Anda di halaman 1dari 108

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2017

Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Keluhan Kelainan Kulit pada
Pekerja Bengkel Kendaraan Bermotor di
Kelurahan Binjai Kecamatan Medan
Denai Tahun 2017

Syahriyana, Putri

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2162
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN
KELAINAN KULIT PADA PEKERJA BENGKEL KENDARAAN
BERMOTOR DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN
MEDAN DENAI TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH
PUTRI SYAHRIYANA
NIM. 131000192

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN
KELAINAN KULIT PADA PEKERJA BENGKEL KENDARAAN
BERMOTOR DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN
MEDAN DENAI TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
PUTRI SYAHRIYANA
NIM. 131000192

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “FAKTOR-

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELAINAN

KULIT PADA PEKERJA BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR DI

KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2017” ini

beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan

etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,

saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2017

PUTRI SYAHRIYANA

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada pekerja bengkel kendaraan bermotor di


Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2017 untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan keluhan kelainan kulit pada pekerja bengkel.
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan rancangan cross
sectional. Terdapat 9 bengkel dengan jumlah populasi sebanyak 33 pekerja dan
sampel sebanyak 33 pekerja dengan menggunakan metode total populasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner
dan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui
keluhan kelainan kulit pada pekerja. Untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik menggunakan Chi-
Square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 20 pekerja (60,6%)
merasakan keluhan kelainan kulit dan 13 pekerja (39,4%) tidak merasakan
keluhan kelainan kulit. Hasil uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara umur (pvalue=0,003 ), masa kerja (pvalue=0,0001), lama kerja
(pvalue=0,005) dengan keluhan kelainan kulit pada pekerja bengkel kendaraan
bermotor. Sementara itu variabel pemakaian APD dan bahan kimia tidak dapat
dilakukan uji statistik karena data bersifat homogen.
Disarankan pekerja bengkel untuk menjaga kebersihan dirinya selama
bekerja dan membersihkan tangan dengan air bersih setelah bekerja agar tidak ada
bahan kimia yang menempel ditangan serta berusaha untuk menghindari kontak
langsung dengan bahan kimia yang ada di bengkel dengan cara menggunakan
APD lengkap, salah satunya yaitu menggunakan sarung tangan.

Kata kunci : Keluhan Kelainan Kulit, Bengkel, Pekerja

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

This research was conducted on workshop workers to determine the


correlation factors of the compalint of skin disorders in workshop workers at
Binjai Village, Medan Denai Sub-district, in 2017.
This research was analytical with cross sectional design. There are 7
workshop with 33 workers. The population in this study amounted to 33 people
and the whole sampled by the technic of the total population of 33 people.
Data were gathered by conducting interviews with questionnaires and
observations using the observation sheet to find workers who have compalint of
skin disorders. A statistic test was used to analyze the correlation between
independent variabels and dependent variabel. Statistical tests using Chi-Square
test.
The results of this researh showed that there are 20 workers (60,6%) who
feel the complaint of skin disorder and 13 workers (39,4%) do not feel the
complaint of skin disorder. The result of chi-square test showed that there was a
significant correlation between age (p value=0,003), work period (p
value=0,0001), working hours (p value=0,005) with the complaint of skin
disorder at workshop workers. Meanwhile, variabel the use of Personal
Protective Device (APD) and chemical agent statistically can’t be performed
because the data were homogen.
It is recommended that the workshop workers keep themselves clean during
working hours,cleaning hands wiht clean water after working so that there are no
chemical agent that stick to the hands, and try to avoid direct contact with
chemical substances in workshop by using complete APD such as gloves.

Keywords: Skin Disorder, Workshop, Workers

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelainan Kulit pada

Pekerja Bengkel Kendaraan Bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan

Medan Denai Tahun 2017”skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran, dukungan,

nasihat, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang

juga telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran,

dukungan, nasihat, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes dan Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes selaku

dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staff di FKM USU khususnya Departemen KKK yang

telah memberikan ilmu dan membantu penulis menyelesaikan kepentingan

administrasi selama masa perkuliahan.

8. Lurah dan seluruh staff di kelurahan Binjai Kota Medan, yang telah

membantu penulis dengan memberikan banyak informasi dan data-data yang

bersangkutan dengan penulisan skripsi ini.

9. Pekerja bengkel motor di Kelurahan Binjai yang telah memberikan waktu,

informasi serta dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada

kedua orangtua penulis, yaitu Ayahanda Syahrial dan Ibunda Maghdalena

Hasibuan yang telah membesarkan dan mendidik penulis, juga atas doa restu

yang tiada henti selalu diberikan kepada penulis.

11. Adik-adik penulis M. Yogi Adam Pratama, Mutiara Syahna Putri dan Davina

Maghfira Syahputri yang telah memberi semangat dan dukungan dalam

penyelesaian skripsi ini.

12. Untuk sahabat Isna Hanim dan Findy Anwari Lubis, terima kasih untuk

segala bantuan, motivasi, do’a dan kebersamaannya selama ini.

13. Untuk teman-teman seperjuangan K3 2013, Ruth Inggrid, Alfi Isnaini,

Laylatus Sa’adah, Rian Andrian, Very Bastian, Ridha, terkhusus Ruth Inggrid

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang sudah banyak membantu selalu ada disaat suka dan duka, terima kasih

untuk segala bantuan, motivasi, do’a dan kebersamaannya selama ini.

14. Untuk Ricka, Ridho, Pasrahni, Yustia Ulfa, Dwi Karina, Intan terima kasih

untuk segala motivasi dan do’anya selama ini.

12. Untuk Dessi Kartika, SKM, terima kasih untuk bantuan, motivasi dan

do’anya untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih sudah banyak

membantu penulis dari awal masuk kuliah hingga penulis menyelesaikan

skripsi ini.

13. Untuk Hawarian Sunni, SKM, yang sudah banyak membantu penulis dalam

meyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk segala bantuan, motivasi, do’a

serta kebersamaannya.

14. Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan,

kerjasama, semangat dan do’anya.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya

kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, April 2017

Penulis

Putri Syahriyana

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................7
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................7
1.4 Hipotesis .......................................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penyakit Akibat Kerja ..................................................................................9
2.1.1 Definisi Penyakit Akibat Kerja ........................................................9
2.1.2 Penyebab Penyakit Akibat Kerja .....................................................9
2.2 Penyakit Kulit Akibat Kerja .......................................................................11
2.2.1 Definisi Penyakit Kulit Akibat Kerja .............................................11
2.2.2 Penyebab Penyakit Kulit Akibat Kerja ..........................................12
2.2.3 Jenis Penyakit Kulit Akibat Kerja ..................................................15
2.3 Keluhan Kelainan Kulit Akibat Kerja ........................................................17
2.4 Pekerja Bengkel .........................................................................................17
2.4.1 Bahaya Keselamatan Kerja ...............................................................18
2.4.2 Bahaya Kesehatan Kerja ...................................................................19
2.5 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Kelainan Kulit
pada Pekerja Bengkel .................................................................................21
2.6 Kerangka Konsep .......................................................................................28

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...........................................................................................29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................29
3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................................29
3.3.1 Populasi ..........................................................................................29
3.3.2 Sampel ............................................................................................30
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................30
3.4.1 Data Primer ....................................................................................30
3.4.2 Data Sekunder ................................................................................30
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................30
3.5.1 Variabel penelitian .........................................................................30
3.5.2 Definisi Operasional.......................................................................31
3.6 Metode Pengukuran ...................................................................................32
3.7 Metode Analisis Data .................................................................................33
3.7.1 Teknik Pengolahan Data.................................................................33
3.7.2 Teknik Analisis Data ......................................................................34
3.7.2.1 Analisis Univariat ...............................................................34
3.7.2.2 Analisis Bivariat .................................................................34

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian................................................................... ..36
4.2 ..Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................... 37
4.2.1 Analisis Univariat ........................................................................... 37
4.2.1.1 Umur .... ............................................................................. 37
4.2.1.2 Masa Kerja......................................................................... 37
4.2.1.3 Lama Kerja ........................................................................ 38
4.2.1.4 Pemakaian APD ................................................................. 39
4.2.1.5 Bahan Kimia ...................................................................... 39
4.2.1.6 Keluhan Kelainan Kulit ..................................................... 40
4.2.2Analisis Bivariat .. .............................................................................
4.2.2.1 Umur dengan Keluhan Kelainan Kulit .............................. 41
4.2.2.2 Masa Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit ..................... 41
4.2.2.3 Lama Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit .................... 42
4.2.2.4 Pemakaian APD denganKeluhan KelainanKulit ............... 43
4.2.2.5 Bahan Kimia dengan Keluahan Kelainan Kulit ................ 43

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja Bengkel Kendaraan Bermotor di
Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2017......................... 44
5.2 Hubungan Umur dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
tahun 2017.......................................................................................... 48
5.3 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
tahun2017................................................................................................ 50
5.4 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
tahun 2017............................................................................................... 52
5.5 Hubungan Pemakaian APD dengan Keluhan Kelainan Kulit pada
Pekerja Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota
Medan tahun 2017................................................................................... 54
5.6 Hubungan Bahan Kimia dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
tahun 2017............................................................................................... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 59
6.2 Saran ....................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian .............................................. 33


Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden pada Pekerja Bengkel Kendaraan
Bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun
2017 .................................................................................................... 37
Tabel 4.2 Distribusi Masa Kerja Responden pada Pekerja Bengkel Kendaraan
Bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun
2017 .................................................................................................... 38
Tabel 4.3 Distribusi Lama Kerja Responden pada Pekerja Bengkel
Kendaraan Bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai
Tahun 2017......................................................................................... 38
Tabel 4.4 Distribusi Pemakaian APD Responden pada Pekerja Bengkel
Kendaraan Bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai
Tahun 2017......................................................................................... 39
Tabel 4.5 Distribusi Bahan Kimia Responden pada Pekerja Bengkel
Kendaraan Bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai
Tahun 2017......................................................................................... 39
Tabel 4.6 Distribusi Keluhan Kelainan Kulit Responden pada Pekerja
Bengkel Kendaraan Bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan
Medan Denai Tahun 2017 .................................................................. 40
Tabel 4.7 Hubungan Umur dengan Keluhan Kelainan pada Pekerja Bengkel
Bengkel Kendaraan Bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan
Medan Denai Tahun 2017 .................................................................. 41
Tabel 4.8 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Kelainan pada Pekerja
Bengkel Bengkel Kendaraan Bermotor di Kelurahan Binjai
Kecamatan Medan Denai Tahun 2017 ............................................... 42
Tabel 4.9 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kelainan pada Pekerja
Bengkel Bengkel Kendaraan Bermotor di Kelurahan Binjai
Kecamatan Medan Denai Tahun 2017 ............................................... 42

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 28


Gambar 4.1 Peta Kelurahan Binjai........................................................................ 36

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Master Data
Lampiran 3. Output
Lampiran 4. Dokumentasi
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Putri Syahriyana

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 13 November 1995

Suku Bangsa : Melayu

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Ayah : Syahrial

Suku Bangsa Ayah : Melayu

Nama Ibu : Maghdalena Hasibuan

Suku Bangsa Ibu : Mandailing

Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang

Alamat Rumah : Jln. M.Nawi Harahap/Seksama Gg. Jambu No. 28

Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 2001-2007 SD Muhammadiyah 10 Medan

Tahun 2007-2010 SMP Negeri 3 Medan

Tahun 2010-2013 SMA Negeri 3 Medan

Tahun 2013-2017 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang

bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam

keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja

serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan

kerja (Suma’mur, 2014).

Upaya kesehatan kerja meliputi pekerja di sektor formal dan informal

ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan

kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan (UU No. 36

Tahun 2009).

Sebagai organ tubuh yang paling luas, kulit tidak bisa dipisahkan dari

kehidupan manusia. Kulit merupakan organ terluas pada manusia, meliputi

seluruh tubuh, merupakan “physical barrier” terhadap lingkungan oleh karena itu

banyak zat-zat kimia yang masuk melalui “barrier” / sawar sehingga

mengakibatkan kerusakan kulit (Mahdi, 2008).

Walaupun tidak menyebabkan kematian, penyakit kulit sangat mengganggu

bagi kenyamanan penderitanya. Oleh karena itu, penyakit kulit merupakan faktor

yang sangat penting untuk terjadinya penurunan produktifitas kerja dan

meningkatnya angka cuti sakit. Secara klinis, penyakit kulit akibat kerja dapat

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu dermatitis kontak dan dermatitis non-ekzema

(Harrianto, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Penyakit kulit akibat kerja adalah penyakit kulit yang diakibatkan oleh

pajanan substansi kimiawi di lingkungan tempat kerja. Penyakit kulit akibat kerja

atau yang didapat saat melakukan pekerjaan banyak penyebabnya antara lain,

agen sebagai penyebab penyakit kulit tersebut yang berupa agen fisik, kimia,

maupun biologis (Roebidin, 2008). Menurut WHO, ada 150 penyakit akibat kerja,

akan tetapi di Indonesia ada 105 penyakit. Penyakit kulit yang disebabkan oleh

penyebab fisik dan kimiawi merupakan salah satu dari penyakit kulit akibat kerja

tersebut(Buchari, 2007).

Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) merupakan penyakit akibat kerja kedua

terbanyak setelah penyakit musculoskeletal, dengan jumlah sekitar 22% dari

seluruh penyakit akibat kerja. Data Inggris menunjukkan 1,29 kasus per 1000

pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit

akibat kerja, lebih dari 95% persen merupakan dermatitis kontak, sedangkan yang

lain merupakan penyakit kulit lainnya seperti akne, urtikaria kontak, dan tumor

kulit (Anies, 2014).

Menurut Health and Safety Executive (2006) yang dikutip oleh Budianto

(2010), menyatakan bahwa antara tahun 2001 sampai 2002 terdapat sekitar 39.000

orang di Inggris terkena penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerjaan atau

sekitar 80% dari seluruh penyakit akibat kerja. Berdasarkan profil kesehatan

Indonesia (2010), diperoleh kasus gangguan kulit di Indonesia sebesar 122.076

kasus. Menurut data RISKESDAS (2007), prevalensi dermatitis di Indonesia

sebesar 6,78% sedangkan prevalensi dermatitis di Sumatera Utara sebesar

2,63%.National Institute for Occupational Safety and Health(NIOSH) dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

survey tahunan (2006) memperkirakan angka kejadian dermatitis akibat kerja

yang sebenarnya adalah 20-50 kali lebih tinggi dari kasus yang dilaporkan.

Persentasi dermatosis akibat kerja dari seluruh penyakit akibat kerja

menduduki porsi tertinggi sekitar 50-60%, maka dari itu penyakit ini pada

tempatnya mendapat perhatian yang proporsional. Berdasarkan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku, terdapat dua jenis penyakit kulit akibat kerja,

yaitu: Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisis, kimiawi

atau biologis, dan Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic,

bitumen, minyak mineral, antrasen atau persenyawaannya, produk atau residu dari

zat tersebut (Suma’mur 2009).

