Anda di halaman 1dari 20

1.

SEBUTKAN PENGERTIAN ETIKA BISNIS DAN JELASKAN PERBEDAAN


ANTARA ETIKA, MORAL, NIRMA HUKUM DAN NILAI NORMA AGAMA ?
Jawab:
Pengertian Etika Bisnis Dalam setiap aktivitas, ada aturan- aturan tertentu yang harus
dipatuhi, entah itu aturan tertulis maupun aturan tidak tertulis. Begitupun dalam dunia bisnis.
Ada etika- etika yang harus dijalankan agar bisnis berjalan baik.
Tanpa adanya etika dalam berbisnis, persaingan antar perusahaan bisa menjadi tidak sehat,
konsumen dirugikan, pencemaran lingkungan terjadi ataupun memunculkan praktek
monopoli perdagangan.
Etika bisnis adalah pedoman dalam menentukan benar atau tidaknya suatu tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan bisnis.

Pengertian Etika Bisnis Menurut Para Ahli


 Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan
(Bertens)
 Etika bisnis adalah etika terapan dimana wilayah penerapan prinsip moral berada di
wilayah tindakan manusia didalam bidang bisnis ekonomi dan memiliki sasaran yang berupa
moral pembisnis itu sendiri. (Yosephus)
 Etika bisnis merupakan standar etika yang memiliki keterkaitan dengan cara dan tujuan
dalam menentukan keputusan bisnis (Steade Et Al)
 Etika bisnis adalah pengetahuan mengenai tata cara yang ideal terhadap pengelolaan dan
pengaturan bisnis yang harus memperhatikan moralitas dan norma yang ada dan dikenali
secara universal. (Budi Untung)

Etika disini sama artinya dengan filsafat moral. Etika adalah ilmu yang mempelajari
cara manusia memperlakukan sesamanya dan apa arti hidup yang baik. Etika
mempertanyakan pandangan orang dan mencari kebenaran.

Moralitas atau sering disebut ethos ialah sikap manusia berkenaan dengan hukum
moral. Moralitas ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah, nasihat, wejangan, peraturan,
perintah yang diwariskan secara turun temurun melalui agama atau kebudayaaan. Sedangkan
norma berarti ukuran, garis pengarah atau aturan, kaidah bagi pertimbangan dan penilaian.
Nilai yang menjadi milik bersama dalam suatu masyarakat dan telah tertanam dengan emosi
yang mendalam akan menjadi norma yang disepakati bersama. Norma ini mengandung sangsi
dan penguatan ( reinforcement), yaitu (a) jika tidak dilakukan sesuai norma, maka
hukumannya adalah celaan, (b) jika dilakukan sesuai dengan norma, maka pujian, balas jasa
adalah imbalannya.

Norma hukum adalah suatu aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu yang
dengan tegas atau memaksa seseorang untuk tunduk dan berperilaku sesuai keinginan
pembuat peraturan hukum

Norma agama adalah aturan atau kaidah, yang berfungsi sebagai petunjuk, pedoman hidup
yang berasal dari Tuhan yang disampaikan melalui utusan-Nya yang berisi perintah, larangan
dan anjuran-anjuran. Petunjuk hidup atau aturan yang ada dalam norma agama sifatnya pasti
dan tidak perlu diragukan lagi, karena berasal secara langsung dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian, norma agama dapat memperkuat norma lainnya, sehingga keberadaan
norma ini sangat kuat dan dapat mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku.

2. JELASKAN PENGERTIAN ETIKA BISNIS DAN TUJUAN ADANYA ETIKA


BISNIS DALAM KEGIATAN BISNIS ?

Jawab:

Pengertian Etika Bisnis

Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,
industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis
secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan
individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis juga merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana
standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern
untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-
orang yang ada di dalam organisasi.

Tujuan Dari Adanya Etika Dalam Berbisnis

1. Mendorong Kesadaran Moral Pebisnis

Tujuan dari adanya etika bisnis yang pertama adalah mendorong kesadaran moral
bagi pebisnis itu sendiri. Di dalam jalannya sebuah kegiatan berbisnis yang baik adalah tidak
hanya berorientasi pada keuntungan, produksi barang dan kegiatan operasional. Tetapi juga
harus memperhatikan tingkat moralitas yang baik dari seorang pebisnis dan perusahaan
pengelola itu sendiri.

