Anda di halaman 1dari 15

Review Hasil Penelitian Dan Pengembangan Ekonomi Syariah

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Praktik Profesi Ekonomi Syariah
Dosen Pengampu : Eni Kusrini S.E.I., ME

Disusun Oleh :
ES6E
1. Asrul Julaimi (1820210157)
2. Shinta Aulya (1820210158)
3. Kholifatun Nikmah (1820210193)
4. Elya Agustina (1820210194)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH TAHUN 2021

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia
memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor industri halal. Seiring
dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi di
sektor industri halal didorong oleh keyakinan, melainkan karena memang
kualitas produk halal semakin baik. Di sisi lain, meningkatnya permintaan
konsumen pada produk halal ini mendorong kenaikan investasi dan
perdagangan pada sektor ini baik lokal maupun global. Tentu saja besarnya
potensi Indonesia di sektor industri halal ini dapat mendukung pertumbuhan
ekonomi nasional. Lahirnya ekonomi syariah yang bisa menawarkan sebuah
sistem yang dapat membangun perekonomian lebih beradab karena
menawarkan sisi moral yang selama ini cenderung terabaikan dalam analisis
ekonomi dan sering kali menyebabkan terjadinya gejolak ekonomi. Dalam
perkembangannya ekonomi Islam bukan hanya sebagai fenomena perkotaan,
tetapi juga perdesaan. Bahkan sistem ekonomi Islam non profit ini
sesungguhnya, telah lama berkembang di perdesaan, terutama yang mayoritas
penduduknya menganut agama Islam. Berkembangnya sistem ekonomi Islam
di perdesaan berproses secara evolutif, dalam kehidupan masyarakat
perdesaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan ekonomi syariah di Indonesia?
2. Jelaskan review hasil penelitian pengembangan ekonomi syariah!
3. Apa saja Profesi ekonomi syariah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia


Sistem ekonomi syariah di Indonesia mulai muncul pada 1960. Saat
itu, pengharaman riba (bunga) menjadi isu yang banyak didiskusikan di
kalangan masyarakat muslim. Ada dua pandangan utama mengenai riba.
Pertama, interpretasi riba seperti yang terdapat dalam fikih (hukum Islam)
sebagai interpretasi yang tepat dan harus diikuti. Dalam hal ini, fikih
menggunakan prinsip bahwa setiap tambahan yang ditetapkan dalam suatu
transaksi pinjaman melebihi dan di atas pokok pinjaman adalah riba. Kedua,
pengharaman riba dipahami dalam kaitannya dengan eksploitasi atas adanya
jurang pemisah di masyarakat yang berbeda golongan ekonominya.
Pada 1990, muncul prakarsa pendirian bank Islam di Indonesia.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk
mendirikan Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 18–20 Agustus 1990,
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya bunga bank
dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22–25 Agustus 1990 yang
menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank
Islam di Indonesia. Kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI ini
bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak yang
terkait.
Hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirinya bank
syariah pertama di Indonesia, yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI)
yang, sesuai akta pendiriannya, berdiri pada 1 November 1991. Kemudian,

2
sejak 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal awal sebesar
Rp106.126.382.000.
Hal tersebut menjadi langkah awal perkembangan ekonomi syariah di
Indonesia, apalagi setelah adanya amendemen Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang
memberikan landasan operasi yang jelas terhadap perbankan syariah.
Menurut Sofyan (2016).1 pembangunan sektor keuangan pada
dasarnya memang diharapkan mampu membawa perubahan positif bagi
perekonomian nasional. Oleh karena itu, eksistensi lembaga keuangan,
khususnya sektor perbankan, menempati posisi sangat strategis dalam
menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi di sektor riil dengan
pemilik dana (agent of economic development).
Arah pengembangan perbankan syariah di Indonesia diarahkan kepada
mobilisasi dana masyarakat untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan di
sektor-sektor perekonomian nasional. Pengembangan perbankan syariah
diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan
berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Hingga saat ini,
perkembangan perbankan syariah menunjukkan perubahan yang signifikan.
Hal ini ditandai dengan berdirinya Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha
Syariah (UUS), dan Bank Perkreditan Syariah (BPRS) di seluruh Indonesia. 
Tantangan Ekonomi Syariah
Pertama, dari sisi permodalan. Menurutnya, lembaga ekonomi dan
keuangan syariah membutuhkan biaya yang tidak mini. Pasalnya, lembaga
terus melakukan perluasan, pembiayaan, maupun pendanaan bagi pelaku
usaha.
Kedua, bagaimana percepatan untuk pengembangan inovasi pada
produk-produk syariah. Menurutnya, produk-produk syariah perlu lebih
variatif dan lebih market friendly untuk lebih bisa diterima oleh pasar.
1
Sofyan S. “Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Bilancia, 10 (2), 2016, hal:. 91-112.