Pekerja di bengkel motor merupakan salah satu pekerja yang memiliki

risiko besar untuk terpapar dengan bahan kimia. Bahaya dan risiko yang ada harus

diantisipasi oleh para pekerja bengkel motor yang bergerak pada sektor informal

karena tidak adanya pelatihan khusus dalam menangani masalah kesehatan yang

terjadi. Salah satu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada pekerja bengkel

adalah kelainan kulit yang diakibatkan oleh paparan penggunaan air aki (asam

sulfat), serta produk-produk minyak bumi seperti minyak pelumas/oli, bensin,

serta cairan pendingin (Astrianda, 2012).

Pelumas yang mengandung senyawa timahmerupakan suatu bahaya sejak

dalampembuatannya, karena timah tersebut dapatdiserap melalui kulit. Kontak

yang sering dan berlangsung lama dengan pelumas mineral dalam beberapa hal

dapat menimbulkan beragam bentuk iritasi kulit dan dalam hal sangat khusus,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

kondisi demikian dapat menyebabkan kanker kulit (Pertamina Lubricant Guide,

2010).

Menurut CCOHS (1997), pada paparan akut, bensin yang mengandung

senyawa benzena dapat mengiritasi kulit dan meyebabkan kulit melepuh. Jika

bensin terperangkap di kulit, misalnya pada kejadian pakaian terendam dalam

bensin atau kulit kontak dengan genangan bensin, dapat menimbulkan luka bakar.

Paparan berulang atau berkepanjangan (kronik) dapat menyebabkan kulit kering

(akibat hilangnya lemak dari kulit), iritasi, dan dermatitis.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Utomo (2007), dari

80 responden pada industri otomotif terdapat sebanyak 48,8% pekerja mengalami

dermatitis kontak. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nuraga, dkk (2008)

pada industri otomotif didapatkan hasil bahwa pekerja yang mengalami dermatitis

kontak yaitu sebesar 74% dari 54 responden.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bangun (2012) pada pekerja bengkel

kendaraan bermotor di kecamatan Medan Baru, Medan Selayang, dan Medan

Johorpada 97 responden didapati pekerja bengkel yang memiliki keluhan

gangguan kulit sebesar 34 orang (35,1%) dengan keluhan yang paling banyak

ialah gatal, merah dan kulit melepuh. Seperti yang dikemukakan oleh Kenerva

dan Diepgen (2003) yang dikutip oleh Bangun (2012), bahwa kerusakan yang

ditimbulkan oleh paparan bahan-bahan kimia berupa : sensasi terbakar, gatal,

eksema, gambaran seperti makula atau papula, eritema, vesikel, dan skuama.

Menurut Djuanda (2013), kelainan kulit yang terjadi sangat beragam,

bergantung pada sifat iritan. Iritan kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

memberi gejala kronis. Selain itu juga banyak faktor yang mempengaruhi yaitu

faktor individu (misalnya, ras, usia, lokasi atopi, penyakit kulit lain), faktor

lingkungan (misalnya, suhu dan kelembaban udara, oklusi).

Kelurahan Binjai merupakan salah satu kelurahan yang berada di

Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Kelurahan Binjai meliputi jalan M. Nawi

Harahap, jalan Selamat, jalan Pasar Merah/Raya Menteng, dan memiliki lokasi

yang cukup strategis karena jalan yang ada di Kelurahan Binjai ini bisa menjadi

jalan pintas menuju jalan jalan besar seperti Amplas dan Menteng. Lokasi yang

cukup strategis ini dimanfaatkan sebagian orang untuk mendirikan usaha. Contoh

usaha yang terdapat di Kelurahan Binjai yaitu percetakan, warnet, rumah makan,

dan bengkel.

Banyaknya orang yang membuka usaha bengkel informal di Kelurahan

Binjai ini tidak terlepas dari lokasi kelurahan yang cukup strategis dan kondisi

lingkungan yang padat penduduk. Bengkel yang menjadi tempat penelitian di

Kelurahan Binjai ini ialah bengkel informal. Terdapat 9 bengkel informal di

Kelurahan Binjai dimana masing masing jalan yang terdapat di Kelurahan Binjai

ini memiliki beberapa bengkel. Jalan M. Nawi Harahap terdapat 4 bengkel, jalan

Pasar Merah/Raya Menteng terdapat 4 bengkel dan jalan Selamat terdapat 1

bengkel.

Pekerjaan yang dilakukan oleh mekanik motor pada bengkel informal

Kelurahan Binjai terbatas pada pelayanan servis kendaraan roda dua, mulai dari

servis ringan, tune-up, ganti spare parts, sampai servis besar (turun mesin). Jenis

paparan bahan kimia yang ada di bengkel motor yaitu air aki, serta produk-produk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

minyak bumi seperti pelumas, minyak/oli, bensin serta cairan pendingin. Pekerja

terpapar bahan kimia tersebut pada saat melakukan servis ringan (ganti oli isi air

aki dan cuci mesin menggunakan bensin), hingga servis besar (turun mesin)

dimana mesin diganti dan spare parts dibongkar kemudian direndam dalam bensin

untuk menghilangkan kerak-kerak dan oli pada bagian mesin.Namun lain halnya

dengan bengkel yang hanya memiliki satu pekerja, karena jenis pekerjaan yang

dilakukan oleh pekerja tersebut hanya terbatas menambal ban dan isi angin

sehingga pekerja tidak berisiko terpapar oleh bahan kimia seperti bensin, oli serta

cairan pendingin.

Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara singkat yang dilakukan

pada 5 orang pekerja bengkel di Kelurahan Binjai, mereka mengeluh mengalami

keluhan kelainan kulit seperti kulit terasa terbakar/panas, kulit kering, dan kulit

terasa gatal pada bagian telapak tangan saat bekerja dan setelah selesai bekerja

akibat terpapar bensin.

Dari uraian latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan

kelainan kulit pada pekerja bengkel kendaraan bermotor di Kelurahan Binjai

Kecamatan Medan Denai tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

yang akan diteliti adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan

kelainan kulit pada pekerja bengkel kendaraan bermotor di Kelurahan Binjai

Kecamatan Medan Denai tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan keluhan kelainan kulit pada pekerja bengkel kendaraan

bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan antara bahan kimia dengan keluhan kelainan kulit pada

pekerja bengkel.

2. Mengetahui hubungan antara umur dengan keluhan kelainan kulit pada

pekerja bengkel.

3. Mengetahui hubungan antara masa kerjadengan keluhan kelainan kulit pada

pekerja bengkel.

4. Mengetahui hubungan antara lama kerja dengan keluhan kelainan kulit pada

pekerja bengkel.

5. Mengetahui hubungan antara pemakaian APD dengan keluhan kelainan kulit

pada pekerja bengkel.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara bahan kimia dengan keluhan kelainan kulit pada

pekerja bengkel.

2. Ada hubungan antara umur dengan keluhan kelainan kulit pada pekerja

bengkel.

3. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan kelainan kulit pada pekerja

bengkel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

4. Ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan kelainan kulit pada pekerja

bengkel.

5. Ada hubungan antara pemakaian APD dengan keluhan kelainan kulit pada

pekerja bengkel.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan kepada pengusahabengkel dalam rangka mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan keluhan kelainan kulit pada pekerjanya dan

membantu dalam perbaikan sistem kerja.

2. Sebagai masukan bagi pekerja mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan keluhan kelainan kulit serta agar memperhatikan perlindungan kulit

sehingga tidak terkena penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.

3. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang keluhan kelainan kulit pada

pekerja bengkel kendaraan bermotor.

4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Akibat Kerja (PAK)

2.1.1 Definisi Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau

lingkungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh karena timbulnya disebabkan oleh

pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama penyakit buatan manusia (man

made desease). Berat ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan

tingkat sakit(Anies, 2014).

Dalam Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 terdapat 31 jenis penyakit

akibat kerja, 29 dari 31 jenis penyakit akibat kerja adalah penyakit akibat kerja

yang bersifat internasional; penyakit demikian mengikuti standar Organisasi

Perburuhan Internasional (Suma’mur, 2009).

2.1.2 Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang

berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status

kesehatan kerja dari masyarakat pekerja bukan hanya dipengaruhi oleh bahaya-

bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja, tetapi juga faktor-faktor

pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor-faktor lainnya (Depkes RI,

1992)

Dalam ruang atau di tempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang

menjadi penyebab penyakit akibat kerja sebagai berikut (Suma’mur 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

1. Faktor fisis , seperti:

a. Suara yang dapat mengakibatkan tuli akibat kerja;

b. Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain

penyakit susunan darah dan kelainan kulit. Radiasi sinar infra merah dapat

mengakibatkan katarak (cataract) pada lensa mata, sedangkan sinar ultra

violet menjadi sebab konjungtivitis fotoelektrika (conjunctivitis

photoelectrica);

c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke (pukulan panas), kejang

panas (heat cramps) atau hiperpireksia (hyperpyrexia), sedangkan suhu

terlalu rendah antara lain menimbulkan frostbite;

d. Tekanan udara tinggi menyebabkan penyakit kaison (caisson disease);

e. Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan pada indera

penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.

2. Faktor kimiawi, yaitu antara lain:

a. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis (pneumoconiosis), diantaranya

silikosis, asbestosis dan lainnya;

b. Uap yang diantaranya menyebabkan demam uap logam (metal fume

fever), dermatosis (penyakit kulit) akibat kerja, atau keracunan oleh zat

toksis uap formaldehida;

c. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lainnya;

d. Larutan zat kimia yang misalnya menyebabkan iritasi pada kulit;

e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun jamur dan

lainnya yang menimbulkan keracunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

3. Faktor biologis, misalnya bibit penyakit antraks atau brusella (brucella) yang

menyebabkan penyakit akibat kerja pada pekerja penyamak kulit;

4. Faktor fisiologis/ergonomis, yaitu antara lain kesalahan konstruksi mesin, sikap

badan yang tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain yang dapat

menimbulkan kelelahan fisik dan gangguan kesehatan bahkan lambat laun

dapat terjadi perubahan fisik tubuh pekerja atau kecacatan.

5. Faktor mental-psikologis yang terlihat misalnya pada hubungan kerja atau

hubungan industrial yang tidak baik, misalnya dengan timbulnya depresi atau

penyakit psikosomatis.

2.2 Penyakit Kulit Akibat Kerja

2.2.1 Definisi Penyakit Kulit Akibat Kerja

Penyakit kulit akibat kerja atau Occupational Dermatitis adalah segala

kelainan pada kulit yang diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.

Penyakit ini merupakan 50-60% dari seluruh penyakit akibat kerja, sebagian besar

disebabkan karena pekerja kontak dengan bahan-bahan yang dipergunakan, diolah

atau dihasilkan oleh pekerjaan itu (Suma’mur, 2014).

Menurut Kenerva dan Diepgen (2003) yang dikutip oleh Bangun (2012), di

banyak jenis pekerjaan, kulit dapat terpapar oleh dengan bahan-bahan yang

bersifat iritan atau alergen seperti : bahan-bahan kimia, bahan biologi, dan tekanan

fisik serta mekanik. Sensitivitas kulit terhadap bahan-bahan tersebut dan

kemampuan untuk sembuh kembali berbeda setiap individu. Penyakit kulit akibat

kerja dapat bertambah parah jika keseimbangan antara pertahanan kulit dan

bahan-bahan iritan atau alergen terganggu. Keparahan gangguan kulit diukur dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

kualitas kulit, jenis bahan iritan atau alergen, usaha pencegahan, dan

pengobatannya. Kerusakan yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat

berupa : sensasi terbakar, gatal, serta eksema kronis, dengan gambaran yang

memiliki pola polimorfik seperti makula atau papul, eritema, vesikel, dan skuama.

Pada kasus yang kronis didapati fisura, hiperkeratosis, dan likenifikasi.

Menurut Kurpiewska, et.al., (2011), kontak kulit dengan bahan-bahan iritan

dan atau alergen adalah penyebab utama dermatitis kontak. Keparahan reaksi

tergantung pada jenis dan intensitas paparan. Pada penyakit kulit akibat kerja,

khususnya radang, kekeringan, kemerahan, eritema dan scaling (bersisik), 80%

kasus mempengaruhi kulit tangan yang merupakan titik paling umum dari kontak

dengan bahaya kerja.

Penyakit kulit akibat kerja berdampak pada seluruh pekerja di segala usia

dengan berbagai tempat kerja. Industri-industri dimana pekerjanya memiliki risiko

paling tinggi adalah manufaktur, produksi makanan, konstruksi, pengoperasian

alat mesin, percetakan, pelapisan logam, kerajinan kulit, mekanik dan pekerja

kehutanan (Peate, 2002).

2.2.2 Penyebab Penyakit Kulit Akibat Kerja

Penyakit kulit akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan pekerjaan,

banyak penyebabnya. Penyakit kulit akibat kerja disebabkan oleh kontak langsung

kulit dengan agen penyebab. Penyebab penyakit kulit akibat kerja (PKAK) dapat

digolongkan atas:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

a. Faktor Mekanik

Gesekan, tekanan trauma, menyebabkan hilangnya barrier

sehinggamemudahkan terjadinya sekunder infeksi. Penekanan kronis

menimbulkan penebalan kulit seperti pada kuli-kuli bangunan dan pelabuhan.

b. Faktor Fisik

1. Suhu tinggi di tempat kerja dapat menyebabkan miliara, combustion.

2. Suhu rendah menyebabkan chillblains, trenchfoot, frostbite.

3. Kelembaban terlalu rendah menyebabkan kulit dan selaput lendir saluran

pernafasan menjadi kering dan pecah-pecah sehingga dapat terjadi

perdarahan pada kulit dan selaput lendir.

4. Radiasi elektromagnetik non ionisasi seperti ultraviolet dan infra merah.

5. Kelembaban yang menyebabkan kulit menjadi basah, hal ini dapat

menyebabkan malerasi, paronychia dan penyakit jamur.

6. Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan kemungkinan kontak

dengan bahan kimia dalam bentuk gas, uap, asap, kabut menjadi lebih.

c. Faktor Biologi

Bakteri, virus, jamur, serangga, kutu, cacing menyebabkan penyakit

padakaryawan pelabuhan, rumah potong, pertambangan, peternakan, tukang

cuci dan lain-lain.

d. Faktor Kimia (penyebab terbanyak)

Apabila kulit terpapar dengan bahan kimia dapat terjadi kelainan

kulitberupa dermatitis kontak iritasi atau dermatitis kontak alergi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Faktor penyebab terbanyak adalah agen kimia yang terdiri dari 4 kategori:

1. Iritan primer-asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam

(arsen, air raksa, dan lain-lain).

