Anda di halaman 1dari 15

TEGANGAN PERMUKAAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah


Dalam kajian fisika, terdapat salah satu topik yang mendapatkan perhatian khusus,
yakni mengenai Tegangan permukaan. Pernahkan anda mengamati titik-titik embun yang
terdapat pada permukaan daun atau rumput? Mengapa titik-titik itu berbentuk bola? Atau
pernahkan anda melihat pisau silet suatu waktu dapat mengapung di atas air? Mengapa terjadi
demikian? Secara Fisika, fenomena ini dapat terjadi karena adanya tegangan permukaan.
Tegangan permukaan adalah suatu kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang
sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan kulit tipis.
Dengan adanya tegangan permukaan, nyamuk dapat mengapung di atas permukaan air,
karena berat nyamuk dapat ditahan oleh kulit tipis yang menyelimuti permukaan air. Seperti
itu juga yang terjadi pada pisau silet yang dapat terapung pada permukaan air. 
Penyebab terjadinya Tegangan permukaan karena adanya kohesi di bawah zat cair
yang lebih besar dari pada kohesi dipermukaan zat cair, sehingga permukaan air akan
cendrung mengerut dan membentuk luas permukaan sekecil mungkin. Hal tersebut dapat
membuktikan bahwa titik-titik embun yang menempel di atas rumput berbentuk seperti bola
karena luas permukaan terkecil adalah bangun yang berbentuk bola.
Besarnya tegangan permukaan dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu zat cair,
semakin kecil tegangan permukaannya. Dan semakin kecil tegangan permukaan, semakin
besar atau baik kemampuan air untuk membasahi benda. Penerapan tegangan permukaan
dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:
      Sabun cuci sengaja dibuat untuk mengurangi tegangan permukaan air sehingga dapat
meningkatkan kemampuan air untuk membersihkan kotoran yang melekat pada pakaian.
      Mencuci pakaian dengan air hangat atau air panas lebih bersih karena dengan suhu yang
tinggi tegangan permukaan akan semakin kecil dan kemampuan air untuk membasahi
pakaian yang kotor lebih meningkat lagi.
      Alkohol dan antiseptik pada umumnya memiliki kemampuan untuk membunuh kuman,
dan mempunyai tegangan permukaan yang rendah sehingga dapat membasahi seluruh
permukaan kulit yang luka.
      Itik dan angsa dapat berenang dan terapung di atas permukaan air karena bulu-bulunya
tidak basah oleh air. Jika air dicampur dengan detergen, maka tegangan permukaan akan
mengecil, itik dan angsa yang berenang bulu-bulunya akan basah sehingga itik dan angsa
tersebut dapat saja tenggelam.
      Gelembung yang dihasilkan oleh air sabun merupakan salah satu contoh adanya tegangan
permukaan.

BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Definisi Tegangan Permukaan


Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan
sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini tegangan permukaan
mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi
bila suatu objek yang menggantung dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh
seseorang memegang tali tersebut dan berjalan menjauhi seutas tali. (Martin, 1990).
Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk
menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic. Selain itu,
tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair
untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar
atau bulat seperti bola atau ringkasnya didefinisikan sebagai usaha yang membentuk luas
permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di
permukaannya. Seperti silet, berat silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit melengkung
ke bawah tampak silet itu berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat cair namun zat
cair dengan tegangan permukaannya berusaha mempertahankan luas permukaan-nya sekecil
mungkin.
Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida)
yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan  didefinisikan sebagai gaya F
persatuan panjang L yang bekerja tegak lurus pada setia garis di permukaan fluida.
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua
fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada tegangan
permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar dari pada adhesi
antara cairan dan udara (Hamid.2010).
Tegangan permukaan bervariasi antar berbagai cairan. Air memiliki tegangan
permukaan yang tinggi dan merupakan agen pembasah yang buruk karena air membentuk
droplet, misalnya tetesan air hujan pada kaca depan mobil. Permukaan air membentuk suatu
lapisan yang cukup kuat sehingga beberapa seranga dapat berjalan diatasnya (suminar, 2001).