Maksudnya adalah dengan memiliki sikap yang baik tentu saja bisa memberikan penghargaan
yang baik bagi klien. Tingkat kesopanan yang tinggi untuk menjalankan bisnis bersama-sama
dapat terjalin. Kemudian kerjasama yang bersih tanpa adanya praktik curang dan penipuan
dapat terhindarkan bagi masing-masing perusahaan.

2. Menjaga Tata Sikap dan Perilaku Dalam Berbisnis

Dalam bisnis sendiri tentu saja ada aturan dan standar operasional kerja yang berlaku
dimana salah satunya memiliki etika bisnis. Hal ini dibuktikan dengan adanya penjagaan tata
sikap dan perilaku ketika menjalankan bisnis. Misalnya sama-sama menghargai privacy klien
dan perusahaan pengelola atau memberikan transparansi data sesuai kenyataan.

3. Memberikan Batasan Untuk Tetap Menjalankan Bisnis yang Baik

Selanjutnya tujuan dari diadakannya sebuah etika yang baik dalam berbisnis adalah
agar adanya batasan kerja yang profesional di antara kedua pihak. Kemudian adanya
pembatasan untuk tetap menjalankan bisnis yang baik sesuai standar tanpa mengurangi
banyak hal. Maksudnya disini adalah apabila sebuah perusahaan memiliki sebuah moralitas
yang baik dalam berbisnis maka pasti enggan untuk berbuat curang.
Mereka akan menjunjung aturan, perjanjian dan tahapan kerja yang sudah disepakati
dan sesuai SOP. Batasan moralitas ini akan menjaga kepercayaan masing-masing klien dan
perkembangan operasional perusahaan itu sendiri. Oleh sebab itu menjadi penting sekali
sebenarnya tujuan dari adanya sebuah kemampuan moralitas juga beretika ini dalam jalannya
pekerjaan.

4. Memberikan Citra Perusahaan yang Baik

Tujuan lainnya dari adanya kemampuan menjaga moralitas dan etika ini adalah
mampu memberikan citra perusahaan yang baik. Citra ini jelas mampu terbentuk dengan
adanya pembuktian komitmen dari sebuah perusahaan yang memiliki etos kerja ini. Dengan
kerja sesuai peraturan tentu saja akan terhindar dari yang namanya kecurangan, KKN atau
praktik merugikan lainnya.

Hal inilah yang kemudian akan memberikan sebuah citra baik dalam perusahaan
secara otomatis dan tanpa dibuat-buat. Calon klien,klien, pekerja perusahaan atau karyawan
tentu akan mendapatkan imbas dari citra perusahaan yang baik ini. Oleh sebab itu menjadi
penting memiliki sikap beretika.

5. Dapat Menghindari Citra Buruk yang Merugikan

Jika adanya sebuah pembentukan citra yang baik maka tentu saja citra buruk bisa
terhindar bukan. Dengan tetap menerapkan sebuah kinerja yang mumpuni, professional dan
baik tentu citra buruk tidak akan mampir ke perusahaan.

3. JELASKAN TEORI-TEORI ETIKA YANG BERKEMBANG YANG ANDA


KETAHUI ?

Jawab:
Teori adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor
tertentu dari sebuah disiplin keilmuan (suriasumawatri), fungsi Teori dan ilmu
pengetahuan adalah untuk menjelaskan, meramalkan dan mengkontrol. Etika sebagai
disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai
dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik.
1. Egoisme
Rachel (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme,
yaitu egoisme psikologi dan egoisme etis. Egoisme psikologi adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri,
dalam teori ini orang boleh saja yakni bahwa ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan
suka berkorban, namun semua tindakan yang terkesan luhur dan/atau tindakan yang suka
berkorban tersebut hanyalah ilusi. Jadi menurut teori ini, tidak ada tindakan yang
sesungguhnya bersifat altruisme. Altruisme adalah suatu tindakan yang peduli pada orang
lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan
dirinya. Sedangkan paham egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan
diri sendiri, jadi yang membedakan tindakan berkutat diri dengan tindakan untuk
kepentingan diri adalah pada akibatnya terhadap orang lain.

Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang
lain, sedangkan tindakan mementingkan tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.
Dengan perbedaan pemahaman diatas, jelas bahwa paham egoisme psikologi dilandasi oleh
ketamakan sehingga tidak dapat dikatakan tindakan tersebut bersifat etis.