2. Sensitizer; logam dan garam-garamnya (kromium, nikel, kobal, dan lain-lain).

3. Agen-agen aknegenik-naftalen dan bifenil klor, minyak mineral, dan lainlain.

4. Photosensitizer-antrasen, pitch, devirate asam benzoate, hidrokarbon

aromatic, pewarna akridin, dan lain-lain.

Faktor kimia menjadi faktor penyebab terbanyak terjadinya penyakit kulit

akibat kerja oleh karena zat dan kimia banyak digunakan pada proses produksi

dalam berbagai industri. Ada dua mekanisme zat atau bahan kimia menimbulkan

dermatosis, yaitu, pertama, dengan jalan perangsangan primer (primary irritant),

penyebabnya disebut iritan primer, dan, kedua, melalui sensitisasi dan

penyebabnya disebut pemeka (sensitizer). Iritan primer mengadakan rangsangan

kepada kulit, dengan jalan melarutkan lemak kulit, mengambil air dari lapisan

kulit, mengoksidasi dan atau mereduksi susunan kimia kulit, sehingga

keseimbangan kulit terganggu dan akibatnya timbul dermatosis. Sensitisasi oleh

zat kimia pemeka biasanya disebabkan oleh zat kimia organis dengan struktur

molekul sedemikian rupa sehingga dapat bergabung dengan zat putih telur untuk

membentuk antigen (Suma’mur, 2009).

Faktor kimiawi sebagai penyebab dermatosis akibat kerja dapat berupa zat

atau bahan kimia perangsang primer (iritan) atau pemeka (sensitizer). Perangsang

primer adalah zat atau bahan kimia yang menimbulkan dermatosis oleh efeknya

yang langsung kepada kulit normal di tempat terjadinya kontak zat atau bahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

tersebut dengan kulit untuk kuantitas dan kadar zat atau bahan dimaksud yang

cukup serta untuk waktu yang cukup lama pula. Pemeka kulit adalah zat atau

bahan kimia yang tidak usah menimbulkan perubahan pada kulit ketika

berlangsungnya kontak pertama dengan kulit, tetapi menyebabkan efek khas di

kulit tempat terjadinya kontak maupun pada tempat lain setelah selang waktu 5

atau 7 hari sejak kontak yang pertama (Suma’mur, 2009).

2.2.3 Jenis Penyakit Kulit Akibat Kerja

Sebagaimana penyakit akibat kerja pada umumnya, dermatosis akibat kerja

pun sering sangat khas menurut jenis pekerjaan dan lingkungan kerja.Penyakit

kulit karena antraks (anthrax) sering terdapat pada pekerja yang mengolah bahan

dari hewan misalnya pada penyamakan kulit. Penyakit jamur sporotrikhosis

ditemukan khusus pada pekerja pemelihara tanaman bunga, oleh karena jamur

penyebab sakit tersebut biasanya hidup pada rumpun bunga. Pekerja bengkel

badannya selalu berlumur oli dan gemuk biasanya menderita dermatitisoli (oil

dermatitis) yang sebetulnya penamaan penyakit seperti itu tidak tepat oleh karena

etiologi penyakitnya bukan infeksi melainkan akibat pengaruh oli dan gemuk

(Suma’mur 2009).

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, terdapat 2 (dua)

jenis kelompok penyakit kulit akibat kerja, yaitu: 1. Penyakit kulit (dermatosis)

yang disebabkan oleh penyebab fisis, kimiawi dan biologis, dan 2. Penyakit kulit

epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral,

antrasen atau persenyawaannya, produk atau residu dari zat tersebut (Suma’mur,

2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Menurut Waldron (1990) dan Anies (2006) yang dikutip oleh Anies (2014),

penyakit kulit akibat kerja yang ditimbulkan oleh penyebab fisis, kimiawi dan

biologis, antara lain sebagai berikut:

1. Dermatitis kontak iritan primer, adalah dermatosis akibat kerja yang paling

sering ditemukan. Bentuk akut ditandai dengan eritema, edema, papula,

vesikel, atau bula, yang biasanya terdapat pada tangan, lengan bawah, dan

wajah. Bentuk kronik tidak khas, mrip dengan kebanyakan dermatosis yang

lain dan penyebabnya tidak mudah dikenali.

2. Dermatitis (ekzema) kontak alergi, baik akut maupun kronis mempunyai cirri-

ciri klinis yang sama dengan ekzema bukan akibat kerja.

3. Akne (jerawat) akibat kerja. Mirip dengan jerawat pada umumnya, tetapi

terutama menyerang bagian yang kontak dengan agen.

4. Dermatosis solaris akut. Penyakit kulit ini dianggap sebagai penyakit kulit

akibat kerja, jika sangat dipermudah oleh zat-zat fotodinamik yang digunakan

dalam pekerjaan tersebut.

5. Kanker kulit akibat kerja. Biasanya berupa kanker sel skuamosa atau sel basal.

Kanker akibat kerja cenderung terjadi pada permukaan kulit yang paling

banyak terpapar terhadap karsinogen.

6. Penyakit kulit menular akibat kerja. Paling sering adalah penyakit zoonotik,

kandidiasis, tuberkolosis verukosa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

2.3 Keluhan Kelainan Kulit Akibat Kerja

Kelainan kulit akibat kerja adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja. Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang

disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan

merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk,

dan mengubah daya ikat air di kulit. Penyebab munculnya keluhan kulit pada

pekerja-pekerja adalah akibat dermatitis kontak iritan oleh bahan-bahan yang

bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali,

besi, baja, nikel, dan juga serbuk kayu (Djuanda, 2007).

Keluhan kelainan kulit akibat kerja merupakan kelainan pada kulit yang

dirasakan oleh pekerja pada saat bekerja ataupun selesai bekerja. Keluhan

kelainan kulit ini keluhan subjektif yang dirasakan pekerja berupa rasa gatal, rasa

terbakar, kemerahan, bengkak, lepuh kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit

kering, kulit bersisik, penebalan pada kulit dan lain sebagainya.

Kelainan kulit akibat kerja dapat bertambah parah jika keseimbangan antara

pertahanan kulit dan bahan-bahan iritan atau alergen terganggu. Keparahan

kelainan kulit diukur dari kualitas kulit, jenis bahan iritan atau alergen, usaha

pencegahan, dan pengobatannya. Kerusakan yang ditimbulkan dari bahan-bahan

tersebut dapat berupa : sensasi terbakar, gatal, serta eksema kronis, dengan

gambaran yang memiliki pola polimorfik seperti makula atau papul, eritema,

vesikel, dan skuama. Pada kasus yang kronis didapati fisura, hiperkeratosis, dan

likenifikasi (Kenerva dan Diepgen, 2003 dalam Bangun, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

2.4 Pekerja Bengkel Motor

Menurut Ghebreyohannes (2005), yang dikutip oleh Astrianda (2012),

Pekerja bengkel dapat dibagi menjadi tiga kategori, berdasarkan jenis mesin atau

peralatan yang digunakan dan jumlah pekerja yang dipekerjakan. Misalnya,

beberapa bengkel yang berada dalam satu perusahaan dengan 100 atau lebih

karyawan, sementara bengkel lainnya sangat kecil, terutama yang terlibat dalam

menjual bahan bakar dan membuat perbaikan kecil dan mempekerjakan satu atau

dua pekerja. Ada juga bengkel yang dijalankan oleh pekerja keluarga saja. Selain

dari perusahaan, ada juga bengkel yang bergerak pada sektor informal.

Bengkel kendaraan bermotor yang berskala kecil atau bengkel kendaraan

bermotor informal merupakan bengkel yang melayani servis kendaraan roda dua

mulai dari servis ringan, tune-up, spare parts, sampai servis besar (turun mesin).

Selain itu juga melayani reparasi hingga penggantian bahan pelumas/oli

(Astrianda, 2012).

2.4.1 Bahaya Keselamatan Kerja

Bahaya keselamatan didefinisikan sebagai zat (bahan baku), mesin atau

peralatanyan bisa menyebabkan luka sederhana atau serius yang berpengaruh

untuk ketidakhadiran kerja yang berlangsung setidaknya 24 jam. Jenis-jenis

kecelakaan yang biasa terjadi adalah luka bakar pada tangan dan kaki karena asam

dehidrasi berat, kelelahan, amputasi, injeksi, pemotongan, abrasi, patah tangan

atau endapan dan cedera mata (karena benda terbang).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

2.4.2 Bahaya Kesehatan Kerja

Bahaya kesehatan kerja didefinisikan sebagai kondisi patologis, apakah

disebabkan fisik, kimia atau biologis agen, yang muncul sebagai konsekuensi dari

pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan atau lingkungan tempat dia bekerja.

Bahaya kesehatan kerja di bengkel diantaranya yaitu pelarut organik dan

anorganik, bahan kimia yang digunakan dalam membersihkan atau mencuci

bagian mesin, dari pengisian baterai, lead yang digunakan dalam pengelasan, lead

filler dan molten lead cair yang digunakan untuk mengisi keretakan dan cekungan.

Kejadian dermatitis sensitisasi telah dilaporkan dari penggunaan primer kromat

seng dalam mereparasi bagian logam.

Jenis paparan bahan kimia yang ada di bengkel motor yaitu air aki (asam

sulfat), serta produk-produk minyak bumi seperti minyak pelumas, pelumas,

minyak/oli, bensin serta cairan pendingin (Frosh dalam Astrianda 2012).

1. Aki

Accumulator atau sering disebut aki adalah salah satu komponen utama

dalam kendaraan bermotor, baik mobil atau motor, semua memerlukan aki untuk

dapat menghidupkan mesin. Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga

listrik. Jenis aki yang umum digunakan adalah accumulator timbal. Secara fisik

aki ini terdiri dari dua kumpulan pelat yang dimasukkan pada larutan asam sulfat

encer (H2SO4) (Yogopranoto, 2012).

Apabila air aki kontak dengan kulit dapat menyebabkan nyeri, kemerahan,

luka bakar, dan kulit melepuh. Efek jangka panjang (kronis) akibat paparan air aki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

dapat menyebabkan kulit kering, merah, kulit pecah-pecah (dermatitis) setelah

kontak dengan kulit (CCOHS, 1997).

2. Bensin

Bensin adalah campuran kompleks yang mengandung sebanyak 250

hidrokarbon yang terpisah termasuk beberapa senyawa dengan toksisitas mapan

(misalnya, benzena, toluena, xilena, dan n-heksana). Terdapat zat aditif dalam

bensin yang digunakan untuk memperlambat pembakaran bahan bakar. Zat aditif

yang terkandung dalam bensin yaitu antiosidan seperti alkil fenol, antikorosi

seperti asam karboksilat, deterjen karburator yang mengandung senyawa amina

dan amida untuk mencegah/membersihkan kerak dalam kaburator, anti kerak PFI

(Port Fuel Injection).

Bensin dapat menyebabkan iritasi ringan. Paparan yang berulang atau

berkepanjangan (kronik) dapat menyebabkan kulit kering, merah, kulit pecah-

pecah (dermatitis) setelah kontak dengan kulit (CCOHS, 1997).

3. Oli atau Pelumas

Pelumas adalah minyak lumas dan gemuk lumas yang berasal dari minyak

bumi, bahan sintetik, pelumas bekas dan bahan lainnya yang tujuan utamanya

untuk pelumasan mesin dan peralatan lainnya (Kepres RI No.21 Th. 2001).

Minyak pelumas sintetik dibuat dari proses pencampuran minyak pelumas dasar

yang berasal dari bahan sintetik (bukan dari minyak bumi) ditambah dengan

bahan aditif. Bahan aditif yang terkandung dalam bensin ada sembilan yaitu anti

oksidan, aditif dispersant, anti karat atau anti korosi, friction modifier, anti foam,

aditif untuk menjaga viskoositas (kekentalan). Bahan aditif yang ditambahkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

berfungsi untuk mengurangi gesekan dan melincinkan, meningkatkan viskositas,

menambah indek viskositas, menghambat korosi dan oksidasi dari reaktan atau

kontaminan.

Minyak pelumas (oli) merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam

mesin piston (motor bakar) atau mesin-mesin dimana terdapat komponen yang

bergerak, seperti shaft, bearing dan gear. Hal ini karena oli berfungsi sebagai

pelumas pada permukaan komponen yang saling bersentuhan. Dengan adanya

pelumas, energi yang terbuang karena gesekan menjadi minimal dan dengan

demikian usia pakai komponen menjadi bertambah (Amanto dalam Gufron,

2006).

Apabila pelumas terkena kulit, pada paparan akut berupa kerusakan kulit,

iritasi, dan rambut kulit mudah rontok karena kerusakan akar. Reaksinya diawali

pada permukaan punggung tangan, jari, kaki, dan dapat berkembang menjadi

gangguan kulit yang disebut dengan perifoliculate papules. Kontak yang sering

dan berlangsung lama dengan pelumas mineral dalam beberapa hal dapat

menimbulkan beragam bentuk iritasi kulit dan dalam hal sangat khusus, kondisi

demikian dapat menyebabkan kanker kulit (Pertamina Lubricant Guide, 2010).

2.5 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Timbulnya Keluhan

Kelainan Kulit pada Pekerja Bengkel

Kelainan kulit yang terjadi ditentukan oleh tiga faktor. Faktor yang pertama

adalah faktor yang berasal dari bahan iritannya, berupa ukuran molekul, daya

larut, konsentrasi bahan tersebut, serta pH. Faktor yang kedua adalah faktor yang

berasal dari lingkungan berupa lama kontak, kekerapan (terus-menerus terpapar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

atau berselang), temperatur, tekanan, dan trauma fisik. Dan faktor yang ketiga

adalah faktor yang berasal dari masing-masing individu berupa usia, jenis

kelamin, ras, penyakit kulit yang sedang diderita, dan daerah kulit yang terpapar

(Chowdhury dan Maibach, 2004 dalam Bangun, 2012).

Kelainan kulit yang terjadi sangat beragam, bergantung pada sifat iritan.

Iritan kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis.

Selain itu juga banyak faktor yang mempengaruhi yaitu faktor individu (misalnya,

ras, usia, lokasi atopi, penyakit kulit lain), faktor lingkungan (misalnya, suhu dan

kelembaban udara, oklusi) (Djuanda, 2013).

Menurut Gilles, et.al., (1990), faktor-faktor yang berpegaruh terhadap

timbulnya penyakit kulit akibat kerja antara lain, ras, keringat, terdapat penyakit

kulit lain, Personal Hygiene, dan tindakan menggunakan APD.Sementara itu

menurut Rietschel (1985), faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dermatosis,

terdiri dari Direct Influence dan Indirect Influence. Faktor Direct Influenceberupa

toxic agent. Sedangkan yang termasuk Indirect Influence adalah usia dan gender,

kebiasaan (hobby), masa kerja, lama kontak, penggunaan APD, kebersihan dan

riwayat penyakit (Suryani, 2011).

