaliknya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk
(2007) menunjukkan pekerja yang lebih muda justru lebih banyak terkena
lebih banyak terjadim pada pekerja usia 30 tahun yaitu sebesar 60,5%,
sedangkan pada usia > 30 tahun kejadian dermatitis kontak sebesar 35,1%. Hasil
umur pekerja yang mengalami dermatitis kontak (p-value = 0.008) yaitu 23 tahun
Menurut NIOSH (2006) yang dikutip oleh Suryani (2011) pekerja umur 15-
24 tahun merupakan umur dengan insiden penyakit kulit akibat kerja tertinggi.
Salah satu faktor penyebabnya yaitu bahwa pekerja yang lebih muda mempunyai
pengalaman yang lebih sedikit dibandingkan pekerja yang lebih tua, sehingga
kontak bahan kimia lebih sering terjadi pada pekerja yang lebih muda.
3. Masa Kerja
gangguan kulit akibat kerja. Masa kerja adalah lamanya seseorang terpajan
bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkanoleh
Menurut Cohen (1999) yang dikutip oleh Astrianda (2012) pekerja dengan
bahan kimia yang digunakan. Resisitensi ini dikenal sebagai proses hardening
yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap bahan kimia karena
pajanan bahan kimia yang terusmenerus. Pekerja dengan pengalaman akan lebih
dengan pekerja dengan masa kerja pendek, pekerja belum memiliki pengalaman
yang cukup dalam melakukan pekerjaannya dan masih rentan terhadap berbagai
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Utomo
(2007), pekerja yang memiliki lama bekerja 2 tahun lebih banyak yang terkena
dermatitis dibandingkan dengan pekerja yang telah bekerja > 2 tahun. Hasil
memiliki peluang 3,5 kali terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja
yang telah bekerja selama >2 tahun (Lestari dan Utomo, 2007).
4. Lama Kerja
Lama kerja merupakan jangka waktu pekerja kontak dengan bahan kimia
dalam hitungan jam/hari. Kontak yang lama dengan bahan kimia dapat
menyebabkan kulit lapisan luar mengalami peradangan, dan jika kontak dengan
kulit.
kontak dengan bahan kimia maka akan semakin merusak sel kulit hingga
kelapisan yang lebih dalam dan resiko terjadinya dermatitis kontak akan semakin
rata-rata lama kontak pekerja yang mengalami dermatitis kontak (p-value = 0.003)
yaitu 8 jam. Artinya ada korelasi positif antara lama kontak dengan tingkatan
dermatitis kontak.
saja mengharuskan personil yang berhubungan dengan bahan kimia untuk bekerja
dengan cara yang aman agar terhindar dari kecelakaan kerja akibat bahan kimia.
Penggunaan alat pelindung diri sangat penting bagi pekerja untuk melindungi
dirinya dari risiko bahaya yang dapat timbul di tempat kerja baik itu penyakit
akibat kerja (PAK) maupun kecelakaan kerja. Perlindungan tubuh atau permukaan
kulit berupa baju kerja, sarung tangan kerja dan sepatu kerja dapat digunakan
untuk mencegah:
1) Kerusakan kulit akibat reaksi alergi atau zat kimia yang korosif.
kejadian dermatitis kontak (positif) adalah 8,556. Artinya pekerja yang kadang-
kadang memakai APD mempunyai risiko mengalami dermatitis kontak 8,556 kali
levih besar daripada pekerja yang selalu menggunakan APD (Nuraga dkk, 2008).
melindungi kepala dari benda jatuh dan melindungi dari arus listrik serta
2. Pelindung mata dikenal sebagai safety glasses. Safety glasses berbeda dengan
kaca mata biasa, baik normal maupun kir (prescription glasses), karena pada
bagian atas, kanan dan kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yang
3. Pelindung wajah yang dikenal adalah goggles. Goggles melindungi lebih baik
pada situasi yang mungkin terjadi percikan cairan, uap logam, uap, serbuk,
debu, dan kabut. Jenis pelindung wajah lainnya adalah face shield. Face
shield melindungi wajah dari situasi yang mungkin terjadi percikan bahan
menyebabkan cacat adalah tangan, tanpa jari atau tangan kemampuan bekerja
akan sangat berkurang. APD tangan dikenal sebagai safety gloves dengan
5. Pelindung kaki. Sepatu yang dapat melindungi kaki dari bahan asam, basa,
ketone, aldehid adalah jenis sepatu butly, sepatu vinyl dan sepatu nitrile.
(Cahyono, 2004).
kelainan kulit diatas, maka penulis menyusun variabel untuk diteliti lebih lanjut
yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelainan kulit pada pekerja
bengkel sebagai variabel bebas dan keluhan kelainan kulit pada pekerja bengkel
kulit pada pekerja bengkel diantaranya bahan kimia, usia, masa kerja, lama kerja
Variabel bebas
Bahan Kimia
Variabel terikat
Keluhan Kelainan
Faktor Individu Kulit
1. Umur
2. Masa Kerja
3. Lama Kerja
4. Pemakaian
APD
Gambar 2.1
Kerangka Konsep
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
5. Bengkel 5 : 5 orang
29
3.3.2 Sampel
populasi dijadikan sampel, yaitu semua pekerja pekerja bengkel Kelurahan Binjai
sebanyak 33 orang.
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Data
primer pada penelitian ini diperoleh dari dua macam cara, yaitu :
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari kantor Lurah Kelurahan
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel
Variabel bebas atau independent adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang
mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah bahan
1. Bahan kimia adalah bahan-bahan yang berisiko terpapar pada pekerja saat
2. Umur adalah jumlah tahun responden mulai dari tahun lahir sampai tahun
dilakukannya penelitian.
3. Masa kerja adalah lama responden bekerja sebagai pekerja bengkel sampai
diadakannya penelitian.
4. Lama kerja adalah lama responden bekerja di bengkel dalam satu hari.
lengkap guna melindungi bagian tubuh dari kontak langsung dengan bahan-
kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit kering, kulit bersisik, dan penebalan
kulit.
1. Bahan kimia diberi nilai “1” jika terpapar ≤ 2 bahan kimia dan “2” jika
pembentukan lepuh kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit kering, kulit
bersisik, dan penebalan pada kulit pada kuesioner bagian II. Dan dinyatakan
Skala
Hasil Pengukuran
No. Variabel Cara dan alat ukur
Pengukuran Variabel
Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang
2. Coding, pemberian kode atau scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan
entry data.
3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam
analisis bivariat.
jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median
dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Chi-Square. Taraf signifikan yang digunakan yaitu 95% dengan nilai
kemaknaan 5%. Jika p value < 0,05 maka perhitungan secara statistik
terikat. Syarat uji Chi-Square adalah tidak ada sel yang mempunyai nilai expected
(E) kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji
alternatifnya yaitu alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher
(Dahlan, 2013).
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Kelurahan Binjai adalah salah satu dari 6 (enam) kelurahan yang ada di
wilayah ±414,5 Ha. Batas wilayah Kelurahan Binjai yaitu sebelah utara
berbatasan dengan Kelurahan Tegal Sari III, sebelah selatan berbatasan dengan
Kelurahan Sidirejo II, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sidirejo II,
Sidirejo I, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tegal Sari Mandala III dan
Kelurahan Teladan Timur. Jumlah penduduk sebanyak 53.291 jiwa dengan 13.703
kepala keluarga. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 21.159 jiwa dan perempuan
sebanyak 21.041 jiwa. Di Kelurahan Binjai terdapat sektor formal dan informal.
Salah satu sektor informal yaitu bengkel. Jumlah bengkel yang terdapat di
Kelurahan Binjai yaitu sebanyak 9 bengkel dengan jumlah pekerja yaitu 33 orang.
36
dan persentase dari tiap variabel bebas (bahan kimia, umur, masa kerja, lama kerja
dan pemakaian APD) dan variabel terikat (keluhan kelainan kulit) yang telah
4.2.1.1 Umur
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤ 26 tahun dan > 26 tahun. Dari data
hasil penelitian, umur responden yang terendah adalah 15 tahun dan yang tertinggi
adalah 35 tahun. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa umur pekerja bengkel
≤ 26 tahun yaitu 18 orang (54,5 %), dan > 26 tahun yaitu 15 orang (45,5%).
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤ 3 tahun dan > 3 tahun. Dari data hasil
penelitian, masa kerja responden yang terendah adalah 1 tahun dan yang tertinggi
adalah 10 tahun. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa masa kerja pekerja
bengkel ≤ 3 tahun yaitu 17 orang (51,5 %), dan masa kerja > 3 tahun yaitu 16
orang (48,5%).
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤ 9 jam dan > 9 jam. Dari data hasil
penelitian, lama kerja responden yang terendah adalah 8 jam dan yang tertinggi
adalah 17 jam. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa lama kerja pekerja
bengkel ≤ 9 jam yaitu 18 orang (54,5 %), dan lama kerja > 9 jam yaitu 15 orang
(45,5%).
Denai Kota Medan Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu lengkap
dan tidak lengkap. Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 33 pekerja, seluruhnya
Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Medan Denai Kota Medan Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ada dan tidak
ada. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pekerja yang merasakan keluhan
kelainan kulit sebanyak 20 orang (60,6%) dan pekerja yang tidak merasakan
4.2.1.7 Keluhan yang Timbul Akibat Bensin, Oli, dan Air Aki
dengan bensin, oli, air aki dan cairan pendingin di Kelurahan Binjai Kecamatan
Tabel 4.7 Distribusi Keluhan Kelainan Kulit yang Timbul Akibat Kontak
dengan Bensin, Oli, Air Aki pada Pekrja Bengkel di Kelurahan
Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2017
Oli 9 45 11 55 20 100
kelainan kulit karena bensin sebanyak 14 orang (70%) dan yang tidak merasakan
keluhan kelainan kulit sebanyak 6 orang (30%). Pekerja bengkel yang merasakan
keluhan kelainan kulit karena oli sebanyak 9 orang (45%) dan yang tidak
merasakan keluhan kelainan kulit sebanyak 11 orang (55%). Pekerja bengkel yang
merasakan keluhan kelainan kulit karena air aki sebanyak 20 orang (100%).
berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Chi-Square. Jika P value< 0,05 maka perhitungan secara statistik
terikat. Syarat uji Chi-Square adalah tidak ada sel yang mempunyai nilai expected
(E) kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji
alternatifnya yaitu alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher.
dirasakan pada pekerja dengan umur ≤ 26 tahun sebanyak 15 orang (45,5%) dan
umur > 26 tahun sebanyak 5 orang (15,2%). Sedangkan pekerja yang tidak
merasakan keluhan kelainan kulit dengan umur ≤ 26 tahun yaitu sebanyak 3 orang
Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai pvalue = 0.003 < 0.05
yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan
kulit digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat
Tabel 4.8 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada
Pekerja Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai
Tahun 2017
Keluhan Kelainan Kulit
Masa Kerja
(Tahun) Ada Tidak Ada Jumlah P value
n % n % n %
≤3 16 48,5 1 3,0 17 51,5 0,0001
>3 4 12,1 12 36,4 16 48,5
Jumlah 20 60,6 13 39,4 33 100
dirasakan oleh pekerja dengan masa kerja ≤ 3 tahun sebanyak 16 orang (48,5%)
dan > 3 tahun sebanyak 4 orang (12,1%). Sedangkan pekerja yang tidak
merasakan keluhan kelainan kulit dengan masa kerja ≤ 3 tahun sebanyak 1 orang
yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel masa kerja
kulit digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat
Tabel 4.9 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada
Pekerja Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai
Tahun 2017
Keluhan Kelainan Kulit
Lama Kerja
(Jam) Ada Tidak Ada Jumlah P value
n % n % n %
≤9 7 21,2 11 33,3 18 54,5 0,005
>9 13 39,4 2 6,1 15 45,5
Jumlah 20 60,6 13 39,4 33 100
dirasakan oleh pekerja dengan lama kerja ≤ 9 jam sebanyak 7 orang (21,2%) dan
keluhan kelainan kulit dengan lama kerja ≤ 9 jam sebanyak 11 orang (33,3%)
Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai pvalue = 0.005 < 0.05
yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel lama kerja
Pemakaian APD tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah
keseluruhan sampel tidak menggunakan APD secara lengkap. Oleh karena itu,
Bahan kimia tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah ada
hubungan antara bahan kimia dengan keluhan kelainan kulit, karena seluruh
sampel terpapar oleh bahan kimia yang sama yaitu bensin, oli, air aki. Oleh karena
PEMBAHASAN
bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2017
Keluhan kelainan kulit akibat kerja merupakan kelainan pada kulit yang
dirasakan oleh pekerja pada saat bekerja ataupun selesai bekerja. Keluhan
kelainan kulit ini keluhan subjektif yang dirasakan pekerja berupa rasa gatal, rasa
terbakar, kemerahan, bengkak, lepuh kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit
menduduki porsi tertinggi sekitar 50-60 %, maka dari itu penyakit ini pada
dermatosis akibat kerja yang kelainannya biasanya terdapat pada lengan, tangan
Medan Denai tahun 2017 menunjukkan bahwa terdapat 9 bengkel dengan jumlah
pekerja 33 orang. Sampel dalam penelitian ini ialah total populasi karena semua
pekerja dari 9 bengkel tersebut kontak dengan bahan kimia di bengkel yang dapat
45
menyebabkan keluhan kelainan kulit seperti tangan terasa panas, gatal, dan kulit
kering.
pekerja paling sedikit di satu bengkel 2 orang dan paling banyak 5 orang. Dari 33
kelainan kulit dan 13 orang (39,4%) yang tidak merasakan keluhan kelainan kulit.
Keluhan kelainan kulit yang dirasakan oleh pekerja yaitu kulit terasa panas
sebanyak 4 (12,1%) pekerja. Keluhan ini dirasakan oleh pekerja setelah kontak
dengan bahan kimia yang ada di bengkel seperti air aki, bensin, oli/pelumas.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa apabila air aki
kontak dengan kulit dapat menyebabkan nyeri, kemerahan, luka bakar, dan kulit
melepuh. Efek jangka panjang (kronis) akibat paparan air aki dapat menyebabkan
kulit kering, merah, kulit pecah-pecah (dermatitis) setelah kontak dengan kulit.
Tidak jauh berbeda dengan air aki, bensin juga dapat menyebabkan iritasi ringan.
kerusakan kulit, iritasi, dan rambut kulit mudah rontok karena kerusakan akar.
