Anda di halaman 1dari 4

Mental yang Anda Butuhkan || 5

saham tersebut malah tiba-tiba jatuh, saham yang berpotensi


naik malah berbalik jatuh dan akhirnya Anda rugi. Pernah? Sama,
saya juga pernah.

Sakit hati sekali rasanya, padahal saya yakin baik Anda maupun
saya melakukan transaksi saham tanpa niat mengganggu siapa-
siapa, tapi ternyata ada bandar yang sedang melakukan transaksi,
dan tentu saja bandar tidak akan memedulikan kita.

Jika bandar sudah beraksi, kita biasanya kalah. Tapi, jangan karena
kalah sekali Anda sudah menyerah, sepuluh kali kalah pun tetap
jangan menyerah. Setidaknya, pelajari pola permainan bandar
agar kelak kekalahan Anda tidak terulang. Atau, jika memang
ingin berhenti di pasar modal, setidaknya ambil dulu uang yang
hilang (loss) itu. This is life, sometimes you win, but many times
you learn.

Sebelum menulis buku ini, saya juga sering bahkan sampai bosan
dikerjain bandar. Misalnya, saat analisis saya terhadap satu
saham saya anggap sudah benar, tapi ternyata anggapan saya
tidak terjadi sesuai analisis karena ada bandar yang mengubah
pergerakannya. Karena itu, saya harap dengan dibuatnya buku
ini, saya dapat membantu mengurangi jumlah korban yang
dikerjain bandar di pasar modal.

Bandar secara tidak langsung mengajarkan kita tentang


bagaimana cara untuk menjadi berbeda. Aksi bandar kerap
kali berhasil melawan prediksi analis-analis. Para analis bisa
memprediksi saham akan turun atau akan naik, tapi jika bandar
sudah turun tangan, yang terjadi bisa sebaliknya.

isi_Tao Bandarmology.indd 5 11/2/2017 3:10:33 PM


6 || The Tao of Bandarmology

Winner Takes All


Bandar akan mengambil semuanya, mau bukti? Simak baik-baik
cerita berikut sebagai gambaran umum proses kemenangan
bandar.

Bisnis Monyet di Pasar Modal

Suatu hari, seorang bos yang kaya


raya berkunjung ke sebuah desa. Lalu
dia mengumumkan akan membeli
monyet di desa itu dengan harga
Rp50.000 per ekor.  Padahal bagi
warga desa, monyet di sana sama
sekali tak ada harganya karena
jumlahnya yang banyak dan kerap
dianggap sebagai hama pemakan tanaman buah-buahan.

Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak sekali


monyet di sekitar desa yang bisa dijadikan uang pun mulai
masuk hutan dan menangkapinya satu per satu.  Kemudian
si orang kaya membeli ribuan ekor monyet itu dengan harga
Rp50.000.

Karena penangkapan besar-besaran, akhirnya monyet-


monyet itu semakin sulit dicari. Penduduk desa pun
menghentikan usahanya untuk menangkapi monyet-monyet

isi_Tao Bandarmology.indd 6 11/2/2017 3:10:33 PM


Mental yang Anda Butuhkan || 7

tersebut. Si bos sekali lagi kembali untuk mengumumkan


akan membeli monyet dengan harga Rp100.000 per ekor.

Tentu saja hal ini memberi semangat dan “angin segar”


bagi penduduk desa untuk mulai menangkapi monyet lagi,
“mumpung harga naik”. Tak berapa lama, dari hari ke hari
jumlah monyet pun semakin sedikit dan semakin sulit dicari,
penduduk pun kembali ke aktivitas biasanya, yaitu bertani.

Karena kini telah langka, harga monyet pun meroket naik


hingga Rp150.000 per ekor. Namun, monyet tetap saja
sangat sulit dicari.

Sekali lagi si orang kaya mengumumkan kepada penduduk


desa bahwa ia akan membeli monyet dengan harga Rp500.000
per ekor!

Setelah mengumumkan itu, si bos harus pergi ke kota


karena sebuah urusan bisnis, asisten pribadinya yang akan
menggantikan sementara atas namanya.  Tanpa kehadiran si
bos, si asisten pun berkata kepada penduduk desa yang telah
diundang ke tempatnya.

“Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang


dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual
monyet-monyet itu kepada kalian dengan harga Rp350.000
per ekor dan saat bos saya yang kaya kembali, kalian bisa
menjualnya kembali ke si orang kaya dengan harga Rp500.000
per ekor. Bagaimana?”

isi_Tao Bandarmology.indd 7 11/2/2017 3:10:34 PM


8 || The Tao of Bandarmology

Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan


mereka dan membeli semua monyet yang ada di kurungan.
Mereka ingin menjualnya kembali kepada si bos saat dia
kembali dari kota.

Setelah itu, mereka tidak pernah lagi melihat si bos ataupun


si asisten di desa itu! Monyet yang sudah dibeli kini kembali
menjadi hama tak berguna di desa, tanpa ada yang membeli.
Bahkan, monyet-monyet itu kembali menjadi hama pemakan
buah di desa tersebut.

Cerita selesai.

Oh iya, cerita ini sebenarnya sudah pernah saya post di web saya
wh-project.com. Sebagian mengatakan perumpamaan bisnis
monyet ini sangat cocok di pasar modal, namun masih banyak
juga yang tidak percaya. Saya tidak heran jika Anda pun mulai
tidak percaya, “Masak sih saham disamain sama monyet?” Begitu
yang di pikiran Anda, kan? Atau, “Kalau di pasar saham, gimana
caranya bikin saham itu jadi kayak monyet yang dikejar-kejar?”
Jika benar, mari kita toss dulu karena dulu saya juga pernah
bertanya demikian. Inilah alasan yang memperkuat saya menulis
buku ini, yaitu memberikan ilmu ngeselin tentang bagaimana kita
bisa dipermainkan bandar seolah saham yang sedang “dibandari”
itu sangat disayangkan jika tidak dibeli. Lalu, ketika kita ikut beli,
apakah kita ikut profit? Sayang sekali, tidak selalu begitu, malah
mungkin kenyataannya yang ikutan itu berakhir kalah.

isi_Tao Bandarmology.indd 8 11/2/2017 3:10:34 PM

Anda mungkin juga menyukai