Menurut Cohen (1999), faktor yang dapat menyebabkan dermatosis adalah

Direct Causes, yaitu berupa bahan kimia dan Indirect Causes yang meliputi usia,

masa kerja, lama kontak, penyakit yang telah ada sebelumnya, dan personal

hygiene. Menurut Freedberg, dkk (2003) faktor yang berpengaruh terhadap

kelainan kulit ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, serta suhu

bahan iritan tersebut, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu lama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang), suhu dan kelembaban

lingkungan (Suryani, 2011).

Berdasarkan sumber yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya kelainan kulit di atas, maka dapat disimpulkan faktor-

faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan kulit yaitu terdiri dari bahan kimia

(ukuran molekul, daya larut, konsentrasi), lama kontak, masa kerja, usia, jenis

kelamin, ras, riwayat penyakit kulit sebelumnya, suhu dan kelembaban udara,

personal hygiene dan penggunaan APD.

Pada penelitian ini, faktor-faktor yang dominan berpengaruh terhadap

keluhan kelainan kulit pada pekerja bengkel adalah bahan kimia (bensin,

oli/pelumas dan aki), umur, masa kerja, lama kerja, serta pemakaian APD.

1. Bahan Kimia

Bahan kimia merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

timbulnya keluhan kelainan kulit. Semakin banyak bahan kimia yang digunakan,

maka akan semakin besar kemungkinan timbulnya keluhan kelainan kulit.

Menurut Agius dalam Septiani (2012) paparan bahan kimia ditentukan oleh

banyak faktor termasuk lama kontak, frekuensi kontak, konsentrasi bahan dan

lain-lain.

2. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya keluhan

kelainankulit pada seseorang. Pekerja dengan umur usia lanjut memiliki kulit

yang sudah berubah strukturnya. Kulit mereka kurang elastis, dan sudah

kehilangan lapisan lemak di atasnya sehingga kulit mereka menjadi kering dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

terlihat tipis. Hal ini menyebabkan kulit mereka lebih rentan mengalami gangguan

kulit.

Akan tetapi sebaliknya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk

(2007) menunjukkan pekerja yang lebih muda justru lebih banyak terkena

dermatitis kontak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dermatitis kontak

lebih banyak terjadim pada pekerja usia 30 tahun yaitu sebesar 60,5%,

sedangkan pada usia > 30 tahun kejadian dermatitis kontak sebesar 35,1%. Hasil

penelitian yang dilakukan Suryani (2011) juga menunjukkan bahwa rata-rata

umur pekerja yang mengalami dermatitis kontak (p-value = 0.008) yaitu 23 tahun

yang mana masih tergolong muda.

Menurut NIOSH (2006) yang dikutip oleh Suryani (2011) pekerja umur 15-

24 tahun merupakan umur dengan insiden penyakit kulit akibat kerja tertinggi.

Salah satu faktor penyebabnya yaitu bahwa pekerja yang lebih muda mempunyai

pengalaman yang lebih sedikit dibandingkan pekerja yang lebih tua, sehingga

kontak bahan kimia lebih sering terjadi pada pekerja yang lebih muda.

3. Masa Kerja

Masa kerja merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian keluhan

gangguan kulit akibat kerja. Masa kerja adalah lamanya seseorang terpajan

dengan kemungkinan sumber yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan

gangguan kulit. Menurut Suma’mur (2009), semakin lama seseorang dalam

bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkanoleh

lingkungan kerja tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Menurut Cohen (1999) yang dikutip oleh Astrianda (2012) pekerja dengan

masa kerja panjang dapat dimungkinkan telah mengalami resistensi terhadap

bahan kimia yang digunakan. Resisitensi ini dikenal sebagai proses hardening

yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap bahan kimia karena

pajanan bahan kimia yang terusmenerus. Pekerja dengan pengalaman akan lebih

berhati-hati sehingga kemungkinan terpajan bahan kimia lebih sedikit. Berbeda

dengan pekerja dengan masa kerja pendek, pekerja belum memiliki pengalaman

yang cukup dalam melakukan pekerjaannya dan masih rentan terhadap berbagai

macam zat kimia.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Utomo

(2007), pekerja yang memiliki lama bekerja 2 tahun lebih banyak yang terkena

dermatitis dibandingkan dengan pekerja yang telah bekerja > 2 tahun. Hasil

analisis juga menunjukkan bahwa pekerja dengan lama bekerja 2 tahun

memiliki peluang 3,5 kali terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja

yang telah bekerja selama >2 tahun (Lestari dan Utomo, 2007).

4. Lama Kerja

Lama kerja merupakan jangka waktu pekerja kontak dengan bahan kimia

dalam hitungan jam/hari. Kontak yang lama dengan bahan kimia dapat

menyebabkan kulit lapisan luar mengalami peradangan, dan jika kontak dengan

bahan kimia semakin lama, akan semakin memungkinkan terjadinya peradangan

kulit.

Lama kerja mempengaruhi kejadian dermatitis kontak, karena semakin lama

kontak dengan bahan kimia maka akan semakin merusak sel kulit hingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

kelapisan yang lebih dalam dan resiko terjadinya dermatitis kontak akan semakin

tinggi (Cohen, 1999 dalam Astrianda, 2012).

Penelitan yang dilakukan oleh Nuraga, dkk (2008) menunjukkan bahwa

rata-rata lama kontak pekerja yang mengalami dermatitis kontak (p-value = 0.003)

yaitu 8 jam. Artinya ada korelasi positif antara lama kontak dengan tingkatan

dermatitis kontak.

5. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan bahan kimia yang jumlahnya sudah sedemikan banyak tentu

saja mengharuskan personil yang berhubungan dengan bahan kimia untuk bekerja

dengan cara yang aman agar terhindar dari kecelakaan kerja akibat bahan kimia.

Penggunaan alat pelindung diri sangat penting bagi pekerja untuk melindungi

dirinya dari risiko bahaya yang dapat timbul di tempat kerja baik itu penyakit

akibat kerja (PAK) maupun kecelakaan kerja. Perlindungan tubuh atau permukaan

kulit berupa baju kerja, sarung tangan kerja dan sepatu kerja dapat digunakan

untuk mencegah:

1) Kerusakan kulit akibat reaksi alergi atau zat kimia yang korosif.

2) Penyebaran zat kimia melalui kulit.

3) Penyebaran panas atau dingin atau sinar radiasi.

Besarnya risiko kelompok pekerja yang kadang-kadang menggunakan

APD dibandingkan dengan kelompok pekerja yang menggunakan APD terhadap

kejadian dermatitis kontak (positif) adalah 8,556. Artinya pekerja yang kadang-

kadang memakai APD mempunyai risiko mengalami dermatitis kontak 8,556 kali

levih besar daripada pekerja yang selalu menggunakan APD (Nuraga dkk, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindung kepala,

pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan, dan pelindung kaki.

1. Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet yang bertujuan untuk

melindungi kepala dari benda jatuh dan melindungi dari arus listrik serta

melindungi kepala dari benturan.

2. Pelindung mata dikenal sebagai safety glasses. Safety glasses berbeda dengan

kaca mata biasa, baik normal maupun kir (prescription glasses), karena pada

bagian atas, kanan dan kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yang

dapat menahan sinar ultraviolet sampai persentase tertentu.

3. Pelindung wajah yang dikenal adalah goggles. Goggles melindungi lebih baik

pada situasi yang mungkin terjadi percikan cairan, uap logam, uap, serbuk,

debu, dan kabut. Jenis pelindung wajah lainnya adalah face shield. Face

shield melindungi wajah dari situasi yang mungkin terjadi percikan bahan

kimia, uap, serbuk, debu dan kabut.

4. Pelindung tangan diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang

menyebabkan cacat adalah tangan, tanpa jari atau tangan kemampuan bekerja

akan sangat berkurang. APD tangan dikenal sebagai safety gloves dengan

berbagai jenis penggunaannya. Untuk melindungi tangan dari bahan kimia

adalah sarung tangan vinyl dan neoprene.

5. Pelindung kaki. Sepatu yang dapat melindungi kaki dari bahan asam, basa,

ketone, aldehid adalah jenis sepatu butly, sepatu vinyl dan sepatu nitrile.

(Cahyono, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori-teori mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kelainan kulit diatas, maka penulis menyusun variabel untuk diteliti lebih lanjut

yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelainan kulit pada pekerja

bengkel sebagai variabel bebas dan keluhan kelainan kulit pada pekerja bengkel

sebagai variabel terikat. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelainan

kulit pada pekerja bengkel diantaranya bahan kimia, usia, masa kerja, lama kerja

dan pemakaian APD.

Variabel bebas

Bahan Kimia

Variabel terikat

Keluhan Kelainan
Faktor Individu Kulit
1. Umur
2. Masa Kerja
3. Lama Kerja
4. Pemakaian
APD

Gambar 2.1
Kerangka Konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat observasional analitikdengan menggunakan

desain cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang

dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen tanpa perlakuan terhadap variabel independen tersebut.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bengkel kendaraan bermotor yang berada di

Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denaidan waktu penelitian dilakukan pada

Februari – April 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua pekerja bengkel kendaraan bermotor

yang terdapat di Kelurahan Binjaiyaitu sebanyak 33orang.

Dimana masing-masing bengkel pekerjanya berjumlah:

1. Bengkel 1 : 2 orang 6. Bengkel 6: 5 orang

2. Bengkel 2 : 4 orang 7. Bengkel 7 : 4 orang

3. Bengkel 3 : 3 orang 8. Bengkel 8 : 3 orang

4. Bengkel 4 : 3 orang 9. Bengkel 9 : 4 orang

5. Bengkel 5 : 5 orang

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel menggunakan Total Population, yaitu keseluruhan

populasi dijadikan sampel, yaitu semua pekerja pekerja bengkel Kelurahan Binjai

sebanyak 33 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Data

primer pada penelitian ini diperoleh dari dua macam cara, yaitu :

1) Wawancara secara langsung kepada pekerja bengkel kendaraan bermotor

secara terarah dan terkonsep dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner

dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dari penelitian Astrianda

(2012) yang dimodifikasi.

2) Observasi langsung yang diperoleh melalui pengamatan terhadap

responden yang diteliti. Observasi langsung dilakukan untuk mengetahui

paparan bahan kimia yang ada di bengkel kendaraan bermotor.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari kantor Lurah Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai.

3.5 Variabel Penelitian dan Definis Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

1.Variabel Terikat/dipengaruhi (Dependent variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah keluhan kelainan kulit.

2. Variabel Bebas/mempengaruhi (Independent variabel)

Variabel bebas atau independent adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang

mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah bahan

kimia, umur, masa kerja, lama kerja dan pemakaian APD.

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

1. Bahan kimia adalah bahan-bahan yang berisiko terpapar pada pekerja saat

bekerja seperti air aki, bensin, pelumas/oli.

2. Umur adalah jumlah tahun responden mulai dari tahun lahir sampai tahun

dilakukannya penelitian.

3. Masa kerja adalah lama responden bekerja sebagai pekerja bengkel sampai

diadakannya penelitian.

4. Lama kerja adalah lama responden bekerja di bengkel dalam satu hari.

5. Pemakaian APD adalah pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri secara

lengkap guna melindungi bagian tubuh dari kontak langsung dengan bahan-

bahan iritan selama melakukan pekerjaan.

6. Keluhan kelainan kulit adalah keluhan subyektif yang dirasakan responden

seperti kulit gatal, rasa terbakar, kemerahan, bengkak, pembentukan lepuh

kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit kering, kulit bersisik, dan penebalan

kulit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

3.6 Metode Pengukuran

1. Bahan kimia diberi nilai “1” jika terpapar ≤ 2 bahan kimia dan “2” jika

terpapar >2 bahan kimia.

2. Umur diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian I yang

bersifat terbuka. Jawaban responden selanjutnya akan dikategorikan

menjadi 2 (dua) kategori berdasarkan median yang didapat.

3. Masa kerja diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian I

yang bersifat terbuka. Jawaban responden selanjutnya akan dikategorikan

menjadi 2 (dua) kategori berdasarkan median yang didapat.

4. Lama kerja diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian I

yang bersifat terbuka. Jawaban responden selanjutnya akan dikategorikan

menjadi 2 (dua) kategori berdasarkan median yang didapat.

5. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Variabel Pemakaian APD diukur berdasarkan jawaban responden pada

kuesioner bagian III. Variabel ini dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori

yaitu “Lengkap” jika responden menjawab “Ya” pada semua pertanyaan

bagian III.Kemudian untuk kategori “Tidak Lengkap” jika responden

menjawab “Tidak” pada salah satu pertanyaan bagian III.

6. Keluhan kelainan kulit adalah keluhan subyektif yang dirasakan pekerja

bengkel. Keluhan kelainan kulit dinyatakan Ada jika responden

menjawab“YA” pada kuesioner bagian II dan menjawab merasakan

beberapa keluhan seperti gatal, rasa terbakar, kemerahan, bengkak,

pembentukan lepuh kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit kering, kulit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

bersisik, dan penebalan pada kulit pada kuesioner bagian II. Dan dinyatakan

Tidak Adajika responden menjawab “TIDAK” pada pertanyaan kuesioner

nomor 1 bagian II.

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Skala
Hasil Pengukuran
No. Variabel Cara dan alat ukur
Pengukuran Variabel

1. Keluhan Wawancara/ 1. Ada Nominal


Kelainan Kuesioner 2. Tidak ada
Kulit
2. Umur Wawancara/ 1. ≤ 26 tahun Ordinal
Kuesioner 2. > 26 tahun

3. Masa Wawancara/ 1.Baru(≤ 3 Ordinal


Kerja Kuesioner tahun)
2.Lama(> 3
tahun)

4. Lama Wawancara/ 1. ≤ 9 jam Ordinal


Kerja Kuesioner 2. > 9 jam

5. Pemakaian Wawancara/ 1. Lengkap Nominal


APD Kuesioner 2. Tidak
lengkap

6. Bahan Observasi/ 1. ≤ 2 Ordinal


Kimia Lembar observasi 2. > 2

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang

mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau

kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

2. Coding, pemberian kode atau scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan

entry data.

3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam

program komputer untuk selanjutnya akan diolah.

4. Cleaning, dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang masuk

sebelum data dianalisis.

5. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan

analisis bivariat.

