Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN


IMUNISASI DPT DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
SABBANGPARU KABUPATEN WAJO
TAHUN 2018

Oleh :

ARISMA JAYA
NIM : 01.2016.143

PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA
2018
2

LEMBAR PERSETUJUAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN IMUNISASI


DPT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABBANG PARU
KABUPATEN WAJO TAHUN 2018

Disusun Oleh:
ARISMA JAYA
NIM. 01.2016.143

Proposal ini Telah Disetujui


Tanggal, 25 Agustus 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Munafrin Hoesni, S.Psi.,M.Kes Maryam Suaib, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

DR. Grace Tedy Tulak.,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN : 0920078505
3
LEMBAR PENGESAHAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN IMUNISASI


DPT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABBANG PARU
KABUPATEN WAJO TAHUN 2018

Disusun Oleh:
ARISMA JAYA
NIM. 01.2016.143

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Proposal


Pada tanggal, 26 Agustus 2018
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Tim Penguji:

1. Bestfy anitasari, S.Kep.,Ns.,M.Kep,Sp.Mat (…………………….)

2. Munafrin Hoesny, S.Psi.,M.Kes (…………………….)

3. Maryam, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………………….)

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Munafrin Hoesni, S.Psi.,M.Kes Maryam Suaib, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Mengetahui,

Ketua Ketua
Stikes Kurnia Jaya Persada Program Studi Profesi Ners

DR. Hj. Nurhaenih Azis, S.Kp.,M.Kes DR. Grace Tedy Tulak.,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN : 0901016001 NIDN : 0920078505
2

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

rahmat serta karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Faktor yang

berhubungan dengan cakupan imunisasi DPT di wilayah kerja puskesmas sabbang

paru kabupaten wajo” proposal ini ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

ujian guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada STIKES Kurnia Jaya

Persada Palopo

Penulis menyadari dalam penulisani proposal ini masih jauh dari sempurna,

dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan materi.

Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan Penulis. Sehingga Penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun mudah-mudahan dikemudian

hari dapat memperbaiki segala kekuranganya.

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis selalu mendapatkan bimbingan, dorongan,

serta semangat dari banyak pihak sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Sehubungan

dengan itu maka penulis menyampaikan penghargaan yang setulus-tulusnya dan ucapan

terimahkasi yang tak terhingga kepada :

1. DR . Hj.Nurhaini Aziz,S.Kep.,selaku ketua STIKES Kurnia Jaya Persada

Palopo

2. Munafrin Hoesni, S.Psi.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk membimbing Penulis dalam

penulisan skripsi ini

3. Maryam Suaib, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah

banyak memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis sehingga

proposal ini dapat terselesaikan


4. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan STIKES Kernia Jaya Persada Palopo

yang telah memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama

penulis mengikuti proses perkuliahan .

5. Kedua orangtua dan keluargaku yang telah memberikan dorongan dan doa

sehingga Penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

6. Buat kakak-kakak Qu yang selalu mendukung dan membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Rekan – rekan mahasiswa STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo

Akhirnya, Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak

dan apabila ada yang tidak tersebutkan Penulis mohon maaf, dengan besar

harapan semoga proposal yang ditulis oleh Penulis ini dapat bermanfaat

khususnya bagi Penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Palopo, 25 Agustus 2018

ARISMA JAYA

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular

khususnya Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang

diberikan kepada tidak hanya anak sejak masih bayi hingga remaja tetapi juga

kepada dewasa untuk mengurangi akibat penularan PD3l tersebut maka

dilakukan imunisasi karena terbukti dapat mencegah dan mengurangi

kejadian sakit, cacat, dan kematian akibat PD3l yang diperkirakan

menyebabkan 2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya [ CITATION Pus16 \l

1033 ].

Anak-anak di Indonesia masih ada yang belum mendapatkan

imunisasi secara lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari

lahir. Hal itu menyebabkan anak mudah tertular penyakit berbahaya karena

tidak adanya kekebalan terhadap penyakit tersebut. Data dari Direktorat

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung sekitar 1,7 juta anak belum

mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status imunisasinya.

Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi

dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis

B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan

(DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan

Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio

suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).Untuk imunisasi


9

lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi

(DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan

(DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (TD)

[ CITATION Kem181 \l 1033 ].

Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah penyakit

Hepatitis B yang dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada

kegagalan fungsi hati dan kanker hati.Imunisasi BCG diberikan guna

mencegah penyakit tuberkulosis. Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada

usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk mencegah lumpuh layu.

Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar kekebalan

yang terbentuk semakin sempurna [ CITATION Kem181 \l 1033 ] .Terkait capaian

imunisasi, cakupan imunisasi dasar lengkap pada 2017 mencapai 92,04%,

melebihi target yang telah ditetapkan yakni 92% dan imunisasi DPT-HB-Hib

Baduta mencapai 63,7%, juga melebihi target 45%. Sementara tahun ini

terhitung Januari hingga Maret imunisasi dasar lengkap mencapai 13,9%, dan

imunisasi DPT-HB-Hib Baduta mencapai 10,8%. Target cakupan imunisasi

dasar lengkap 2018 sebesar 92,5% dan imunisasi DPT-HB-Hib Baduta 70%

[ CITATION Kem181 \l 1033 ] . Data cakupan imunisasi DPT puskesmas

Sabbangparu pada bulan Januari sampai dengan Juli untuk DPT 1 sebanyak

52,9%, DPT 2 sebanyak 47,9%, dan DPT 3 sebanyak 47,9%. Dapat diketahui

berdasarkan data bahwa cakupan imunisasi dasar walaupun angka cakupan

secara nasional naik, namun cakupan untuk daerah wilayah kerja

Sabbangparu masih rendah. Rendahnya respon masyarakat dalam


10

melaksanakan imunisasi DPT meningkatkan resiko kasus difteri, pertussis

dan tetanus.

