Anda di halaman 1dari 12

Lex Privatum Vol. VIII/No.

1/Jan-Mar/2020

KEGIATAN USAHA BANK PERKREDITAN Menurut Muhammad Djumhana,3 pembagian


RAKYAT DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG jenis bank tersebut hanya mendasarkan pada
NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG segi fungsi bank, dimaksudkan untuk
PERBANKAN1 memperjelas ruang lingkup dan batas kegiatan
Oleh : Renaldy Muhamad2 yang dapat diselenggarakannya. Dijelaskan pula
bahwa, penyederhanaan ini jika dilihat dari
ABSTRAK kepemilikan dan penciptaan uang giral, tetap
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk bisa membedakannya satu sama lain. Bank
mengetahui bagaimana kedudukan dan yang beroperasi seperti Bank Umum
ketentuan Bank Perkreditan Rakyat dan kepemilikannya mungkin saja oleh negara,
bagaimana kegiatan usaha Bank Perkreditan swasta asing, swasta nasional, atau pemilikan
Rakyat yang dengan metode penelitian hukum campuran, atau milik koperasi. Sedangkan
normatif disimpulkan: 1. BPR adalah salah satu kepemilikan Bank Perkreditan Rakyat hanya
jenis bank berdasarkan sistem Perbankan dimungkinkan dimiliki oleh pihak negara
Konvensional yang melakukan kegiatan usaha (pemerintah daerah), swasta, dan koperasi saja.
lebih terbatas dibandingkan dari kegiatan usaha Adapun dari segi penciptaan uang giral, hanya
Bank umum. Pelarangan sekaligus pembatasan bank umum yang bisa menciptakan uang giral,
kegiatan usahanya karena dari segi permodalan sedangkan Bank Perkreditan Rakyat sesuai
dan cakupan operasionalnya lebih berada di Pasal 14 huruf a Undang-Undang Nomor 7
daerah pedesaan dibandingkan dengan Bank Tahun 1992 tentang Perbankan dilarang untuk
Umum. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai memberikan jasa simpanan berupa giro dan
salah satu kekuatan perbankan di Indonesia, ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.4
dan lembaga keuangan mikro. Selama ini
memliki peran strategis dalam memberikan B. Rumusan Masalah
pelayanan jasa keuangan kepada UMKM. 2. 1. Bagaimana kedudukan dan ketentuan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank Bank Perkreditan Rakyat?
yang melaksanakan kegiatan usaha secara 2. Bagaimana kegiatan usaha Bank
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, Perkreditan Rakyat?
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR C. Metode Penelitian
jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan Metodologi penelitian ini adalah penelitian
kegiatan bank umum karena BPR dilarang hukum normatif atau biasa disebut penelitian
menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan yuridis normatif.5
perasuransian.
Kata kunci: bank; perkreditan rakyat; HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kedudukan dan Ketentuan Bank
PENDAHULUAN Perkreditan Rakyat
A. Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah
Bank Perkreditan Rakyat, yang disingkat bagian dari sistem perbankan di Indonesia,
sebagai BPR adalah salah satu jenis Bank yang yang sesuai dengan jenisnya bersama-sama
belum diatur dan belum dikenal ketika masa dengan jenisnya bersama-sama dengan jenis
berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun Bank Umum menjalankan fungsinya dan
1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan. Undang- berperan di dalam perekonomian Indonesia.
Undang Nomor 14 Tahun 1967 tersebut Kedudukan BPR menunjukkan eksistensinya
kemudian diganti dengan Undang-Undang sebagai lembaga keuangan perbankan dijamin
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang dan diatur dalam peraturan perundang-
membagi jenis Bank atas Bank Umum dan BPR. undangan perbankan Indonesia berdasarkan

3
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia,
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Dr. Abdurrahman Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 111.
4
Konoras, SH,MH; Deine R. Ringkuangan,SH,MH Muhammad Djumhana, Ibid, hal. 111-112
2 5
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika,
16071101563 Jakarta, 2014, hal. 12

66
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang a. Bahwa dalam rangka mendukung


Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. secara optimal dan berkesinambungan,
Ketentuan lainnya yang merupakan ketentuan perlu meningkatkan ketahanan dan
yang bersifat operasional BPR diatur daya saing industri perbankan nasional;
berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan b. Bahwa untuk meningkatkan peran dan
Nomor 20/POJK.03/2014 tentang BPR sekaligus kontribusi industri Bank Perkreditan
sebagai pengganti dari Peraturan Bank Rakyat terhadap ekonomi daerah, dan
Indonesia Nomor 8/26/PBI/2006 tentang Bank memperkuat daya saing Bank
Perkreditan Rakyat. Perkreditan rakyat, perlu upaya
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang- peningkatan ketahanan dan daya saing
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang BPR melalui penguatan permodalan,
Perbankan, disebutkan bahwa menurut penataan kepemilikan dan peningkatan
jenisnya, bank terdiri dari : a. Bank Umum; dan kualitas pengurus Bank Perkreditan
b. Bank Perkreditan Rakyat.”6 Muhammad Rakyat;
Djumhana,7 menjelaskan, pembagian jenis bank c. Bahwa dalam Peraturan Bank Indonesia
tersebut hanya mendasarkan pada segi fungsi Nomor 8/26/PBI/2006 tentang Bank
bank, dimaksudkan untuk memperjelas ruang Perkreditan Rakyat belum dapat
lingkup dan batas kegiatan yang dapat mengakomodasi perkembangan Bank
diselenggarakannya. Perkreditan Rakyat sehingga perlu
Pasal 5 ayat (1) tersebut menunjukkan diganti;
kedudukan BPR sebagai salah satu jenis di d. Bahwa berdasarkan pertimbangan
antara dua jenis perbankan di Indonesia, yang sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
bersama-sama memiliki fungsi dan kegiatan huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
usahanya sendiri-sendiri. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Ketentuan tentang BPR yang lebih rinci dan tentang Perkreditan Rakyat.8
mengatur pelbagai aspeknya ialah dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tersebut
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor juga menjelaskan diperlukan perbankan
20/POJK.03/2014 tentang BPR, sekaligus nasional yang tangguh, termasuk industri Bank
sebagai pengganti dari aturan sebelumnya Perkreditan Rakyat yang sehat, kuat, produktif
dengan berdasarkan pada Peraturan Bank dan memiliki daya saing agar mampu melayani
Indonesia Nomor 8/26/PBI/2006 tentang BPR. masyarakat, terutama usaha mikro dan kecil.
Penggantian ketentuan tersebut terkait erat Sejalan dengan visi perbankan nasional
dengan perubahan fungsi, tugas dan untuk mencapai sistem perbankan yang sehat,
kewenangan mengatur dan mengawasi kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan
perbankan yang semula berada pada Bank sistem keuangan, kelembagaan industri Bank
Indonesia, beralih kepada Otoritas Jasa Perkreditan Rakyat perlu diperkuat, antara lain
Keuangan berdasarkan ketentuan Undang- pada aspek permodalan, penataan struktur
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas kepemilikan, serta peningkatan kompetensi dan
Jasa Keuangan. kualitas anggota dan calon anggota Direksi dan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor Dewan Komisaris. Selain itu, dalam rangka
20/POJK.03/2014 tentang BPR yang ditetapkan meningkatkan fungsi intermediasi Bank
pada tanggal 18 November 2014, disusun serta Perkreditan Rakyat melalui perluasan jaringan
diberlakukan berdasarkan beberapa kantor, ketentuan pembukaan Kantor Cabang
pertimbangannya sebagaimana yang perlu direlaksasi dengan tetap memperhatikan
disebutkan pada Konsiderans “Menimbang”, prinsip kehati-hatian berupa kemampuan
sebagai berikut: permodalan serta analisis dan potensi
kelayakan usaha.

6
Lihat UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Pasal 5
8
ayat (1) Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.
7
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, 20/POJK.03/2014 tentang Bank Perkreditan Rakyat
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 111 (Konsiderans “Menimbang”)

67
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

Permodalan pada BPR berbeda d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan


dibandingkan pada Bank Umum. Dapat Peraturan Pemerintah.”
dikemukakan sebagai perbandingan, ialah Tetapi dalam Peraturan Pemerintah Nomor
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 71 Tahun 1992 tentang BPR, disebutkan pada
Tahun 1992 tentang BPR, disebutkan pada Pasal 1 hanya dikenal bentuk hukum
Pasal 3 bahwa “Untuk mendirikan Bank Perusahaan Daerah, Koperasi, dan Perseroan
Perkreditan Rakyat ditetapkan modal disetor Terbatas. Hal serupa mengenai bentuk hukum
sekurang-kurangnya Rp. 50.000.000.00 (lima BPR diatur dalam Pasal 2 Peraturan Otoritas
puluh juta rupiah)”.9 Berdasarkan Peraturan Jasa Keuangan Nomor 20/POJK.03/2014,
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 20/POJK.032014 bahwa bentuk hukum BPR dapat berupa:
tentang BPR, disebutkan pada Pasal 5 ayat (1) a. Perseroan Terbatas;
sebagai berikut: b. Koperasi; atau
“Modal disetor untuk mendirikan BPR c. Perusahaan Daerah.”
ditetapkan paling sedikit: Seperti telah dikemukakan bahwa bentuk
a. Rp. 14.000.000.000,00 (empat belas hukum Perseroan Terbatas banyak digunakan,
miliar rupiah), bagi BPR yang didirikan baik oleh Bank Umum maupun oleh BPR,
di zona 1; sehingga terkait erat dengan ketentuan
b. Rp. 8.000.000.000.00 (delapan miliar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
rupiah), bagi BPR yang didirikan di zona Perseroan Terbatas.
2; Peraturan Otoritas Jasa Keuangan,
c. Rp. 6.000.000.000.00 (enam miliar menentukan pada Pasal 1 perihal BPR, pada
rupiah), bagi BPR yang didirikan di zona Angka 10a. bagi BPR berbadan hukum
3; dan Perseroan Terbatas adalah direksi sebagaimana
d. Rp. 4.000.000.000.00 (empat miliar dimaksud dalam Undang-Undang mengenai
rupiah), bagi BPR yang didirikan di zona Perseroan Terbatas; pada Pasal 1 Angka 11b,
4.”10 bagi BPR berbadan hukum Perseroan Terbatas,
Pembagian zonasi untuk pendirian BPR Dewan Komisaris adalah komisaris
tersebut ditentukan berdasarkan tingkat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
persaingan antarbank serta potensi ekonomi mengenai Perseroan Terbatas; serta mengenai
pada masing-masing zona. Semakin ketat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada
persaingan antarbank dan semakin besar Pasal 15b, bahwa bagi BPR berbadan hukum
potensi ekonomi suatu zona, persyaratan Perseroan Terbatas RUPS adalah RUPS
modal disetor untuk pendirian BPR akan lebih sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
besar. mengenai Perseroan Terbatas.
Pada umumnya, bentuk badan hukum BPR Hal tersebut adalah Organ-Organ Perseroan
yang banyak digunakan ialah Perseroan Terbatas yang menurut Pasal 1 Angka 2
Terbatas. Hal yang sama juga terjadi pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
bentuk badan hukum Bank Umum, walaupun dirumuskan bahwa Organ Perseroan adalah
terdapat juga bentuk-bentuk badan hukum Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan
lainnya. Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Dewan Komisaris.”11 Undang-Undang Nomor 40
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
menentukan bahwa bentuk hukum suatu Bank merumuskan masing-masing Organ Perseroan
Perkreditan rakyat dapat berupa salah satu Terbatas, yakni pada Pasal 1 Angka 4, bahwa
dari: “Rapat Umum Pemegang Saham, yang
a. Perusahaan Daerah; selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ
b. Koperasi; Perseroan yang mempunyai wewenang yang
c. Perseroan Terbatas; tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan
Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam
Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.”
9
Lihat Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1992 tentang
Kemudian dirumuskan tentang Direksi pada
BPR (Pasal 3)
10 11
Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. Lihat UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
20/POJK.03/2014 tentang BPR (Pasal 5 ayat (1) (Pasal 1 Angka 2)

