Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DETEKSI DINI GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS

DISUSUN OLEH :

1. Cindy Fitri Yanti


2. Desty Komarika Sari
3. Diajeng Yollanda Sary
4. Ellisa Tri Lestari
5. Elza Novia Riski
6. Ferly Yorenza
7. Fitria Nur Nugraheni
8. Henny Okta Sari
9. Ike Ayulestari
10. Iluh Julita

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM DIPLOMA EMPAT
ALIH JENJANG
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau postpartum adalah periode dalam minggu-minggu pertama
setelah kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara
4 sampai 6 minggu walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan
dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Pada masa ini
perubahan yang terjadi tidak hanya secara fisiologis maupun sosiokultural, tetapi juga
psikologi. Perubahan kompleks pada ibu postpartum atau setelah proses persalinan
memerlukan penyesuaian terhadap diri dengan pola hidup dan kondisi setelah proses
tersebut (Prawirohardjo, 2013).Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya sedikit
mengganggu “ibu baru” walaupun komplikasi serius juga dapat terjadi (Cuninghamet al.,
2013).
Setelah melahirkan, ibu akan menghadapi banyak tantangan sebagai seorang ibu
(Ardiyanti dan Dinni, 2018). Pada ibu yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi dapat menimbulkan gangguang psikologi, baik gangguan psikologi ringan
maupun berat. Gangguan psikologis utama pada ibu hamil disebut dengan depresi
maternal (antepartum atau postpartum). Salah satu gangguan psikologi yang bisa terjadi
pada ibu postpartum yaitu depresi postpartum (Syafrianti, 2018).
Depresi postpartum adalah gangguan perasaan yang dialami oleh ibu nifas
sebagai kegagalan dalam penerimaan psikologis pada proses adaptasi. Depresi postpartum
apabila tidak ditanggulangi dengan baik dapat berkembang menjadi psikosis postpartum,
serta pembunuhan anak sendiri oleh ibu. Ibu dengan depresi postpartum akan mengalami
perasaaan sedih yang berlebihan dan diiringi tangisan tanpa alasan yang jelas, perubahan
pola tidur, penurunan konsentrasi, merasa putus asa, tidak berdaya, perubahan pada nafsu
makan, gangguan psikomotor dan pada keadaan berat dapat menimbulkan keinginan untuk
bunuh diri (Suryati, 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja gangguan psikologis yang terjadi pada ibu nifas ?
2. Apa saja penyebab terjadinya post partum blues dan depresi postpartum pada ibu nifas?
3. Bagaimana cara mengatasi gangguan psikologis pada ibu nifas ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja gangguan psikologis yang terjadi pada ibu nifas
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya post partum blues dan depresi postpartum pada
ibu nifas
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi gangguan psikologis pada ibu nifas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Psikologis Masa Nifas


Nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat – alat kandungan
dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan
selama 6 minggu. Gangguan psikologis masa nifas yaitu dimana ibu nifas sudah mampu
menyesuiakan diri dengan perubah-perubahan yang terjadi setelah melahirkan.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase berikut :
1.      Fase taking in
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari
kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya
sendiri.  Pengalaman setelah prosesn persalinan sering berulang diceritakannya. Hal
ini membuat cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
2.      Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3 – 10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menirima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya sehingga  timbul percaya diri.
3.      Fase letting go
Fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari
setelah melahirkan.  Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya
sudaah meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan
dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.
A.   Post Partum Blues
1. Definisi 
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan,
biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu
sejak kelahiran bayi.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan
peran barunya sebagai ibu pada minggu minggu atau bulan-bulan pertama setelah
melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil
menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan
diri dan mengalami gangguan gangguan psikologis, salah satunya yang disebut
Postpartum Blues.
2. Etiologi
Mengenali penyebab post partum blues juga merupakan hal yang berguna dalam
mendeteksi adanya gangguan psikologi ini pada ibu. Selain bisa mengantisipasi kita
juga bisa memahami kondisi ibu sepenuhnya. Post partum ini biasanya disebabkan
oleh:
a. Perubahan Hormon
b. Faktor usia ( hamil usia muda, primipara, belum matangnya reproduksi, dll)
c. Ketidaksiapan ibu menghadapi persalinan
d. Stress
e. ASI tidak keluar
f. Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh
g. Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi.
h. Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan
lainnya dengan suami.
i. Problem dengan Orangtua dan Mertua.
j. Takut kehilangan bayi
k. Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
l. Problem dengan si Sulung.
m. Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum
hamil
n. Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan
suaminya.
o. Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan
yang tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya
p. Ketergantungan pada alkohol atau narkoba
q. Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman
r. Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar, atau
orang yang bersangkutan dengan sang ibu.
s. Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan bayi.
t. Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak
3. Cara mengatasi
Cara mengatasinya adalah dengan mempersiapkan persalinan dengan lebih baik,
maksudnya disini tidak hanya menekankan pada materi tapi yang lebih penting dari
segi psikologi dan mental ibu.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan:       
1) beristirahat ketika bayi tidur
2) olah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3) tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4) bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5) bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
6) kempatan merawat bayi hanya dating satu kali

B.     Depresi Post Partum


1. Definisi
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan
dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun
kedepan.Pitt tahun 1988 dalam Pitt(regina dkk,2001) depresi post parum  adalah
depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah
marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk
berhubungan intim dengan suami). Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang
didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita tersebut
secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap
kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum
adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari
pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan
atau bahkan sampai satu tahun.

2. Etiologi
Tidak ada penyebab tunggal. Sebaliknya, depresi kemungkinan hasil dari kombinasi
beberapa faktor seperti dikutip dari www.womenshealth.gov berikut :
a. Depresi adalah penyakit mental yang cenderung menurun dalam keluarga.
Wanita dengan riwayat keluarga depresi lebih cenderung memiliki depresi.
b. Perubahan kimia di dalam otak yang diyakini memainkan peran besar dalam
depresi.
c. Kehidupan yang dijalani penuh dengan tekanan, seperti kematian orang yang
dicintai, kemiskinan, pelecehan, dapat memicu depresi.
d. Faktor hormonal yang unik pada wanita dapat menyebabkan depresi pada
beberapa perempuan. Hormon secara langsung memengaruhi kimia otak yang
mengontrol emosi dan suasana hati. Dan perempuan lebih berisiko depresi
pada waktu tertentu dalam kehidupan mereka, seperti pubertas, selama dan
setelah kehamilan, dan selama perimenopause.
 Sampai saat ini penyebab pasti terjadinya depresi postpartum belum diketahui.
Tapi ada dugaan bahwa terjadinya akibat ketidakseimbangan hormon, faktor
hormonal berpengaruh. Itu pun bukan harga mati karena masih ada faktor risiko lain
seperti riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Atau sebelumnya dia
pernah mengalami depresi. Faktor sosial lain seperti misalnya, support dari
lingkungan yang minim. Nah, di negara-negara maju yang nilai relationship dengan
keluarga rendah, tingkat depresi lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara
yang sistem kekerabatannya masih kental. Seperti di Indonesia, support dari
lingkungan masih besar terhadap ibu hamil atau yang baru melahirkan
3.  Cara Mengatasi
Monks dkk (1988) mengatakan depresi post partum merupakan problem psikis
sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan dan depresi pada ibu yang
dapat berlangsung berbulan-bulan. Faktor resiko:
1)     keadaan hormonal
2)     dukungan sosial
3)     emotional relationship
4)     komunikasi dan kedekatan
5)     struktur keluarga
6)     antropologi
7)     perkawinan
8)     demografi
9)     stressor psikososial dan lingkungan
Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid,
progesteron dan estrogen.
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat  sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1)     beristirahat dengan baik
2)     berolahraga yang ringan
3)     berbagi cerita dengan orang lain
4)     bersikap fleksible
5)     bergabung dengan orang-oarang baru
6)     sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

C.  Post partum psikosa


 1.  Definisi 
Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan
waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi
kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang
timbul akibat penyebab organic maupun emosional ( fungsional ) dan menunjukkan
gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga
kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
Psikosa terbagi dalam dua golongan besar, yaitu :
a. Psikosa fungsional 
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada aspek
kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan,
bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi dalam
kehidupan seseorang.
b. Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab
dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa
seseorang.
2. Etiologi
a. Faktor sosial kultural (dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik)
b. Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi )
c. Faktor psikososial ( adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat
mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional dll )
d. Faktor keturunan
e. Karakter personal seperti harga diri yangv rendah.
f. Perubahan hormonal yang cepat.
g. Masalah medis dalamkehamilan ( pre-eklampsia, DM ).
h. Marital disfungsion atau ketidakv mampuan membina hubungan dengan orang
lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
i. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
j. Merasa terisolasi.
k. Kelemahan, gangguan tidur ( imsomnia ),v ketakutan terhadap suatu masalah,
l. ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.

3. Cara Mengatasi
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dari ancaman
depresi dan psikosa postpartum, yaitu :
1.      Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa pospartum, sehingga
ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera
mendapatkan penanganan yang tepat.
2.      Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan
dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode pospartum.
3.      Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan peregangan
selama15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga membuat ibu menjadi
lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan
4.      Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan yang ibu
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika mempunyai masalah, segera
beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang yang terdekat.
5.      Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdeka
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan pospartum
sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping ibu
setiap ada kesulitan.
6.      Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-
buku yang dibutuhkan.
7.      Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu melupakan golakan
perasaan yang terjadi selama periode pospartum. Kondisi anda yang belum stabil,
bisa ibu curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah.
8.      Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu dapat
mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka mengenai perubahan
yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik dari setelahnya.
2.2 Contoh Kasus Gangguan Psikologis Masa Nifas
Disuatu daerah terdapat seorang ibu hamil dengan usia kehamilannya 35+6 hari,
sebut saja ibu ini adalah ibu Risa, ibu Risa ini adalah seorang dokter sukses. Dia
memiliki keluarga yang mendukung, ekonomi dalam rumah tangganya pun mencukupi
untuk kebutuhan sehari-hari. Ibu Risa ingin memiliki anak dan memulai kehidupan
barunya sebagai seorang ibu. Pada usia kehamilan 36+3hari ibu Risa pun melahirkan
seorang anak dengan keadaan tidak normal, yaitu cacat Down Syndrom yang baru
diketahui setelah melahirkan.
Akan tetapi ibunya ibu Risa menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan
putrinya. Ibu Risa, seperti tidak mau menerima keberadaan bayinya. Ibu Risa
meyakinkan dirinya bahwa bayinya seharusnya lahir dengan keadaan atau kondisi yang
normal karena dia adalah seorang tenaga kesehatan yang seharusnya tahu bagaimana
cara merawat kehamilannya.
Ibu Risa mengalami masalah psikis atau mental yaitu tekanan yang mendalam pada
kenyataannya bahwa dia adalah seorang dokter yang lalai menerapkan ilmu kesehatan.
Ibu Risa sangat depresi, malu, dan tidak percaya diri lagi karena pernyataan orang-orang
disekitarnya yang menganggap dia adalah seorang dokter yang tidak professional. Risa
masih tidak dapat menerima kondisi anaknya. Ketika anaknya berumur satu bulan,
depresi Ibu Risa menjadi begitu parah sehingga ia berhenti makan dan minum dan tidak
bisa lagi menelan.
Dia mulai memiliki pikiran paranoid tentang orang lain - dia berpikir bahwa
tetangganya di seberang jalan semua membicarakannya karena mereka pikir dia adalah
ibu yang buruk. Dia menjadi kurus dan merasa ingin berhenti dari pekerjaannya sebagai
seorang dokter. Lalu, ia mulai mencari cara untuk mengakhiri hidupnya. Ibu Risa dirawat
di rumah sakit tiga kali dalam tujuh minggu. Dia diberi empat kombinasi anti-psikotik,
anti-kecemasan, dan obat anti-depresan. Namun keluarganya sudah dapat menerima
kondisi anak Ibu Risa, walaupun Ibu Risa sebagai ibunya sendiri belum dapat menerima
kondisi anaknya.  

Pemecahan masalahnya :
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya
dan mempunyai kecerdasan terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21
yang berlebih. Anak yang mengalam sindrom down umumnya mengalami kelemahan
otot, mulut yang terbuka, lidah yang terjulur, ukuran telinga yang abnormal, gangguan
pendengaran, mengalami gangguan penglihatan, dan sebagainya.
Intervensi dini yang kita lakukan adalah jika anak tersebut misalnya: mengalami
gangguan pendengaran, dapat melakukan pemeriksaan telinga sejak awal kehidupan
dilakukan test pendengaran secara berkala, atau jika anak mengalami kelainan mata
dapat dilakukan pemeriksaan yang rutin ke dokter mata. Memberikan lingkungan yang
baik bagi anak, memberikan aktivitas motorik kasar dan halus dengan bermain dengan
teman sebayanya, dan peran orang tua sangat dibutuhkan.
Dari kasus ini, ibu Risa harus diberi banyak dukungan dan pengertian dari orang-
orang terdekatnya seperti suami, keluarga, maupun orang-orang disekitarnya, bahwa
kelalaian adalah manusiawi. Sebagai sesama tenaga kesehatan kita sebagai bidan harus
saling menguatkan dengan memberi penyuluhan tentang penyakit-penyakit yang dapat
terjadi di saat masa kehamilan sampai masa nifas, memberi tahu disekitar lingkungan
masyarakat ibu Risa tentang sebenarnya down sindrom itu sendiri tidak diketahui selama
kehamilan, maka sepenuhnya hal ini tidak harus menjadi beban psikis bagi ibu, karena
memang bukan kesalahannya.. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dokte Risa, kita
bisa membantu dia dengan memberikan konseling dan membantu memantau
perkembangan anaknya dan tentunya memberi semangat pada dokter Risa untuk
melanjutkan pekerjaannya sebagai dokter tanpa terus-terusan menyalahkan diri sendiri.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan psikologis masa nifas yaitu dimana ibu nifas usdah mampu menyesuiakan
diri dengan perubah-perubahan yang terjadi setelah melahirkan. Gangguan psikologis
pada masa nifas terbagi menjadi : post partum blues, depresi postpartum, dan psikosis
post partum.
1. Post partum blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efelk ringan yang sering tampak dalam
minggu pertama setelah persalinan.
2. Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkn sampai satu tahun kedepan
3. Psikosis post partum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam enam
minggu setelah melahirkan.
Setiap jenis gangguan psikologis pada ibu nifas memiliki penanganan yang berbeda pula
disesuaikan dengan keadaan yang dialami oleh ibu nifas.Gangguan psikologis bila tidak
ditangani secara tepat maka akan membahayakan kondisi ibu dan bayinya.

3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan
pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, Eny Ratna dan Wulandari, Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Cunningham. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

http://susanthy123.blogspot.com/p/makalah-masalah-masalah-dalam-masa.html

Suherni et al. 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarata: Fitramala.

Suryati. 2008. The Baby Blues and Post Natal Depression. JKMA. 2(2):191-3

Syafrianti, N. 2018. Perbedaan Kemungkinan Terjadinya Depresi Postpartum antara


Primipara dengan Multipara di Puskesmas Lubuk Buaya dan Puskesmas Andalas Kota
Padang.Skripsi,Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih.2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai