Anda di halaman 1dari 5

KLIPPING

BIOTEKNOLOGI

OLEH

ABD. AZIS
KELAS IX C

SMP NEGERI 2 CINA


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
CIRI-CIRI PRODUK BIOTEKNOLOGI

Untuk bisa disebut sebagai produk bioteknologi, tentu saja produk tersebut harus
memiliki ciri tertentu. Pertama, produk tersebut harus menggunakan makhluk hidup
dalam proses pembuatannya. makhluk hidup yang dimaksud di sini bisa bermacam-
macam, seperti bakteri, jamur, hewan, dan tumbuhan. Biasanya yang paling sering
digunakan dalam bioteknologi itu mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Alasannya
karena selain mudah didapatkan, proses pertumbuhan mikroorganisme ini cepat dan
dapat dimodifikasi. Modifikasi di sini dilakukan melalui rekayasa genetika sifat
mikroorganisme untuk diubah menjadi sifat yang bagus-bagus saja. Sifat-sifat bagus
inilah yang kemudian diturunkan ke keturunan selanjutnya alias anaknya. Dengan
demikian kita bisa menghasilkan produk atau jasa yang terbaik di antara yang terbaik.

Jamur

Bakteri
Ciri kedua yang mesti dimiliki produk bioteknologi adalah dalam proses pembuatan
produk tersebut harus menggunakan ilmu yang mendukung proses bioteknologi. Ilmu-
ilmu tersebut adalah ilmu mikrobiologi, biokimia, biologi molekuler, genetika, enzimologi,
ilmu pangan, rekayasa teknologi pangan, dan rekayasa biokimia.

JENIS BIOTEKNOLOGI
Nah, kamu udah paham kan cara ngebedain produk bioteknologi dengan yang bukan?
Sekarang kita pelajari jenis-jenis bioteknologi, ya. Jadi, seperti yang udah disinggung di
atas, produk bioteknologi ini sebenernya udah ada dari jaman dulu. Sejak enam ribu
tahun sebelum Masehi, masyarakat Babilonia udah biasa bikin minuman fermentasi
anggur dengan menggunakan ragi. Pada tahun empat ribu sebelum Masehi,
masyarakat Mesir juga udah menggunakan ragi untuk membuat roti. Sementara di
Jepang, mereka bikin natto (makanan tradisional Jepang, yang dibuat dari fermentasi
kacang kedelai) dan sake (minuman beralkohol tradisional Jepang yang juga biasa
digunakan dalam masakan mereka). Kalau di Cina, mereka bikin sufu (semacam keju
yang lunak) dan kecap. Kalau di Indonesia, kamu pasti tau dong apa aja produk
bioteknologi ini? Yup! Kamu bener! Nenek moyang kita terbiasa menggunakan ragi
untuk bikin tempe, oncom, tape, brem, kecap dan lain-lain.

Di jaman dulu, bioteknologi dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Hanya
dibuat di industri rumah tangga dengan jumlah yang sedikit, sesuai dengan kebutuhan
harian mereka. Lalu seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu
bioteknologi pun semakin berkembang. Para peneliti mulai mengembangkan
bioteknologi dengan prinsip-prinsip ilmiah melalui penelitian. Hal ini dilakukan agar
produk yang dihasilkan bisa lebih banyak dan mutakhir.

Dari dua jenis proses bioteknologi di atas, bioteknologi pun dibagi menjadi dua jenis,
yaitu bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern. Perbedaan di antara kedua
jenis bioteknologi itu apa aja, sih? Lanjut baca artikel ini, ya.

BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL

Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang ngegunain mikroorganisme


sebagai alat untuk ngehasilin produk dan jasa. Biasanya bioteknologi konvensional
menggunakan bakteri dan jamur untuk menghasilkan enzim-enzim tertentu untuk
melakukan metabolisme yang menghasilkan produk tertentu, temen-temen. Sesuai
namanya, bioteknologi ini sudah ada jauh sebelum teknologi belum berkembang
dengan pesat dan penggunaannya masih terbatas pada peran makhluk hidup atau
organisme melalui proses yang masih sangat sederhana dan dilakukan dalam skala
kecil. 