B.       Macam-macam Metode yang digunakan dalam Tegangan Permukaan


Pengukuran tegangan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain
(Kosman dkk, 2005);
1. Metode cincin de-Nouy
Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan antar
permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa gaya yang
dibutuhkan untuk melepaskan cincin yang tercelup pada zat cair sebanding dengan tegangan
permukaan atau tegangan antar muka. Gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin dalam
hal ini diberikan oleh kawat torsi yang dinyatakan dalam dyne.
2. Metode kenaikan kapiler
Metode ini hanya digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat cair dan tidak dapat
digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair yang tidak bercampur.
Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair, maka zat tersebut akan naik ke dalam
pipa sampai gaya gesek ke atas diseimbangkan oleh gaya gravitasi ke bawah akibat berat zat
cair.
    Komponen gaya ke atas akibat tegangan permukaan yaitu ;
      Keliling penampang pipa = 2 pr
      Sudut kontak antar permukaan zat dengan dinding kapiler = q, maka gaya ke atas total = 2
prg cos q.

C.      Penyebab Terjadinya Tegangan Permukaan


Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk menegang,
sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya
kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv berlaku bahwa besar gaya kohesinya
lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada zat yang non-adesiv berlaku sebaliknya. Salah
satu model peralatan yang sering digunakan untuk mengukur tegangan permukaan zat cair
adalah pipa kapiler. Salah satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut
kontak, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut
kontak ini timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya
tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adesi). (Ansel, 1985)
Molekul biasanya saling tarik-menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul cairan
dikelilingi oleh molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian atas tidak ada
molekul cairan lainnya karena molekul cairan tarik-menarik satu dengan yang lainnya, maka
terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam caian.
Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan di tarik oleh molekul cairan yang
berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat gaya total yang
berarah ke bawah karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang
terletak di permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat
mungkin. Hal ini yang menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh
selaput elastis yang tipis. (Anief, 1993)
Istilah permukaan biasanya dipakai bila membicarakan suatu antarmuka gas/cair.
Walaupun istilah ini akan dipakai dalam penentuan tegangan permukaan. Karena setiap
artikel zat, apabila itu bakteri, sel, koloid, granul atau manusia, mepunyai suatu antarmuka
pada batas sekelilingnya, maka pada topik ini memang penting. Tegangan permukaan adalah
gaya persatuan panjang yang terdapat antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur,
sedangkan tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang bias juga digambarkan
dengan suatu rangka kawat tiga sisi dimana suatu bidang datar bergerak diletakkan. (Martin,
1990)
Molekul-molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyai gugus polar dan non
polar. Bila suatu zat surfaktan didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, maka
molekul-molekul surfaktan akan terabsorbsi pada permukaan membentuk suatu lapisan
monomolekuler. Bagian gugus polar akan mengarah ke udara. Hal ini mengakibatkan
turunnya tegangan permukaan air. Pada konsentrasi yang lebih tinggi nolekul-molekul
surfaktan masuk ke dalam air membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi
pada saat misel ini mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK). Pada saat KMK
ini dicapai maka tegangan permukaan zat cair tidak banyak lagi dipengaruhi oleh perubahan
konsentrasi misel kritik suatu surfaktan dapat ditentukan dengan metode tegangan
permukaan. (Kosman, 2006).
Cara yang paling mudah dan sederhana untuk menentukan tegangan permukaan adalah
dengan menggunakan kawat yang dibengkokkan berbenruk huruf U dan kawat kedua CD
dengan panjang l yang dapat digerakkan sepanjang kawat U.

D.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan


Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1.      Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena meningkatnya energy
kinetik molekul
2.      Zat terlarut (solute)
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan permukaan.
Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan
akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang berada dipermukaan cairan membentuk
lapisan monomolecular, maka akan menurunkan tegangan permukaan, zat tersebut biasa
disebut dengan surfaktan.
3.      Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung
untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang
jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari
surfaktan.
4.      Jenis Cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, seperti air, maka
tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena gaya tarik
antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.
5.      Konsentrasi Zat Terlarut
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat
larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa
solut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena
mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya
solut yang penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai
konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.