Resiko tidak dilakukannya imunisasi DPT yaitu adanya kasus difteri.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sampai dengan November

2017, ada 95 Kab/kota dari 20 provinsi melaporkan kasus difteri. Sementara

pada kurun waktu Oktober November 2017 ada 11 provinsi yang melaporkan

terjadinya KLB Difteri di wilayah kabupaten/kota-nya, yaitu 1) Sumatera

Barat, 2) Jawa Tengah, 3) Aceh, 4) Sumatera Selatan, 5) Sulawesi Selatan, 6)

Kalimantan Timur, 7) Riau, 8) Banten, 9) DKI Jakarta, 10) Jawa Barat, dan

11) Jawa Timur [CITATION Kem182 \t \l 1033 ]. Adanya angka kejadian kasus

resiko tidak melakukan imunisasi DPT salah satunya disebabkan oleh

persepsi masyarakat yang beragam terkait imunisasi.

Persepsi masyarakat sampai saat ini masih ada pemahaman yang

berbeda mengenai imunisasi, sehingga masih banyak bayi dan balita yang

tidak mendapatkan pelayanan imunisasi. Alasan yang disampaikan orangtua

mengenai hal tersebut, antara lain karena anaknya takut panas, sering sakit,

keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat

imunisasi, serta sibuk/repot. Karena itu, pelayanan imunisasi harus

ditingkatkan di berbagai tingkat unit pelayanan [ CITATION Dia14 \l 1033 ].

Selain itu, terdapat berbagai faktor yang berhubungan dengan cakupan

imunisasi dasar antara lain pendidikan ibu, pekerjaan ibu, paritas ibu,

pengetahuan ibu, sikap ibu dan pendapatan keluarga (Fatonah, 2017 dan

Yuliana Makamban, 2014).


11

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2018) menyatakan

bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang imunisasi

difteri pada anak balita di Desa Jatiwates Kecamatan Tembelang Kabupaten

Jombang.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada 5 orang

ibu, terdapat 3 orang ibu yang belum paham tentang imunisasi namun percaya

dengan tindakan yang diambil oleh tenaga kesehatan, 1 orang ibu yang paham

dan melakukan imunisasi untuk anaknya, dan 1 orang ibu yang melakukan

imunisasi namun merasa takut dan cemas karena adanya issu tentang

haramnya vaksin imunisasi. Minimnya pengetahuan masyarakat dapat

menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketidaklengkapan cakupan

imunisasi. Selain itu, sikap yang diambil oleh ibu juga dapat mempengaruhi

kelengkapan imunisasi balita. Berdasarkan uraian masalah diatas maka

peneliti tertarik melakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan

dengan cakupan imunisasi DPT di Wilayah Kerja Puskesmas Sabbangparu

Kabupaten Wajo Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu faktor apa saja

yang berhubungan dengan cakupan imunisasi DPT di Wilayah Kerja

Puskesmas Sabbangparu Kabupaten Wajo Tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
12

Menganalisa faktor yang berhubungan dengan cakupan imunisasi DPT di

Wilayah Kerja Puskesmas Sabbangparu Kabupaten Wajo Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi faktor pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT

b. Mengidentifikasi faktor sikap ibu tentang imunisasi DPT

c. Menganalisa hubungan faktor pengetahuan ibu dengan cakupan

imunisasi DPT di Wilayah Kerja Puskesmas Sabbangparu

Kabupaten Wajo Tahun 2018.

d. Menganalisa hubungan faktor sikap ibu dengan cakupan imunisasi

DPT di Wilayah Kerja Puskesmas Sabbangparu Kabupaten

WajoTahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ibu balita

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi ibu balita

dalam memberikan perawatan kesehatan dan pemantauan tubuh kembang

anaknya.

2. Bagi puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berbasis penelitian bagi

oihak puskesmas guna memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan

balita demi kelengkapan imunisasi balita.

3. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan berbasis

penelitian dalam proses belajar mengajar.


13

4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan baru dan pembanding

bagi peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian tentang imunisasi.

E. Keaslian Penelitian

No Peneliti dan judul Metode Hasil


penelitian
1 Yuliana Jenis penelitian ini Hasil penelitian
Makamban, adalah penelitian menunjukkan bahwa
Ummu Salmah, observasional dengan pendidikan ibu
dan Rahma rancangan cross (p=0,004, φ=0,295),
(2014) sectional study. pekerjaan ibu (p=0,000,
Faktor Yang Populasi dalam φ=0,543), paritas ibu
Berhubungan penelitian ini adalah (p=0,020, φ=0,239)
Dengan Cakupan semua ibu yang memiliki hubungan
Imunisasi Dasar mempunyai anak yang bermakna dengan
Lengkap Pada berumur 9-24 bulan cakupan imunisasi
Bayi Di Wilayah dengan jumlah dasar lengkap pada
Kerja Puskesmas sampel 95 responden bayi.
Antara Kota dan teknik
Makassar pengambilan sampel
exhautive sampling.
Analisis data yang
digunakan adalah
analisis univariat dan
bivariat dengan uji
statistik chi-square
dan fisher’s exact
test dan ukuran
kekuatan hubungan
dengan menggunakan
uji koefisien phi φ.
2 Rohayati dan Siti Jenis penelitian Hasil analisis
Fatonah (2017) deskritif korelatif. menunjukkan ada
Faktor Internal Populasi dalam hubungan antara
Yang penelitian ini adalah pengetahuan ibu dan
Berhubungan ibu yang memiliki pendapatan keluarga
Dengan anak bawah dua dengan kelengkapan
Imunisasi Dasar tahun di puskesmas imunisasi dasar pada
Baduta Di Kota gedung Air. Dengan bayi, hasil darianalisis
Bandar Lampung jumlah sampel 100 diperoleh p value =
responden. 0,000 (p value < 0,05).
14

Instrument yang Perhitungan odd ratio


digunakan berupa (OR) = 21
kuesioner. menunjukkan ibu
dengan tingkat
pengetahuan baik
cenderung memberikan
imunisasi dasar lengkap
kepada bayinya
dibandingkan dengan
ibu pengetahuan
kurang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang imunisasi

1. Pengertian

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten.Anak

diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.

Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal

terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk

menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap

suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit

tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan[ CITATION

Dia14 \l 1033 ].

2. Cara kerja Imunisasi

Cara kerja imunisasi yaitu dengan dengan memberikan antigen

bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan

tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk

antibodi.Antibodi yang terbentuk setelah imunisasi berguna untuk

menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga

dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I (Penyakit yang

Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) [ CITATION Pus16 \l 1033 ].

3. Status Imunisasi di Indonesia

Untuk Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di tahun 2015 mencakup

4.139.903 bayi, kemudian di tahun 2016 meningkat menjadi 4.361.072


9

bayi. Sedangkan capaian hingga semester I tahun 2017 sebanyak

1.773.440 bayi[CITATION Kem171 \t \l 1033 ].

Dibandingkan dengan negara lain di antara sebelas negara di Asia

Tenggara (SEARO), Indonesia memiliki cakupan imunisasi campak

sebesar 84 % dan termasuk dalam kategori cakupan imunisasi campak

sedang (World Health Statistics 2015 dalam Kemenkes, 2016).

4. Jenis-jenis imunisasi

Imunisasi yang wajib diberikan adalah imunisasi yang telah

menjadi suatu komitmen global.Artinya, imunisasi tersebut harus

diberikan oleh semua negara di dunia seperti program pemberantasan

penyakit polio, tetanus, pertusis, campak, Hib, hepatitis B,

rotavirus.Imunisasi BCG hanya dianjurkan bagi negara endemis [ CITATION

IDA15 \l 1033 ].

a. Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin (<12 jam)

setelah lahir, lalu dianjurkan pada jarak 4 minggu dari imunisasi

pertama. Jarak imunisasi ke-3 dengan ke-2 minimal 2 bulan dan

terbaik setelah 5 bulan. Apabila anak belum pernah mendapat

imunisasi hepatitis B pada masa bayi, ia bisa mendapat serial

imunisasi kapan saja saat berkunjung. Hal ini dapat dilakukan tanpa

harus memeriksa kadar anti hepatitis B[ CITATION IDA15 \l 1033 ].

b. BCG

Imunisasi lain adalah imunisasi BCG. Indonesia saat ini merupakan

negara ke-3 tertinggi di dunia untuk penyakit TBC, setelah India dan
10

Tiongkok. Imunisasi BCG terbaik diberikan pada usia 2-3 bulan

karena pada bayi usia <2 bulan sistem imun anak belum matang.

Pemberian imunisasi penyokong (booster) tidak dianjurkan[ CITATION

IDA15 \l 1033 ].

c. DPT

Imunisasi DPT juga termasuk komitmen global dalam rangka

eliminasi tetanus.Imunisasi DPT diberikan 3 kali sebagai imunisasi

dasar, dilanjutkan dengan imunisasi ulangan 1 kali (interval 1 tahun

setelah DPT3). Pada usia 5 tahun, diberikan ulangan lagi (sebelum

masuk sekolah) dan pada usia 12 tahun berupa imunisasi Td. Pada

wanita, imunisasi TT perlu diberikan 1 kali sebelum menikah dan 1

kali pada ibu hamil, yang bertujuan untuk mencegah tetanus

neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir)[ CITATION IDA15 \l 1033 ].

Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, berapa  pun interval

keterlambatannya, jangan mengulang dari awal, tetapi lanjutkan

imunisasi sesuai jadwal. Bila anak belum pernah diimunisasi dasar

pada usia<12 bulan, lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar baik

jumlah maupun intervalnya. Bila pemberian DPT ke-4 sebelum ulang

tahun ke-4, pemberian ke-5 paling cepat diberikan 6 bulan

sesudahnya.Bila pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun, pemberian ke-

5 tidak diperlukan lagi[ CITATION IDA15 \l 1033 ].

d. Polio

Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan

(atau usia 2, 3, 4 bulan sesuai program pemerintah), sedangkan untuk


11

vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan dan 6-8

tahun. Apabila imunisasi polio terlambat diberikan, jangan mengulang

pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal, 

tidak peduli berapa pun interval keterlambatan dari pemberian

sebelumnya[ CITATION IDA15 \l 1033 ].

e. Campak

Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan

(second opportunity pada crash programcampak) pada usia 6-59

bulan serta saat SD kelas 1-6. Terkadang, terdapat program PIN

(Pekan Imunisasi Nasional) campak yang bertujuan sebagai penguatan

(strengthening).Program ini bertujuan untuk mencakup sekitar 5

persen individu yang diperkirakan tidak memberikan respon imunitas

yang baik saat diimunisasi dahulu. Bagi anak yang terlambat/belum

mendapat imunisasi campak: bila saat itu anak berusia 9-12 bulan,

berikan kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia >1 tahun, berikan

MMR[ CITATION IDA15 \l 1033 ].

f. MMR

Vaksin MMR diberikan pada usia 15-18 bulan dengan minimal

interval 6 bulan antara imunisasi campak dengan MMR.  MMR

diberikan minimal 1 bulan sebelum atau sesudah penyuntikan

imunisasi lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR

pada usia 12-18 bulan dan diulang pada usia 6 tahun, imunisasi

campak (monovalen) tambahan pada usia 6 tahun tidak perlu lagi

diberikan. Bila imunisasi ulangan (booster) belum diberikan setelah


12

berusia 6 tahun, berikan vaksin campak/MMR kapan saja saat

bertemu.Pada prinsipnya, berikan imunisai campak 2 kali atau MMR

2 kali[ CITATION IDA15 \l 1033 ].

g. HiB

Imunisasi HiB dapat berupa vaksin PRP-T (konjugasi) diberikan pada

usia 2, 4, dan 6 bulan, dan diulang pada usia 18 bulan. Vaksin HiB

juga dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi. Apabila anak

datang pada usia 1-5 tahun, HiB hanya diberikan 1 kali . Anak di atas

usia 5 tahun tidak perlu diberikan karena penyakit ini hanya

menyerang anak dibawah usia 5 tahun. Saat ini, imunisasi HiB telah

telah masuk program pemerintah, yaitu vaksin Pentabio produksi Bio

Farma, vaksin HiB diberikan bersama DPT, Hepatitis B[ CITATION

IDA15 \l 1033 ].

h. Pneumokokkus

Imunisasi yang penting lainnya yaitu imunisasi Pneumokokus untuk

mencegah infeksi kuman pneumokokus salah satu penyebab penting

dari radang telinga, pneumonia, meningitis dan beredarnya bakteri

dalam darah.Sayangnya, imunisasi ini belum masuk program

pemerintah [ CITATION IDA15 \l 1033 ].

i. Rotavirus

Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan untuk

mencegah diare karena rotavirus, digunakan vaksin rotavirus.Vaksin

rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2 macam. Pertama

Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia 6-


13

14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian, dan

dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix diberikan 2

dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis kedua

pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi

belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu

diberikan karena belum ada studi keamanannya[ CITATION IDA15 \l

1033 ].

j. Influenza

Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada

usia 6-35 bulan cukup 0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5

mL. Pada anak berusia <8 tahun, untuk pemberian pertama kali

diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-6 minggu, sedangkan

bila anak berusia >8 tahun, maka dosis pertama cukup 1 dosisi

saja[ CITATION IDA15 \l 1033 ].

k. Varicella

Vaksin varisela (cacar air) diberikan pada usia>1 tahun, sebanyak 1

kali. Untuk anak berusia >13 tahun atau pada dewasa, diberikan 2 kali

dengan interval 4-8 minggu.Apabila terlambat, berikan kapan pun saat

pasien datang, karena imunisasi ini bisa diberikan sampai

dewasa[ CITATION IDA15 \l 1033 ].

l. Hapatitis A dan Tifoid

Imunisasi hepatitis A dan tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun.

Imunisasi hepatitis A diberikan sebanyak 2 dosis dengan interval 6-12

bulan. Imunisasi tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun, dengan
14

ulangan setiap 3 tahun. Vaksin tifoid merupakan vaksin polisakarida

sehingga di atas usia 2 tahun[ CITATION IDA15 \l 1033 ].

5. Jenis Penyelenggaraan Imunisasi

a. lmunisasi Program

1) imunisasi rutin

a) imunisasi dasarpada bayi

b) lmunisasi lanjutan pada batita (bayi di bawah tiga tahun)

c) lmunisasi lanjutan pada anak sekolah

d) lmunisasi lanjutan pada wanita usia subur

2) lmunisasitambahan

a) Backlogjjghting (Upaya aktif melengkapi imunisasi dasar

pada anak yang berumur 1-3 tahun)

b) Pekan lmunisasi Nasional (Pl N)

c) Catch up eompoiqn campak

d) Crash program (Program percepatan)

e) SubPIN

f) OutbreakResponse Immunization (ORI)

3) lmunisasi khusus

b. Imunisasi Pilihan
15

6. Jadwal pemberian imunisasi pada bayi

Gambar 1 : jadwal pemebrian imunisasi pada bayi


[ CITATION Pus16 \l 1033 ]

B. Tinjauan umum tentang imunisasi DPT

1. Pengertian

Vaksin DTP adalah vaksin yang digunakan sebagai pencegahan

terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) secara simultan [ CITATION

Dia14 \l 1033 ].

