Anda di halaman 1dari 5

Jual Beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk

menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan

Jual Beli angsuran adalah penjualan barang yang dilaksanakan dengan perjanjian dimana
pembayaran dilakukan secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada saat barang diserahkan
kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down payment) sebagai pembayaran pertama
dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran.

Perjanjian jual-beli merupakan perjanjian timbal balik dimana pihak satu yakni penjual
berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak lainnya yakni
pembeli, berjanji membayar harga dengan sejumlah uang dari perolehan hak milik tersebut.

Perjanjian sewa beli tidak diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Kitab
Undang-undang Hukum Dagang, oleh sebab ini disebut dengan perjanjian tak bernama.

4 Dalam kenyataannya, ketentuan-ketentuan yang dituangkan dalam perjanjian sewa beli


diserahkan kepada kesepakatan para pihak berdasarkan asas kebebasan berkontrak.
Kebebasan berkontrak dapat mendatangkan ketidakadilan karena prinsip ini hanya dapat
mencapai tujuannya, yaitu mendatangkan kesejahteraan seoptimal mungkin, bila para pihak
memiliki bargaining power yang seimbang. Dalam kenyataannya hal tersebut sering tidak
terjadi sehingga pihak yang lemah selalu dirugikan. Pasal 1319 KUH Perdata menyebutkan
dua kelompok perjanjian, yaitu perjanjian yang oleh undang-undang diberikan suatu nama
khusus disebut dengan perjanjian bernama (benoemde atau nominaatcontracten) dan
perjanjian yang dalam undang-undang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu yang disebut
perjanjian tak bernama (onbenoemde atau innominaat contracten). Nama-nama yang
dimaksud yakni namanama yang diberikan oleh Undang-undang, seperti sewa beli, sewa
menyewa, perjanjian pemborongan, perjanjian wesel, perjanjian asuransi. Di samping
undang-undang memberikan nama sendiri, undang-undang juga memberikan peraturan secara
khusus atas perjanjian-perjanjian bernama. Perjanjian bernama tidak hanya terdapat dalam
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, tetapi juga di dalam Kitab Undang-undang Hukum
Dagang, bahkan dalam Undang-undang tersendiri.5 Lahirnya perjanjian tidak bernama yaitu
berdasarkan asas kebebasan mengadakan perjanjian atau partij otonomi yang berlaku di
dalam hukum Perjanjian. 1. Asas Konsesualitas dan Asas Kebebasan Berkontrak Apabila
berbicara mengenai kata sepakat pastilah yang tergambar dalam pikiran ialah adanya
persesuaian pendapat antara para pihak tanpa adanya paksaan. Dengan perkataan lain bahwa
kata sepakat tersebut harus diberikan secara bebas. Kata sepakat yang ternyata kemudian
adanya kekhilafan atau karena adanya penipuan merupakan sepakat yang cacat. Akibat
hukum dari kata sepakat yang cacat itu yaitu pembatalan atas perjanjian tersebut. Asas
konsensualisme merupakan puncak peningkatan martabat manusia yang didasarkan pada
adanya kepercayaan pada perkataannya, yang dapat meletakkan martabat manusia pada
tingkat yang setinggitingginya sebagai manusia. Menyinggung tentang masalah asas
konsensualitas dalam hukum perikatan, maka eratlah kaitannya dengan asas kebebasan
berkontrak seperti yang tercermin dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenai
Perikatan yang tercantum dalam Buku III BW. Asas konsensualitas merupakan syarat mutlak
bagi hukum perikatan atau verbintenissenrecht, demi tercapainya kepastian hukum.
No. Sewa Guna Usaha Sewa-menyewa
Merupakan suatu metode Bukan merupakan suatu metode
1.
pembayaran pembayaran.
Tidak ada pembatasasn statur
Lessor berstatus perusahaan, dan
bagi lessor, dan lessor bisa pemilik
2. menjadi pemilik barang yang
atau bukan pemilik dari barang yang
disewagunausahakan.
disewakan.
Objek merupakan barang modal Objek berupa segala jenis barang,
3. yang biasanya berupa alat-alat dapat berupa alat-alat produksi atau
produksi barang lain yang tidak habis pakai.
Risiko terjadi pada objek sewa guna
Risiko yang terjadi pada objek sewa
usaha seluruhnya ada
menyewa ada pada lessor. Demikian
4. pada lesse. Pada umumnya
juga masalah pemeliharaan, menjadi
pemeliharaan pun menjadi
kewajiban lessor.
kewajiban lesse. 
Imbalan jasa yang
Imbalan jasa yang
diterima lessor berupa pembayaran
5. diterima lessor adalah berupa uang
secara berkala terhadap harga
sewa.
perolehan barang.
Jangka waktu sewa guna usaha Jangka waktu sewa menyewa bisa
6. (umur pemakaian barang modal) terbatas atau tidak terbatas (tidak
ditentukan atau (diutamakan). dipersoalkan).
Kewajiban lessee hanya ada
Kewajiban lesse untuk membayar
jika lessee bisa menikmati barang yang
imbalan jasa tidak berhenti atau
disewa. Apabila barang yang disewa
berkurang walaupun barang yang
7. musnah, maka sudah barang
menjadi objek perjanjian musnah
tentu lessee sudah tidak lagi
ataupun lessee belum menikmati
membayar sewa atas barang yang
kegunaan barang modal tersebut.
disewa tersebut.

Penyusun memahami poin nomor tujuh di atas sebagai metode pembayaran


pada leasing. Artinya bahwa, pembayaran leasing tidak tergantung pada kinerja
objek sewa, tetapi tergantung pada lamanya waktu sewa. Adiwarman dalam bukunya
menyebut Metode sebagai non continent to performance.[11]

Jenis perjanjian lainnya yang mirip dengan sewa guna usaha (leasing)adalah sewa
beli (hire/lease purchase), yakni kontrak sewa sekaligus beli. Kontrak sewa beli
berkembang pada masa sekarang, serta merupakan variasi dari sewa guna usaha
(leasing). Perkembangannya diperlukan karena kebutuhan di dalam praktik. Pada
prinsipnya sewa beli ialah jual beli yang dilakukan dengan cara pembayaran
dilakukan secara angsuran. Dalam kontrak sewa beli ini, perpindahan kepemilikan
terjadi selama periode sewa secara bertahap. Bila kontrak sewa beli dibatalkan, hak
milik barang terbagi antara milik penyewa dan milik yang menyewakan. Berikut
perbedaan antara sewa guna usaha dan sewa beli.[12]

No. Sewa Guna Usaha Sewa Beli


Merupakan kegiatan lembaga Bukan merupakan kegiatan
1.
pembiayaan. lembaga pembiayaan.
2. Masa sewa guna usaha ditentukan sesuai Masa sewa beli tidak
dengan umur ekonomis barang modal. memperhatikan umur ekonomis
atas barang yang diperjualbelikan.
Lesse otomatis menjadi pemilik
Lessee menjadi pemilik barang modal
barang setelah angsuran terakhir
3. hanya jika hak opsinya digunakan pada
dibayar lunas (diakhir masa
akhir masa kontrak.
kontrak).
Bentuk perusahaan bukan badan
4. Bentuk perusahaan ialah badan hukum.
hukum, misalnya hanya supplier.
Biaya bunga ialah bunga ditambah
5. Biaya bunga tinggi.
margin.
Objek barang leasing barang bergerak Objek barang hanya barang
6.
dan tidak bergerak. bergerak
Besarnya pembiayaan bisa mencapai Besarnya pembiayaan paling tinggi
7.
100% sebesar 80%.

Selain dipersamakan dengan sewa-menyewa dan sewa beli, sewa guna usaha
atau leasing juga dipersamakan dengan ijarah. Hal ini dikarenakan
dalam leasing mengandung unsur sewa menyewa, begitu pun dalam akad ijarah.
Padahal leasing dan ijarah jelas berbeda. Salah satu perbedaan yang mencolok ialah
dari segi objek sewa, pada ijarah objek sewa bisa berupa manfaat tenaga kerja
manusia, sedangkan pada leasing, objek sewa hanya terbatas pada barang.
Perbedaan antara keduanya, secara lebih rinci, bisa dilihat dalam bagan berikut ini.
[13]

No. Sewa Guna Usaha Ijarah


1. Objek: barang saja Objek: barang dan jasa.
Methods of payment: contingent
Methods of payment: not contingent to
2. to performance and not contingent
performance.
to performance.
Perpindahan kepemilikan (transfer of Perpindahan kepemilikan(transfer
title) of title):
3. Operating lease: no transfer of title. Ijarah: no transfer of title.
Financial lease: option to buy or not to IMBT: promise to sell or hibah at
buy at the end of period. the beginning of period.
Hire/lease purchase (sewa beli):
4. Hire/lease purchase (sewa beli) Ok. bentuk leasing seperti ini haram
karena akadnya gharar. 

Objek Sewa Beli


Objek sewa beli memang terbatas, sebagaimana Pemerintah juga memberikan
batasan terhadap barang-barang yang dapat menjadi objek perjanjian sewa
belimelalui Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/1980
tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa beli (hire/lease purchase), jual beli dengan
angsuran, dan sewa (renting), Pasal 2 menyatakan:

1. Barang-barang yang boleh disewabelikan dan dijualbelikan dengan angsuran


adalah semua barang niaga tahan lama yang baru dan tidak mengalami
perubahan teknis, baik berasal dari produksi sendiri ataupun perakitan
(assembling) lainnya di dalam negeri kecuali apabila produksi dalam negeri
belum memungkinkan untuk itu.
2. Barang-barang yang boleh disewakan (renting) adalah semua barang niaga
tahan lama dan yang tidak mengalami perubahan teknis, baik berasal dari
produksi sendiri ataupun perakitan (assembling) lainnya di dalam negeri
kecuali apabila produksi dalam negeri belum memungkinkan untuk itu.
3. Pengecualian hanya dapat dilakukan oleh persetujuan Menteri atau pejabat
yang ditunjuk olehnya.

Menurut Pasal 1 huruf (a) Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor:
34/KP/II/80 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase), Jual Beli dengan
Angsuran dan Sewa (Renting) menyatakan bahwa: “Sewa beli adalah jual beli barang dimana
penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran
yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati
Bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru
beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli
kepada penjual.”

Anda mungkin juga menyukai