E.       Manfaat Tegangan Permukaan dalam Dunia Farmasi


1.    Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada sediaan obat
2.    penetrasi molekul melalui membrane biologis
3.    pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair untuk
membentuk sediaan suspensi

Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar
permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Hal tersebut terjadi karena
pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya khohesi
antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan
cairan. Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka
dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada
tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar dari
pada adhesi antara cairan dan udara. Pengukuran tegangan permukaan atau tegangan antar
muka: Metode kenaikan kapiler: Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian
air/cairan yang naik melalui suatu kapiler. Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan
untuk mengukur tegangan permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan antar muka.
Metode tersiometer Du-Nouy: Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur
tegangan permukaan ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang
diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada permukaan
sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut. Pada
percobaan tegangan permukaan atau antar muka ini metode yang digunakan yakni
tensiometer Du-Nouy dimana Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur
tegangan permukaan ataupun tegangan antar muka. Untuk penentuan tegangan permukaan
saja dapat menggunakan metode kenaikan kapiler. Sedangkan Prinsip dari alat ini adalah
gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada
permukaan sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan
tersebut. Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan
mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat yang berada pada
permukaan cairan berbentuk lapisan monomolecular yang disebut dengan molekul surfaktan.
Manfaat Fenomena antar muka dalam farmasi: Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada
bahan pembantu padat pada sediaan obat Penetrasi molekul melalui membrane biologis
Pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair untuk
membentuk sediaan suspensi Persamaan Tegangan Permukaan Pada pembahasan
sebelumnya, kita telah mempelajari konsep tegangan permukaan secara kualitatif (tidak ada
persamaan matematis). Kali ini kita tinjau tegangan permukaan secara kuantitatif. Untuk
membantu kita menurunkan persamaan tegangan permukaan, kita tinjau sebuah kawat yang
dibengkokkan membentuk huruf U. Sebuah kawat lain yang berbentuk lurus dikaitkan pada
kedua kaki kawat U, di mana kawat lurus tersebut bisa digerakkan. Jika kawat ini dimasukan
ke dalam larutan sabun, maka setelah dikeluarkan akan terbentuk lapisan air sabun pada
permukaan kawat tersebut. Mirip seperti ketika dirimu bermain gelembung sabun. Karena
kawat lurus bisa digerakkan dan massanya tidak terlalu besar, maka lapisan air sabun akan
memberikan gaya tegangan permukaan pada kawat lurus sehingga kawat lurus bergerak ke
atas (perhatikan arah panah). Untuk mempertahankan kawat lurus tidak bergerak (kawat
berada dalam kesetimbangan), maka diperlukan gaya total yang arahnya ke bawah, di mana
besarnya gaya total adalah F = w + T. Dalam kesetimbangan, F = gaya tegangan permukaan
yang dikerjakan oleh lapisan air sabun pada kawat lurus. Misalkan panjang kawat lurus
adalah l. Karena lapisan air sabun yang menyentuh kawat lurus memiliki dua permukaan,
maka gaya tegangan permukaan yang ditimbulkan oleh lapisan air sabun bekerja sepanjang
2l. Tegangan permukaan pada lapisan sabun merupakan perbandingan antara Gaya Tegangan
Permukaan (F) dengan panjang permukaan di mana gaya bekerja (d). Untuk kasus ini,
panjang permukaan adalah 2l. Secara matematis, ditulis: Karena tegangan permukaan
merupakan perbandingan antara Gaya tegangan permukaan dengan Satuan panjang, maka
satuan tegangan permukaan adalah Newton per meter (N/m) atau dyne per centimeter
(dyn/cm). 1 dyn/cm = 10-3 N/m = 1 mN/m
Daftar Pustaka: -Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit
Erlangga.

Dimulai dari fenomena permukaan dan antarmuka terlebih dahulu. Materi ini penting
karena akan dipelajari seputar surfaktan yang terkadang diperlukan dalam sediaan farmasi.
Fenomena antarmuka merupakan batas antara 2 atau lebih antara fase yang ada secara bersamaan.
Mengenai ini, dosen saya bertanya, apabila suatu botol diisi oleh air setengah volume botolnya, ada
berapa kah jumlah fase yang ada? 