Reaksinya diawali pada permukaan punggung tangan, jari, kaki, dan dapat
Proses kerja pada pekerja bengkel motor seperti dalam melakukan servis
motor, para pekerja terpapar dengan bahan kimia seperti air aki, bensin dan
oli/pelumas. Peralatan bengkel yang digunakan untuk servis terletak pada suatu
wadah dan direndam dengan cairan bahan kimia seperti bensin. Peralatan yang
direndam dalam bahan kimia tersebut dapat memapar pekerja bengkel. Selain alat
kerja yang direndam bensin, bagian mesin sepeda motor seperti spare part yang
tujuan untuk menghilangkan kotoran seperti kerak pada bagian mesin tersebut.
Pekerja kontak langsung dengan bahan kimia bensin dengan cara mencurahkan
bensin ke mesin sepeda motor yang akan dibersihkan tersebut. Selain itu, saat
pengisian air aki ataupun penggantian bahan pelumas atau oli, akibat adanya
tetesan atau cipratan bahan kimia tersebut yang dapat memapar tangan pekerja
Selain itu, pekerja bengkel juga kurang menjaga kebersihan dirinya saat
bekerja. Bensin tidak hanya digunakan untuk membersihkan alat kerja dan spare
part saja, melainkan juga digunakan untuk mencuci tangan setelah selesai
tidak cukup untuk menghilangkan noda-noda bekas bahan kimia yang menempel
Keluhan kelainan kulit pada pekerja bengkel motor terdapat pada bagian
tangan yaitu telapak tangan, punggung tangan dan sela-sela jari. Hal ini
dikarenakan tangan merupakan bagian tubuh yang selalu kontak dengan bahan
kimia di bengkel motor selama pekerja melakukan perbaikan atau servis motor.
Pekerja yang merasakan keluhan kelainan kulit pada telapak tangan sebanyak 20
(60,6%) pekerja, pada punggung tangan sebanyak 7 (21,2%) pekerja dan pada
kulit tidak hanya pada satu bagian tubuh saja, seperti ada yang merasakan pada
telapak tangan, sela jari serta punggung tangan.Menurut Waldon yang dikutip
oleh Astrianda (2012), dari semua bentuk penyakit kulit akibat kerja terbatas pada
tangan dan lengan bawah, terkadang juga terdapat pada wajah, serta bagian tubuh
Keluhan kelainan kulit yang terjadi pada pekerja bengkel motor diakibatkan
pekerja kontak langsung dengan bahan kimia seperti air aki, bensin, dan
oli/pelumas. Keluhan kelainan kulit yang dirasakan pekerja bengkel karena kontak
dengan air aki sebanyak 20 orang (100%). Data ini menunjukkan bahwa pekerja
yang mengalami keluhan kelainan kulit semua disebabkan oleh air aki, karena
jumlah pekerja yang mengalami keluhan kelainan kulit sama dengan jumlah
pekerja yang mengalami keluhan kelainan kulit yang disebabkan air aki yaitu
sebanyak 20 orang. Selain itu karena zat yang terkandung dalam air aki adalah
Accu zuur (H2SO4 pekat). Accu zuur (H2SO4 pekat) merupakan salah satu contoh
bahan kimia yang dapat menimbulkan dermatitis kontak pada pekerja bengkel
motor. Zat kimia inilah yang menyebabkan air aki menjadi penyebab keluhan
kelainan kulit dan juga air aki merupakan penyebab yang menyebabkan keluhan
kelainan kulit timbul semakin cepat dari pada bensin dan oli. Sedangkan bahan
kimia yang terkandung didalam bensin dan oli adalah zat aditif antioksidan yang
Perbedaan antara ada keluhan kelainan kulit dan tidak ada keluhan kelainan
karena peneliti tidak dapat menggunakan alat ukur secara objektif yaitu
pemeriksaan langsung secara medis karena keterbatasan alat dan biaya yang
dibutuhkan.
kelainan kulit. Berdasarkan tabel hasil dapat diketahui bahwa jumlah pekerja yang
merasakan keluhan kelainan kulit sebanyak 20 orang dari 33 orang pekerja. Hasil
ukur dari umur adalah ≤ median dan > median. Berdasarkan distribusi frekuensi
didapatkan median usia yaitu 26 tahun. Pekerja yang merasakan keluhan kelainan
kulit pada umur ≤ 26 tahun sebanyak 15 orang (45,5%) dan umur > 26 tahun
kelainan kulit dengan umur ≤ 26 tahun yaitu sebanyak 3 orang (9,1%) dan umur >
Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai pvalue = 0.003 < 0.05 yang
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan keluhan
kelainan kulit pada pekerja bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai
tahun 2017.
bahwa adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian dermatitis
kontak (p-value = 0.008) dengan usia rata-rata 23 tahun pekerja yang mengalami
dermatitis kontak.