Tidak ada upaya yang lebih efektif dalam mencegah terjadinya

difteri selain pemberian imunisasi.Hal ini terbukti, baik di dalam maupun

di luar negeri.Di negara maju dengan status gizi dan hygiene yang tinggi,
16

imunisasi tetap diberikan dalam upaya menjaga kekebalan tubuh

khususnya terhadap difteri.Di Indonesia yang daerah cakupan

imunisasinya tinggi, tidak ada laporan kasus difteri.Sementara untuk

daerah yang pernah terjadi wabah difteri dan dilakukan outbreak

response immunization (ORI), terbukti efektif memutus rantai

penularan.Oleh karena itu imunisasi DPT sebanyak 3 dosis pada bayi

ditambah dengan imunisasi lanjutan pada Batita dan murid Sekolah

Dasar dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit ini[CITATION

Kem164 \t \l 1033 ].

2. Manfaat pemberian imunisasi DPT

Vaksin DPT-HB-Hib diberikan 4 kali, pada usia 2, 3, 4 dan 18

bulan guna mencegah 6 penyakit, yaitu: Difteri, Pertusis, Tetanus,

Hepatitis B, Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang otak).

Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan

nafas, serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot

jantung.Penyakit Pertusis berat dapat menyebabkan infeksi saluran nafas

berat (pneumonia).Kuman Tetanus mengeluarkan racun yang menyerang

syaraf otot tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan sulit

bernafas.Kuman Haemophilus influenza tipe b dapat menyebabkan

Pneumonia dan Meningitis[CITATION Kem147 \t \l 1033 ].

3. Cara Pemberian

Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha

atas. Satu dosis anak adalah 0,5 ml[ CITATION Dia14 \l 1033 ].
17

4. Kontra indikasi

Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf

serius [ CITATION Dia14 \l 1033 ].

5. Efek samping

Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada

lokasi suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar

kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas

(rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam

setelah pemberian [ CITATION Dia14 \l 1033 ].

6. Penanganan efek samping

a. Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI

atau sari buah).

b. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.

c. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.

d. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam

(maksimal 6 kali dalam 24 jam).

e. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

f. Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter [ CITATION

Dia14 \l 1033 ].

7. Data cakupan imunisasi DPT

Tren cakupan DPT3 dari data rutin antara tahun 2007-2015

memperlihatkan kondisi yang konstan karena cakupan pada periode terse

but sudah tinggi yaitu antara 90%-100%.Sedangkan tren jumlah kasus


18

difteri cenderung meningkat, puncaknya terjadi pada tahun2012, yaitu

sebanyak 1.192 kasus[ CITATION Pus16 \l 1033 ].

Difteri MErupakan salah satu indicator gagalnya imunisasi DPT.

Difteri adalah suatu penyakit yang ditandai dengan demam disertai adanya

pseudomembran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorokan

(laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah.Salah

satu komplikasi penyakit difteri adalah bila toksin masuk ke peredaran

darah dan ke otot jantung sehingga menyebabkan kelumpuhan otot jantung

bahkan kematian.Toksin ini hanya bisa dihentikan dengan pemberian Anti

Difteri Serum pada penderita[CITATION Kem182 \t \l 1033 ].

Provinsi Jawa Timur merupakan kontributor terbesar kasus difteri,

yaitu sebanyak 74% dari seluruh kasus pada tahun 2014.Demikian pula

pada tahun2015, Jawa Timur masih menyumbang kasus terbesar (63%).

Pad a tahun 2015, sebanyak 37% kasus difteri merupakan penderita yang

belum mendapatkan imunisasi DPT3. Data cakupan imunisasi DPT3 dari

Riskesdas 2013 didapatkan standard error (SE) 2,2 lebih besar

dibandingkan dengan SE dari data rutin 2013 yang sebesar 1,7 [ CITATION

Pus16 \l 1033 ].
19

Gambar 2 : Cakupan Imunisasi DPT dan Jumlah Kasus Difteri


di Indonesia Tahun 2007-2015
[ CITATION Pus16 \l 1033 ]

Penyebaran kasus difteri di Indonesia pada tahun 2016 terjadi 6

kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat yaitu di Kab. Cirebon, Kab.

Majalengka, Kab Bogor, Kota Bekasi, Cimahi dan Kab.Indramayu.Jumlah

kasus seluruhnya sampai dengan tanggal 10 Februari sebanyak 14 kasus, 2

diantaranya meninggal dunia.Berdasarkan hasil surveilans, didapatkan

data bahwa seluruh penderita difteri tidak diimunisasi karena adanya

penolakan dari orangtua. Kasus yang ditemukan di Jawa Barat ini terjadi

pada anak usia 3-14 tahun. Meski demikian, orang dewasa juga tetap perlu

waspada karena difteri bisa terjadi pada orang dewasa yang tidak memiliki

kekebalan terhadap difteri[CITATION Kem182 \t \l 1033 ].

8.
20

C. Tinjauan umum tentang Faktor yang berhubungan dengan cakupan

imunisasi DPT

1. Pengetahuan

Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan adalah berbagai

gejala yang ditemui dan di peroleh manusia melalui pengamatan

akal.Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui penglihatan dan

pendengaran[ CITATION Soe12 \l 1033 ].

2. Sikap

Sikap (attitude) Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-

tidak baik dan sebagainya) [ CITATION Soe12 \l 1033 ].

3. Akses orang tua ke Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangun

kesehatan di wilayah kerjanya [CITATION Per13 \l 1033 ]. Posyandu adalah

suatu wadah komunikasi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari

Keluarga Berencana, dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk

masyarakat dengan dukungan pelayananserta pembinaan teknis dari

petugas kesehatan dan keluarga.Akses ke pelayanan kesehatan adalah

pelayanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak


21

terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi, dan

bahasa.Sedangkan yang dimaksud akses orang tua ke pelayanan

kesehatan (puskesmas) adalah jarak antara tempat tinggal dan lokasi

puskesmas yang dapat menghalangi orang tua membawa anaknya ke

puskesmas untuk mendapatkan imunisasi lanjutan.