3.7.2 Teknik Analisis Data

3.7.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari

jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median

dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

3.7.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Chi-Square. Taraf signifikan yang digunakan yaitu 95% dengan nilai

kemaknaan 5%. Jika p value < 0,05 maka perhitungan secara statistik

menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

terikat. Syarat uji Chi-Square adalah tidak ada sel yang mempunyai nilai expected

(E) kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji

alternatifnya yaitu alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher

(Dahlan, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Kelurahan Binjai adalah salah satu dari 6 (enam) kelurahan yang ada di

Kecamatan Medan Denai yang merupakan kawasan pemukiman mempunyai luas

wilayah ±414,5 Ha. Batas wilayah Kelurahan Binjai yaitu sebelah utara

berbatasan dengan Kelurahan Tegal Sari III, sebelah selatan berbatasan dengan

Kelurahan Sidirejo II, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sidirejo II,

Sidirejo I, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tegal Sari Mandala III dan

Kelurahan Teladan Timur. Jumlah penduduk sebanyak 53.291 jiwa dengan 13.703

kepala keluarga. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 21.159 jiwa dan perempuan

sebanyak 21.041 jiwa. Di Kelurahan Binjai terdapat sektor formal dan informal.

Salah satu sektor informal yaitu bengkel. Jumlah bengkel yang terdapat di

Kelurahan Binjai yaitu sebanyak 9 bengkel dengan jumlah pekerja yaitu 33 orang.

Sumber: Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

Gambar 4.1 Peta Kelurahan Binjai

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi

dan persentase dari tiap variabel bebas (bahan kimia, umur, masa kerja, lama kerja

dan pemakaian APD) dan variabel terikat (keluhan kelainan kulit) yang telah

diperoleh dari hasil penelitian.

4.2.1.1 Umur

Umur pekerja bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota

Medan Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Usia Responden pada Pekerja Bengkel di Kelurahan


Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017

Umur (Tahun) Frekuensi %


≤ 26 18 54,5
>26 15 45,5
Jumlah 33 100

Umur responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan

dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤ 26 tahun dan > 26 tahun. Dari data

hasil penelitian, umur responden yang terendah adalah 15 tahun dan yang tertinggi

adalah 35 tahun. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa umur pekerja bengkel

≤ 26 tahun yaitu 18 orang (54,5 %), dan > 26 tahun yaitu 15 orang (45,5%).

4.2.1.2 Masa Kerja

Masa kerja pekerja bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai

Kota Medan Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Tabel 4.2 Distribusi Masa Kerja Responden pada Pekerja Bengkel di


Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017

Masa Kerja (Tahun) Frekuensi %


≤3 17 51,5
>3 16 48,5
Jumlah 33 100

Masa kerja responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan

dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤ 3 tahun dan > 3 tahun. Dari data hasil

penelitian, masa kerja responden yang terendah adalah 1 tahun dan yang tertinggi

adalah 10 tahun. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa masa kerja pekerja

bengkel ≤ 3 tahun yaitu 17 orang (51,5 %), dan masa kerja > 3 tahun yaitu 16

orang (48,5%).

4.2.1.3 Lama Kerja


Lama kerja pekerja bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai

Kota Medan Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Lama Kerja Responden pada Pekerja Bengkel di


Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017

Lama Kerja (Tahun) Frekuensi %


≤9 18 54,5
>9 15 45,5
Jumlah 33 100

Lama kerja responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan

dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤ 9 jam dan > 9 jam. Dari data hasil

penelitian, lama kerja responden yang terendah adalah 8 jam dan yang tertinggi

adalah 17 jam. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa lama kerja pekerja

bengkel ≤ 9 jam yaitu 18 orang (54,5 %), dan lama kerja > 9 jam yaitu 15 orang

(45,5%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

4.2.1.4 Pemakaian APD

Pemakaian APD pekerja bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan

Denai Kota Medan Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi PemakaianAPD Responden pada Pekerja Bengkel di


Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017

Penggunaan APD Frekuensi %


Lengkap 0 0
Tidak Lengkap 33 100
Jumlah 33 100

Pemakaian alat pelindung diri pada pekerja diukur dengan menggunakan

skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu lengkap

dan tidak lengkap. Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 33 pekerja, seluruhnya

tidak secara lengkap menggunakan alat pelindung diri.

4.2.1.5 Bahan Kimia


Paparan bahan kimia yang ada di bengkel kendaraan bermotor di

Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Bahan Kimia Responden pada Pekerja Bengkel di


Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017

Bahan Kimia Frekuensi %


≤2 0 0
>2 33 100
Jumlah 33 100

Berdasarkan jawaban dari 33 orang responden, paparan bahan kimia yang

ada di bengkel sama, yaitu air aki, bensin dan oli/pelumas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

4.2.1.6 Keluhan Kelainan Kulit

Keluhan kelainan kulit pekerja bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan

Medan Denai Kota Medan Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Keluhan Kelainan Kulit Responden pada Pekerja


Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun
2017

Keluhan Kelainan Kulit Frekuensi %


Ada 20 60,6
Tidak Ada 13 39,4
Jumlah 33 100

Keluhan kelainan kulit pada pekerja diukur dengan menggunakan skala

pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ada dan tidak

ada. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pekerja yang merasakan keluhan

kelainan kulit sebanyak 20 orang (60,6%) dan pekerja yang tidak merasakan

keluhan kelainan kulit sebanyak 13 orang (39,4%).

4.2.1.7 Keluhan yang Timbul Akibat Bensin, Oli, dan Air Aki

Keluhan kelainan kulit yang dirasakan pekerja bengkel karena kontak

dengan bensin, oli, air aki dan cairan pendingin di Kelurahan Binjai Kecamatan

Medan Denai tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Tabel 4.7 Distribusi Keluhan Kelainan Kulit yang Timbul Akibat Kontak
dengan Bensin, Oli, Air Aki pada Pekrja Bengkel di Kelurahan
Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2017

Keluhan Kelainan Kulit


Jumlah
Penyebab Ada Tidak Ada
n % n % n %
Bensin 14 70 6 30 20 100

Oli 9 45 11 55 20 100

Air Aki 20 100 0 0 20 100

Dari tabel diatas, diketahui bahwa pekerja yang merasakan keluhan

kelainan kulit karena bensin sebanyak 14 orang (70%) dan yang tidak merasakan

keluhan kelainan kulit sebanyak 6 orang (30%). Pekerja bengkel yang merasakan

keluhan kelainan kulit karena oli sebanyak 9 orang (45%) dan yang tidak

merasakan keluhan kelainan kulit sebanyak 11 orang (55%). Pekerja bengkel yang

merasakan keluhan kelainan kulit karena air aki sebanyak 20 orang (100%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Chi-Square. Jika P value< 0,05 maka perhitungan secara statistik

menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat. Syarat uji Chi-Square adalah tidak ada sel yang mempunyai nilai expected

(E) kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji

alternatifnya yaitu alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

4.2.2.1 Umur dengan Keluhan Kelainan Kulit

Untuk menguji hubungan variabel umur dengan keluhan kelainan kulit

digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Hubungan Umur dengan Keluhan Kelainan Kulit pada


Pekerja Bengkeldi Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai
Tahun 2017

Keluhan Kelainan Kulit


Umur
(Tahun) Ada Tidak Ada Jumlah P value
n % n % n %
≤ 26 15 45,5 3 9,1 18 54,5 0,003
> 26 5 15,2 10 30,3 15 45,5
Jumlah 20 60,6 13 39,4 33 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa keluhan kelainan kulit

dirasakan pada pekerja dengan umur ≤ 26 tahun sebanyak 15 orang (45,5%) dan

umur > 26 tahun sebanyak 5 orang (15,2%). Sedangkan pekerja yang tidak

merasakan keluhan kelainan kulit dengan umur ≤ 26 tahun yaitu sebanyak 3 orang

(9,1%) dan umur > 26 tahun sebanyak 10 orang (30,3%).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai pvalue = 0.003 < 0.05

yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan

keluhan kelainan kulit.

4.2.2.2 Masa Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit

Untuk menguji hubungan variabel masa kerja dengan keluhan kelainan

kulit digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Tabel 4.8 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada
Pekerja Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai
Tahun 2017
Keluhan Kelainan Kulit
Masa Kerja
(Tahun) Ada Tidak Ada Jumlah P value
n % n % n %
≤3 16 48,5 1 3,0 17 51,5 0,0001
>3 4 12,1 12 36,4 16 48,5
Jumlah 20 60,6 13 39,4 33 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa keluhan kelainan kulit

dirasakan oleh pekerja dengan masa kerja ≤ 3 tahun sebanyak 16 orang (48,5%)

dan > 3 tahun sebanyak 4 orang (12,1%). Sedangkan pekerja yang tidak

merasakan keluhan kelainan kulit dengan masa kerja ≤ 3 tahun sebanyak 1 orang

(3,0%) dan > 3 sebanyak 12 orang (36,4%).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai pvalue = 0.0001< 0.05

yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel masa kerja

dengan keluhan kelainan kulit.

4.2.2.3 Lama Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit

Untuk menguji hubungan variabel masa kerja dengan keluhan kelainan

kulit digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada
Pekerja Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai
Tahun 2017
Keluhan Kelainan Kulit
Lama Kerja
(Jam) Ada Tidak Ada Jumlah P value
n % n % n %
≤9 7 21,2 11 33,3 18 54,5 0,005
>9 13 39,4 2 6,1 15 45,5
Jumlah 20 60,6 13 39,4 33 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa keluhan kelainan kulit

dirasakan oleh pekerja dengan lama kerja ≤ 9 jam sebanyak 7 orang (21,2%) dan

> 9 sebanyak 13 orang (39,4%). Sedangkan pekerja yang tidak merasakan

keluhan kelainan kulit dengan lama kerja ≤ 9 jam sebanyak 11 orang (33,3%)

dan > 9 jam sebanyak 2 orang (6,1%).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai pvalue = 0.005 < 0.05

yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel lama kerja

dengan keluhan kelainan kulit.

4.2.2.4 Pemakaian APD dengan Keluhan Kelainan Kulit

Pemakaian APD tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah

ada hubungan penggunaan APD dengan keluhan kelainan kulit karena

keseluruhan sampel tidak menggunakan APD secara lengkap. Oleh karena itu,

hasil uji statistik dinyatakan error (pada lampiran).

4.2.2.5 Bahan Kimia dengan Keluhan Kelianan Kulit

Bahan kimia tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah ada

hubungan antara bahan kimia dengan keluhan kelainan kulit, karena seluruh

sampel terpapar oleh bahan kimia yang sama yaitu bensin, oli, air aki. Oleh karena

itu statistik dinyatakan error (pada lampiran).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja Bengkel Kendaraan Bermotor di


Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 33 orang pekerja bengkel kendaraan

bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2017

terdapat 20 pekerja (60,6%) merasakan keluhan kelainan kulit dan 13 pekerja

(39,4%) tidak merasakan keluhan kelainan kulit.

Keluhan kelainan kulit akibat kerja merupakan kelainan pada kulit yang

dirasakan oleh pekerja pada saat bekerja ataupun selesai bekerja. Keluhan

kelainan kulit ini keluhan subjektif yang dirasakan pekerja berupa rasa gatal, rasa

terbakar, kemerahan, bengkak, lepuh kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit

kering, kulit bersisik, penebalan pada kulit dan lain sebagainya.

Persentasi dermatosis akibat kerja dari seluruh penyakit akibat kerja

menduduki porsi tertinggi sekitar 50-60 %, maka dari itu penyakit ini pada

tempatnya mendapat perhatian yang proporsional. Selain prevalensi yang tinggi,

dermatosis akibat kerja yang kelainannya biasanya terdapat pada lengan, tangan

dan jari sangat mengganggu penderita melakukan pekerjaan sehingga sangat

berpengaruh negatif terhadap produktivitas kerjanya.

Hasil penelitian keluhan kelainan kulit di Kelurahan Binjai Kecamatan

Medan Denai tahun 2017 menunjukkan bahwa terdapat 9 bengkel dengan jumlah

pekerja 33 orang. Sampel dalam penelitian ini ialah total populasi karena semua

pekerja dari 9 bengkel tersebut kontak dengan bahan kimia di bengkel yang dapat

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

menyebabkan keluhan kelainan kulit seperti tangan terasa panas, gatal, dan kulit

kering.

Jumlah pekerja yang diteliti dimasing-masing bengkel berbeda. Jumlah

pekerja paling sedikit di satu bengkel 2 orang dan paling banyak 5 orang. Dari 33

orang pekerja terdapat 20 orang (60,6%) pekerja yang merasakan keluhan

kelainan kulit dan 13 orang (39,4%) yang tidak merasakan keluhan kelainan kulit.

Keluhan kelainan kulit yang dirasakan oleh pekerja yaitu kulit terasa panas

sebanyak 20 (60,6%) pekerja, gatal sebanyak 9 (27,3%), kulit kering sebanyak 14

(42,4%) pekerja, kemerahan sebanyak 7 (21,2%) pekerja dan kulit mengelupas

sebanyak 4 (12,1%) pekerja. Keluhan ini dirasakan oleh pekerja setelah kontak

dengan bahan kimia yang ada di bengkel seperti air aki, bensin, oli/pelumas.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa apabila air aki

kontak dengan kulit dapat menyebabkan nyeri, kemerahan, luka bakar, dan kulit

melepuh. Efek jangka panjang (kronis) akibat paparan air aki dapat menyebabkan

kulit kering, merah, kulit pecah-pecah (dermatitis) setelah kontak dengan kulit.

Tidak jauh berbeda dengan air aki, bensin juga dapat menyebabkan iritasi ringan.

Paparan yang berulang atau berkepanjangan (kronik) dapat menyebabkan kulit

kering, merah, kulit pecah-pecah (dermatitis) setelah kontak dengan kulit

(CCOHS, 1997).Apabila pelumas terkena kulit, pada paparan akut berupa

kerusakan kulit, iritasi, dan rambut kulit mudah rontok karena kerusakan akar.

Reaksinya diawali pada permukaan punggung tangan, jari, kaki, dan dapat

berkembang menjadi gangguan kulit yang disebut dengan perifoliculate

papules(Pertamina Lubricant Guide, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Proses kerja pada pekerja bengkel motor seperti dalam melakukan servis

motor, para pekerja terpapar dengan bahan kimia seperti air aki, bensin dan

oli/pelumas. Peralatan bengkel yang digunakan untuk servis terletak pada suatu

wadah dan direndam dengan cairan bahan kimia seperti bensin. Peralatan yang

direndam dalam bahan kimia tersebut dapat memapar pekerja bengkel. Selain alat

kerja yang direndam bensin, bagian mesin sepeda motor seperti spare part yang

dibongkar saat melakukan servis juga dibersihkan menggunakan bensin dengan

tujuan untuk menghilangkan kotoran seperti kerak pada bagian mesin tersebut.

Pekerja kontak langsung dengan bahan kimia bensin dengan cara mencurahkan

bensin ke mesin sepeda motor yang akan dibersihkan tersebut. Selain itu, saat

pengisian air aki ataupun penggantian bahan pelumas atau oli, akibat adanya

tetesan atau cipratan bahan kimia tersebut yang dapat memapar tangan pekerja

bengkel karena pekerja tidak memakai sarung tangan.