68
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang Nomor 40 Syariah berdasarkan Undang-Undang Nomor 21


Tahun 2007 bahwa, “Direksi adalah Organ Tahun 2008, hanya dikenal dan diatur 1 (satu)
Perseroan yang berwenang dan bentuk hukum Bank Syariah, baik itu berupa
bertanggungjawab penuh atas pengurusan Bank Umum Syariah maupun Bank Pembiayaan
Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai Rakyat Syariah (BPRS).
dengan maksud dan tujuan Perseroan serta Pasal 7 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di 2008 tentang Perbankan Syariah, menyatakan
luar pengadilan sesuai dengan ketentuan bahwa “Bentuk badan hukum Bank Syariah
anggaran dasar.” Terakhir, ialah Organ Dewan adalah Perseroan Terbatas.”14 Untuk
Komisaris yang menurut Pasal 1 Angka 6 pemahaman lebih lanjut, dalam Pasal 1 Angka 7
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
dirumuskan bahwa, “Dewan Komisaris adalah dirumuskan bahwa “Bank Syariah adalah Bank
Organ Perseroan yang bertugas melakukan yang menjalankan kegiatan usahanya
pengawasan secara umum dan/atau khusus berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut
sesuai dengan anggaran dasar serta memberi jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan
nasehat kepada Direksi.” Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.” Pembahasan
Perihal Organ Perseroan adalah Dewan perbandingan dengan bentuk hukum Bank
Komisaris, dijelaskan oleh Richard Burton Umum Konvensional dan BPR dengan Bank
Simatupang,12 bahwa masalah menarik dalam Umum Syariah dan BPRS yang terdapat
suatu Perseroan adalah masalah komisaris, penekanan hanya ada satu bentuk hukumnya,
karena dalam Undang-Undang juga telah terkait dengan akibat atau konsekuensi
disebutkan adanya Organ Perseroan yaitu hukumnya.
Komisaris. Perkataan Komisaris mengandung Abdul Ghofur Anshori menjelaskan,
pengertian baik sebagai “Organ” maupun konsekuensi yuridis dipilihnya bentuk badan
sebagai “Orang-Perseorangan”. Sebagai Organ, hukum Perseroan Terbatas adalah bawah
Komisaris lazim juga disebut Dewan Komisaris, pertanggungjawaban dari pemegang saham
sedangkan sebagai “Orang-Perseorangan”, dan direksi/atau Dewan Komisaris bersifat
disebut “Anggota Komisaris”. terbatas. Pemegang saham hanya
Pembahasan tentang penggunaan bentuk bertanggungjawab sebatas saham yang dimiliki,
hukum Perseroan Terbatas, baik pada Bank begitu pula dengan Direksi/Komisaris.
Umum maupun pada BPR dibandingkan dengan Sedangkan untuk Direksi/Komisaris akan
ketentuan Perbankan Syariah menurut Undang- dikenakan pertanggungjawaban tidak terbatas
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang manakala mereka melanggar prinsip fiduciary
Perbankan Syariah. Menurut Abdul Ghofur duty dan duty of skill and care. Prinsip ini
Anshori dikemukakan bahwa bentuk badan tertuang dalam Pasal 92 Undang-Undang
hukum Bank Syariah adalah Perseroan Perseroan Terbatas yang intinya menyatakan
Terbatas. bahwa Direksi menjalankan pengurusan
Hal ini berbeda dengan ketentuan dalam Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan
Undang-Undang Perbankan 1998 yang sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.15
menyatakan bahwa bentuk hukum suatu Bank Ketentuan tentang BPR selain mengatur
Umum dapat berupa Perseroan Terbatas, Organ-Organ Perseroan Terbatas, baik RUPS,
Koperasi, atau Perusahaan Daerah. Hal ini Direksi maupun Dewan Komisaris, juga
dapat dipahami mengingat hampir semua bank mengatur hal baru yang disebut dengan
dalam praktiknya sudah berbadan hukum “Pejabat Eksekutif”, yang pada Pasal 1 Angka 12
Perseroan Terbatas.13 Bentuk badan hukum Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor
BPR pun sama dengan bentuk badan hukum 20/POJK.03/2014 tentang BPR, dirumuskan
Bank Umum, namun di dalam Perbankan bahwa “Pejabat Eksekutif yaitu pejabat yang
bertanggungjawab langsung kepada Direksi
12
atau mempunyai pengaruh terhadap kebijakan
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis,
Rineka Cipta, Jakarta, 2011, hal. 7
13 14
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perbankan Syariah (UU Lihat UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
No. 21 Tahun 2008), Refika Aditama, Bandung, 2009, hal. (Pasal 7)
15
24 Abdul Ghofur Anshori, Ibid, hal. 25-26

