Anda di halaman 1dari 12

SAKRAMEN DALAM KATOLIK

DAN PROTESTAN

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah AGAMA KRISTEN
dengan dosen pengampu : Dr. H. Sudarman, MA.

Disusun oleh :

Nama : Firdawan

NPM : 1931020099

Kelas :A

Semester : III (Tiga)

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2020/1442
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas Rahmat, Hidayah serta
Inayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dan
tak lupa pula, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda nabi besar
kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang dengan tersyiarnya agama islam seperti sekarang
ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah AGAMA


KRISTEN. Selanjutnya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pengampu Dr. H. Sudarman, MA, dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Dalam penulisan Makalah ini saya sadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dalam penulisanya, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tanggamus, 15 November 2020

Firdawan

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ I

KATA PENGANTAR ............................................................................ II

DAFTAR ISI .......................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sakramen .............................................................. 2


2.2 Sakramen Pada Katolik .......................................................... 2
2.3 Sakramen Pada Protestan ....................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan............................................................................. 8
3.2. Saran ...................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 9

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makalah ini akan memfokuskan perhatian pada perbedaan kedua gereja ini
pada pemahamannya tentang sakramen. Perbedaan pemahaman ini diakibatkan
perkembangan mengenai isi dari sakramen-sakramen itu sendiri. Secara singkat
dapat dikatakan, bahwa segera sesudah periode Perjanjian Baru (PB), Perjamuan
Kudus itu dipandang sebagai suatu “kurban” dan bahwa pengungkapan ini, yang
pada mulanya berarti kiasan, berangsur-angsur dipahami secara harfiah. Menurut
Irenaeus (abad kedua), orang Kristen membawa persembahan roti dan air anggur.
Tetapi Irenaeus tidak berpikir bahwa Kristus sendiri dikorbankan sebagai kurban.
Cyprianus, Uskup Kartago, mengembangkan pemahaman ini dengan mengatakan
bahwa tubuh dan darah Kristus adalah pemberian-pemberian persembahan yang
dipersembahkan oleh para imam. Dalam ekaristi, ia katakan, kurban di atas kayu
salib itu diulangi. Pemikiran gereja mula-mula mengenai sakramen altar atau
mezbah mencapai suatu tahap tertentu dalam Ambrosius. Tulisan-tulisannya
berisikan pernyataan-pernyataan mengenai trans-mutasi (perubahan) dari
“elemen-elemen” roti dan air anggur yang mengikuti upacara-upacara tertentu dari
teologi Yunani. Ajaran tentang sakramen yang berasal dari Abad-abad
Pertengahan dipengaruhi oleh realisme Ambrosius. Tetapi Augustinus juga
mempunyai pengaruh besar atas sakramen-sakramen, hingga Abad-abad
Pertengahan, yaitu menyangkut ajaran Reformasi mengenai sakramen.1

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja sakramen pada agama Kristen dan katolik?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui perbedaan sakramen pada agama Kristen dan katolik.

1
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, (terj.A.A.Yewangoe) (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1994), hlm. 170-173.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sakramen

Kata “Sakramen” aslinya berasal dari kata Latin, sacramentum, yang akar
katanya sacr, sacer, sacrare.2 Kata sacrare berarti menyucikan, menguduskan,
atau mengkhususkan sesuatu atau seseorang bagi bidang yang suci atau kudus.
Kata sacramentum menunjuk tindakan penyucian itu ataupun hal yang
menguduskan. Pengertian kata sacramentum ini berkembang secara bertahap.
Dalam masyarakat Romawi kuno, sacramentum digunakan dalam dua pengertian
yakni: untuk menunjuk sumpah prajurit dan menunjuk pada uang jaminan atau
denda. Orang Kristen pada abad kedua, menerjemahkan kata Yunani mustήrion
(musterion = misteri) dari kata muw (muo = menutup mulut dan mata). Pengertian
misteri ini mengacu pada dua ciri pokok yakni: menunjuk pada tegangan dinamik
antara Yang Ilahi dan yang manusiawi dan menunjuk pada sejarah penyelamatan
Allah dalam diri Yesus Kristus. Pada abad kedua hingga abad keempat, pengertian
mysterion-sacramentum masih melanjutkan gagasan makna mysterion biblis yang
memuat dua ciri pokok tadi. Namun, pada abad kedua hingga abad ketiga,
penggunaan mysterion dan sacramentum masih cukup rancu dan tidak seragam.