Selain itu, pekerja bengkel juga kurang menjaga kebersihan dirinya saat

bekerja. Bensin tidak hanya digunakan untuk membersihkan alat kerja dan spare

part saja, melainkan juga digunakan untuk mencuci tangan setelah selesai

melakukan pekerjaan. Mereka beralasan membersihkan tangan dengan air saja

tidak cukup untuk menghilangkan noda-noda bekas bahan kimia yang menempel

ditangan, bensin digunakan terlebih dulu untuk membersihkan noda-noda bekas

bahan kimia lalu setelah noda-noda tersebut hilang pekerja membersihkan

tangannya dengan air.

Keluhan kelainan kulit pada pekerja bengkel motor terdapat pada bagian

tangan yaitu telapak tangan, punggung tangan dan sela-sela jari. Hal ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

dikarenakan tangan merupakan bagian tubuh yang selalu kontak dengan bahan

kimia di bengkel motor selama pekerja melakukan perbaikan atau servis motor.

Pekerja yang merasakan keluhan kelainan kulit pada telapak tangan sebanyak 20

(60,6%) pekerja, pada punggung tangan sebanyak 7 (21,2%) pekerja dan pada

sela-sela jari sebanyak 15 (45,5%) pekerja. Pekerja merasakan keluhan kelainan

kulit tidak hanya pada satu bagian tubuh saja, seperti ada yang merasakan pada

telapak tangan, sela jari serta punggung tangan.Menurut Waldon yang dikutip

oleh Astrianda (2012), dari semua bentuk penyakit kulit akibat kerja terbatas pada

tangan dan lengan bawah, terkadang juga terdapat pada wajah, serta bagian tubuh

lain juga kadang-kadang dapat mengalaminya.

Keluhan kelainan kulit yang terjadi pada pekerja bengkel motor diakibatkan

pekerja kontak langsung dengan bahan kimia seperti air aki, bensin, dan

oli/pelumas. Keluhan kelainan kulit yang dirasakan pekerja bengkel karena kontak

dengan air aki sebanyak 20 orang (100%). Data ini menunjukkan bahwa pekerja

yang mengalami keluhan kelainan kulit semua disebabkan oleh air aki, karena

jumlah pekerja yang mengalami keluhan kelainan kulit sama dengan jumlah

pekerja yang mengalami keluhan kelainan kulit yang disebabkan air aki yaitu

sebanyak 20 orang. Selain itu karena zat yang terkandung dalam air aki adalah

Accu zuur (H2SO4 pekat). Accu zuur (H2SO4 pekat) merupakan salah satu contoh

bahan kimia yang dapat menimbulkan dermatitis kontak pada pekerja bengkel

motor. Zat kimia inilah yang menyebabkan air aki menjadi penyebab keluhan

kelainan kulit dan juga air aki merupakan penyebab yang menyebabkan keluhan

kelainan kulit timbul semakin cepat dari pada bensin dan oli. Sedangkan bahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

kimia yang terkandung didalam bensin dan oli adalah zat aditif antioksidan yang

terdapat deterjen untuk menjaga permukaan logam bebas kotoran.

Perbedaan antara ada keluhan kelainan kulit dan tidak ada keluhan kelainan

kulit tersebut tergolong subjektif, karena didapat melalui wawancara dengan

responden menggunakan kuesioner. Hal ini merupakan keterbatasan penelitian,

karena peneliti tidak dapat menggunakan alat ukur secara objektif yaitu

pemeriksaan langsung secara medis karena keterbatasan alat dan biaya yang

dibutuhkan.

5.2 Hubungan Umur dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja


Bengkeldi Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017

Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keluhan

kelainan kulit. Berdasarkan tabel hasil dapat diketahui bahwa jumlah pekerja yang

merasakan keluhan kelainan kulit sebanyak 20 orang dari 33 orang pekerja. Hasil

ukur dari umur adalah ≤ median dan > median. Berdasarkan distribusi frekuensi

didapatkan median usia yaitu 26 tahun. Pekerja yang merasakan keluhan kelainan

kulit pada umur ≤ 26 tahun sebanyak 15 orang (45,5%) dan umur > 26 tahun

sebanyak 5 orang (15,2%). Sedangkan pekerja yang tidak mengalami keluhan

kelainan kulit dengan umur ≤ 26 tahun yaitu sebanyak 3 orang (9,1%) dan umur >

26 tahun sebanyak 10 orang (30,3%).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai pvalue = 0.003 < 0.05 yang

berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan keluhan

kelainan kulit pada pekerja bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai

tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suryani (2011), menunjukkan

bahwa adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian dermatitis

kontak (p-value = 0.008) dengan usia rata-rata 23 tahun pekerja yang mengalami

dermatitis kontak.

Menurut Lestari dan Utomo (2007) dari 43 orang pekerja di PT Inti Pantja

Press Industri terdapat 26 orang (60,5%) yang berusia ≤30 tahun terkena

dermatitis kontak (p-value = 0,042) yang artinya ada hubungan bermakna antara

umur dengan kejadian dermatitis kontak yang merupakan keluhan kelainan kulit.

Selain itu pada tingkat kepercayaan 95% nilai odds ratio yang dihasilkan sebesar

2,824, artinya pekerja muda mempunyai peluang 2,824 (2,8) kali terkena

dermatitis kontak dibandingkan dengan dengan pekerja tua.

Pada beberapa literatur menyatakan bahwa kulitmanusia mengalami

degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit kehilangan lapisan lemak

diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan

kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit menjadi lebih mudah terkena

dermatitis. Pada dunia industri usia pekerja yang lebih tua menjadi lebih rentan

terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut terjadi kegagalan dalam

pengobatan dermatitis kontak, sehingga timbul dermatitis kronik. Dapat dikatakan

bahwa dermatitis kontak akan lebih mudah menyerang pada pekerja dengan usia

yang lebih tua (Lestari dan Utomo, 2007).

Menurut NIOSH (2006) dari sisi usia, umur 15-24 tahun merupakan usia

dengan insiden penyakit kulit akibat kerja tertinggi. Hal tersebut disebabkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

pengalaman yang masih sedikit dan kurangnya pemahaman mengenai kegunaan

alat pelindung diri.

Menurut Erliana (2008) yang dikutip oleh Suryani (2011), dalam konteks

determinan kejadian kelainan kulit berdasarkan umur dapat menyerang semua

kelompok umur, artinya umur bukan merupakan faktor risiko utama terhadap

paparan bahan-bahan penyebab kelainan kulit.

Dalam penelitian ini pekerja dengan usia yang lebih muda (≤ 26 tahun)

justru lebih banyak yang merasakan keluhan kelainan kulit. Salah satu faktor yang

menjadi penyebab hal ini adalah bahwa pekerja dengan usia yang lebih muda (≤

26 tahun) memiliki pengalaman yang lebih sedikit dibandingakan pekerja yang

lebih tua (> 26 tahun). Sehingga kontak bahan kimia dengan pekerja masih sering

terjadi pada pekerja muda. Pekerja muda mempunyai fungsi proteksi kulit yang

lebih baik dibanding pekerja tua, akan tetapi dalam hal melaksanakan prosedur

kerjanya tidak memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja, maka akan

berpotensi untuk mengalami kelainan kulit.

5.3 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkeldi Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017

Masa kerja dalam penelitian ini merupakan kurun waktu atau lamanya

pekerja bekerja sebagai pekerja bengkel sejak awal bekerja sampai penelitian

berlangsung dalam hitungan tahun. Masa kerja dilihat dari pertama kali pekerja

bekerja sebagai mekanik motor di bengkel yang saat penelitian berlangsung.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 33 orang pekerja bengkel

menunjukkan bahwa keluhan kelainan kulit dialami oleh 20 orang pekerja dengan

masa kerja ≤ 3 tahun sebanyak 16 orang (48,5%) dan > 3 tahun sebanyak 4 orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

(12,1%). Sedangkan pekerja yang tidak mengalami keluhan kelainan kulit dengan

masa kerja ≤ 3 tahun sebanyak 1 orang (3,0%) dan > 3 sebanyak 12 orang

(36,4%).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai pvalue = 0.0001< 0.05

yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel masa kerja

dengan keluhan kelainan kulit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Suryani (2011), menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara

masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak (p-value = 0.012) dengan masa

kerja rata-rata 2 tahun.

Cohen (1999) yang dikutip Astrianda (2012) mengatakan bahwa pekerja

dengan masa kerja ≤ 2 tahun dapat menjadi salah satu faktor yang

mengindikasikan bahwa pekerja tersebut belum memiliki pengalaman yang cukup

dalam melakukan pekerjaannya. Jika pekerja ini masih sering ditemui melakukan

kesalahan dalam prosedur penggunaan bahan kimia, maka hal ini berpotensi

meningkatkan angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja dengan masa kerja ≤

2 tahun. Pekerja dengan pengalaman akan lebih berhati-hati sehingga

kemungkinan terpajan bahan kimia lebih sedikit.

Penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Utomo (2007) juga menunjukkan

adanya hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian dermatitis

kontak (p value = 0,014) dengan masa kerja ≤ 2 tahun. Pekerja dengan masa kerja

≤ 2 tahun masih rentan terhadap berbagai macam zat kimia, pada pekerja dengan

masa kerja > 2 tahun dapat dimungkinkan telah memiliki resistensi terhadap

bahan kimia yang digunakan. Resisitensi ini dikenal sebagai proses hardening

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap bahan kimia karena

pajanan bahan kimia yang terus-menerus.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa dalam penelitian ini,

pekerja bengkel dengan masa kerja yang lama (> 3 tahun) telah memiliki

resistensi terhadap bahan kimia yang terpapar ke kulit karena seringnya kontak

dengan bahan kimia selama melakukan pekerjaan. Hal tersebut menjadikan

pekerja lebih tahan terhadap paparan bahan kimia sehingga pekerja tidak

mengalami keluhan kelainan kulit. Akan tetapi tidak semua pekerja bisa

mengalami resistensi.

Selain itu, hampir sama seperti pernyataan pada bagian hubungan antara

umur dengan keluhan kelainan kulit, pekerja dengan masa kerja ≤ 3 tahun dapat

menjadi salah satu faktor yang mengindikasi bahwa pekerja tersebut belum

memiliki pengalaman yang cukup dalam melakukan pekerjaannya. Jika pekerja

masih sering ditemui melakukan kesalahan dalam prosedur penggunaan bahan

kimia, maka hal ini berpotensi meningkatkan keluhan kelainan kulit pada pekerja

dengan masa kerja ≤ 3 tahun.

5.4 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017
Lama kerja dalam penelitian ini merupakan lamanya pekerja dalam hitungan

jam bekerja di bengkel dari awal masuk kerja hingga selesai kerja dalam satu hari

kerja. Lama kerja mempengaruhi keluhan kelainan kulit, karena semakin lama

kontak dengan bahan kimia maka akan semakin merusak sel kulit hingga

kelapisan sel yang lebih dalam dan risiko timbulnya keluhan kelainan kulit akan

semakin tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 33 orang pekerja bengkel

menunjukkan bahwa keluhan kelainan kulit dialami oleh 20 orang pekerja dengan

lama kerja ≤ 9 jam sebanyak 7 orang (21,2%) dan > 9 sebanyak 13 orang (39,4%).

Sedangkan pekerja yang tidak mengalami keluhan kelainan kulit dengan lama

kerja ≤ 9 jam sebanyak 11 orang (33,3%) dan > 9 jam sebanyak 2 orang (6,1%).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai pvalue = 0.005 < 0.05 yang

berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel lama kerja dengan

keluhan kelainan kulit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nuraga dkk (2008) pada pekerja otomotif yang menunjukkan

bahwa adanya hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan kejadian

dermatitis kontak (p-value = 0.003).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Suryani (2011) di PT. Cosmar Indonesia dengan p value 0.020 yang artinya ada

hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan kejadian dermatitis kontak

yang merupakan keluhan kelainan kulit.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja yang bekerja > 9 jam memiliki

risiko yang lebih lama untuk kontak dengan bahan kimia sehingga dapat

menyebabkan keluhan kelainan kulit. Semakin lama kontak dengan bahan kimia,

maka peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan

kulit (Nuraga, 2008).

Bahan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali

kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang

menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

kerusakan sel dibawahnya oleh iritan. Sedangkan pada bahan iritan kuat akan

terjadi kematian sel secara spontan (saat kontak pertama kali dalam hitungan

menit-jam), tergantung luas paparan pada kulit (Djuanda, 2007).

5.5 Hubungan Pemakaian APD dengan Keluhan Kelainan Kulit pada


Pekerja Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun
2017
Pemakaian APD merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya

keluhan kelainan kulit akibat kerja, karena dengan menggunakan APD dapat

terhindar dari cipratan bahan kimia dan menghindari kontak langsung dengan

bahan kimia.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 33 pekerja bengkel di Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2017 menunjukkan bahwa

dari 33 pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri, terdapat 20 pekerja

(60,6%) yang megalami keluhan kelainan kulit. Uji statistik tidak dapat dilakukan

karena seluruh pekerja tidak memakai alat pelindung diri secara lengkap.

Pemakaian alat pelindung diri dalam penelitian ini adalah pemakaian sarung

tangan, pemakaian sepatu boot, serta pemakaian baju panjang dan celana panjang.

Diperoleh informasi bahwa seluruh pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri

secara lengkap. Pekerja hanya menggunakan pakaian lengan pendek tanpa

menggunakan sarung tangan dan sepatu pengaman. Pekerja tidak menggunakan

sarung tangan dikarenakan mereka tidak leluasa untuk mereparasi motor jika

menggunakan sarung tangan.

Penggunaan Alat Pelindung Diri adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan

dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan. Alat Pelindung Diri harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

memenuhi persyaratan diantaranya yaitu enak (nyaman) dipakai, tidak

mengganggu pelaksanaan kerja, dapat memberikan perlindungan efektif terhadap

berbagai macam bahaya yang dihadapi (Suma’mur, 2009).

5.6 Hubungan Bahan Kimiadengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja


Bengkeldi Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Tahun
2017
Bahan kimia merupakan penyebab utama dari penyakit kulit dan gangguan

pekerjaan. Kontak dengan bahan kimia merupakan penyebab terbesar dermatitis

kontak akibat kerja. Bahan kimia untuk dapat menyebabkan kelainan pada kulit

ditentukan dari ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi. Melalui kontak yang

cukup lama dan konsentrasi yang memadai, bahan kimia dapat menyebabkan

kelainan kulit berupa dermatitis kontak iritan atau dermatitis kontak alergi

(Cohen, 1999 dalam Astrianda, 2012).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di 9 bengkel di Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan, paparan bahan kimia yang ada di 9

bengkel sama. Oleh karena itu, data tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat

apakah ada hubungan yang signifikan antara bahan kimia dengan keluhan

kelainan kulit.