69
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

dan operasional BPR, antara lain pemimpin ditentukan sedemikian rupa ruang lingkup dan
kantor cabang, kepala divisi, kepala bagian, jenis-jenis kegiatan usaha serta larangannya.
manajer dan/atau pejabat lainnya yang Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
setara.”16 tentang Perbankan, dalam Pasal 13
Patut pula dikemukakan sehubungan menyatakan sebagai berikut:
dengan kedudukan BPRD setara dengan BPR, “Usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi:
ialah dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun a. Menghimpun dana dari masyarakat
2007 tentang Perseroan Terbatas, ditentukan dalam bentuk simpanan berupa deposito
pada Pasal 109 ayat-ayatnya bahwa: berjangka, tabungan, dan/atau bentuk
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan lainnya yang dipersamakan dengan itu;
usaha berdasarkan prinsip syariah selain b. Memberikan kredit;
mempunyai Dewan Komisaris wajib c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah
mempunyai Dewan Pengawas Syariah. berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
(2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dengan ketentuan yang ditetapkan
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas dalam Peraturan Pemerintah;
seorang ahli syariah atau lebih yang d. Menempatkan dananya dalam bentuk
diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
Majelis Ulama Indonesia. berjangka, sertifikat deposito dan/atau
(3) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana tabungan pada bank lain.”19
dimaksud pada ayat (1) bertugas Kegiatan usaha BPR yang diatur dalam Pasal
memberikan nasehat dan saran kepada 13 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Direksi serta mengawasi kegiatan tentang Perbankan, dalam perkembangannya
Perseroan agar sesuai dengan Prinsip maka kegiatan usaha pada Pasal 13 Huruf c,
Syariah.”17 bukan lagi menjadi bagian kegiatan usaha BPR
Terhadap BPR berbadan hukum Perseroan oleh karena ketentuan Huruf c tersebut adalah
Terbatas dengan demikian pada Organ Dewan ketentuan terkait dengan sistem Perbankan
Komisarisnya tidak ada Dewan Pengawas Syariah, yang juga telah diatur tersendiri dalam
Syariah oleh karena BPR adalah sistem Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Konvensional. BPR itu sendiri Perbankan Syariah.
sebagai lembaga keuangan, lembaga perbankan Salah satu aspek yang terkait erat di
serta lembaga bisnis, tentunya tujuan dalamnya ialah kedudukan dan jenis BPR pada
utamanya tidak lepas dari upaya untuk sistem Perbankan Konvensional adalah sama
mendapatkan keuntungan dan/atau laba. atau setara dengan kedudukan Bank
Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun Pembiayaan Rakyat Syariah pada sistem
dan menyalurkan dana dengan tujuan Perbankan Syariah.
mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR Berdasarkan pada Pasal 13 Huruf a, bahwa
diperoleh dari spread effect dan pendapatan usaha BPR meliputi menghimpun dana dari
bunga.18 masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk
B. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat lain yang dipersamakan dengan itu, maka usaha
Seperti telah dikemukakan sebelumnya BPR ini merupakan usaha menghimpun atau
bahwa BPR merupakan lembaga keuangan, mengumpulkan dana dari masyarakat agar
lembaga perbankan dan lembaga bisnis yang disimpan atau ditabung pada BPR yang
diatur dalam sistem Perbankan Konvensional, bersangkutan. Kegiatan menghimpun dana
dalam menjalankan kegiatan usahanya telah (fencing) sangat penting artinya bagi lembaga
perbankan pada umumnya oleh karena
semakin banyaknya dana masyarakat yang
16
Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. dapat dihimpun, merupakan bukti dan
20/POJK.03/2014 tentang BPR (Pasal 1 Angka 12) kenyataan besarnya kepercayaan masyarakat
17
Lihat UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(Pasal 109)
untuk menyimpan dan mempercayakan
18
“Bank Perkreditan Rakyat”, dimuat pada :
19
https://id.wikipedia.org/wiki/bank-perkreditan-rakyat. Lihat UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Pasal
Diunduh tanggal 9 September 2019 13)

70
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

dananya disimpan pada suatu bank, khususnya praktik sering dianggap sama dengan istilah
pada suatu BPR. “Perjanjian”.21
Bank pada umumnya dan BPR pada Menurut Salim HS,22 perjanjian atau lazim
khususnya adalah suatu lembaga keuangan disebut dengan Kontrak mempunyai peranan
sekaligus lembaga bisnis yang sangat yang sangat penting dalam kehidupan
mengandalkan kepercayaan masyarakat. Upaya kemasyarakatan dan dunia bisnis. Hal ini
untuk menjaga dan memelihara kepercayaan disebabkan karena dalam kontrak yang dibuat
masyarakat seperti dalam menyimpan uangnya oleh para pihak, baik antara individu dengan
pada bank, dapat dilakukan antara lainnya individu, maupun antara individu dengan badan
dengan memberikan bunga yang tinggi dan hukum maupun negara memuat hak dan
mampu bersaing dengan bunga pada bank- kewajiban timbal balik di antara mereka.
bank lainnya atau dengan memberikan layanan Pembahasan tentang perjanjian
jasa perbankan secara optimal. penyimpanan dana masyarakat terjadi para
Kegiatan BPR menghimpun dana masyarakat pihak yakni pihak penyimpan dana baik itu
dilakukan di dalam bentuk simpanan. Apa yang merupakan individu (perorangan) maupun
dimaksudkan dengan “Simpanan”, dalam Pasal badan hukum yang menyimpan dananya pada
1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun bank, dan di lain pihak ada pihak yang
1992 tentang Perbankan, dirumuskan bahwa menerima simpanan dari masyarakat, yakni
“Simpanan adalah dana yang dipercayakan pihak Bank, dan lebih khusus lagi ialah pihak
masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, BPR. Di antara para pihak ini ada suatu
deposito berjangka, sertifikat deposito, perjanjian yang memuat sejumlah hak dan
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang kewajiban bagi para pihak tersebut.
dipersamakan dengan itu.” Pengertian Sehubungan dengan jenis-jenis simpanan
Simpanan menurut Pasal 1 Angka 6 Undang- masyarakat para BPR lebih sempit dan/atau
Undang Nomor 7 Tahun 1992 agak berbeda sedikit dibandingkan pada Bank Umum, maka
rumusannya dari Simpanan menurut Undang- bentuk Simpanan pada BPR hanya berupa
Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang pada Pasal deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk
1 Angka 5 merumuskan bahwa “Simpanan lainnya yang dipersamakan dengan itu. Istilah
adalah dana yang dipercayakan oleh “Deposito berjangka” hanya ditemukan pada
masyarakat kepada bank berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, namun
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk tidak diberikan rumusannya dalam Undang-
Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan, Undang Nomor 10 Tahun 1998.
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan Menurut Kamus Hukum,23 Deposito
dengan itu.”20 berjangka adalah simpanan di bank di mana
Perbedaan mendasar antara Simpanan penarikannya dapat dilakukan setelah
menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 mencapai waktu tertentu yang diperjanjikan
dengan Simpanan dalam Undang-Undang atau setelah pemberitahuan sebelumnya. Pasal
Nomor 10 Tahun 1998, ialah dengan cara 1 Angka 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
bagaimana hubungan hukum di antara 1992 tentang Perbankan, merumuskan bahwa
masyarakat sebagai penyimpan dana dengan “Deposito berjangka adalah simpanan yang
bank, oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun penarikannya hanya dapat dilakukan pada
1998 Pasal 1 Angka 5, ialah dalam bentuk waktu tertentu menurut perjanjian antara
perjanjian penyimpanan dana. penyimpanan dengan bank yang
Perihal istilah “Perjanjian” dalam Hukum bersangkutan.” Sedangkan Undang-Undang
Perjanjian merupakan kesepadanan dari kata Nomor 10 Tahun 1998 hanya menyebutnya
“Overeenkomst” dalam bahasa Belanda atau dengan Deposito saja, tanpa tambahan istilah
istilah “Agreement” dalam bahasa Inggris.
Istilah Hukum Perjanjian dalam bahasa Inggris
21
disebut dengan istilah “Contract”, yang dalam Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2015, hal. 179
22
Salim HS, Teknik Pembuatan Akta Perjanjian (TPA Dua),
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2017, hal. 1
20 23
Lihat UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007,
Angka 5) hal. 94