Menurut Lestari dan Utomo (2007) dari 43 orang pekerja di PT Inti Pantja
Press Industri terdapat 26 orang (60,5%) yang berusia ≤30 tahun terkena
dermatitis kontak (p-value = 0,042) yang artinya ada hubungan bermakna antara
umur dengan kejadian dermatitis kontak yang merupakan keluhan kelainan kulit.
Selain itu pada tingkat kepercayaan 95% nilai odds ratio yang dihasilkan sebesar
2,824, artinya pekerja muda mempunyai peluang 2,824 (2,8) kali terkena
diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan
kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit menjadi lebih mudah terkena
dermatitis. Pada dunia industri usia pekerja yang lebih tua menjadi lebih rentan
terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut terjadi kegagalan dalam
bahwa dermatitis kontak akan lebih mudah menyerang pada pekerja dengan usia
Menurut NIOSH (2006) dari sisi usia, umur 15-24 tahun merupakan usia
dengan insiden penyakit kulit akibat kerja tertinggi. Hal tersebut disebabkan
Menurut Erliana (2008) yang dikutip oleh Suryani (2011), dalam konteks
kelompok umur, artinya umur bukan merupakan faktor risiko utama terhadap
Dalam penelitian ini pekerja dengan usia yang lebih muda (≤ 26 tahun)
justru lebih banyak yang merasakan keluhan kelainan kulit. Salah satu faktor yang
menjadi penyebab hal ini adalah bahwa pekerja dengan usia yang lebih muda (≤
lebih tua (> 26 tahun). Sehingga kontak bahan kimia dengan pekerja masih sering
terjadi pada pekerja muda. Pekerja muda mempunyai fungsi proteksi kulit yang
lebih baik dibanding pekerja tua, akan tetapi dalam hal melaksanakan prosedur
kerjanya tidak memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja, maka akan
5.3 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkeldi Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017
Masa kerja dalam penelitian ini merupakan kurun waktu atau lamanya
pekerja bekerja sebagai pekerja bengkel sejak awal bekerja sampai penelitian
berlangsung dalam hitungan tahun. Masa kerja dilihat dari pertama kali pekerja
menunjukkan bahwa keluhan kelainan kulit dialami oleh 20 orang pekerja dengan
masa kerja ≤ 3 tahun sebanyak 16 orang (48,5%) dan > 3 tahun sebanyak 4 orang
(12,1%). Sedangkan pekerja yang tidak mengalami keluhan kelainan kulit dengan
masa kerja ≤ 3 tahun sebanyak 1 orang (3,0%) dan > 3 sebanyak 12 orang
(36,4%).
yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel masa kerja
dengan keluhan kelainan kulit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak (p-value = 0.012) dengan masa
dengan masa kerja ≤ 2 tahun dapat menjadi salah satu faktor yang
dalam melakukan pekerjaannya. Jika pekerja ini masih sering ditemui melakukan
kesalahan dalam prosedur penggunaan bahan kimia, maka hal ini berpotensi
meningkatkan angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja dengan masa kerja ≤
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Utomo (2007) juga menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian dermatitis
kontak (p value = 0,014) dengan masa kerja ≤ 2 tahun. Pekerja dengan masa kerja
≤ 2 tahun masih rentan terhadap berbagai macam zat kimia, pada pekerja dengan
masa kerja > 2 tahun dapat dimungkinkan telah memiliki resistensi terhadap
bahan kimia yang digunakan. Resisitensi ini dikenal sebagai proses hardening
yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap bahan kimia karena
pekerja bengkel dengan masa kerja yang lama (> 3 tahun) telah memiliki
resistensi terhadap bahan kimia yang terpapar ke kulit karena seringnya kontak
pekerja lebih tahan terhadap paparan bahan kimia sehingga pekerja tidak
mengalami keluhan kelainan kulit. Akan tetapi tidak semua pekerja bisa
mengalami resistensi.
Selain itu, hampir sama seperti pernyataan pada bagian hubungan antara
umur dengan keluhan kelainan kulit, pekerja dengan masa kerja ≤ 3 tahun dapat
menjadi salah satu faktor yang mengindikasi bahwa pekerja tersebut belum
kimia, maka hal ini berpotensi meningkatkan keluhan kelainan kulit pada pekerja
5.4 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017
Lama kerja dalam penelitian ini merupakan lamanya pekerja dalam hitungan
jam bekerja di bengkel dari awal masuk kerja hingga selesai kerja dalam satu hari
kerja. Lama kerja mempengaruhi keluhan kelainan kulit, karena semakin lama
kontak dengan bahan kimia maka akan semakin merusak sel kulit hingga
kelapisan sel yang lebih dalam dan risiko timbulnya keluhan kelainan kulit akan
semakin tinggi.
menunjukkan bahwa keluhan kelainan kulit dialami oleh 20 orang pekerja dengan
lama kerja ≤ 9 jam sebanyak 7 orang (21,2%) dan > 9 sebanyak 13 orang (39,4%).