Sebagian teman saya menjawab satu karena hanya diisi oleh air, tetapi ada juga yang menjawab dua.
Jawaban yang benar adalah yang menjawab dua, karena selain air sesungguhnya di atas permukan
air terdapat udara. Jadi terdapat dua fase yaitu fase air dan fase gas. Gaya yang terjadi antar molekul
air adalah gaya kohesi sementara gaya antara air dan gas adalah gaya adhesi. Berhubung gaya kohesi
antar molekul air lebih besars dibandingkan dengan gaya adhesi air dan gas, gaya tarikan ke bawah
menjadi lebih kuat sehingga terlihat cekungan ke arah bawah. Sifat antar muka bisa berbeda
(meniskus bisa cekung atau cembung) tergantung dari molekul yang membentuk fase
antarmukanya. 

Pemahaman fenomena antarmuka dalam farmasi sangat penting untuk diketahui, yaitu dalam
mempelajari:

1. Adsorpsi obat pada zat padat dalam sediaan farmasi


2. Penetrasi molekul melalui membran biologis
3. Pembentukkan emulsi dan stabilitasnya
4. Dispersi partikel yang tidak larut dalam medium cair untuk membentuk suspensi

Sebelumnya telah disebutkan bahwa ada gaya yang menyebabkan tarikan lebih kuat ke dalam.
Dalam hal ini diperlukan tegangan permkaan untuk memperoleh counter balance atau
keseimbangan. Besarnya tegangan permukaan disebutkan dalam satuan dyne/cm. Dengan
demikian,teganan permukaan atau disimbolkan dengan gamma didefinisikan sebagai gaya per unit
panjang yang harus diterapkan secara paralel ke dalam permukaan sehingga terjadi keseimbangan.
Sementara itu, dalam hal ini dikenal pula adanya tegangan antarmuka. Tegangan antarmuka adalah
gaa per unitpanjang yang ada pada antarmuka antara dua fase carian yang saling tidak bercampur
dengan memiliki besar satuan dyne/cm.

Apabila dua cairan benar-benar dapat bercampur maka tidak ada tegangan antar muka di antaranya.
Semakin besar tegangan permukaan menunjukkan gaya intermolekularnya juga besar. Oleh karena
itu, peningkatan jumlah ikatan hidrogen (ikatan yang terjadi secara intermolekuler) dan berat
molekul akan meningkatkan tegangan permukaan. 

Energi bebas yang diperlukan untuk memperoleh keseimbangan tersebut, dirumuskan dengan
persamaan sebagai berikut:
Dengan demikian, semakin besar luas permukaannya (delta A) maka akan semakin besar energi yang
diperlukan untuk memperoleh keseimbangan. Oleh karena itu, droplet cairan cenderung
membentuk ukuran sferis agar dapat menurunkan luas permukaan sehingga energi yang dibutuhkan
menjadi lebih rendah.

Cara untuk menurunkan energi bebasnya berdasarkan persamaan tentunya tidak hanya dengan
mengecilkan luas permukaannya saja, apabila ingin mempertahankan luas permukaannya yang
besar, maka tegangan permukaannya yang harus dikecilkan. Cara untuk melakukan pengukuran
tenaga permukaan antara lain dengan:

1. Capillary rise method


2. Ring (Du Noy) tensiometer
3. Drop weight method (Stalagmometer)

Dasar pemilihan metode tersebut bergantung pada:

1. Mana yang akan diukur, apakah tegangan permukaan atau antarmukanya?


2. Akurasi yang diinginkan
3. Ukuran sampel

Capillary Rise Method


Prinsipnya adalah ketika suatu tabung kapiler ditempatkan dalam suatu cairan, cairan itu akan naik
ke dalam tabung pada jarak tertentu. Dengan mengukur kenaikannya, akan mungkin untuk
memperoleh tegangan permukaan cairannnya. Apabila gaya adhesi lebih besar dari pada kohesi,
cairan akan membasahi dinding tabung dan naik ke atas tabung. 