71
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

dan kata “berjangka”, dan dalam Pasal 1 Angka merumuskan pada Pasal 1c bahwa “Kredit
7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan
dirumuskan bahwa, “Deposito adalah simpanan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada persetujuan pinjam meminjam antara bank
waktu tertentu berdasarkan perjanjian Nasabah dengan pihak lain dalam hal mana pihak
Penyimpan dengan bank.” peminjam berkewajiban melunasi hutangnya
Muhammad Djumhana,24 menjelaskan setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
Deposito berjangka yang dikemukakan di atas, bunga yang telah ditetapkan.”
yakni mempunyai tanggal jatuh tempo yang Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967
telah ditetapkan, dibuktikan dengan instrumen tentang Pokok-Pokok Perbankan, pernah
tertulis, dan menghasilkan bunga yang tetap berlaku dalam kurun waktu yang cukup lama
bagi nasabah selama usia kontrak. Dengan kemudian diganti dengan Undang-Undang
demikian, apabila waktu yang ditentukan telah Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang
habis, deposan dapat menarik depositonya pada Pasal 1 Angka 12 dirumuskan bahwa
atau memperpanjang dengan suatu periode “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dibutuhkan. yang dapat dipersamakan dengan itu,
Istilah dan kata lainnya selain Deposito dan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
Deposito berjangka, ialah Sertifikat Deposito pinjam-meminjam antara bank dengan pihak
yang di dalam pengertiannya secara tatabahasa lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
pada peraturan-peraturan perundangan melunasi utangnya setelah jangka waktu
perbankan terdapat perbedaannya. Undang- tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
Undang Nomor 7 Tahun 1992 pada Pasal 1 pembagian hasil keuntungan.”
Angka 9 merumuskan bahwa “Sertifikat Pengertian Kredit menurut Pasal 1 Angka 11
Deposito adalah deposito berjangka yang bukti Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, ialah
simpanannya dapat diperdagangkan.” “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
Sedangkan menurut Pasal 1 Angka 8 Undang- yang dapat dipersamakan dengan itu,
Undang Nomor 10 Tahun 1998 dirumuskan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
bahwa “Sertifikat Deposito adalah simpanan pinjam meminjam antara bank dengan pihak
dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
penyimpanannya dapat dipindahtangankan.” melunasi utangnya setelah jangka waktu
Menurut Muhammad Djumhana, maksud tertentu dengan pemberian bunga.”
dapat dipindahtangankan, yaitu dapat Pengertian Kredit dalam peraturan-
diperdagangkan karena berbentuk atas tunjuk peraturan perundangan tentang perbankan
sehingga lebih likuid, berbeda dengan deposito yang berlaku sekarang ini, memiliki perbedaan
berjangka yang diterbitkan atas nama sehingga pada perumusannya seperti frasa akhir dari
tidak mudah dialihkan.25 Kredit menurut Pasal 1 Angka 12 yakni
Kegiatan usaha BPR berikutnya sesuai Pasal “imbalan atau pembagian hasil keuntungan”,
13 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 ialah tidak lagi ditemukan pada Pasal 1 Angka 11
memberikan kredit. Kata “Kredit” berasal dari tersebut. Pembentuk peraturan perundangan
bahasa Latin Creditus yang merupakan bentuk telah mencoba memasukkan bagian kegiatan
past participle dari kata Credere (lihat pula usaha perbankan syariah bersamaan dengan
Credo dan Creditum, yang berarti to trust atau perbankan konvensional, karena “imbalan, atau
faith.26 pembagian hasil keuntungan” adalah
Berbagai peraturan perundangan terminologi perbankan syariah.
perbankan, memberikan rumusan tentang Karena itulah maka frasa “imbalan atau
Kredit, yang pada hakikatnya adalah bentuk pembagian hasil keuntungan” tidak ditemukan
pinjaman. Undang-Undang Nomor 14 Tahun lagi dalam rumusan Kredit menurut Undang-
1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, Undang Nomor 10 Tahun 1998, sekaligus
memisahkannya dan baru terwujud ketika
24
Muhammad Djumhana, Op Cit, hal. 357
berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun
25
Muhammad Djumhana, Ibid, hal. 358 2008 tentang Perbankan Syariah.
26
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum
Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hal. 263