2.2 Sakramen Dalam Katolik

Gereja Katolik merayakan 7 sakramen. Sakramen merupakan suatu tanda


yang dimulai dari Kristus untuk memberikan rahmat kepada umatNya. Ketujuh
sakramen tersebut adalah:

2.2.1 Pembaptisan
Pembaptisan adalah sakramen pertama dan mendasar dalam inisiasi
Kristiani. Sakramen ini dilayankan dengan cara menyelamkan 3 si penerima ke
dalam air atau dengan mencurahkan (tidak sekedar memercikkan) air ke atas

2
Joseph Pohle & Arthur Preuss, The Sacraments: A Dogmatic Treatise, (St.Louis:
B.Herder Book Co,957), hlm. 5; bnd. E.Martasudjita, Sakramen-Sakramen Gereja: Tinjauan
Teologis, Liturgis, dan Pastoral, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hlm. 61.
3
Dalam KGK, 1239 (KGK, hlm.318).

2
kepala si penerima "dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus" (Matius
28:19). Pelayan sakramen ini biasanya seorang uskup atau imam, atau (dalam
Gereja Latin, namun tidak demikian halnya dalam Gereja Timur) seorang diakon.
Dalam keadaan darurat, siapapun yang berniat untuk melakukan apa yang
dilakukan Gereja, bahkan jika orang itu bukanlah seorang Kristiani, dapat
membaptis.4

Merupakan tanda masuknya seseorang menjadi umat Katolik, ditandai


dengan penyiraman air suci pada dahi. Sering juga disebut “Lahir Baru”, tanda
manusia yang berdosa “dilahirkan kembali” menjadi Anak-anak Allah. Sakramen
Baptis dapat dilakukan di umur berapapun, tetapi biasanya dilakukan saat
seseorang masih bayi. Sakramen Baptis hanya diterima 1 kali seumur hidup.

2.2.2 Penguatan (Krisma)

Penguatan atau Krisma adalah sakramen kedua dalam inisiasi Kristiani.


Sakramen ini diberikan dengan cara mengurapi penerimanya dengan Krisma,
minyak yang telah dicampur sejenis balsam, yang memberinya aroma khas,
disertai doa khusus yang menunjukkan bahwa, baik dalam variasi Barat maupun
Timurnya, karunia Roh Kudus menandai si penerima seperti sebuah meterai.5

Disebut juga Sakramen Penguatan, agar seseorang tetap kuat dalam


imannya sebagai pemeluk Katolik. Sebelum tahun 2002, Sakramen Krisma dapat
diterima saat seseorang berusia minimal 15 tahun atau sudah duduk di kelas 3
SMP, tetapi setelah tahun 2002 diubah menjadi minimal 18 tahun atau sudah
duduk di kelas 3 SMA. Tetapi ada juga yang baru menerima Sakramen Krisma
setelah menikah, atau setelah berusia lanjut. Sama seperti Sakramen Baptis,
Sakramen Krisma juga hanya diterima 1 kali seumur hidup.

4
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, (Jakarta: Penerbit Obor, 2007), hlm.
420-426; E.Martasudjita, Sakramen-Sakramen …, hlm. 216-244; KGK, hlm.312-326.
5
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, hlm. 426-429; E.Martasudjita,
Sakramen-Sakramen …, hlm. 245-254; KGK, hlm.327-334.

3
2.2.3 Ekaristi

Ekaristi adalah sakramen (yang ketiga dalam inisiasi Kristiani) yang


dengannya umat Katolik mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus
serta turut serta dalam pengorbanan diri-Nya. Aspek pertama dari sakramen ini
(yakni mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus) disebut pula
Komuni Suci. Roti (yang harus terbuat dari gandum, dan yang tidak diberi ragi
dalam ritus Latin, Armenia dan Ethiopia, namun diberi ragi dalam kebanyakan
Ritus Timur) dan anggur (yang harus terbuat dari buah anggur) yang digunakan
dalam ritus Ekaristi, dalam iman Katolik, ditransformasi dalam segala hal kecuali
wujudnya yang kelihatan menjadi Tubuh dan Darah Kristus, perubahan ini disebut
transubstansiasi. Hanya uskup atau imam yang dapat menjadi pelayan Sakramen
Ekaristi, dengan bertindak selaku pribadi Kristus sendiri. Diakon serta imam
biasanya adalah pelayan Komuni Suci, umat awam dapat diberi wewenang dalam
lingkup terbatas sebagai pelayan luar biasa Komuni Suci. Ekaristi dipandang
sebagai "sumber dan puncak" kehidupan Kristiani, tindakan pengudusan yang
paling istimewa oleh Allah terhadap umat beriman dan tindakan penyembahan
yang paling istimewa oleh umat beriman terhadap Allah, serta sebagai suatu titik
di mana umat beriman terhubung dengan liturgi di surga. Betapa pentingnya
sakramen ini sehingga partisipasi dalam perayaan Ekaristi (Misa) dipandang
sebagai kewajiban pada setiap hari Minggu dan hari raya khusus, serta dianjurkan
untuk hari-hari lainnya. Dianjurkan pula bagi umat yang berpartisipasi dalam
Misa untuk, dalam kondisi rohani yang layak, menerima Komuni Suci. Menerima
Komuni Suci dipandang sebagai kewajiban sekurang-kurangnya setahun sekali
selama masa Paskah.6

Ekaristi sering juga disebut Komuni. Sakramen ini merupakan sakramen


yang terpenting, karena umat Katolik percaya bahwa Yesus Kristus benar-benar
hadir dalam bentuk roti dan anggur. Sakramen Ekaristi diadakan di setiap misa,
dan tidak ada batasan untuk mendapatkan sakramen tersebut. Seorang umat

6
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, hlm. 410-412; E.Martasudjita,
Sakramen-Sakramen …, hlm. 263-295; KGK, hlm. 336-358.

4
Katolik bisa saja menerima sakramen Ekaristi setiap hari saat dia mengikuti misa
harian.

2.2.4 Pengampunan Dosa (Rekonsiliasi)

Sakramen rekonsiliasi adalah yang pertama dari kedua sakramen


penyembuhan, dan juga disebut Sakramen Pengakuan Dosa, Sakramen Tobat, dan
Sakramen Pengampunan. Sakramen ini adalah sakramen penyembuhan rohani
dari seseorang yang telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah karena telah berbuat
dosa. Sakramen ini memiliki empat unsur: penyesalan si peniten (si pengaku dosa)
atas dosanya (tanpa hal ini ritus rekonsiliasi akan sia-sia), pengakuan kepada
seorang imam (boleh saja secara spirutual akan bermanfaat bagi seseorang untuk
mengaku dosa kepada yang lain, akan tetapi hanya imam yang memiliki kuasa
untuk melayankan sakramen ini), absolusi (pengampunan) oleh imam, dan
penyilihan.7

Sebetulnya, sakramen pengampunan dosa pada Kristen dapat dilakukan


setiap minggu, atau kapanpun pastor bersedia melayani pengampunan dosa
tersebut. Tetapi umumnya dilakukan sebelum perayaan Natal dan Paskah. Umat
Katolik akan masuk ke bilik Pengakuan Dosa, memberitahukan beberapa dosa-
dosanya yang paling berat, kemudian pastor akan menyuruhnya membaca
beberapa ayat Alkitab dan mengucapkan doa-doa tertentu selama beberapa hari.
Doa-doa tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan pengampunan dan rahmat dari
Tuhan.

2.2.5 Pengurapan Orang Sakit /Perminyakan

Pengurapan Orang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua.


Dalam sakramen ini seorang imam mengurapi si sakit dengan minyak yang
khusus diberkati untuk upacara ini. "Pengurapan orang sakit dapat dilayankan
bagi setiap umat beriman yang, karena telah mencapai penggunaan akal budi,
mulai berada dalam bahaya yang disebabkan sakit atau usia lanjut". Baru

7
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, hlm. 430-435; E.Martasudjita,
Sakramen-Sakramen …, hlm. 312-323; KGK, hlm. 360-376.

5
menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat
sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.8

Sakramen ini diberikan kepada orang yang benar-benar sakit parah.


Tujuannya agar yang bersangkutan tetap berpegang pada iman Katolik, dan juga
memohon agar Tuhan memberikan yang terbaik pada yang bersangkutan: apakah
dia akan sembuh, atau malah dipanggil Tuhan (meninggal).

2.2.6 Imamat / Pentahbisan Imam

Imamat adalah sakramen yang khusus diberikan kepada calon imam. Sakramen ini
sejenis “wisuda” bagi para calon imam. Para frater (calon imam) yang ditahbiskan
akan menjadi pastor, dengan tugas yang lebih berat, yaitu menggembalakan umat
Allah.

2.2.7 Sakramen Perkawinan

Pernikahan atau Perkawinan, seperti Imamat, adalah suatu sakramen yang


mengkonsekrasi penerimanya guna suatu misi khusus dalam pembangunan
Gereja, serta menganugerahkan rahmat demi perampungan misi tersebut.
Sakramen ini, yang dipandang sebagai suatu tanda cinta-kasih yang menyatukan
Kristus dengan Gereja, menetapkan di antara kedua pasangan suatu ikatan yang
bersifat permanen dan eksklusif, yang dimeteraikan oleh Allah.9

Sakramen ini diberikan kepada sepasang pria dan wanita dewasa yang
saling mencintai dan berniat untuk membangun rumah tangga bersama. Dalam
perkawinan Katolik, idealnya sakramen Perkawinan hanya diberikan sekali
seumur hidup, sampai maut memisahkan. Karena pernikahan Katolik bersifat
tidak terceraikan, seseorang baru boleh menikah lagi setelah pasangannya
meninggal dunia.

8
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, hlm. 413-417; E.Martasudjita,
Sakramen-Sakramen …, hlm. 333-342; KGK, hlm. 378-385.
9
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, hlm. 435-439; E.Martasudjita,
Sakramen-Sakramen …, hlm. 349-362; KGK, hlm. 403-417.

6
2.3 Sakramen Dalam Protestan

2.3.1 Sakramen babtis

Sama seperti sakramen babtis dalam katolik, babtis dalam Kristen


protestan juga memiliki arti bahwa manusia yang telah dibabtis harus mau
meninggalkan kehidupan sebelumnya dan menjadi seorang yang senantiasa
menuruti kehidupan Allah. Kendati demikian, dalam protestan babtis tidak berarti
menghapus dosa, karena penebusan oleh yesus lah satu-satunya yang
menyelamatkan manusia. Jadi dapat dikatakan bahwa babtis merupakan langkah
awal apabila manusia yang dewasa secara rohani memutuskan untuk percaya
kepada yesus.

2.3.2 Sakramen perjamuan kudus

Kurang lebih memiliki makna yang sama seperti ekaristi pada katolik.
Hanya saja, dalam pelaksanaannya, sakramen ini dilakukan pada hari-hari besar
saja, sedangkan dalam gereja katolik ekaristi dilakukan pada setiap minggu.

Dari penjelasan tersebut bisa kita lihat dengan jelas perbedaan sakramen
antara katolik dan prostestan. Katolik memiliki ritual keagamaan yang lebih
kental. Tidak hanya dalam hal sakramen, namun juga dalam hal keagamaan
lainnya.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sakramen adalah upacar atau ritus dalam agama Kristen (katolik dan
protestan) yang menjdi mediasi, dalam arti menjadi simbol kepercayaan kepada
tuhan yesus kristus sebagai tuhan Allah.

Sakramen dalam Kristen katolik ada tujuah yaitu: pembabtisan, krisma,


ekaristi, rekonsiliasi, pengurapan orang sakit, imamat, dan perkawinan.
Sedangkan dalam Kristen protestan ada dua yaitu: pembabtisan dan perjamuan
kudus.

3.2 Saran

Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi


pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman agar sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
tulisan ini dan penulisan berikutnya. Akhir kata, semoga makalah ini berguna baik
bagi penulis pada khususnya maupun juga para pembaca pada umunya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, (terj.A.A.Yewangoe) (Jakarta: BPK


Gunung Mulia, 1994).

Joseph Pohle & Arthur Preuss, The Sacraments: A Dogmatic Treatise, (St.Louis:
B.Herder Book Co,957),

Dalam KGK, 1239 (KGK, hlm.318).

Martasudjita, E. Sakramen-Sakramen Gereja: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral,


Yogyakarta: Kanisius, 2007.

Mcbride, Alfred Pendalaman Iman Katolik, (terj. A.S.Hadiwiyata) Jakarta: Obor, 2005,
jilid 1.

Dahlenburg, G.D. Pemberitaan Firman dan Pelayanan Sakramen, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1997.

Anda mungkin juga menyukai