2. Utilitarisme
Teori ini dipelopori oleh David june (1711-1776), dan dikembangkan Jeremy bentham
(1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873). Utilitarianisme berasal dari kata latin
utilis, utility (Inggris) yang berarti bermanfaat (bertens, 2000). Menurut teori ini, suatu
tindakan dapat dikatakan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota
masyarakat. jadi ukuran baik tidaknya dilihat dari akibat, konsekuensi atau tujuan dari
tindakan itu (bermanfaat atau tidak). Teori ini juga disebut teologis yang berarti tujuan.

3. Deontologi
Deontologi berasal dari kata yunani Deon yang berarti kewajiban (bartender, 2000),
teori ini dipelopori oleh Immanuel kant (1724-1804). Berbeda dengan paham sebelumnya
menilai etis atau tidaknya suatu tindakan berdasarkan hasil, tujuan atau konsekuensi dari
tindakan tersebut, namun dalam deontogi semua itu tidak ada kaitannya sama sekali. Ada
dua konsep penting yaitu imperative hypothesis yaitu perintah-perintah yang bersifat
khusus yang harus diikuti jika keinginan yang relevan. Selanjutnya Konsep imperative
categories adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa syarat apapun,
kewajiban moral bersifat mutlak tanpa pengecualian apapun dan tanpa dikaitkan dengan
keinginan atau tujuan apapun.

Kant menganggapn bahwa kewajiban moral harus dilaksanakan demi kewajiban itu
sendiri, bukan karena keinginan untuk memperoleh tujuan kebahagiaan, bukan juga karena
kewajiban itu diperintahkan oleh tuhan (Allah SWT). Kant membangun teorinya dengan
berlandaskan pemikiran rasional dengan asumsi bahwa Karena manusia bermartabat,
maka setiap perlakuan Manusia terhadap manusia lainnya harus dilandasi oleh kewajiban
moral universal.

4. Teori Hak
Selain deontologi dan imperative categories, Kant juga memperkenalkan teori hak
(right theory). Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila
perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Hak asasi
manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (weiss, 2006), yaitu hak hukum (legal
right), hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dan hak kontraktual (contractual
right). Hak legal adalah hak yang didasarkan atas sistem/yurisdiksi hukum suatu negara.
Hak moral dihubungkan dengan pribadi manusia secara individu atau dalam kelompok
(bukan masyarakat luas). Hak kontraktual mengikat individu-individu yang membuat
kesepakatan (kontrak) bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Pada tingkat perusahaan, teori HAM ini banyak dirujuk untuk menilai tindakan
manajemen terhadap karyawannya, apa karyawan diperlakukan secara manusiawi atau
tidak. Pada pemerintahan dan kerjasama antar negara, PBB, para pemerhati HAM dan
organisasi-organisasi

kemanusiaan seperti Lembaga swadaya masyarakat (LSM), mereka berfungsi sebagai


penjaga HAM bagi tindakan setiap pemerintah terhadap warga negaranya.

5. Teori Keutamaan (virtue theory)


Teori Keutamaan berdasarkan dari manusianya. Teori ini tidak lagi mempertanyakan
suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang
harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau
karakter yang mencerminkan manusia hina. Karakter (sifat) utama disini berarti disposisi
sifat/watak yang telah melekat/dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk
selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik, sedangkan yang melakukan tingkah
laku buruk secara moral disebut Manusia hina.

6. Teori Etika Teonom


Sebagaimana diakui oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan tertinggi
yang ingin dicapai manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh
kebahagiaan surgawi. Sebenarnya setiap agama mempunyai filsafat etika yang hampir
sama. Salah satunya adalah teori etika teonom. Teori teonom dilandasi filsafat Kristen,
teori ini mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh
kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap
baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik jika
tidak mengikuti aturan-aturan dan perintah Allah sebagaimana yang telah diberitahukan
dalam kitab suci.

4. JELASKAN HAKEKAT EKSISTENSI DAN HAKEKAT MANUSIA ?

Jawab:

HAKIKAT EKSISTENSI ( DUNIA/ALAM SEMESTA ) Ada kecenderungan yang


disosdorkan oleh saintisme modern, yaitu suatu paham yang sering disebut matrealistik,
mekanistik, dan deterministic yang memandang dunia fisik/dunia materi sebagai satu-
satunya keberadaan yang di akui oleh ilmu pengetahuan. Namun Schumecher telah
mengingatkan para ilmuan tentang adanya tingkatan-tingkatan eksistensi alam semesta,
sebagai berikut,

1. Benda dapat dituliskan ( Subtansi materi ) P

2. Tumbuhan ( Kehidupan ) P+X

3. Hewan ( Kesadaran ) P+X+Y


4. Manusia (Kesadaran transcendental/spiritual ) P+X+Y+Z

HAKIKAT MANUSIA Stevenson dan haberman ( 2001 ) mengatakan bahwa meski ada
begitu banyak hal yang sangat bergantung pada konsep tentang hakikat manusia, namun
terdapat begitu banyak ketidaksepakatan mengenai apa itu hakikat manusia. Misalnya, Karl
Marx ( dalam Stevenson dan haberman, 2001 ) adalah keseluruhan hubungan social dengan
monolak adanya Tuhan dan menganggap tiap pribadi adalah produk dari tahapan ekonomis
tertentu dari masyarakat menusia temapat manusia itu hidup.

5. JELASKAN HAKEKAT OTAK DAN KECERDASAN DAN HUBUNGAN


MANUSIA DENGAN ALAM SEKITARNYA ?

Jawab:

HAKIKAT OTAK ( BRAIN ) DAN KECERDASAN ( INTELLIGENCE )

Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks. Otak memiliki kemampuan sangat
luar biasa. Menurut Agus Ngermanto ( 2001 ), paling tidak ada 9 subkomponen di dalam
otak manusia,

1. Neocortex
2. Corpus Callasum
3. Cerebellum
4. Otak Reptile
5. Hippocampus
6. Amigdala
7. Pituitary Gland
8. Hypothalamus
9. Thalamus

Sebagaimana dikatakan oleh A.M. Rukky Santoso ( 2001 ), pada otak terdapat tiga
puluh miliar sel, dan membentuk kerjasama yang rumit melalui bagian-bagian kecil
lainnya yang disebut neuron. Ilmuwan yang pertama kali meneliti tentang otak kiri ( left
hemisphere ) dan belahan otak kanan ( right hemisphere ) adalah Roger Wolkott Sperry
( dalam Taugada, 2003 ). Humphery ( 2000 ) mmbedakan kerja otak berdasarkan
gelombang elektro, yaitu gelombang alpha, beta, delta, dan theta.

Bila dikaitkan dengan kecerdasan, berkat otaknya manusia mempunyai banyak


kecerdasan ( multiple intelligent ). Gardner ( 1999 ) mendefinisikan kecerdasan sebagai
potensi biopsikologis untuk memproses informasi yang dapat diaktifkan dalam suatu latar
( setting ) kebudayaan. Walaupun masig ragu. Gardner pada awalnya mengidentifikasi ke
tujuh kecerdasan manusia, yaitu linguistic logical-mathematical, musicial,
bodilykinesthetical, spatial, interpersonal, dan interpersonal intelligence, dan walau masih
ragu Gardner menambahkan kemungkinan tiga potensi kecerdesan, yaitu naturalist,
spiritual, dan existencial intelligence.

Zohar dan marshal ( 2002 ) melihat fungsi otak dari tiga cara berfikir atau tiga ragam
kecerdasan yaitu : 1. 2. 3. Proses berfikir seri ( Intellectual Quotient – IQ ) Berfikir Asosiatif
( Emotional Quotient - EQ ) Befikir Menyatukan ( Spiritual Quotient – SQ ) Zohar dan
Marshall mengungkapkan bahwa kecerdasan intelektual ( IQ ) merupakan alat yang efektif
untuk mengeksplorasi dunia materi serta mengumpulkan modal materiil ( uang dan segala
sesuatu yang dapat dibeli dengan uang )

Kecerdasan Emosional ( EQ ) pertama kali dicetuskan oleh Peter Salovey, psikolog


dari Harvad University dan John mayer dari Unoversity of New Hampshire pada Tahun
1990 ( dalam Shapiro, 2001 ) Istilah kecerdasan Spiritual ( SQ ) pertama kali
diperkenalkan oleh Danar Zohar dan Ian Marshall pada Tahun 200 dalam bukunya yang
berjudul SQ Spiritual Intellegence – The Unlimited Intellegence. Akan tetapi tidak mudah
mendefinisikan tentang SQ

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM SEKITARNYA

Kepentingan Hubungan Manusia dengan AlamSekitar: Tumbuhan

 27,6 % bumi
 Menyeimbangi ekosistem
 Meyerap CO2 melepas O2
 Pengokoh tanah dan penyerap air
 Makanan

Kepentingan HubunganManusia dengan AlamSekitar: Binatang


 Makanan
 Membantu pekerjaan manusia
 Peliharaan

Kepentingan HubunganManusia dengan AlamSekitar: Bumi(tanah), matahari, langit

 Kemudahan manusia
 Sumber ilmu

Kepentingan HubunganManusia dengan AlamSekitar: Air

 Minum dan memasak


 Bersuci
 Siraman tumbuh-tumbuhan
 Mencuci

Kepentingan HubunganManusia dengan AlamSekitar: Angin / Udara

 Bernafas
 Kapal Layar
 Kincir Angin

Kebutuhan manusia terhadap dunia sekitar

 Kebutuhan Jasmani:makan, minum, udara, pakaian


 Kebutuhan Rohani:ketenangan, keselarasan, kepuasan,kesengan
 Kebutuhan Sosial:pergaulaln, persahabatan, kasihsayang, simpati

Hubungan Timbal BalikManusia dengan Alam

Strategi Adabtasi
 Pengumpul-berburu
 Perladangan-perkebunan
 Peternakan
 Pertanian intensif
 Kehidupan industri
Para ilmuwan lingkungan hidup menyatakan bahwa aturan utama dalam
memanfaatkan alam adalah memperhankan standar dan kapasitas yang ada.Eksploitasi
alam secara berlebihan dantanpa aturan dan pertimbangan yangmatang akan menyebabkan
krisislingkungan.

Perkembangan manusia dipengaruhi duniasekitar.

1. Aliran Nativisme: perkembangan tergantung pembawaan, pengaruh lingkungan


kurang berperan. Toloh: Schoppenhauer.
2. Aliran Empirisme: pengaruh lingkungan sangat menentukan perkembangan pribadi
seseorang. Tokoh: John Locke. Teorinya Tabularasa (mejalilin)
3. Aliran Konvergensi: perkembangan dipengaruhi pembawaan dan lingkungan.
Tokoh: WilliamStern.
4. Interaksi: perkembangan hasil dari interaksi antara pembawaan dan lingkungan.
Tokoh: Piage

6. JELASKAN KONSEP TENTANG HAKEKAT MANUSIA MENURUT AJARAN


ISLAM ?
Jawab:
HAKEKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM
Pengertian Hakikat Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-
benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala
sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu.

Pengertian Manusia Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia
berasal dari tanah. Manusia memiliki 3 unsur yaitu: 1. Jasmani. 2. Ruh. 3. Jiwa. Manusia
memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke
dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik
dan potensi rohania.

Proses penciptaan manusia


Penciptaan manusia dimuka bumi mempunyai misi yang jelas dan pasti. Ada tiga misi yang
bersifat given yang diemban manusia, yaitu :
 Misi utama untuk beribadah “ Aku tdk menciptakan jin dan manusia melainkan agar
mereka beribadah kepada-Ku” (az-Zariyat/ 51 : 56)
 Misi fungsional sebagai khalifah “ Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
malaikat,” Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” mereka berkata,” Apakah
Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana,
sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu.?” Dia berfirman,”
Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (al-Baqarah/2 : 30)
 Misi operasional untuk memakmurkan bumi (Hud /11:61)

Proses penciptaan manusia Dalam Al-Qur’an di jelaskan tentang proses penciptaan manusia,
antara lain dalam Q.S 23:12,13 dan 14. 12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 13. Kemudian kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Fitrah manusia. Kata fitrah berasal dari kata “sfatara” yang artinya ciptaan, suci dan
seimbang. Kata fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan
fisik dalam konotasi nilai. Menurut Al-Ghazali Fitrah manusia:
a) kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang.
b) Potensi dasar yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh aspek
secara mekanik dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tertentu.
c) Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan responsif terhadap pengaruh
luar yang meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu, karakter dan intuisi.

7. JELASKAN ALRAN-ALIRAN PEMIKIRAN TENTANG PRINSIP ETIKA


BISNIS YANG ANDAKETAHUI DAN PRINSIP ETIKA BISNIS DALAM
AJARAN ISLAM ?
Jawab:

PRINSIP ETIKA BISNIS DALAM AJARAN ISLAM


Menurut Imaddudin (2007 : 156), ada lima dasar prinsip dalam etika Islam, yaitu :
kesatuan (unity), keseimbangan (equilibrium), kehendak bebas (free will), taggung jawab
(responsibility), kebenaran, kebajikan, dan kejujuran (truth, goodness, honesty).
a) Kesatuan (Tauhid/Unity) Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan
dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim
baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta
mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh. Dari konsep ini
maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk
kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu,
vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam
sistem Islam.

b) Keseimbangan (Equilibrium/Adil) Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil


dalam berbisnis, dan melarang berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus
Allah untuk membangun keadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang,
yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk
dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang selalu dikurangi.
Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci
keberhasilan bisnis adalah kepercayaan. dan mengukur dengan cara yang benar dan
jangan sampai melakukan kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan
timbangan. Dalam surah al Isra ayat 35 Allah SWT berfirman yang artinya : ³Dan
sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang
benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya¥ Dalam beraktivitas
di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil,tak terkecuali pada
pihak yang tidak disukai. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-
Maidah ayat 8 yang artinya :

“Hai orang-orang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah SWT, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-
sekali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil.Berlaku adillah karena adil lebih dekat dengan takwa’’

c) Kehendak Bebas (Free Will) Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika
bisnis islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan
individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong
manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.
Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang
tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap
masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.

d) Tanggungjawab (Responsibility) Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang


mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban
dan akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu
mempertaggungjawabkan tindakanya secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan
kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh
manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.

e) Kebenaran: kebajikan dan kejujuran (truth, goodness, honesty) Kebenaran dalam


konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung
pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks bisnis kebenaran
dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad
(transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam
proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini
maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan
adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian
dalam bisnis.

8. JELASKAN TEORI-TEORI LINGKUNGAN YANG TERKAIT DENGAN ETIKA


BISNIS ?
Jawab:

Teori-teori Lingkungan Hidup

1) Teori Antroposentrisme

Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia


sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang
paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam
kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah
manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat
perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan
perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam
pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak
mempunyai nilai pada dirinya sendiri.

2) Teori Ekosentrisme

kosentrisme Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda


dengan biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada
kehidupan seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh komunitas
ekologis, baik yang hidup maupun tidak. Karena secara ekologis, makhluk hidup dan
benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karenanya, kewajiban
dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan
tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas ekologis.

3) Teori Egosentris

Etika yang mendasarkan diri pada berbagai kepentingan individu (self).


Egosentris didasarkan pada keharusan individu untuk memfokuskan diri dengan
tindakan apa yang dirasa baik untuk dirinya. Egosentris mengklaim bahwa yang baik
bagi individu adalah baik untuk masyarakat. Orientasi etika egosentris bukannya
mendasarkan diri pada narsisisme, tetapi lebih didasarkan pada filsafat yang
menitikberatkan pada individu atau kelompok privat yang berdiri sendiri secara
terpisah seperti “atom sosial” (J. Sudriyanto, 1992:4). Inti dari pandangan egosentris
ini, Sonny Keraf (1990:31) menjelaskan: Bahwa tindakan dari setiap orang pada
dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri
Dengan demikian, etika egosentris mendasarkan diri pada tindakan manusia sebagai
pelaku rasional untuk memperlakukan alam menurut insting “netral”. Hal ini
didasarkan pada berbagai pandangan “mekanisme” terhadap asumsi yang berkaitan
dengan teori sosial liberal.

4) Teori Biosentrisme
Teori Biosentrisme mengagungkan nilai kehidupan yang ada pada ciptaan,
sehingga komunitas moral tidak lagi dapat dibatasi hanya pada ruang lingkup
manusia. Mencakup alam sebagai ciptaan sebagai satu kesatuan komunitas hidup
(biotic community). Inti pemikiran biosentrisme adalah bahwa setiap ciptaan
mempunyai nilai intrinsik dan keberadaannya memiliki relevansi moral. Setiap
ciptaan (makhluk hidup) pantas mendapatkan keprihatinan dan tanggung jawab moral
karena kehidupan merupakan inti pokok dari konsern moral. Prinsip moral yang
berlaku adalah “mempertahankan serta memlihara kehidupan adalah baik secara
moral, sedangkan merusak dan menghancurkan kehidupan adalah jahat secara moral”
(Light, 2003: 109). Biosentrisme memiliki tiga varian, yakni, the life centered theory
(hidup sebagai pusat), yang dikemukakan oleh Albert Schweizer dan Paul Taylor,
land ethic (etika bumi), dikemukakan oleh Aldo Leopold, dan equal treatment
(perlakuan setara), dikemukakan oleh Peter Singer dan James Rachel.

5) Etika Homosentris

Etika homosentris mendasarkan diri pada kepentingan sebagian masyarakat.


Etika ini mendasarkan diri pada berbagai model kepentingan sosial dan pendekatan
antara pelaku lingkungan yang melindungi sebagian besar masyarakat manusia. Etika
homosentris sama dengan etika utilitarianisme, jadi, jika etika egosentris mendasarkan
penilaian baik dan buruk suatu tindakan itu pada tujuan dan akibat tindakan itu bagi
individu, maka etika utilitarianisme ini menilai baik buruknya suatu tindakan itu
berdasarkan pada tujuan dan akibat dari tindakan itu bagi sebanyak mungkin orang.
Etika homosentris atau utilitarianisme ini sama dengan universalisme etis. Disebut
universalisme karena menekankan akibat baik yang berguna bagi sebanyak mungkin
orang dan etis karena ia menekankan akibat yang baik. Disebut utilitarianisme karena
ia menilai baik atau buruk suatu tindakan berdasarkan kegunaan atau manfaat dari
tindakan tersebut (Sonny Keraf, 1990:34). Seperti halnya etika egosentris, etika
homosentris konsisten dengan asumsi pengetahuan mekanik. Baik alam mau pun
masyarakat digambarkan dalam pengertian organis mekanis. Dalam masyarakat
modern, setiap bagian yang dihubungkan secara organis dengan bagian lain. Yang
berpengaruh pada bagian ini akan berpengaruh pada bagian lainnya. Begitu pula
sebaliknya, namun karena sifat uji yang utilitaris, etika utilitarianisme ini mengarah
pada pengurasan berbagai sumber alam dengan dalih demi kepentingan dan kebaikan
masyarakat (J. Sudriyanto, 1990:16).

6) Etika Ekosentris

Etika ekosentris mendasarkan diri pada kosmos. Menurut etika ekosentris ini,
lingkungan secara keseluruhan dinilai pada dirinya sendiri. Etika ini menurut aliran
etis ekologi tingkat tinggi yakni deep ecology, adalah yang paling mungkin sebagai
alternatif untuk memecahkan dilema etis ekologis. Menurut ekosentrisme, hal yang
paling penting adalah tetap bertahannya semua yang hidup dan yang tidak hidup
sebagai komponen ekosistem yang sehat, seperti halnya manusia, semua benda
kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri (J. Sudriyanto, 1992:243) Menurut
etika ini, bumi memperluas berbagai ikatan komunitas yang mencakup “tanah, air,
tumbuhan dan binatang atau secara kolektif, bumi”. Bumi mengubah perah “homo
sapiens” dari makhluk komunitas bumi, menjadi bagian susunan warga dirinya.
terdapat rasa hormat terhadap anggota yang lain dan juga terhadap komunitas alam itu
sendiri (J. Sudriyanto, 1992:2-13). Etika ekosentris bersifat holistik, lebih bersifat
mekanis atau metafisik. Terdapat lima asumsi dasar yang secara implisit ada dalam
perspektif holistik ini, J. Sudriyanto (1992:20) menjelaskan: Segala sesuati itu saling
berhubungan. Keseluruhan merupakan bagian, sebaliknya perubahan yang terjadi
adalah pada bagian yang akan mengubah bagian yang lain dan keseluruhan. Tidak ada
bagian dalam ekosistem yang dapat diubah tanpa mengubah dinamika perputarannya.
Jika terdapat banyak perubahan yang terjadi maka akan terjadi kehancuran ekosistem.
Keseluruhan lebih daripada penjumlahan banyak bagian. Hal ini tidak dapat
disamakan dengan konsep individu yang mempunyai emosi bahwa keseluruhan sama
dengan penjumlahan dari banyak bagian. Sistem ekologi mengalami proses sinergis,
merupakan kombinasi bagian yang terpisah dan akan menghasilkan akibat yang lebih
besar daripada penjumlahan efek-efek individual. Makna tergantung pada konteksnya,
sebagai lawan dari “independensi konteks” dari “mekanisme”. Setiap bagian
mendapatkan artinya dalam konteks keseluruhan.Merupakan proses untuk mengetahui
berbagai bagian. Alam manusia dan alam non manusia adalah satu. Dalam holistik
tidak terdapat dualisme. Manusia dan alam merupakan bagian dari sistem kosmologi
organik yang sama. Uraian di atas akan mengantarkan pada sebuah pendapat Arne
Naess, seorang filsuf Norwegia bahwa kepedulian terhadap alam lingkungan dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Kepedulian lingkungan yang “dangkal”
(shallow ecology) Kepedulian lingkungan yang “dalam” (deep ecology). Kepedulian
ekologis ini sering disebut altruisme platener holistik, yang beranggapan bahwa hal
ini memiliki relevansi moral hakiki, bukan tipe-tipe pengadu (termasuk individu atau
masyarakat), melainkan alam secara keseluruhan (J. Sudriyanto, 1992:22)

7) Teosentrisme

Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan


lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan.
Pada teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur
hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk di daerah Bali, konsep seperti ini sudah
ditekankan dalam suatu kearifan lokal yang dikenal dengan Tri Hita Karana (THK),
dimana dibahas hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia
dengan manusia (Pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).

8) Teori Nikomakea
Teori Nikomakea (bahasa Inggris: ‘Nicomachean Ethics’), atau Ta Ethika,
adalah karya Aristoteles tentang kebajikan dan karakter moral yang memainkan
peranan penting dalam mendefinisikan etika Aristoteles. Kesepuluh buku yang
menjadi etika ini didasarkan pada catatan-catatan dari kuliah-kuliahnya di Lyceum
dan disunting atau dipersembahkan kepada anak lelaki Aristoteles, Nikomakus. Teori
Nikomakea memusatkan perhatian pada pentingnya membiasakan berperilaku bajik
dan mengembangkan watak yang bajik pula. Aristoteles menekankan pentingnya
konteks dalam perilaku etis, dan kemampuan dari orang yang bajik untuk mengenali
langkah terbaik yang perlu diambil. Aristoteles berpendapat bahwa eudaimonia adalah
tujuan hidup, dan bahwa ucaha mencapai eudaimonia, bila dipahami dengan tepat,
akan menghasilkan perilaku yang bajik.

9) Zoosentrisme

Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang,


karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini
adalah Charles Brich. Menurut etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati
kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan.
Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan
salah satu standar moral. Menurut The Society for the Prevention of Cruelty to
Animals, perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia secara moral
memperlakukan binatang dengan penuh belas kasih.

10) Antroposentris

Antroposentris yang menekankan segi estetika dari alam dan etika


antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika ekologi
dangkal yang berkaitan dengan kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya
yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Menurut mereka etika lingkungan harus
dicari pada aneka kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika.
Sedangkan etika antroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi penerus
mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi
penerus manusia. Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan
sumber hidup manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini : Manusia terpisah
dari alam, Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan
tanggung jawab manusia. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat
keprihatinannya Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan
manusia Norma utama adalah untung rugi. Mengutamakan rencana jangka pendek.
Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara
miskin Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

9. JELASKAN TUJUAN ETIKA BISNIS DALAM AJARAN ISLAM

Jawab:

Dalam hal ini, etika bisnis Islam adalah merupakan hal yang penting dalam perjalanan
sebuah aktivitas bisnis profesional. Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa
etika bisnis Islam mempunyai fungsi substansial yang membekali para pelaku bisnis,
beberapa hal sebagai berikut :
a) Membangun kode etik islami yang mengatur, mengembangkan dan
menancapkan metode berbisnis dalam kerangka ajaran agama. Kode etik ini
juga menjadi simbol arahan agar melindungi pelaku bisnis dari risiko.
b) Kode ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggungjawab para
pelaku bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis,
masyarakat, dan diatas segalanya adalah tanggungjawab di hadapan Allah SWT.
c) Kode etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan
persoalan yang muncul, daripada harus diserahkan kepada pihak peradilan.
d) Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang
terjadi antara sesama pelaku bisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja.
Sebuah hal yang dapat membangun persaudaraan (ukhuwah) dan kerja sama
antara mereka semua.

Anda mungkin juga menyukai