Sedangkan pekerja yang tidak mengalami keluhan kelainan kulit dengan lama
kerja ≤ 9 jam sebanyak 11 orang (33,3%) dan > 9 jam sebanyak 2 orang (6,1%).
Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai pvalue = 0.005 < 0.05 yang
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel lama kerja dengan
keluhan kelainan kulit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nuraga dkk (2008) pada pekerja otomotif yang menunjukkan
bahwa adanya hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan kejadian
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suryani (2011) di PT. Cosmar Indonesia dengan p value 0.020 yang artinya ada
hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan kejadian dermatitis kontak
Penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja yang bekerja > 9 jam memiliki
risiko yang lebih lama untuk kontak dengan bahan kimia sehingga dapat
menyebabkan keluhan kelainan kulit. Semakin lama kontak dengan bahan kimia,
maka peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan
Bahan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali
kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang
kerusakan sel dibawahnya oleh iritan. Sedangkan pada bahan iritan kuat akan
terjadi kematian sel secara spontan (saat kontak pertama kali dalam hitungan
keluhan kelainan kulit akibat kerja, karena dengan menggunakan APD dapat
terhindar dari cipratan bahan kimia dan menghindari kontak langsung dengan
bahan kimia.
Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2017 menunjukkan bahwa
dari 33 pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri, terdapat 20 pekerja
(60,6%) yang megalami keluhan kelainan kulit. Uji statistik tidak dapat dilakukan
karena seluruh pekerja tidak memakai alat pelindung diri secara lengkap.
Pemakaian alat pelindung diri dalam penelitian ini adalah pemakaian sarung
tangan, pemakaian sepatu boot, serta pemakaian baju panjang dan celana panjang.
Diperoleh informasi bahwa seluruh pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri
sarung tangan dikarenakan mereka tidak leluasa untuk mereparasi motor jika
dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan. Alat Pelindung Diri harus
kontak akibat kerja. Bahan kimia untuk dapat menyebabkan kelainan pada kulit
ditentukan dari ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi. Melalui kontak yang
cukup lama dan konsentrasi yang memadai, bahan kimia dapat menyebabkan
kelainan kulit berupa dermatitis kontak iritan atau dermatitis kontak alergi
Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan, paparan bahan kimia yang ada di 9
bengkel sama. Oleh karena itu, data tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat
apakah ada hubungan yang signifikan antara bahan kimia dengan keluhan
kelainan kulit.
1. Aki
Accumulator atau sering disebut aki adalah salah satu komponen utama
dalam kendaraan bermotor, baik mobil atau motor, semua memerlukan aki untuk
dapat menghidupkan mesin. Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga
listrik. Jenis aki yang umum digunakan adalah accumulator timbal. Secara fisik
aki ini terdiri dari dua kumpulan pelat yang dimasukkan pada larutan asam sulfat
2. Bensin
(misalnya, benzena, toluena, xilena, dan n-heksana). Zat aditif yang terkandung
dalam bensin yaitu antioksidan seperti alkil fenol, antikorosi seperti asam
untuk mencegah/membersihkan kerak dalam kaburator, anti kerak PFI (Port Fuel
Injection).
Pelumas adalah minyak lumas dan gemuk lumas yang berasal dari minyak
bumi, bahan sintetik, pelumas bekas dan bahan lainnya yang tujuan utamanya
untuk pelumasan mesin dan peralatan lainnya (Kepres RI No.21 Th. 2001).
Minyak pelumas sintetik dibuat dari proses pencampuran minyak pelumas dasar
yang berasal dari bahan sintetik (bukan dari minyak bumi) ditambah dengan
bahan aditif. Bahan aditif yang terkandung dalam bensin ada sembilan yaitu anti
oksidan, aditif dispersant, anti karat atau anti korosi, friction modifier, anti foam,
menambah indek viskositas, menghambat korosi dan oksidasi dari reaktan atau
kontaminan.
hilangnya kelembaban alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan
terasa panas/seperti terbakar dan kulit melepuh. Jika kulit sudah teriritasi ditandai
dengan muncul beberapa gejala seperti rasa gatal, kulit yang meradang diikuti
dengan kulit.
konsentrasi yang rendah. Iritan yang kuat akan menimbulkan dermatitis hampir
pada semua individu jika terjadi kontak yang memadai (Taylor, 2003 dalam
Anhar, 2016)
6.1 Kesimpulan
sebanyak 9 pekerja.