Bahan kimia yang terdapat di bengkel yaitu :

1. Aki

Accumulator atau sering disebut aki adalah salah satu komponen utama

dalam kendaraan bermotor, baik mobil atau motor, semua memerlukan aki untuk

dapat menghidupkan mesin. Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga

listrik. Jenis aki yang umum digunakan adalah accumulator timbal. Secara fisik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

aki ini terdiri dari dua kumpulan pelat yang dimasukkan pada larutan asam sulfat

encer (H2SO4) (Yogopranoto, 2012).

2. Bensin

Bensin adalah campuran kompleks yang mengandung sebanyak 250

hidrokarbon yang terpisah termasuk beberapa senyawa dengan toksisitas mapan

(misalnya, benzena, toluena, xilena, dan n-heksana). Zat aditif yang terkandung

dalam bensin yaitu antioksidan seperti alkil fenol, antikorosi seperti asam

karboksilat, deterjen karburator yang mengandung senyawa amina dan amida

untuk mencegah/membersihkan kerak dalam kaburator, anti kerak PFI (Port Fuel

Injection).

3. Oli atau Pelumas

Pelumas adalah minyak lumas dan gemuk lumas yang berasal dari minyak

bumi, bahan sintetik, pelumas bekas dan bahan lainnya yang tujuan utamanya

untuk pelumasan mesin dan peralatan lainnya (Kepres RI No.21 Th. 2001).

Minyak pelumas sintetik dibuat dari proses pencampuran minyak pelumas dasar

yang berasal dari bahan sintetik (bukan dari minyak bumi) ditambah dengan

bahan aditif. Bahan aditif yang terkandung dalam bensin ada sembilan yaitu anti

oksidan, aditif dispersant, anti karat atau anti korosi, friction modifier, anti foam,

aditif untuk menjaga viskoositas (kekentalan). Bahan aditif yang ditambahkan

berfungsi untuk mengurangi gesekan dan melincinkan, meningkatkan viskositas,

menambah indek viskositas, menghambat korosi dan oksidasi dari reaktan atau

kontaminan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Bahan-bahan kimia diatas dapat menyebabkan permukaan kulit kasar,

hilangnya kelembaban alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan

permeabilitas permukaan luar, dapat menyebabkan iritasi kulit, kemerahan, kulit

terasa panas/seperti terbakar dan kulit melepuh. Jika kulit sudah teriritasi ditandai

dengan muncul beberapa gejala seperti rasa gatal, kulit yang meradang diikuti

dengan pembentukan lepuh berisi cairan. Pada paparan berulang dapat

menyebabkan kulit kering, merah, kulit pecah-pecah (dermatitis) setelah kontak

dengan kulit.

Zat kimia memiliki kemampuan yang berlainan untuk menimbulkan reaksi

iritan. Sebagian diantaranya akan menimbulkan kerusakan sekalipun dengan

konsentrasi yang rendah. Iritan yang kuat akan menimbulkan dermatitis hampir

pada semua individu jika terjadi kontak yang memadai (Taylor, 2003 dalam

Anhar, 2016)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja bengkel

kendaraan bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

tahun 2017, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pekerja bengkel yang mengalami keluhan kelainan kulit sebanyak 20

pekerja (60,6%), dari 33 orang pekerja yang diteliti.

2. Pekerja yang merasakan keluhan akibat paparan air aki sebanyak 20

pekerja, akibat bensin sebanyak 14 pekerja dan akibat oli/pelumas

sebanyak 9 pekerja.

3. Pekerja yang merasakan keluhan kelainan kulit panas sebanyak 20 pekerja

(60,6%), gatal sebanyak 9 pekerja (27,3%), kulit kering sebanyak 14

(42,4%) pekerja, kulit kemerahan sebanyak 7 pekerja (21,2%) dan kulit

mengelupas sebanyak 4 pekerja (12,1%).

4. Lokasi keluhan kelainan kulit pekerja semua ditangan. Pada telapak tangan

sebanyak 20 pekerja (60,6%), dipunggung tangan sebanyak 7 pekerja

(21,2%) dan disela-sela jari sebanyak 15 pekerja (45,4%).

5. Ada hubungan yang bermakna antara umur (p-value 0,003), masa kerja (p-

value 0,0001) dan lama kerja (p-value 0,005) dengan keluhan kelainan

kulit pada pekerja bengkel.

6. Uji statistik untuk melihat hubungan pemakaian APD dan bahan kimia

dengan keluhan kelainan kulit tidak dapat dilakukan karena semua pekerja

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

tidak menggunakan APD secara lengkap dan semua pekerja bengkel

terpapar dengan bahan kimia yang sama.

6.2 Saran

1. Bagi pekerja

a. Pekerja sebaiknya lebih memperhatikan kebersihan diri setelah bekerja,

seperti mencuci tangan dengan air bersih agar paparan bahan kimia tidak

menempel di tangan.

b. Sebaiknya pekerja bengkel memakai sarung tangan yang sesuai agar dapat

menghindari paparan langsung dari bahan kimia.

2. Bagi pemilik bengkel

a. Pemilik bengkel sebaiknya mengawasi dan mengatur para pekerja agar

selalu bekerja dengan aman.

b. Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan yang

sesuai serta mencukupi jumlah sarung tangan bagi seluruh pekerja.

c. Menyediakan tempat cuci tangan untuk pekerja membersihkan tangannya

setelah selesai bekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Anhar, L. W., 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Gangguan


Kulit Dalam Penggunaan Asam Formiat Pada Pekerja Bagian Produksi
Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016. (Skripsi).
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara.http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/58502(diakses 23 juli
2016)
Anies. 2014. Kedokteran Okupasi, Ar-ruzz Media, Yogyakarta
Astrianda. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatosis
pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun
2012. (Skripsi). Fakultas Kedokteran, Universitas Islam SyarifHidayatullah.
Jakarta
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, RI,
2008. RisetKesehatan Dasar Tahun 2007, Jakarta.

Bangun, L.G. 2012. Gambaran dan Prevalensi Keluhan Gangguan Kulit Pada
Pekerja Bengkel Kendaraan Bermotor Di Kecamatan Medan Baru, Medan
Selayang, dan Medan Johor Tahun 2012. (Karya tulis ilmiah). Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/38937/chapter%20II.pdf(diakses 23 juli 2016)

Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja, repository
USU.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1432/1/07002746.pdf(diaks
es 5 Januari 2017)

Budianto, C. 2010. Faktor Predisposisi yang Berpengaruh Terhadap Kejadian


Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Pekerja Percetakan. (Skripsi).
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Cahyono, A.B. 2004. Keselamatan Kerja Bahan Kimia Di Industri. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Canadian Centre for Occupational Health and Safety. 1997. Health Effects of
Gasoline.http://www.ccohs.ca. (diakses 19 Januari 2017)

Canadian Centre for Occupational Health and Safety. 1997. Health Effects of
Sulfuric Acid.http://www.ccohs.ca. (diakses 19 Januari 2017)

Dahlan, M.S. 2013. Statitiska Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba


Medika, Jakarta
Djuanda, A. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Cetakan
Ketiga. Badan Penerbit FKUI, Jakarta.

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Harrianto. 2008. Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan Zat Kimia (Buku Ajar
Kesehatan Kerja). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Kemenkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 Tentang


Penyediaan Dan Pelayanan Pelumas. Pasal 1.

Kurpiewska, J., J. Liwkowicz, and K. Benczek. 2011. A Survey of Work-Relate


Skin Diseases in Different Occupational in Poland. International Journal of
Occupational Safety and ergonomics (JOSE), Vol. 17, No. 2: 207-214.
http://archiwum.ciop.pl/43478 (diakses 19 Januari 2017)

Lestari, F., dan Utomo H.S. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Dermatitis Kontak Pada Pekerja di PT. Inti Pantja Press Industri. Jurnal.
Makara, Kesehatan, Vol. 11, No. 2: 61-68.

Mahdi. 2008. Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Edisi Kedua. Balai Penerbit


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). 2006.
Occupational and Environmental Exposure of Skin to
Chemic.https://www.cdc.gov/niosh/docs/2005-149/pdfs/2005-
149.pdf(diakses 4 Februari 2017).
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Nuraga, W., Fatma Lestari, dan L. Meily Kurniawidjaja. 2008. Dermatitis Kontak
pada Pekerja yang Terpajan dengan Bahan Kimia di Perusahaan Industri
Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Makara Kesehatan,
Volume 12 No. 2 : 63-69
Peate, W.F. 2002. Occupational Skin Disease. Am. Fam Physician66(6): 1005-
1033 http://www.aafp.org/afp/2002/0915/p1025.html(diakses 4 Januari
2017)
Pelumas Pertamina. 2010. Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan.
http://pelumas.pertamina.com/Files/pdf/Appendix_Health,_Safety_&_Envir
onment.pdf(diakses 4 januari 2017)

Roebidin, R. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian


Dermatosis Pada Pekerja Sentra Industri Tahu di Kelurahan Jomblang
Kecamatan Candi Sari Kota Semarang. (Tesis). Universitas
Muhammadiyah Semarang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Septiani, S. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis


Kontak pada Pekerja Cleaning Service di Kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2012. (Skripsi). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Sularsito, S.A. dan Djuanda, S., 2007. Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah,
S, (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta, 129-153.

Suma’mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja(HIPERKES).


CV Sagung Seto, Jakarta.

Suma’mur P.K. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).


Edisi Kedua. Cetakan Pertama. CV Sagung Seto, Jakarta.
Suryani, F. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak
Pada Pekerja Bagian Processing dan Filling PT. Cosmar Indonesia
Tangerang Selatan. (Skripsi). Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang


KesehatanKerja. Pasal 23.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Sesehatan.


Pasal 164 Ayat 1 dan 2.

Yogopranoto, D. 2012. Daur Ulang Timbal dari Aki Bekas dengan Menggunakan
Metode Redoks. (Tesis). Fakultas Teknik. Universitas Diponogoro,
Semarang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITI

Kepada Yth.

Bapak/Saudara selaku responden

Di tempat.

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Departemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,

Nama : Putri Syahriyana

NIM : 131000192

Akan mengadakan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja Bengkel Kendaraan Bermotor di Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017”. Untuk itu saya mohon kesediaan

Bapak/Saudara untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.

Segala hal yang bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan saya gunakan hanya

untuk kepentingan penelitian ini.

Apabila Bapak/Saudara bersedia menjadi responden, maka saya bermohon

untuk menandatangani lembar persetujuan yang tersedia. Atas perhatian dan

ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak/Saudara, saya ucapkan terima

kasih.

Peneliti,

Putri Syahriyana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan

mengenai maksud dari pengumpulan data untuk penelitian tentang “Faktor-Faktor

yang Berhubungan dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja Bengkel

Kendaraan Bermotor di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017”.

Untuk itu, secara sukarela saya menyatakan bersedia menjadi responden

penelitian tersebut.

Adapun bentuk kesediaan saya adalah:

1. Bersedia ditemui dan memberi keterangan yang di perlukan untuk keperluan

penelitian

2. Bersedia untuk mengisi kuesioner

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh

kesadaran tanpa paksaan.

Medan, 2017

Responden

(………………………………………)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN


KELAINAN KULIT PADA PEKERJA BENGKEL KENDARAAN
BERMOTOR DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN
MEDAN DENAI TAHUN 2017

No. Responden :

Tanggal Wawancara :

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Nama :

Umur : Tahun

Masa Kerja : Tahun

Lama Kerja : Jam

II. KELUHAN KELAINAN KULIT

No Pertanyaan Kode

1. Apakah anda pernah mengalami keluhan kelainan kulit sejak

anda bekerja di bengkel?

a. Ya [ ]

b. Tidak

2. Jika ya, bagaimana keluhan kelainan kulit yang anda rasakan?

(jawaban boleh lebih dari 1)

a. Gatal

b. Kemerahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Kulit terasa seperti terbakar/terasa panas

d. Bengkak

e. Kulit terasa kering [ ]

f. Kulit mengelupas

g. Kulit bersisik

h. Penebalan pada kulit

i. Lepuh kecil pada kulit

j. Lainnya ………………………………………….

3. Pada bagian tubuh mana anda merasakan keluhan gangguan kulit

tersebut? (jawaban boleh lebih dari 1)

a. Telapak tangan

b. Punggung tangan

c. Lengan tangan

d. Sela jari tangan [ ]

e. Wajah

f. Leher

g. Punggung

h. Kaki

i. Lainnya .…………………………………………….

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


III. PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI

No Pertanyaan YA TIDAK

1. Apakah anda memakai sarung tangan saat

bekerja?

2. Apakah sarung tangan yang digunakan

menutupi seluruh bagian lengan?

3. Apakah anda memakai sepatu boot saat bekerja?

4. Apakah anda memakai baju lengan panjang dan

celana panjang saat bekerja?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LEMBAR OBSERVASI

IV. Bahan Kimia

Bahan kimia apa saja yang berisiko terpapar pada saat bekerja?

1. 4.

2. 5.