4. Peran petugas kesehatan

Permenkes No 12 tahun 2017 pasal 32 disebutkan bahwa

Sebelum pelayanan Imunisasi Program, tenaga kesehatan harus

memberikan penjelasan tentang Imunisasi meliputi jenis Vaksin yang

akan diberikan, manfaat, akibat apabila tidak diimunisasi, kemungkinan

terjadinya KIPI dan upaya yang harus dilakukan, serta jadwal Imunisasi

berikutnya [CITATION Per13 \l 1033 ].

5. Peran Kader

Dalam penyelenggaraan program Imunisasi diperlukan

dukunganperan serta masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemberian

informasimelalui media cetak, media sosial, media elektronik, dan media

luarruang, advokasi dan sosialisasi, pembinaan kader, pembinaan

kepadakelompok binaan balita dan anak sekolah, dan/atau

pembinaanorganisasi atau lembaga swadaya masyarakat.Kader adalah

tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja

bersama untuk masyarakat secara sukarela.Pemberdayaan masyarakat

melalui TOGA, TOMA, aparat desadan kader sehingga masyarakat mau

dan mampu menjangkaupelayanan Imunisasi[ CITATION Per13 \l 1033 ].

BAB III
22

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dibuat berdasarkan hasil

pembahasan pada latar belakang, penelitian pembanding, dan tinjauan

pustaka. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai

berikut: Variabel dependen


Variabel independen

Pengetahuan ibu
cakupan imunisasi DPT

Sikap ibu

Keterangan:

: Variabel independen yang akan diteliti

: Variabel dependen yang akan diteliti

B. Hipotesis

Ha 1 : Ada hubungan faktor pengetahuan ibu dengan cakupan

imunisasi DPT di Wilayah Kerja Puskesmas Sabbangparu

Kabupaten Wajo Tahun 2018.

Ha 2 : Ada hubungan faktor sikap ibu dengan cakupan imunisasi DPT

di Wilayah Kerja Puskesmas Sabbangparu Kabupaten Wajo

Tahun 2018.

BAB IV

METODE PENELITIAN
23

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian korelasional analitik,

rancangan penelitian yang dipakai adalah potong lintang (Cross sectional)

yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor

risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada waktu yang sama.

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki bayi usia 4-12

bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sabbangparu Kabupaten Wajodan

terdata pada bulan Juli sebanyak 55 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki bayi usia 4-12 bulan

di Wilayah Kerja Puskesmas Sabbangparu Kabupaten Wajo sebanyak 55

orang. Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan rumus slovin:

N
n =
1 + N.d2

55
n =
1 + 55 (0,1)2
55
n =
1 + 0.55

n = 35 orang
24

jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 orang yang diambil

menggunakan kriteria:

a. Kriteria inklusi

1) Ibu yang memiliki bayi usia 4 – 12 bulan

2) Ibu yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi

1) Ibu yang tidak kooperatif

2) Ibu tidak berada di lokasi penelitian saat penelitian dilaksanakan

3. Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggnakan teknik

purposive sampling.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen yaitu

pengetahuan dan sikap ibu dan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu

cakupan imunisasi DPT.

D. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala ukur


Pengetahuan Pengetahuan Kuisioner 1. Baik jika Ordinal
merupakan responden
hasil dari tahu menjawab
dan ini terjadi ≥ 80%
setelah jawaban
seseorang benar
melakukan 2. Kurang
penginderaan jika
terhadap suatu responden
objek tertentu. menjawab
< 80%
jawaban
benar
Sikap Sikap Kuisioner 1. Positif Ordinal
merupakan jika
25

reaksi atau responden


respons yang menjawab
masih tertutup ≥ 80%
dari seseorang jawaban
terhadap suatu positif
stimulis atau 2. Negative
objek. jika
responden
menjawab
< 80%
jawaban
positif
Cakupan Kelengkapan Lembar 1. Lengkap Nominal
imunisasi imunisasi observasi jika anak
DPT DPT yang menerima
diperoleh semua
anak imunisasi
DPT
2. Tidak
lengkap
jika anak
tidak
menerima
semua
imunisasi
DPT

E. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan diWilayah Kerja Puskesmas

Sabbangparu Kabupaten Wajo.

F. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2018 selama

satu bulan.

G. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian ini menggunakan kuisioner yang merujuk pada

kuisioner yang telah digunakan oleh Huda (2009) terdiri dari:

1. Identitas ibu dan bayi


26

2. Lembar observasi kelengkapan imunisasi DPT

3. Kuisioner pengetahuan ibu yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan

penilaian terhadap jawaban jika benar di beri nilai 1 dan jika salah diberi

nilai 0. Pilihan jawaban yang ada yaitu benar dan salah.

4. Kuisioner sikap ibu yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan penilaian

terhadap jawaban jika benar di beri nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0.

Pilihan jawaban yang ada yaitu ya dan tidak.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

1. Persiapan penelitian Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti

memperoleh rekomendasi dari program studi S1 keperawatan STIKes

Kurnia Jaya Persada.

2. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data awal

sebagai bahan untuk menyusun latar belakang permasalahan. Selanjutnya

melaksanakan penelitian dengan tahapan sebagai berikut :

a. Mengurus perijinan melalui Program Studi S1 Keperawatan STIKes

Kurnia Jaya Persada, Kesbangpol Kabupaten Wajo dan Puskesmas

Sabbangparu, serta memperoleh persetujuan dari responden.

b. Mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara

survei, melalui wawancara menggunakan kuesioner

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu:


27

1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau

subjek penelitian. Teknik pengumpulan data dikumpulkan dengan cara

wawancara.

2. Data sekunder. Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari dnas

kesehatn dan puskesmas Sabbangparu, sedangkan data studi pendahuluan

diperoleh dari hasil wawancara.

I. Pengolahan data

1. Mengedit (editing)

Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan yang diisi

agar lengkap, untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan

pengisian atau jawaban yang tidak jelas, sehingga jika terjadi kesalahan

atau kekurangan data dapat dengan mudah terlihat dan segera dilakukan

perbaikan. Proses editing dalam penelitian ini adalah dengan cara

mengecek kelengkapan kuesioner yang telah diisi oleh responden untuk

memastikan bahwa seluruh pertanyan dalam kuesioner talah diisi sesuai

dengan petunjuk yang telah peneliti jelaskan sebelum menyerahkan

kuesioner, bahkan bila perlu maka peneliti sendiri yang datang ke rumah

responden untuk memastikan jawaban.

2. Pengkodean (coding)

Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka untuk setiap jawaban

dari kuesioner yang telah disebarkan diberi kode sesuai dengan jawaban

yang diberikan responden

3. Pemberian skor (Skoring)


28

Memberi skor pada masing-masing item yang terdapat pada pertanyan

tentang pengetahuan dan sikap. Untuk pertanyaan pengetahuan dan sikap

dimana pertanyaan favourable diberikan nilai 1 untuk jawaban “benar”,

dan nilai 0 untuk jawaban “salah” dan pertanyaan unfavouriable

diberikan nilai 1 untuk jawaban “salah”, dan nilai 0 untuk jawaban

“benar.

4. Tabulasi (tabulating)

Setelah diberi kode dan skor kemudian memasukkan hasil penelitian ke

dalam tabel yang sudah dibuat sesuai dengan jumlah pertanyaan dari

variabel pengetahuan dan sikap.

5. Entri data Entering adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer.

J. Analisa Data

1. Analisa univariat (analisis deskriptif)Yaitu analisa yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan krakteristik setiap variabel penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variabel Analisis univariat (analisis deskriptif) untuk

membuat gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki atau

diteliti. Dengan menggunakan program komputer disajikan dalam bentuk

tabel distribusi yaitu mean, min-max dan standar deviasi.

2. Analisa bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square

K. Etika Penelitian
29

1. Otonomi.

Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam menentukan

nasibnya sendiri (independen). Hak untuk memilih dari subjek untuk

disertakan atau tidak dalam suatu proyek penelitian dengan memberi

persetujuannya atau tidak memberikan persetujuannya dalam informed

consent. Informed consent merupahkan upaya peningkatan perlindungan

terhadap salah satu hak asasi pasien (subjek penelitian) dalam hubungan

penelitian dan pasien,yaitu hak atas informasi dikaitkan dengan hak

untuk menentukan nasib sendiri (otonomi pasien).

2. Beneficence

Prinsip berbuat yang terbaik bagi subjek ini tentu saja dalam batas-batas

hubungan terapeutik antara perawat-subjek.Penelitian yang dilakukan

dengan melibatkan subjek sebagai responden mengandung konsekuensi

bahwa semuanya demi kebaikan subjek, guna mendapatkan suatu metode

dan konsep yang baru untuk kebaikan subjek.

3. Nonmaleficence

Penelitian keperawatan mayoritas menggunakan populasi dan sampel

manusia (pasien).Sangat berisiko terjadi kerugian fisik dan psikis

terhadap subjek penelitian. Jika penelitian dilakukan oleh peneliti

pemula, biasanya juga akan timbul rasa cemas, takut, dan keraguan

kepada subjek.

4. Confidentiality

Peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah

dikumpulkannya.Sering kali subjek penelitian menghendaki agar dirinya


30

tidak diekspos kepada khalayak ramai. Jawaban tanpa nama dapat

dipakai dan sangat dianjurkan subjek penelitian tidak menyebutkan

identitasnya. Apabila sifat penelitian memang menuntut peneliti

mengetahui identitas subjek, peneliti harus memperoleh persetujuan

terlebih dahulu serta mengambil langkah-langkah dalam menjaga

kerahasiaan dan melindungi jawaban dari subjek.

5. Veracity

Proyek penelitian yang dilakukan oleh perawat hendanya dijelaskan

secara jujur tentang manfaatnya, efeknya, dan apa yang didapat jika

subjek dilibatkan dalam proyek tersebut. Penjelasan seperti ini harus

disampaikan kepada subjek karena mereka mempunyai hak untuk

mengetahui segala informasi tentang penelitian.


31

DAFTAR PUSTAKA

Dian Nur Hadianti, E. M. (2014). Buku Ajar Imunisasi . Jakarta: Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga Kesehatan, Kemenkes RI.

