DISUSUN OLEH :
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja gangguan psikologis yang terjadi pada ibu nifas ?
2. Apa saja penyebab terjadinya post partum blues dan depresi postpartum pada ibu nifas?
3. Bagaimana cara mengatasi gangguan psikologis pada ibu nifas ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja gangguan psikologis yang terjadi pada ibu nifas
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya post partum blues dan depresi postpartum pada
ibu nifas
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi gangguan psikologis pada ibu nifas
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
Tidak ada penyebab tunggal. Sebaliknya, depresi kemungkinan hasil dari kombinasi
beberapa faktor seperti dikutip dari www.womenshealth.gov berikut :
a. Depresi adalah penyakit mental yang cenderung menurun dalam keluarga.
Wanita dengan riwayat keluarga depresi lebih cenderung memiliki depresi.
b. Perubahan kimia di dalam otak yang diyakini memainkan peran besar dalam
depresi.
c. Kehidupan yang dijalani penuh dengan tekanan, seperti kematian orang yang
dicintai, kemiskinan, pelecehan, dapat memicu depresi.
d. Faktor hormonal yang unik pada wanita dapat menyebabkan depresi pada
beberapa perempuan. Hormon secara langsung memengaruhi kimia otak yang
mengontrol emosi dan suasana hati. Dan perempuan lebih berisiko depresi
pada waktu tertentu dalam kehidupan mereka, seperti pubertas, selama dan
setelah kehamilan, dan selama perimenopause.
Sampai saat ini penyebab pasti terjadinya depresi postpartum belum diketahui.
Tapi ada dugaan bahwa terjadinya akibat ketidakseimbangan hormon, faktor
hormonal berpengaruh. Itu pun bukan harga mati karena masih ada faktor risiko lain
seperti riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Atau sebelumnya dia
pernah mengalami depresi. Faktor sosial lain seperti misalnya, support dari
lingkungan yang minim. Nah, di negara-negara maju yang nilai relationship dengan
keluarga rendah, tingkat depresi lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara
yang sistem kekerabatannya masih kental. Seperti di Indonesia, support dari
lingkungan masih besar terhadap ibu hamil atau yang baru melahirkan
3. Cara Mengatasi
Monks dkk (1988) mengatakan depresi post partum merupakan problem psikis
sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan dan depresi pada ibu yang
dapat berlangsung berbulan-bulan. Faktor resiko:
1) keadaan hormonal
2) dukungan sosial
3) emotional relationship
4) komunikasi dan kedekatan
5) struktur keluarga
6) antropologi
7) perkawinan
8) demografi
9) stressor psikososial dan lingkungan
Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid,
progesteron dan estrogen.
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1) beristirahat dengan baik
2) berolahraga yang ringan
3) berbagi cerita dengan orang lain
4) bersikap fleksible
5) bergabung dengan orang-oarang baru
6) sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
3. Cara Mengatasi
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dari ancaman
depresi dan psikosa postpartum, yaitu :
1. Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa pospartum, sehingga
ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera
mendapatkan penanganan yang tepat.
2. Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan
dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode pospartum.
3. Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan peregangan
selama15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga membuat ibu menjadi
lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan
4. Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan yang ibu
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika mempunyai masalah, segera
beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang yang terdekat.
5. Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdeka
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan pospartum
sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping ibu
setiap ada kesulitan.
6. Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-
buku yang dibutuhkan.
7. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu melupakan golakan
perasaan yang terjadi selama periode pospartum. Kondisi anda yang belum stabil,
bisa ibu curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah.
8. Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu dapat
mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka mengenai perubahan
yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik dari setelahnya.
2.2 Contoh Kasus Gangguan Psikologis Masa Nifas
Disuatu daerah terdapat seorang ibu hamil dengan usia kehamilannya 35+6 hari,
sebut saja ibu ini adalah ibu Risa, ibu Risa ini adalah seorang dokter sukses. Dia
memiliki keluarga yang mendukung, ekonomi dalam rumah tangganya pun mencukupi
untuk kebutuhan sehari-hari. Ibu Risa ingin memiliki anak dan memulai kehidupan
barunya sebagai seorang ibu. Pada usia kehamilan 36+3hari ibu Risa pun melahirkan
seorang anak dengan keadaan tidak normal, yaitu cacat Down Syndrom yang baru
diketahui setelah melahirkan.
Akan tetapi ibunya ibu Risa menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan
putrinya. Ibu Risa, seperti tidak mau menerima keberadaan bayinya. Ibu Risa
meyakinkan dirinya bahwa bayinya seharusnya lahir dengan keadaan atau kondisi yang
normal karena dia adalah seorang tenaga kesehatan yang seharusnya tahu bagaimana
cara merawat kehamilannya.
Ibu Risa mengalami masalah psikis atau mental yaitu tekanan yang mendalam pada
kenyataannya bahwa dia adalah seorang dokter yang lalai menerapkan ilmu kesehatan.
Ibu Risa sangat depresi, malu, dan tidak percaya diri lagi karena pernyataan orang-orang
disekitarnya yang menganggap dia adalah seorang dokter yang tidak professional. Risa
masih tidak dapat menerima kondisi anaknya. Ketika anaknya berumur satu bulan,
depresi Ibu Risa menjadi begitu parah sehingga ia berhenti makan dan minum dan tidak
bisa lagi menelan.
Dia mulai memiliki pikiran paranoid tentang orang lain - dia berpikir bahwa
tetangganya di seberang jalan semua membicarakannya karena mereka pikir dia adalah
ibu yang buruk. Dia menjadi kurus dan merasa ingin berhenti dari pekerjaannya sebagai
seorang dokter. Lalu, ia mulai mencari cara untuk mengakhiri hidupnya. Ibu Risa dirawat
di rumah sakit tiga kali dalam tujuh minggu. Dia diberi empat kombinasi anti-psikotik,
anti-kecemasan, dan obat anti-depresan. Namun keluarganya sudah dapat menerima
kondisi anak Ibu Risa, walaupun Ibu Risa sebagai ibunya sendiri belum dapat menerima
kondisi anaknya.
Pemecahan masalahnya :
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya
dan mempunyai kecerdasan terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21
yang berlebih. Anak yang mengalam sindrom down umumnya mengalami kelemahan
otot, mulut yang terbuka, lidah yang terjulur, ukuran telinga yang abnormal, gangguan
pendengaran, mengalami gangguan penglihatan, dan sebagainya.
Intervensi dini yang kita lakukan adalah jika anak tersebut misalnya: mengalami
gangguan pendengaran, dapat melakukan pemeriksaan telinga sejak awal kehidupan
dilakukan test pendengaran secara berkala, atau jika anak mengalami kelainan mata
dapat dilakukan pemeriksaan yang rutin ke dokter mata. Memberikan lingkungan yang
baik bagi anak, memberikan aktivitas motorik kasar dan halus dengan bermain dengan
teman sebayanya, dan peran orang tua sangat dibutuhkan.
Dari kasus ini, ibu Risa harus diberi banyak dukungan dan pengertian dari orang-
orang terdekatnya seperti suami, keluarga, maupun orang-orang disekitarnya, bahwa
kelalaian adalah manusiawi. Sebagai sesama tenaga kesehatan kita sebagai bidan harus
saling menguatkan dengan memberi penyuluhan tentang penyakit-penyakit yang dapat
terjadi di saat masa kehamilan sampai masa nifas, memberi tahu disekitar lingkungan
masyarakat ibu Risa tentang sebenarnya down sindrom itu sendiri tidak diketahui selama
kehamilan, maka sepenuhnya hal ini tidak harus menjadi beban psikis bagi ibu, karena
memang bukan kesalahannya.. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dokte Risa, kita
bisa membantu dia dengan memberikan konseling dan membantu memantau
perkembangan anaknya dan tentunya memberi semangat pada dokter Risa untuk
melanjutkan pekerjaannya sebagai dokter tanpa terus-terusan menyalahkan diri sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan psikologis masa nifas yaitu dimana ibu nifas usdah mampu menyesuiakan
diri dengan perubah-perubahan yang terjadi setelah melahirkan. Gangguan psikologis
pada masa nifas terbagi menjadi : post partum blues, depresi postpartum, dan psikosis
post partum.
1. Post partum blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efelk ringan yang sering tampak dalam
minggu pertama setelah persalinan.
2. Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkn sampai satu tahun kedepan
3. Psikosis post partum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam enam
minggu setelah melahirkan.
Setiap jenis gangguan psikologis pada ibu nifas memiliki penanganan yang berbeda pula
disesuaikan dengan keadaan yang dialami oleh ibu nifas.Gangguan psikologis bila tidak
ditangani secara tepat maka akan membahayakan kondisi ibu dan bayinya.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan
pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarawati, Eny Ratna dan Wulandari, Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
http://susanthy123.blogspot.com/p/makalah-masalah-masalah-dalam-masa.html
Suryati. 2008. The Baby Blues and Post Natal Depression. JKMA. 2(2):191-3
Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih.2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika