Anda di halaman 1dari 2

Nama : Barotut Taqiyah

NIM : 2017010061
Prodi/semester : PAI/VII (Ekstensi)
Mata kuliah : Masail Fiqih Al-Haditsah

HUKUM MENIKAHI ANAK TIRI

Deskripsi : Sepasang calon pengantin datang ke Kantor Urusan Agama (KUA) guna
mendaftarkan rencana pernikahan mereka. Hari itu juga keduanya melakukan proses
pemeriksaan data di hadapan petugas. Permasalahan muncul ketika petugas KUA mendapati
nama ibu kandung calon pengantin perempuan yang tertulis di Akta kelahiran sama dengan
nama mantan istri calon pengantin laki-laki yang tertera di Surat Kematian. Didapati satu
fakta bahwa calon pengantin perempuan itu adalah anak dari mantan istri sang calon
pengantin laki-laki yang meninggal beberapa waktu lalu. Sebelumnya almarhumah menikah
dengan laki-laki tersebut dengan berstatus janda dan memiliki seorang gadis dari pernikahan
sebelumnya dengan laki-laki lain. Tak lama setelah mantan istri meninggal laki-laki tersebut
berkehendak untuk menikahi anak perempuan tirinya.

Pertanyaan : Bagaimana hukum menikahi anak tiri?

Jawaban :
Pada permasalahan di mana seorang laki-laki menikahi anak perempuan tirinya, para
ulama sepakat ada dua hukum yang berbeda yang ditentukan oleh alasan dasarnya (illat).
Bila laki-laki yang hendak menikahi anak perempuan tirinya pernah berhubungan badan
dengan ibu dari anak tiri itu maka tidak halal baginya menikahi anak tiri tersebut. Bahkan ia
tidak hanya tidak halal menikahi anak perempuan tiri itu namun juga haram baginya
menikahi anak-anak perempuan dari anak-anaknya sang istri (cucu perempuan tiri).
Sebaliknya bila ketika menikah dengan ibunya anak tiri itu ia belum pernah
mencampurinya maka halal baginya menikahi anak tirinya, tentunya dengan catatan ia sudah
tidak lagi menjadi suami dari sang ibu, baik karena cerai ataupun karena mati. Ketentuan
hukum yang seperti ini oleh para ulama didasarkan pada firman Allah dalam Surat An-Nisa
ayat 23: ‫ُور ُك ْم ِم ْن نِ َسائِ ُك ُم الاَّل تِي َد َخ ْلتُ ْم بِ ِه َّن فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُكونُوا َدخَ ْلتُ ْم بِ ِه َّن فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم‬
ِ ‫َو َربَائِبُ ُك ُم الاَّل تِي فِي ُحج‬
Artinya: “(Dan diharamkan bagi kalian menikahi) Anak-anak perempuan dari istrimu
(anak tiri) yang ada dalam pemeliharaanmu dari istrimu yang telah kalian campuri. Namun
bila kalian belum mencampuri istri-istri itu maka tak mengapa bagi kalian (menikahi anak-
anak tiri itu).”
Ayat 23 surat An-Nisa di atas dengan sangat jelas menyebutkan keharaman menikahi anak
perempuan tiri yang ibunya telah dicampuri dan kebolehan menikahinya bila sang ibu belum
pernah dicampuri.

Sumber Referensi : 
 https://islam.nu.or.id/post/read/103517/hukum-menikahi-anak-tiri-dan-ibu-tiri
 Buku Kang Santri 2 halaman 310

Anda mungkin juga menyukai