4. Lokasi keluhan kelainan kulit pekerja semua ditangan. Pada telapak tangan
5. Ada hubungan yang bermakna antara umur (p-value 0,003), masa kerja (p-
value 0,0001) dan lama kerja (p-value 0,005) dengan keluhan kelainan
6. Uji statistik untuk melihat hubungan pemakaian APD dan bahan kimia
dengan keluhan kelainan kulit tidak dapat dilakukan karena semua pekerja
59
6.2 Saran
1. Bagi pekerja
seperti mencuci tangan dengan air bersih agar paparan bahan kimia tidak
menempel di tangan.
b. Sebaiknya pekerja bengkel memakai sarung tangan yang sesuai agar dapat
Bangun, L.G. 2012. Gambaran dan Prevalensi Keluhan Gangguan Kulit Pada
Pekerja Bengkel Kendaraan Bermotor Di Kecamatan Medan Baru, Medan
Selayang, dan Medan Johor Tahun 2012. (Karya tulis ilmiah). Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/38937/chapter%20II.pdf(diakses 23 juli 2016)
Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja, repository
USU.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1432/1/07002746.pdf(diaks
es 5 Januari 2017)
Cahyono, A.B. 2004. Keselamatan Kerja Bahan Kimia Di Industri. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Canadian Centre for Occupational Health and Safety. 1997. Health Effects of
Gasoline.http://www.ccohs.ca. (diakses 19 Januari 2017)
Canadian Centre for Occupational Health and Safety. 1997. Health Effects of
Sulfuric Acid.http://www.ccohs.ca. (diakses 19 Januari 2017)
61
Harrianto. 2008. Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan Zat Kimia (Buku Ajar
Kesehatan Kerja). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Lestari, F., dan Utomo H.S. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Dermatitis Kontak Pada Pekerja di PT. Inti Pantja Press Industri. Jurnal.
Makara, Kesehatan, Vol. 11, No. 2: 61-68.
Nuraga, W., Fatma Lestari, dan L. Meily Kurniawidjaja. 2008. Dermatitis Kontak
pada Pekerja yang Terpajan dengan Bahan Kimia di Perusahaan Industri
Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Makara Kesehatan,
Volume 12 No. 2 : 63-69
Peate, W.F. 2002. Occupational Skin Disease. Am. Fam Physician66(6): 1005-
1033 http://www.aafp.org/afp/2002/0915/p1025.html(diakses 4 Januari
2017)
Pelumas Pertamina. 2010. Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan.
http://pelumas.pertamina.com/Files/pdf/Appendix_Health,_Safety_&_Envir
onment.pdf(diakses 4 januari 2017)
Sularsito, S.A. dan Djuanda, S., 2007. Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah,
S, (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta, 129-153.
Yogopranoto, D. 2012. Daur Ulang Timbal dari Aki Bekas dengan Menggunakan
Metode Redoks. (Tesis). Fakultas Teknik. Universitas Diponogoro,
Semarang.
Kepada Yth.
Di tempat.
Dengan Hormat,
NIM : 131000192
Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017”. Untuk itu saya mohon kesediaan
Segala hal yang bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan saya gunakan hanya
ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak/Saudara, saya ucapkan terima
kasih.
Peneliti,
Putri Syahriyana
Nama :
Umur :
penelitian tersebut.
penelitian
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh
Medan, 2017
Responden
(………………………………………)
No. Responden :
Tanggal Wawancara :
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama :
Umur : Tahun
No Pertanyaan Kode
a. Ya [ ]
b. Tidak
a. Gatal
b. Kemerahan
d. Bengkak
f. Kulit mengelupas
g. Kulit bersisik
j. Lainnya ………………………………………….
a. Telapak tangan
b. Punggung tangan
c. Lengan tangan
e. Wajah
f. Leher
g. Punggung
h. Kaki
i. Lainnya .…………………………………………….
No Pertanyaan YA TIDAK
bekerja?
Bahan kimia apa saja yang berisiko terpapar pada saat bekerja?
1. 4.
2. 5.
3. 6
Master Data
No umur umurk mk mkk lk lkk APD bk kkk bensin oli aki kkk1 kkk2 kkk3 kkk4 kkk5 lkk1 lkk2 lkk3
1 28 2 5 2 10 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1
2 20 1 5 2 10 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1
3 31 2 10 2 9 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1
4 24 1 1 1 17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
5 28 2 5 2 14 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1
6 15 1 1 1 14 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1
7 27 2 3 1 9 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2
8 25 1 3 1 10 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1
9 29 2 5 2 9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
10 29 2 4 2 9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 22 1 2 1 9 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
12 20 1 2 1 9 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1
13 27 2 4 2 8 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
14 30 2 7 2 8 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
15 35 2 5 2 8 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
16 23 1 3 1 8 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1
17 33 2 6 2 9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