Fatonah, R. R. (2017). Faktor Internal Yang Berhubungan Dengan Imunisasi


Dasar Baduta Di Kota Bandar Lampung. Jurnal Keperawatan Poltekkes
Tanjungkarang, Vol 13, No 1, diakses pada tanggal 29 Juli 2018 dari
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/

IDAI. (2015, mei 30). Melengkapi/ Mengejar Imunisasi (Bagian II). Retrieved
Juli 30, 2018, from Ikatan Dokter Anak Indonesia: http://www.idai.or.id/

Kemenkes. (2014, april 22). Pekan Imunisasi Dunia 2014: Imunisasi Untuk Masa
Depan Yang Sehat. Retrieved Juli 30, 2018, from Kementrian Kesehatan
RI: http://www.depkes.go.id/

Kemenkes. (2016, Februari 11). Imunisasi Efektif Cegah Difteri. Retrieved Juli
30, 2018, from Kementrian Kesehatan RI: http://www.depkes.go.id/

Kemenkes. (2016, 6 8). Imunisasi Efektif Cegah Difteri. Retrieved Juli 30, 2018,
from Kementrian Kesehatan RI: http://www.depkes.go.id/

Kemenkes. (2017, Agustus 16). Inilah Capaian Kinerja Kemenkes RI Tahun


2015- 2017. Retrieved Juli 30, 2018, from Kemenkes RI:
http://www.depkes.go.id/l

Kemenkes. (2018, April 28). Berikan Anak Imunisasi Rutin Lengkap, Ini
Rinciannya. Retrieved Juli 30, 2018, from Kementrian Kesehatan RI:
http://www.depkes.go.id/

Notoatmojo, S. (2012). Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Permenkes. (2017). Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 12


Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.

Pusdatin. (2016). Situasi Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan


RI.

Riska Aprilia Wardani, H. H. (2018). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu


Tentang Imunisasi Difteri Pada Anak Balita Di Desa Jatiwates Kecamatan
32

Tembelang Kabupaten Jombang. Nurse Health, Vol 7, No 1 (2018),


diakses pada tanggal 29 Juli 2018 dari http://www.ejournal-
kertacendekia.id/

Rohayati, S. F. (2017). Faktor Internal Yang Berhubungan Dengan Imunisasi


Dasar Baduta Di Kota Bandar Lampung. Jurnal Keperawatan, Volume
XIII, No. 1, April 2017, ISSN 1907 - 0357, diakses pada tanggal 29 Juli
2018 dari http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/

Yuliana Makamban, U. S. (2014). Faktor Yang Berhubungan Dengan Cakupan


Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara
Kota Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS, diakses pada
tanggal 29 Juli 2018 dari https://core.ac.uk/

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Inform Consent

Saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau


sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
S1 Keperawatan Stikes Kurnia Jaya Persada:
Nama : Arisman Jaya

Nim : 01.2016.143.

Judul Penelitian : “FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

CAKUPAN IMUNISASI DPT DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SABBANGPARU KABUPATEN WAJO

TAHUN 2018”

Saya percaya yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya.Demikian secara


sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan serta
dalam penelitian.
33

Sabbangparu, 2018

Responden

( )

KUISIONER

A. Identitas

1. Inisial ibu :

2. Usia ibu :

3. Pekerjaan ibu :

4. Pendidikan ibu :

5. Agama :

6. Inisial bayi :

7. Usia bayi :

8. Jenis kelamin bayi :

B. Data Imunisasi

Checklist pada kolom imunisasi sesuai data imunisasi bayi

 : DPT 1

 : DPT 2

 : DPT 3

C. Kuisioner Pengetahuan

No Pertanyaan Benar Salah


34

1 Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan


kekebalan tubuh balita
2 Imunisasi untuk mencegah penyakit bukan
menyembuhkan penyakit
3 Manfaat imunisasi itu lebih besar dari pada
kerugiannya (efek samping)
4 Imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit tertentu.
5 Imunisasi yang diberikan kepada bayi ada 2 jenis
imunisasi, yaitu imunisasi dasar dan imunisasi anjuran
6 Posyandu adalah tempat untuk memberikan imunisasi
pada anak
7 Pemberian imunisasi yang tidak lengkap, akan
mengakibatkan tingkat kekebalan pada bayi menjadi
rendah
8 Efek samping yang ditimbulkan anak anda, saat dan
setelah diimunisasi mengalami kemerahan dan nyeri di
area penyuntikan
9 Setelah pemberian imunisasi DPT efek yang timbul
adalah panas dan ibu selalu memberikan kompres air
dingin untuk menurunkan panas
10 Setelah pemberian imunisasi DPT ibu tidak boleh
memandikan anaknya
11 Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai
bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh
(imunitas) dan mencegah terjadinya penyakit tertentu.
12 Imunisasi yang lengkap dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada bayi dan balita

D. Kuisioner Sikap

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah ibu setuju dengan adanya program imunisasi
dasar lengkap
2 Imunisasi diberikan agar anak terhindar dari penyakit
3 Ibu memberikan imunisasi pada anak sesuai jadwal dan
usia anak
4 Apakah ibu yakin bahwa imunisasi DPT dapat
mencegah penyakit Difteri, Batuk 100 hari (batuk rejan),
dan Tetanus?
5 Menurut ibu perlukah imunisasi Combo DPT-HB I
diberikan
6 Menurut ibu perlukah imunisasi Combo DPT-HB II
diberikan
7 Menurut ibu perlukah imunisasi Combo DPT-HB III
diberikan
35

8 Pemberian imunisasi berulang (DPT I, II, III) diberikan


agar kekebalan anak terlindungi
9 Apakah ibu takut bila anak ibu diimunisasi?

Alasan……………………………………………
10 Saya tetap memberikan imunisasi kepada anak saya
selama pemerintah tidak mengeluarkan perintah
larangan

Anda mungkin juga menyukai