72
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

Berdasarkan kedua rumusan Kredit baik luas, yaitu Objeknya adalah benda yang
menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 menghabis jika dipakai (verbruiklening),
maupun berdasarkan Undang-Undang Nomor termasuk didalamnya uang. Berdasarkan
10 Tahun 1998, kredit adalah berdasarkan perjanjian pinjam meminjam ini pihak yang
“persetujuan atau kesepakatan pinjam menerima pinjaman menjadi pemilik uang yang
meminjam antara bank dengan pihak lain.” Hal dipinjam dan di kemudian hari dikembalikan
tersebut berarti sebagai suatu Perjanjian Kredit dengan jenis yang sama kepada pihak yang
yang menurut Salim HS,27 diartikannya bahwa meminjamkan.30
Perjanjian Kredit adalah perjanjian yang dibuat Pendapat Mariam Darus Badrulzaman
antara kreditur dengan debitur, dimana tersebut disangkal, baik oleh Djuhaendah
kreditur berkewajiban untuk memberikan uang Hasan maupun Sutan Remy Sjahdeini (dalam
atau kredit kepada debitur, dan debitur Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman),31 bahwa
berkewajiban untuk membayar pokok dan Djuhaendah Hasan berpendapat bahwa
bunga, serta biaya-biaya lainnya sesuai dengan perjanjian kredit lebih merupakan perjanjian
jangka waktu yang telah disepakati antara tidak bernama, karena mengenai perjanjian
keduanya. kredit belum ada pengaturan secara khusus,
Perjanjian Kredit Bank dalam kedua baik dalam undang-undang maupun Undang-
rumusan peraturan perundang-undangan Undang Perbankan. Pengaturan yang ada tidak
perbankan, disebut sebagai perjanjian pinjam- mengatur tentang bagaimana bentuk dan isi
meminjam, yang juga dikenal dalam Hukum serta klausula-klausula yang dapat atau
perdata sebagai perjanjian bersama (benoemd, mungkin terdapat dalam perjanjian kredit yang
specified), yakni perjanjian khusus sebagai dibuat antara bank dengan para debitur.
perjanjian yang mempunyai nama sendiri. Menurutnya, perjanjian kredit tidak tepat
Maksudnya ialah perjanjian-perjanjian tersebut dikatakan dikuasai oleh ketentuan Kitab
diatur dan diberi nama oleh pembentuk Undang-Undang Hukum Perdata, karena antara
undang-undang.28 perjanjian pinjam meminjam dengan perjanjian
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pada kredit terdapat beberapa perbedaan antara
Buku Ketiga, Bab XIII tentang Pinjam lain:
Meminjam, merumuskan pada Pasal 1754 1) Perjanjian kredit selalu bertujuan dan
bahwa, “Pinjam meminjam ialah perjanjian tujuan tersebut biasanya berkaitan dengan
dengan mana pihak yang satu memberikan program pembangunan, biasanya di dalam
kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu pemberian kredit sudah ditentukan tujuan
barang-barang yang menghabis karena penggunaan uang yang akan diterima
pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang tersebut, sedangkan dalam perjanjian
belakangan ini akan mengembalikan sejumlah pinjam meminjam tidak ada ketentuan
yang sama dari macam dan keadaan yang sama tersebut dan debitur dapat menggunakan
pula.”29 uangnya secara bebas.
Menurut Mariam Darus Badrulzaman 2) Dalam perjanjian kredit sudah ditentukan
sehubungan istilah serta pengertian Kredit bahwa pemberi kredit adalah bank atau
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 lembaga pembiayaan dan tidak mungkin
tentang Perbankan, bahwa istilah Kredit diberikan oleh individu, sedangkan dalam
memiliki arti yang khusus, yaitu meminjamkan perjanjian pinjam meminjam pemberi
‘uang’. UU Perbankan menunjuk “perjanjian pinjaman itu dapat oleh individu.
pinjam meminjam sebagai acuan dari perjanjian 3) Pengaturan yang berlaku bagi perjanjian
kredit.” Perjanjian pinjam meminjam menurut kredit berbeda dengan perjanjian pinjam
KUH Perdata juga mengandung makna yang meminjam. Bagi perjanjian pinjam
meminjam berlaku ketentuan umum dari
Buku III dan Bab XIII Buku III Kitab Undang-
27
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUH Undang Hukum Perdata, sedangkan bagi
Perdata, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 80
28
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis,
30
Alumni, Bandung, 1994, hal. 19 Mariam Darus Badrulzaman, Op Cit, hal. 138-139
29 31
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Op Cit, hal. 315-
Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 2002, hal. 451 317