18 19 1 1 1 10 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1
19 23 1 2 1 10 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
20 25 1 3 1 10 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1
21 27 2 4 2 10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
22 27 2 3 1 10 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1
23 22 1 1 1 10 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1
24 20 1 1 1 9 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1
Keterangan:
mk : masa kerja
lk : lama kerja
bk : bahan kimia dalam bentuk kategori 1 = terpapar ≤ 2 bahan kimia, 2 = terpapar > 2 bahan kimia
bensin : pekerja yang merasakan keluhan kelainan kulit akibat bensin dalam bentuk kategori 1 = Ada, 2 = Tidak Ada
oli : pekerja yang merasakan keluhan kelainan kulit akibat oli dalam bentuk kategori 1 = Ada, 2 = Tidak Ada
aki : pekerja yang merasakan keluhan kelainan kulit akibat aki dalam bentuk kategori 1 = Ada, 2 = Tidak Ada
Statistics
pemakaian
umur masa kerja lama kerja APD bahan kimia
N Valid 33 33 33 33 33
Missing 0 0 0 0 0
Mean 25,45 3,58 9,76 2,00 2,00
Median 26,00 3,00 9,00 2,00 2,00
Minimum 15 1 8 2 2
Maximum 35 10 17 2 2
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 15 1 3,0 3,0 3,0
19 2 6,1 6,1 9,1
20 3 9,1 9,1 18,2
22 2 6,1 6,1 24,2
23 3 9,1 9,1 33,3
24 2 6,1 6,1 39,4
25 3 9,1 9,1 48,5
26 2 6,1 6,1 54,5
27 4 12,1 12,1 66,7
28 3 9,1 9,1 75,8
29 2 6,1 6,1 81,8
30 3 9,1 9,1 90,9
31 1 3,0 3,0 93,9
33 1 3,0 3,0 97,0
35 1 3,0 3,0 100,0
Total 33 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 6 18,2 18,2 18,2
2 5 15,2 15,2 33,3
3 6 18,2 18,2 51,5
4 5 15,2 15,2 66,7
5 7 21,2 21,2 87,9
6 2 6,1 6,1 93,9
7 1 3,0 3,0 97,0
10 1 3,0 3,0 100,0
Total 33 100,0 100,0
Lama kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 8 5 15,2 15,2 15,2
9 13 39,4 39,4 54,5
10 12 36,4 36,4 90,9
14 2 6,1 6,1 97,0
17 1 3,0 3,0 100,0
Total 33 100,0 100,0
Pemakaian APD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak lengkap 33 100,0 100,0 100,0
Bahan Kimia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >2 33 100,0 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 20 60,6 60,6 60,6
Tidak ada 13 39,4 39,4 100,0
Total 33 100,0 100,0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <= 26 tahun 18 54,5 54,5 54,5
> 26 tahun 15 45,5 45,5 100,0
Total 33 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 3 tahun 17 51,5 51,5 51,5
> 3 tahun 16 48,5 48,5 100,0
Total 33 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 9 jam 18 54,5 54,5 54,5
> 9 jam 15 45,5 45,5 100,0
Total 33 100,0 100,0
Statistics
keluhan
keluhan keluhan keluhan keluhan kelainan keluhan
kelaina kelainan kelainan kelainan kulit di keluhan di
n kulit kulit kulit kulit mengelupa telapak punggung keluhan di
panas gatal kering kemerahan s tangan tangan sela jari
N Valid 33 33 33 33 33 33 33 33
Missing
0 0 0 0 0 0 0 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 20 60,6 60,6 60,6
Tidak Ada 13 39,4 39,4 100,0
Total 33 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 9 27,3 27,3 27,3
Tidak Ada 24 72,7 72,7 100,0
Total 33 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 14 42,4 42,4 42,4
Tidak Ada 19 57,6 57,6 100,0
Total 33 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 7 21,2 21,2 21,2
Tidak Ada 26 78,8 78,8 100,0
Total 33 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 4 12,1 12,1 12,1
Tidak Ada 29 87,9 87,9 100,0
Total 33 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 20 60,6 60,6 60,6
Tidak Ada 13 39,4 39,4 100,0
Total 33 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 7 21,2 21,2 21,2
Tidak Ada 26 78,8 78,8 100,0
Total 33 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 15 45,5 45,5 45,5
Tidak Ada 18 54,5 54,5 100,0
Total 33 100,0 100,0
Statistics
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 14 70,0 70,0 70,0
tidak ada 6 30,0 30,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 9 45,0 45,0 45,0
tidak ada 11 55,0 55,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 20 100,0 100,0 100,0
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * Keluhan
Kelainan Kulit 33 100,0% 0 ,0% 33 100,0%
Masa Kerja * Keluhan
Kelainan Kulit 33 100,0% 0 ,0% 33 100,0%
Lama Kerja * Keluhan
Kelainan Kulit 33 100,0% 0 ,0% 33 100,0%
Pemakaian APD *
Keluhan Kelainan Kulit 33 100,0% 0 ,0% 33 100,0%
Bahan Kimia * Keluhan
Kelainan Kulit 33 100,0% 0 ,0% 33 100,0%
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square .(a)
N of Valid Cases 33
a No statistics are computed because pemakaian APD is a constant.
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square .(a)
N of Valid Cases 33
a No statistics are computed because bahan kimia is a constant.
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Telapak Tangan Salah Satu Pekerja yang Merasakan Keluhan Kelainan
Kulit
Gambar 2. Telapak Tangan Salah Satu Pekerja yang Merasakan Keluhan Kelainan
Kulit
Gambar 4. Proses Kerja Saat Pekerja Membersihkan Bagian Mesin Motor dengan
Bensin