Mulanya, sih, bioteknologi ini hanya diterapkan pada bidang pertanian, tapi seiring
berjalannya waktu, berkembang juga ke banyak bidang lainnya. Bioteknologi
konvensional digunakan untuk menghasilkan produk-produk yang mengandalkan peran
organisme sebagai pengubah bentuk dan kandungan gizi. Nah, kamu pasti udah tau
kan proses apa itu? Iya, kamu benar. Proses ini dinamakan fermentasi atau proses
pemecahan glukosa yang ada pada bahan makanan dengan bantuan mikroba.
Fermentasi ini kemudian menghasilkan asam asetat, alkohol, gula atau bahan makanan
sehari-hari seperti tempe, tape, kecap, brem, dan oncom.
Karena bioteknologi konvensional ini masih dilakukan dengan sederhana dan tidak
menggunakan mesin yang canggih, bioteknologi ini memiliki dua ciri khas. Pertama,
proses pembuatan produknya menggunakan makhluk hidup secara langsung. Misalnya
dalam proses pembuatan tempe yang menggunakan jamur Rhizopus oligosporus,
jamurnya digunakan langsung untuk memfermentasi kacang kedelai menjadi tempe.
Kedua, pengerjaan atau proses pembuatannya mudah, hanya menggunakan alat dan
perlengkapan yang sederhana.

BIOTEKNOLOGI MODERN

Nah, kalau bioteknologi modern beda lagi temen-temen. Bioteknologi ini mulai
berkembang sejak diketemukannya struktur dan fungsi DNA. Mangkanya bioteknologi
jenis ini menggunakan mikroba atau makhluk hidup hanya sebagai agen. Jadi
mikrobanya gak dipake secara langsung seperti dalam bioteknologi konvensional. Oleh
karena itu, bioteknologi modern membutuhkan alat dan perlengkapan yang modern dan
canggih dalam proses pembuatannya.

Salah satu contoh bioteknologi modern ini adalah tumbuhan transgenik. Transgenik
terdiri dari kata transfer dan genik, mangkanya arti dari transgenik adalah memiliki
materi genetik (DNA) dari organisme lain. Jadi, tanaman transgenik dibuat dari hasil
rekayasa genetika dengan menggabungkan gen tertentu dengan DNA-nya. Hal ini
dilakukan biasanya agar suatu tumbuhan pangan memiliki sifat daya tahan yang tinggi
terhadap hama dibandingkan tumbuhan yang tidak mendapatkan proses transgenik ini.
Untuk membuat tanaman transgenik ini ada beberapa tahapan, temen-temen. Pertama-
tama, kita perlu mencari gen pada makhluk hidup lain yang memiliki sifat yang kita
inginkan, yaitu sifat daya tahan yang bagus terhadap hama yang menyerang tanaman
tertentu. Biasanya gen ini diambil dari makhluk hidup lain, seperti tanaman lain, hewan,
bakteri atau jamur. Nah, kalau gen yang diinginkan udah ditemukan, baru deh gennya
diekstrak alias diambil dari makhluk hidup tersebut. Hasil ekstrak gen ini kemudian
diperbanyak dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning gen ini, DNA asing
dimasukkan ke dalam vektor kloning gen atau agen pembawa DNA. Kemudian vektor
kloning ini dimasukkan ke dalam bakteri supaya DNA dapat diperbanyak seiring dengan
perkembangbiakan bakteri tadi. Bila gen yang diinginkan sudah diperbanyak, maka
akan gen asing tersebut akan ditransfer ke dalam sel tumbuhan. Bagian sel tumbuhan
yang digunakan ini biasanya adalah bagian daun. 

Nah, hasil dari proses tersebut baru deh muncul varietas tumbuhan baru yang memiliki
daya tahan yang lebih kuat dibandingkan tanaman biasa atau alami yang ada di alam.
Tanaman transgenik ini biasanya lebih tahan serangan hama, tahan cuaca, memiliki
kandungan nutrisi yang lebih tinggi, dan lain sebagainya. Dengan diciptakannya
tanaman transgenik ini, kita jadi bisa mengatasi peningkatan kebutuhan pangan
penduduk dunia yang semakin banyak serta dapat mengatasi masalah kekurangan gizi
yang terjadi di dunia. 

Anda mungkin juga menyukai