73
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

perjanjian kredit diatur dalam Undang- yang dilakukan oleh peminjaman uang
Undang Perbankan, Surat Edaran Bank (debitur) pada perjanjian peminjaman yang
Indonesia, dan lain sebagainya. biasa. Pada perjanjian kredit, kredit harus
4) Pada perjanjian kredit telah ditentukan digunakan sesuai dengan tujuan yang
bahwa pengembalian pinjaman itu harus ditetapkan di dalam perjanjian dan
disertai bunga, imbalan atau pembagian pemakaian yang menyimpang dari tujuan
hasil keuntungan, sedangkan dalam itu menimbulkan hak kepada bank untuk
perjanjian pinjam meminjam hanya berupa mengakhiri perjanjian kredit secara
bunga saja, dan bunga ini pun baru ada sepihak, maka berarti nasabah debitur
apabila diperjanjikan. bukan merupakan pemilik mutlak dari
5) Pada perjanjian kredit bank harus kredit yang diperolehnya berdasarkan
mempunyai keyakinan akan kemampuan perjanjian kredit itu, sebagaimana bila
debitur akan pengembalian kredit yang seandainya perjanjian kredit itu adalah
diformulasikan dalam bentuk jaminan, baik perjanjian peminjaman uang. Dengan kata
materiil maupun immateriil. Sedangkan lain, perjanjian kredit bank tidak
dalam perjanjian pinjam meminjam mempunyai ciri yang sama dengan
merupakan pengamanan bagi kepastian perjanjian pinjam-meminjam atau pinjam-
pelunasan utang dan ini pun baru ada mengganti. Oleh karena itu, terhadap
apabila diperjanjikan, dan jaminan ini perjanjian kredit bank tidak berlaku
hanya merupakan jaminan secara fisik atau ketentuan-ketentuan Bab Ketiga Belas Buku
materiil saja. Ketiga KUH. Perdata Indonesia.
Sutan Remy Sjahdeini (dalam Djoni S. Gazali 3) Perjanjian kredit bank yang
dan Rachmadi Usman),32 berpendapat saja dan membedakannya dari perjanjian
menyatakan bahwa perjanjian kredit bukanlah peminjaman uang ialah mengenai syarat
perjanjian seperti perjanjian pinjam meminjam car penggunaannya. Kredit bank hanya
uang, yaitu perjanjian mengganti atau pinjam dapat digunakan menurut cara tertentu,
meminjam (verbruiklening), yang Objeknya yaitu dengan menggunakan cek atau
adalah perjanjian uang, melainkan perjanjian perintah pemindahbukuan. Cara lain
konsensual. Terdapat beberapa ciri yang hampir dapat dikatakan tidak mungkin atau
membedakan perjanjian kredit dengan tidak diperbolehkan. Pada perjanjian
perjanjian pinjam meminjam, yaitu: peminjaman uang biasa, yang dipinjamkan
1) Sifatnya yang konsensual dari suatu diserahkan seluruhnya oleh kreditur dalam
perjanjian kredit bank itulah yang kekuasaan debitur dengan tidak
merupakan ciri pertama yang membedakan disyaratkan bagaimana caranya debitur
dari perjanjian pinjam meminjam yang akan menggunakan uang pinjaman itu.
bersifat riil. Dengan kata lain, perjanjian Pada perjanjian kredit bank, kredit tidak
kredit adalah perjanjian loan of money pernah diserahkan oleh bank ke dalam
menurut hukum Inggris yang dapat bersifat kekuasaan mutlak nasabah debitur. Kredit
riil maupun konsensual, tetapi bukan selalu diberikan dalam bentuk rekening
perjanjian peminjaman uang menurut koran yang penarikan dan penggunaannya
hukum Indonesia yang bersifat riil. Bagi selalu di bawah pengawasan bank.
perjanjian kredit yang jelas-jelas Pembahasan tentang Kredit tersebut terkait
mencantumkan syarat-syarat tangguh tidak erat dengan cakupan kegiatan usaha bank
dapat dibantah lagi bahwa perjanjian itu khususnya BPR yakni memberikan kredit. Selain
merupakan perjanjian yang konsensual itu, pembahasannya bertolak dari istilah dan
sifatnya. singkatan “P” pada BPR, yang berasal dari kata
2) Kredit yang diberikan oleh bank kepada Kredit, walaupun di dalam kenyataan praktik
nasabah debitur tidak dapat digunakan pemberian atau penyaluran dana kepada
secara leluasa untuk keperluan atau tujuan masyarakat istilah “pinjam meminjam uang”
yang tertentu oleh nasabah debitur, seperti sebagaimana ditentukan pada Pasal 1754 KUH.
Perdata, masih juga digunakan, termasuk oleh
Otoritas Jasa Keuangan, yang telah
32
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Loc Cit