3. 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2

Master Data

No umur umurk mk mkk lk lkk APD bk kkk bensin oli aki kkk1 kkk2 kkk3 kkk4 kkk5 lkk1 lkk2 lkk3
1 28 2 5 2 10 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1
2 20 1 5 2 10 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1
3 31 2 10 2 9 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1
4 24 1 1 1 17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
5 28 2 5 2 14 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1
6 15 1 1 1 14 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1
7 27 2 3 1 9 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2
8 25 1 3 1 10 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1
9 29 2 5 2 9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
10 29 2 4 2 9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 22 1 2 1 9 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
12 20 1 2 1 9 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1
13 27 2 4 2 8 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
14 30 2 7 2 8 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
15 35 2 5 2 8 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
16 23 1 3 1 8 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1
17 33 2 6 2 9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
18 19 1 1 1 10 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1
19 23 1 2 1 10 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
20 25 1 3 1 10 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1
21 27 2 4 2 10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
22 27 2 3 1 10 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1
23 22 1 1 1 10 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1
24 20 1 1 1 9 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25 26 1 4 2 9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
26 28 2 5 2 9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
27 23 1 3 1 9 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2
28 30 2 6 2 9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
29 26 1 4 2 9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
30 25 1 2 1 8 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2
31 24 1 2 1 10 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2
32 19 1 1 1 10 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2
33 30 2 5 2 9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Keterangan:

Umur : variabel umur

Umurk : variabel usia dalam bentuk kategori 1 = ≤ 26 tahun, 1 = >26 tahun

mk : masa kerja

mkk : masa kerja dalam bentuk kategori 1 = ≤ 3 tahun, 2 = >3 tahun

lk : lama kerja

lkk : lama kerja dalam bentuk kategori 1 = ≤ 9 jam, 2 = >9 jam

APD : pemakaian APD dalam bentuk kategori 1 = Lengkap, 2 = Tidak Lengkap

bk : bahan kimia dalam bentuk kategori 1 = terpapar ≤ 2 bahan kimia, 2 = terpapar > 2 bahan kimia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kkk : keluhan kelainan kulit

bensin : pekerja yang merasakan keluhan kelainan kulit akibat bensin dalam bentuk kategori 1 = Ada, 2 = Tidak Ada

oli : pekerja yang merasakan keluhan kelainan kulit akibat oli dalam bentuk kategori 1 = Ada, 2 = Tidak Ada

aki : pekerja yang merasakan keluhan kelainan kulit akibat aki dalam bentuk kategori 1 = Ada, 2 = Tidak Ada

kkk1 : keluhan kelainan kulit panas

kkk2 : keluhan kelainan kulit gatal

kkk3 : keluhan kelainan kulit kering

kkk4 : keluhan kelainan kulit kemerahan

kkk5 : keluhan kelainan kulit mengelupas

lkk1 : lokasi kelainan kulit ditelapak tangan

lkk2 : lokasi kelainan kulit dipunggung tangan

lkk3 : lokasi kelainan kulit disela jari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3

Hasil Analisis Univariat dan Bivariat

1. Hasil Analisis Univariat

Statistics

pemakaian
umur masa kerja lama kerja APD bahan kimia
N Valid 33 33 33 33 33
Missing 0 0 0 0 0
Mean 25,45 3,58 9,76 2,00 2,00
Median 26,00 3,00 9,00 2,00 2,00
Minimum 15 1 8 2 2
Maximum 35 10 17 2 2

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 15 1 3,0 3,0 3,0
19 2 6,1 6,1 9,1
20 3 9,1 9,1 18,2
22 2 6,1 6,1 24,2
23 3 9,1 9,1 33,3
24 2 6,1 6,1 39,4
25 3 9,1 9,1 48,5
26 2 6,1 6,1 54,5
27 4 12,1 12,1 66,7
28 3 9,1 9,1 75,8
29 2 6,1 6,1 81,8
30 3 9,1 9,1 90,9
31 1 3,0 3,0 93,9
33 1 3,0 3,0 97,0
35 1 3,0 3,0 100,0
Total 33 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Masa kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 6 18,2 18,2 18,2
2 5 15,2 15,2 33,3
3 6 18,2 18,2 51,5
4 5 15,2 15,2 66,7
5 7 21,2 21,2 87,9
6 2 6,1 6,1 93,9
7 1 3,0 3,0 97,0
10 1 3,0 3,0 100,0
Total 33 100,0 100,0

Lama kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 8 5 15,2 15,2 15,2
9 13 39,4 39,4 54,5
10 12 36,4 36,4 90,9
14 2 6,1 6,1 97,0
17 1 3,0 3,0 100,0
Total 33 100,0 100,0

Pemakaian APD

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak lengkap 33 100,0 100,0 100,0

Bahan Kimia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >2 33 100,0 100,0 100,0

Keluhan Kelainan Kulit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 20 60,6 60,6 60,6
Tidak ada 13 39,4 39,4 100,0
Total 33 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Umur Responden (kategori)

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <= 26 tahun 18 54,5 54,5 54,5
> 26 tahun 15 45,5 45,5 100,0
Total 33 100,0 100,0

Masa Kerja Responden (kategori)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 3 tahun 17 51,5 51,5 51,5
> 3 tahun 16 48,5 48,5 100,0
Total 33 100,0 100,0

Lama Kerja Responden (kategori)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 9 jam 18 54,5 54,5 54,5
> 9 jam 15 45,5 45,5 100,0
Total 33 100,0 100,0

Statistics

keluhan
keluhan keluhan keluhan keluhan kelainan keluhan
kelaina kelainan kelainan kelainan kulit di keluhan di
n kulit kulit kulit kulit mengelupa telapak punggung keluhan di
panas gatal kering kemerahan s tangan tangan sela jari
N Valid 33 33 33 33 33 33 33 33
Missing
0 0 0 0 0 0 0 0

Keluhan Kelainan Kulit Panas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 20 60,6 60,6 60,6
Tidak Ada 13 39,4 39,4 100,0
Total 33 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keluhan Kelainan Kulit Gatal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 9 27,3 27,3 27,3
Tidak Ada 24 72,7 72,7 100,0
Total 33 100,0 100,0

Keluhan Kelainan Kulit Kering

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 14 42,4 42,4 42,4
Tidak Ada 19 57,6 57,6 100,0
Total 33 100,0 100,0

Keluhan Kelainan Kulit Kemerahan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 7 21,2 21,2 21,2
Tidak Ada 26 78,8 78,8 100,0
Total 33 100,0 100,0

Keluhan Kelainan Kulit Mengelupas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 4 12,1 12,1 12,1
Tidak Ada 29 87,9 87,9 100,0
Total 33 100,0 100,0

Keluhan Di Telapak Tangan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 20 60,6 60,6 60,6
Tidak Ada 13 39,4 39,4 100,0
Total 33 100,0 100,0

Keluhan Di Punggung Tangan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 7 21,2 21,2 21,2
Tidak Ada 26 78,8 78,8 100,0
Total 33 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keluhan Di Sela Jari

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 15 45,5 45,5 45,5
Tidak Ada 18 54,5 54,5 100,0
Total 33 100,0 100,0

Statistics

keluhan akibat keluhan keluhan


bensin akibat oli akibat air aki
N Valid 20 20 20
Missing 0 0 0

Keluhan Akibat Bensin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 14 70,0 70,0 70,0
tidak ada 6 30,0 30,0 100,0
Total 20 100,0 100,0

Keluhan Akibat Oli

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 9 45,0 45,0 45,0
tidak ada 11 55,0 55,0 100,0
Total 20 100,0 100,0

Keluhan Akibat Air Aki

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 20 100,0 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Hasil Analisis Bivariat

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * Keluhan
Kelainan Kulit 33 100,0% 0 ,0% 33 100,0%
Masa Kerja * Keluhan
Kelainan Kulit 33 100,0% 0 ,0% 33 100,0%
Lama Kerja * Keluhan
Kelainan Kulit 33 100,0% 0 ,0% 33 100,0%
Pemakaian APD *
Keluhan Kelainan Kulit 33 100,0% 0 ,0% 33 100,0%
Bahan Kimia * Keluhan
Kelainan Kulit 33 100,0% 0 ,0% 33 100,0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Hubungan Umur dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja Bengkel di
Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017

Umur * Keluhan Kelainan Kulit


Crosstab

Keluhan Kelainan Kulit Total


Ada Tidak Ada Ada
Umur <= 26 Count 15 3 18
tahun Expected Count 10,9 7,1 18,0
% within Umur 83,3% 16,7% 100,0%
% within Keluhan
Kelainan Kulit 75,0% 23,1% 54,5%
% of Total 45,5% 9,1% 54,5%
>26 Count 5 10 15
tahun Expected Count 9,1 5,9 15,0
% within Umur 33,3% 66,7% 100,0%
% within Keluhan
Kelainan Kulit 25,0% 76,9% 45,5%
% of Total 15,2% 30,3% 45,5%
Total Count 20 13 33
Expected Count 20,0 13,0 33,0
% within Umur 60,6% 39,4% 100,0%
% within Keluhan
Kelainan Kulit 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 60,6% 39,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8,567(b) 1 ,003
Continuity
6,601 1 ,010
Correction(a)
Likelihood Ratio 8,936 1 ,003
Fisher's Exact Test ,005 ,005
Linear-by-Linear
Association 8,308 1 ,004
N of Valid Cases 33
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,91.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja Bengkel
di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017

Masa Kerja * Keluhan Kelainan Kulit


Crosstab

Keluhan Kelainan Kulit Total


Ada Tidak Ada Ada
Masa Kerja <= 3 tahun Count 16 1 17
Expected Count 10,3 6,7 17,0
% within Masa
Kerja 94,1% 5,9% 100,0%
% within Keluhan
Kelainan Kulit 80,0% 7,7% 51,5%
% of Total 48,5% 3,0% 51,5%
> 3 tahun Count 4 12 16
Expected Count 9,7 6,3 16,0
% within Masa
Kerja 25,0% 75,0% 100,0%
% within Keluhan
Kelainan Kulit 20,0% 92,3% 48,5%
% of Total 12,1% 36,4% 48,5%
Total Count 20 13 33
Expected Count 20,0 13,0 33,0
% within Masa
Kerja 60,6% 39,4% 100,0%
% within Keluhan
Kelainan Kulit 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 60,6% 39,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 16,493(b) 1 ,000
Continuity
13,725 1 ,000
Correction(a)
Likelihood Ratio 18,650 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 15,993 1 ,000
N of Valid Cases 33
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,30.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja Bengkel
di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017

Lama Kerja * Keluhan Kelainan Kulit


Crosstab

Keluhan Kelainan Kulit Total


Ada Tidak Ada Ada
Lama Kerja <= 9 jam Count 7 11 18
Expected Count 10,9 7,1 18,0
% within Lama
Kerja 38,9% 61,1% 100,0%
% within Keluhan
Kelainan Kulit 35,0% 84,6% 54,5%
% of Total 21,2% 33,3% 54,5%
> 9 jam Count 13 2 15
Expected Count 9,1 5,9 15,0
% within Lama
Kerja 86,7% 13,3% 100,0%
% within Keluhan
Kelainan Kulit 65,0% 15,4% 45,5%
% of Total 39,4% 6,1% 45,5%
Total Count 20 13 33
Expected Count 20,0 13,0 33,0
% within Lama
Kerja 60,6% 39,4% 100,0%
% within Keluhan
Kelainan Kulit 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 60,6% 39,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 7,823(b) 1 ,005
Continuity
5,950 1 ,015
Correction(a)
Likelihood Ratio 8,414 1 ,004
Fisher's Exact Test ,011 ,006
Linear-by-Linear
Association 7,586 1 ,006
N of Valid Cases 33
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,91.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Hubungan Pemakaian APD dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017

Pemakaian APD * Keluhan Kelainan Kulit


Crosstab

Keluhan Kelainan Kulit Total


Ada Tidak Ada Ada
Pemakaian APD Tidak Lengkap Count 20 13 33
Expected Count 20,0 13,0 33,0
% within Pemakaian APD 60,6% 39,4% 100,0%
% within Keluhan Kelainan
Kulit 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 60,6% 39,4% 100,0%
Total Count 20 13 33
Expected Count 20,0 13,0 33,0
% within Pemakaian APD 60,6% 39,4% 100,0%
% within Keluhan Kelainan
Kulit 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 60,6% 39,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square .(a)
N of Valid Cases 33
a No statistics are computed because pemakaian APD is a constant.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Hubungan Bahan Kimia dengan Keluhan Kelainan Kulit pada Pekerja
Bengkel di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2017

Bahan Kimia * Keluhan Kelainan Kulit


Crosstab

Keluhan Kelainan Kulit Total


Ada Tidak Ada Ada
Bahan Kimia >2 Count 20 13 33
Expected Count 20,0 13,0 33,0
% within Bahan Kimia 60,6% 39,4% 100,0%
% within Keluhan
Kelainan Kulit 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 60,6% 39,4% 100,0%
Total Count 20 13 33
Expected Count 20,0 13,0 33,0
% within Bahan Kimia 60,6% 39,4% 100,0%
% within Keluhan
Kelainan Kulit 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 60,6% 39,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square .(a)
N of Valid Cases 33
a No statistics are computed because bahan kimia is a constant.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran Responden
Distribusi Keluhan Kelainan Kulit Responden
No Panas Gatal Kering Kemerahan Mengelupas Jumlah
1 Ada Tidak Ada Ada Ada Ada 4
2 Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada 3
3 Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada 3
4 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
5 Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada 3
6 Ada Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada 3
7 Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada 2
8 Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 1
9 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
10 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
11 Ada Ada Ada Ada Tidak Ada 4
12 Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada 3
13 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
14 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
15 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
16 Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada 2
17 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
18 Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada 3
19 Ada Ada Ada Ada Tidak Ada 3
20 Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada 2
21 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
22 Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada 2
23 Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada 3
24 Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada 3
25 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
26 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
27 Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada 3
28 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
29 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
30 Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 2
31 Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 2
32 Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada 2
33 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Distribusi Lokasi Keluhan Kelainan Kulit Responden
No Telapak Tangan Punggung Tangan Sela-Sela Jari Jumlah
1 Ada Ada Ada 3
2 Ada Tidak Ada Ada 2
3 Ada Tidak Ada Ada 2
4 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
5 Ada Tidak Ada Ada 2
6 Ada Tidak Ada Ada 2
7 Ada Tidak Ada Tidak Ada 1
8 Ada Ada Ada 3
9 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
10 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
11 Ada Ada Ada 3
12 Ada Ada Ada 3
13 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
14 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
15 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
16 Ada Tidak Ada Ada 2
17 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
18 Ada Ada Ada 3
19 Ada Ada Ada 3
20 Ada Tidak Ada Ada 2
21 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
22 Ada Tidak Ada Ada 2
23 Ada Ada Ada 3
24 Ada Tidak Ada Ada 2
25 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
26 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
27 Ada Tidak Ada Tidak Ada 1
28 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
29 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
30 Ada Tidak Ada Tidak Ada 1
31 Ada Tidak Ada Tidak Ada 1
32 Ada Tidak Ada Tidak Ada 1
33 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Distribusi Keluhan Kelainan Kulit Akibat Paparan Bahan Kimia
No Air Aki Bensin Oli/Pelumas Jumlah
1 Ada Ada Tidak Ada 2
2 Ada Ada Tidak Ada 2
3 Ada Ada Tidak Ada 2
4 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
5 Ada Ada Tidak Ada 2
6 Ada Ada Tidak Ada 2
7 Ada Ada Tidak Ada 2
8 Ada Ada Tidak Ada 2
9 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
10 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
11 Ada Ada Ada 3
12 Ada Tidak Ada Ada 2
13 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
14 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
15 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
16 Ada Ada Tidak Ada 2
17 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
18 Ada Ada Ada 3
19 Ada Ada Ada 3
20 Ada Ada Tidak Ada 2
21 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
22 Ada Tidak Ada Tidak Ada 1
23 Ada Tidak Ada Ada 2
24 Ada Tidak Ada Ada 2
25 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
26 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
27 Ada Ada Ada 3
28 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
29 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0
30 Ada Tidak Ada Ada 2
31 Ada Tidak Ada Ada 2
32 Ada Ada Tidak Ada 2
33 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4

Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Telapak Tangan Salah Satu Pekerja yang Merasakan Keluhan Kelainan
Kulit

Gambar 2. Telapak Tangan Salah Satu Pekerja yang Merasakan Keluhan Kelainan
Kulit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3. Punggung Tangan Salah Satu Pekerja yang Merasakan Keluhan
Kelainan Kulit

Gambar 4. Proses Kerja Saat Pekerja Membersihkan Bagian Mesin Motor dengan
Bensin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. Dokumentasi Saat Wawancara dengan Pekerja dan Pengisian
Kuesioner

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5

Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6

Surat Keterangan Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai