DAN PROTESTAN
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah AGAMA KRISTEN
dengan dosen pengampu : Dr. H. Sudarman, MA.
Disusun oleh :
Nama : Firdawan
NPM : 1931020099
Kelas :A
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas Rahmat, Hidayah serta
Inayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dan
tak lupa pula, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda nabi besar
kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang dengan tersyiarnya agama islam seperti sekarang
ini.
Dalam penulisan Makalah ini saya sadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dalam penulisanya, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Firdawan
II
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan............................................................................. 8
3.2. Saran ...................................................................................... 8
III
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini akan memfokuskan perhatian pada perbedaan kedua gereja ini
pada pemahamannya tentang sakramen. Perbedaan pemahaman ini diakibatkan
perkembangan mengenai isi dari sakramen-sakramen itu sendiri. Secara singkat
dapat dikatakan, bahwa segera sesudah periode Perjanjian Baru (PB), Perjamuan
Kudus itu dipandang sebagai suatu “kurban” dan bahwa pengungkapan ini, yang
pada mulanya berarti kiasan, berangsur-angsur dipahami secara harfiah. Menurut
Irenaeus (abad kedua), orang Kristen membawa persembahan roti dan air anggur.
Tetapi Irenaeus tidak berpikir bahwa Kristus sendiri dikorbankan sebagai kurban.
Cyprianus, Uskup Kartago, mengembangkan pemahaman ini dengan mengatakan
bahwa tubuh dan darah Kristus adalah pemberian-pemberian persembahan yang
dipersembahkan oleh para imam. Dalam ekaristi, ia katakan, kurban di atas kayu
salib itu diulangi. Pemikiran gereja mula-mula mengenai sakramen altar atau
mezbah mencapai suatu tahap tertentu dalam Ambrosius. Tulisan-tulisannya
berisikan pernyataan-pernyataan mengenai trans-mutasi (perubahan) dari
“elemen-elemen” roti dan air anggur yang mengikuti upacara-upacara tertentu dari
teologi Yunani. Ajaran tentang sakramen yang berasal dari Abad-abad
Pertengahan dipengaruhi oleh realisme Ambrosius. Tetapi Augustinus juga
mempunyai pengaruh besar atas sakramen-sakramen, hingga Abad-abad
Pertengahan, yaitu menyangkut ajaran Reformasi mengenai sakramen.1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui perbedaan sakramen pada agama Kristen dan katolik.
1
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, (terj.A.A.Yewangoe) (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1994), hlm. 170-173.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kata “Sakramen” aslinya berasal dari kata Latin, sacramentum, yang akar
katanya sacr, sacer, sacrare.2 Kata sacrare berarti menyucikan, menguduskan,
atau mengkhususkan sesuatu atau seseorang bagi bidang yang suci atau kudus.
Kata sacramentum menunjuk tindakan penyucian itu ataupun hal yang
menguduskan. Pengertian kata sacramentum ini berkembang secara bertahap.
Dalam masyarakat Romawi kuno, sacramentum digunakan dalam dua pengertian
yakni: untuk menunjuk sumpah prajurit dan menunjuk pada uang jaminan atau
denda. Orang Kristen pada abad kedua, menerjemahkan kata Yunani mustήrion
(musterion = misteri) dari kata muw (muo = menutup mulut dan mata). Pengertian
misteri ini mengacu pada dua ciri pokok yakni: menunjuk pada tegangan dinamik
antara Yang Ilahi dan yang manusiawi dan menunjuk pada sejarah penyelamatan
Allah dalam diri Yesus Kristus. Pada abad kedua hingga abad keempat, pengertian
mysterion-sacramentum masih melanjutkan gagasan makna mysterion biblis yang
memuat dua ciri pokok tadi. Namun, pada abad kedua hingga abad ketiga,
penggunaan mysterion dan sacramentum masih cukup rancu dan tidak seragam.
2.2.1 Pembaptisan
Pembaptisan adalah sakramen pertama dan mendasar dalam inisiasi
Kristiani. Sakramen ini dilayankan dengan cara menyelamkan 3 si penerima ke
dalam air atau dengan mencurahkan (tidak sekedar memercikkan) air ke atas
2
Joseph Pohle & Arthur Preuss, The Sacraments: A Dogmatic Treatise, (St.Louis:
B.Herder Book Co,957), hlm. 5; bnd. E.Martasudjita, Sakramen-Sakramen Gereja: Tinjauan
Teologis, Liturgis, dan Pastoral, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hlm. 61.
3
Dalam KGK, 1239 (KGK, hlm.318).
2
kepala si penerima "dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus" (Matius
28:19). Pelayan sakramen ini biasanya seorang uskup atau imam, atau (dalam
Gereja Latin, namun tidak demikian halnya dalam Gereja Timur) seorang diakon.
Dalam keadaan darurat, siapapun yang berniat untuk melakukan apa yang
dilakukan Gereja, bahkan jika orang itu bukanlah seorang Kristiani, dapat
membaptis.4
4
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, (Jakarta: Penerbit Obor, 2007), hlm.
420-426; E.Martasudjita, Sakramen-Sakramen …, hlm. 216-244; KGK, hlm.312-326.
5
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, hlm. 426-429; E.Martasudjita,
Sakramen-Sakramen …, hlm. 245-254; KGK, hlm.327-334.
3
2.2.3 Ekaristi
6
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, hlm. 410-412; E.Martasudjita,
Sakramen-Sakramen …, hlm. 263-295; KGK, hlm. 336-358.
4
Katolik bisa saja menerima sakramen Ekaristi setiap hari saat dia mengikuti misa
harian.
7
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, hlm. 430-435; E.Martasudjita,
Sakramen-Sakramen …, hlm. 312-323; KGK, hlm. 360-376.
5
menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat
sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.8
Imamat adalah sakramen yang khusus diberikan kepada calon imam. Sakramen ini
sejenis “wisuda” bagi para calon imam. Para frater (calon imam) yang ditahbiskan
akan menjadi pastor, dengan tugas yang lebih berat, yaitu menggembalakan umat
Allah.
Sakramen ini diberikan kepada sepasang pria dan wanita dewasa yang
saling mencintai dan berniat untuk membangun rumah tangga bersama. Dalam
perkawinan Katolik, idealnya sakramen Perkawinan hanya diberikan sekali
seumur hidup, sampai maut memisahkan. Karena pernikahan Katolik bersifat
tidak terceraikan, seseorang baru boleh menikah lagi setelah pasangannya
meninggal dunia.
8
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, hlm. 413-417; E.Martasudjita,
Sakramen-Sakramen …, hlm. 333-342; KGK, hlm. 378-385.
9
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, hlm. 435-439; E.Martasudjita,
Sakramen-Sakramen …, hlm. 349-362; KGK, hlm. 403-417.
6
2.3 Sakramen Dalam Protestan
Kurang lebih memiliki makna yang sama seperti ekaristi pada katolik.
Hanya saja, dalam pelaksanaannya, sakramen ini dilakukan pada hari-hari besar
saja, sedangkan dalam gereja katolik ekaristi dilakukan pada setiap minggu.
Dari penjelasan tersebut bisa kita lihat dengan jelas perbedaan sakramen
antara katolik dan prostestan. Katolik memiliki ritual keagamaan yang lebih
kental. Tidak hanya dalam hal sakramen, namun juga dalam hal keagamaan
lainnya.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sakramen adalah upacar atau ritus dalam agama Kristen (katolik dan
protestan) yang menjdi mediasi, dalam arti menjadi simbol kepercayaan kepada
tuhan yesus kristus sebagai tuhan Allah.
3.2 Saran
Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman agar sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
tulisan ini dan penulisan berikutnya. Akhir kata, semoga makalah ini berguna baik
bagi penulis pada khususnya maupun juga para pembaca pada umunya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Joseph Pohle & Arthur Preuss, The Sacraments: A Dogmatic Treatise, (St.Louis:
B.Herder Book Co,957),
Mcbride, Alfred Pendalaman Iman Katolik, (terj. A.S.Hadiwiyata) Jakarta: Obor, 2005,
jilid 1.
Dahlenburg, G.D. Pemberitaan Firman dan Pelayanan Sakramen, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1997.