74
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Astrid Savitri,34 Revolusi industri keempat
Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan mengubah cara pelanggan berinteraksi dengan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi bisnis. Perangkat populer yang dilengkapi
Informasi. internet memungkinkan pelanggan untuk
Menurut Pasal 1 Angka 3 Peraturan Otoritas menemukan informasi tentang produk dan
Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 layanan kapan saja.
tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Pendapat serupa juga dikemukakan oleh
Berbasis Teknologi Informasi, dirumuskan Klaus Schwab (dalam Andi Tarigan (editor),35
bahwa: bahwa teknologi berbagi data (shared database
“Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis technology) dapat mempersingkat beragam
Teknologi Informasi adalah penyelenggaraan aktivitas yang begitu banyaknya seperti ruang
layanan jasa keuangan untuk penyimpanan akun-akun klien, pembayaran
mempertemukan pemberi pinjaman dengan lintas batas dan kliring, serta penyelesaian jual
penerima pinjaman dalam rangka beli, termasuk juga barang-barang dan jasa
melakukan perjanjian pinjam meminjam yang belum tercipta, misalnya kontrak-kontrak
dalam mata uang rupiah secara langsung cerdas masa depan yang dapat mengeksekusi
melalui sistem elektronik dengan dirinya sendiri tanpa memerlukan pialang
menggunakan jaringan internet.”33 (misalnya derivative kredit yang secara
Pemakaian istilah “Pinjam Meminjam Uang” otomatis terbayar saat sebuah negara atau
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan perusahaan bangkrut).
tersebut pada dasarnya bermakna sama
dengan Kredit, namun terdapat beberapa hal PENUTUP
prinsipil di dalamnya. Pertama, cakupan A. Kesimpulan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1. BPR adalah salah satu jenis bank
77/POJK.01/2016, bukan berada dalam lingkup berdasarkan sistem Perbankan
lembaga keuangan perbankan, melainkan telah Konvensional yang melakukan kegiatan
terbit dan berlaku serta diakuinya lembaga usaha lebih terbatas dibandingkan dari
keuangan baru yang menyelenggarakan kegiatan usaha Bank umum. Pelarangan
metode pinjam meminjam uang secara daring sekaligus pembatasan kegiatan usahanya
(online) yang lazim disebut Peer to peer lending karena dari segi permodalan dan
(P2P) yang berkembang besar serta berperilaku cakupan operasionalnya lebih berada di
agresif menjaring nasabah, dan tidak kalah daerah pedesaan dibandingkan dengan
menarik ialah dampak dari perusahaan Bank Umum.
teknologi finansial (Tekfin) atau Financial Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai
Technology (Fintech) yang menerapkan bunga salah satu kekuatan perbankan di
tinggi dan penagihan yang tidak manusiawi. Indonesia, dan lembaga keuangan mikro.
Beberapa Perusahaan Teknologi Informasi Selama ini memliki peran strategis dalam
yang menyelenggarakan pinjam meminjam memberikan pelayanan jasa keuangan
uang yang berizin dan terdaftar di Otoritas Jasa kepada UMKM.
Keuangan (OJK), antara lainnya oleh PT. Digital 2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah
Alpha Indonesia dengan nama platform Uang Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
Teman, oleh PT. Mitrausaha Indonesia Grup secara konvensional atau berdasarkan
dengan nama platform Modalku. prinsip syariah, yang dalam kegiatannya
Kedua, layanan pinjam meminjam uang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
berbasis teknologi informasi yang pada pembayaran.
dasarnya adalah sistem perkreditan tidak dapat
dipisahkan dari inovasi dalam dunia industri
sehubungan Revolusi Industri yang menurut
34
Astrid Savitri, Revolusi Industri 4.0. Mengubah
Tantangan Menjadi Peluang di Era Disrupsi 4.0, Penerbit
Genesis, Yogyakarta, 2019, hal. 139
33 35
Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. Klaus Schwab, dalam Andi Tarigan (ed.), Revolusi
77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Industri Keempat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Usaha Berbasis Teknologi Informasi (Pasal 1 Angka 3) 2019, hal. 79

75
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika Anshori Abdul Ghofur, Hukum Perbankan
dibandingkan dengan kegiatan bank Syariah (UU No. 21 Tahun 2008), Refika
umum karena BPR dilarang menerima Aditama, Bandung, 2009.
simpanan giro, kegiatan valas, dan Badrulzaman Mariam Darus, Aneka Hukum
perasuransian. Bisnis, Alumni, Bandung, 1994.
Berikut usaha yang dapat dilaksanakan Djumhana Muhammad, Hukum Perbankan di
oleh BPR: Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
- Menghimpun dana dari masyarakat 2006.
dalam bentuk simpanan berupa Fuady Munir, Konsep Hukum Perdata,
deposito berjangka, tabungan, dan RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015.
atau bentuk lainnya yang _______, Metode Riset Hukum: Pendekatan
dipersamakan dengan itu. Teori dan Konsep, RajaGrafindo
- Memberikan kredit. Persada, Depok, 2018.
- Menyediakan pembiayaan dan Gazali Djoni S. dan Usman Rachmadi, Hukum
penempatan dana berdasarkan Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
Prinsip Syariah, sesuai dengan HS Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Di
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Luar KUH Perdata, RajaGrafindo
Indonesia. Persada, Jakarta, 2007.
- Menempatkan dananya dalam bentuk _______, Teknik Pembuatan Akta Perjanjian
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), (TPA Dua), RajaGrafindo Persada,
deposito berjangka, sertifikat Jakarta, 2017.
deposito, dan atau tabungan pada Marzuki Peter Mahmud, Penelitian Hukum,
bank lain. Kencana, Jakarta, 2010.
Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum.
B. Saran Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
1. BPR diharapkan mampu mendukung 2005.
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang Savitri Astrid, Revolusi Industri 4.0. Mengubah
berkesinambungan, dengan berperan Tantangan Menjadi Peluang di Era
optimal dalam pembiayaan Disrupsi 4.0, Penerbit Genesis,
pembangunan, sehingga upaya Yogyakarta, 2019.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Schwab Klaus, dalam Andi Tarigan (ed.),
dapat tercapai. Revolusi Industri Keempat, Gramedia
Sudah waktunya dilakukan pembatasan Pustaka Utama, Jakarta, 2019
pendirian BPR baru, bahkan disarankan Sembiring Sentosa, Hukum Dagang, Citra
dilakukan penggabungan (merger) antar Aditya Bakti, Bandung, 2015.
BPR pada Provinsi yang sama serta Sholahuddin Muhammad, Kamus Istilah
penguatan modal, manajerial, dan Ekonomi Keuangan, dan Bisnis Syariah
pemantapan layanan berinovasi A-Z, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
teknologi baru. 2011.
2. Perubahan terhadap Undang-Undang Sidharta M. Arief, Meuwissen Tentang
Perbankan melalui Rancangan Undang- Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum,
Undang (RUU) Perbankan, perlu tetap Teori Hukum, dan Filsafat Hukum,
mengakomodasi dan mengatur lebih Refika Aditama, Bandung, 2013.
lanjut tentang BPR. Simatupang Richard Burton, Aspek Hukum
dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta,
DAFTAR PUSTAKA 2011.
Abdurrahman A., Ensiklopedia Ekonomi Subekti R. dan Tjitrosudibio R., Kitab Undang-
Keuangan Perdagangan, Pradnya Undang Hukum Perdata, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1993. Paramita, Jakarta, 2002.
Ali Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Sinar Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta,
Grafika, Jakarta, 2014. Jakarta, 2007.

76
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

Susanti Diah Imaningrum, Penafsiran Hukum.


Teori dan Metode. Sinar Grafika,
Jakarta, 2019.
Susilo Y. Sri, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan
Lain, Salemba Empat, Jakarta, 2000.

77

Anda mungkin juga menyukai