Pada tabung dengan keliling berupa lingkaran, rumus total gaya ke atasnya adalah sebagai berikut:
Dengan suatu penurunan rumus lainnya, akhirnya menggunakan metode ini, dapat diperoleh
tegangan permukaan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Gamma = Tegangan permukaan

h           = tinggi cairan dalam tabung

r           = jari-jari tabung

rho       = massa jenis cairan

g          = percepatan gravitasi bumi

Ring (Du Nouy) Tensiometer

Prinsip dari metode ini adalah pengukuran tegangan permukaan dengan suatu alat yang bergantung
pada gaya yang dibutuhkan untuk untuk melepaskan cincin platinum-iridium yang tenggelam di
permukaan atau antarmuka secara proporsional akibat adanya tegangan permukaan atau
antarmuka. Rumus perhitungan tegangan permukannnya adalah sebagai berikut:

Mengenai Stalagmometer tidak dibahas oleh dosen di kelas.


Sebelumnya telah disebutkan bahwa untuk mengurangi energi bebas, tanpa harus mengurangi luas
permukaan, dapat dilakukan pengecilan tegangan permukaan. Dalam hal ini, terdapat suatu zat yang
disebut dengan surfaktan yang mampu mengecilkan tegangan permukaan tersebut. Surfaktan
berasal dari bahasa Inggris yaitu surfactant (singkatan dari Surface Active Agent) merupakan suatu
agen yang aktif bekerja di permukaan, digambarkan secara skematis sebagai suatu tabung yang
merepresentasikan hidrokarbon yang bersifat hidrofobik dengan bola yang menempel di salah satu
ujung sebagai bagian polar yang bersifat hidrofilik. Dengan demikian, surfaktan bersifat ampifilik. 

Berdasarkan muatannya, surfaktan digolongkan menjadi surfaktan anionik, (contoh: sodium lauril
sulfat), nonionik (contoh: span dan tween), amfoter (contoh: lesitin), dan kationik (contoh:
benzalkonium klorida).

Untuk pengetahuan saja, apabila surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan, terdapat suatu
zat yang justru bekerja sebaliknya yaitu meningkatkan tegangan permukaan, yaitu garam-garam
elektrolit seperti NaCl. 

Suatu cairan yang memiliki tegangan permukaan dan perlu untuk diseimbangkan, memerlukan
surfaktan. Dalam hal ini, besarnya surfaktan yang harus ditambahkan tergantung dari HLB tiap
cairannya. Mengenai hal ini, tiap cairan memiliki "HLB butuhnya"-nya masing-masing, seperti yang
pernah saya jelaskan di sini. Sementara, tiap surfaktan juga memiliki nilai HLB-nya masing-masing.
HLB adalah singkatan dari Hydrophilic Lipohilic Balance, suatu skala yang dapat menunjukkan
klasifikasi fungsi surfaktan, semakin tinggi HLB-nya akan semakin bersifat hidrofilik surfaktannya,
begitu pula sebaliknya. Contohnya adalah span yang memiliki HLB rendah, cenderung bersifat
lipofilik, sementara tween yang memiliki HLB tinggi, cenderung bersifat hidrofilik. Berikut adalah
skala HLB dan fungsi surfaktan pada HLB tertentu. 
sumber gambar: wikimedia.com

Apabila ditemukan suatu zat yang dapat berperan sebagai surfaktan dan belum diketahui HLB-nya,
maka bisa dihitung HLB-nya dengan rumus sebagai berikut:

Dalam hal ini, dikenal pula adanya Spreading Coefficient (S) atau koefisien penyebaran. Koefisien ini
berguna utamanya untuk sediaan farmasi berupa lotion atau krim yang harus mampu disebar di
permukaan kulit. Penyebaran akan terjadi dengan baik apabila gaya adhesi lebih besar daripada gaya
kohesi. Rumus koefisien penyebaran adalah sebagai berikut:
Apabila S bernilai positif maka berhasil menyebar, tetapi jika S bernilai negatif, maka akan terbentuk
suatu lensa dan gagal menyebar. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi koefisien
penyebaran:

1. Struktur molekul. Semakin besar polaritas dari molekul maka akan semakin positif koefisien
penyebarannya. Zat yang bersifat nonpolar akan memiliki S negatif dan gagal untuk
menyebar pada air. Mengenai ini, beberapa minyak dapat tetap menyebar di atas air karena
mengandung suatu gugus polar seperti COOH atau OH. 
2. Gaya Kohesi. Benzena dapat menyebar di atas air bukan karena kepolarannya tetapi karena
gaya kohesi antara molekulnya lebih lemah dibandingkan dengan gaya adhesi pada air.

Berikut adalah contoh penggunaan koefisien penyebaran dalam kefarmasian:

1. Diperlukan pada saat menyalut film supaya dapat menyebar di atas permukaan tablet.
2. Diperlukan untuk lotion yang mengandung minyak mineral yang akan disebar di atas kulit
dengan adanya penambahan surfaktan.

Selain didasarkan atas muatannya, surfaktan juga diklasifikasikan berdasarkan fungsinya dalam
penggunaannya di kefarmasian, yaitu:

1. Agen pembasah atau wetting agent


2. Agen pelarut atau solubilizing agent
3. Agen pengemulsi atau  emulsifying agent
4. Agen pendispersi, pensuspensi, dan pendeflokulasi
5. Agen penyabun atau anti penyabunan (foaming or antifoaming agent)
6. Detergen

Agen pembasah
Agen pembasah bekerja dengan cara ketika dilarutkan dalam zat akan menurunkan sudut kontak.
Apabila sudut kontak kurang dari 90 derajat maka suatu solid dapat terbasahi, jika lebih dari itu
maka tidak bisa dibasahi. Apabila sudut kontak = 0 derajat maka menunjukkan benar-benar
terbasahi. 
Agen pelarut

Dalam hal ini, surfaktan berperan dalam pembentukkan misel. Diketahui bahwa molekul surfaktan
akan terakumulasi pada antarmuka antara air dan senyawa yang tidak larut air. Rantai hidrokarbon
dari surfaktan akan berpenetrasi pada lapisan yang tidak larut air, sementara yang yang bagian
hidrofilik akan berpenetrasi di lapisan air. Apabila surfaktan diberikan dalam jumlah yang berlebihan,
maka akan menyebabkan terjadinya pembentukkan misel.

Dengan demikian, pembentukkan misel ini berguna dalam melarutkan senyawa obat yang tidak bisa
larut dalam air. Dengan adanya surfaktan, senyawa obat yang tidak larut dalam air, dapat
ditingkatkan bioavailabilitasnya, senyawa obat tersebut akan terkepung oleh bagian hidrofobik
surfaktan, sementara bagian hidrofiliknya akan berada di luar berkontak dengan pelarut air sehingga
akhirnya dapat larut. 

Agen pembentuk busa atau antibusa

Busa merupakan dispersi gas dalam cairan. Saat membuat krim, nanti akan terbentuk busa. Biasanya
agen pembentuk busa ditambahkan pada pasta gigi seperti SLS supaya berbusa ketika digunakan.
Sementara agen anti busa merupakan kebalikan dari pembentuk busa, digunakan untuk memecah
busa, biasanya digunakan dalam fermentasi.
Detergen

Surfaktan digunakan dalam mengangkat kotoran.

Sebelumnya sudah dijelaskan klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya, berikut adalah contoh-
contoh senyawanya:

Surfaktan ionik/anionik: merupakan suatu garam bermuatan yang mengandung rantai asam lemak
yang panjang

 Sodium Dodecyl Surfate atau Sodium Lauryl Sulfate digunakan dalam pasta gigi dan salep
 Triethanolamine Dodecyl Sulfate digunakan dalam shampoo dan sediaan kosmetik lainnya
 Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate digunakan sebagai detergen dan memiliki sifat
antibakteri

Surfaktan nonionik: tidak bermuatan

 Tween
 Span

Surfaktan kationik 

 Benzalkonium klorida
 Cetypyridinium chloride

Surfaktan amfolitik/amfifilik

 Dodecyl-beta-alanine

Anda mungkin juga menyukai