3
Ketiga, terkait dengan sumber daya manusia (SDM) dalam mengelola
dana islam. Menurutnya, diperlukan SDM yang berkualitas dalam mengelola
dana ini karnea dana umat merupakan dana yang sangat besar.
Keempat, pengembangan dalam keterbatasan infrastruktur di ekonomi
dan keuangan syariah. Hal ini menyangkut bagaimana perluasan layanan
syariah dan penguatan teknologi serta informasi.
B. Review Hasil Penelitian Pengembangan Ekonomi Syariah
a. Pengembangan Ekonomi Islam Berbasis Kependudukan Di
Perdesaan
Edisi :  Vol. 3. No. 1, Mei 2019
Penulis : Dudi Badruzaman
Nama Jurnal : Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis
ISSN : 2621-5012
Halaman : 10 halaman
Tanggal : 20 Maret 2021
Latar Belakang:
Pengembangan ekonomi Islam di pedesaan tentu bukan sesuatu
yang baru bagi mayoritas desa yang penduduknya beragama Islam.
Nilai-nilai Islam yang telah mendarah daging dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat desa telah menjadi dasar dari praktik-praktik ekonomi.
Namun demikian seringkali masyarakat pedesaan kurang menyadari
bahwa mereka telah mempraktikkan sistem ekonomi Islam. Sistem
ekonomi perdesaan di Indonesia dalam konteks kekinian berlangsung
dalam pergumulan sistem ekonomi tradisional (prakapi-talistik)
dengan ekonomi modern (kapitalistik). Sistem ekonomi kapita-listik di
perdesaan merupakan bentuk penetrasi perkotaan atas perdesaan.
Tujuan Penelitian :

4
Untuk menganalisis pengembangan peran dan kontribusi
lembaga ekonomi islam di perdesaan dengan dibentuknya berbagai
bentuk usaha.
Subjek Penelitian :
Warga perdesaan Indonesia
Tinjauan Pustaka :
Ekonomi islam adalah bentuk percabangan ilmu ekonomi yang suatu
metode pembahasan permasalahan yang sifatnya menguraikan,
menggambarkan, membandingkan, dan menerangkan suatu keadaan,
kemudian dikumpulakn sehingga didapatkan informasi yang
diperlukan untuk menganalisis masalah yang ada.berlandaskan nilai-
nilai islam. Yang berlandaskan pada Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan
Qiyas.
Metode Penelitian :
Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penulisan
jurnal ini, penulis menggunakan suatu metode analisis deskriptif yaitu
Hasil Penelitian :
 Dinamika sistem ekonomi di perdesaan Indonesia :
pengembangan ekonomi islam di perdesaan sudah menjadi
praktik kehidupan sehari-hari. Sistem ekonomi yang tradisonal
mulai berubah menjadi sistem ekonomi kapitalis, yang
mengubah warga menjadi homogen. Namun hanya hanya
sebagian kecil saja, para warga perdesaan masih menerapakan
sistem ekonomi dan sosial.
 Prinsip-prinsip dan perkembangan ekonomi islam : sistem
yang berkembang diperdesaan adalah sistem ekonomi kapitalis
dan pra kapitalis. Falah sebagai dasar dan tujuan dari praktik
islam. Konsep ekonomi islam berbeda secara mendasar dengan
konsep kapitalis dan sosialisme.

5
 Analisa kependudukan untuk pengembangan ekonomi islam di
perdesaan : wacana dan praktik dari sistem ekonomi islam bisa
melepaskan diri dari aspek kependudukan. Kondisi
kependudukan menurut pakar dan praktisi merupakan salah
satu indikator untuk memproyeksikan perkembangan ekonomi
islam di Indonesia. 87% beragama islam merupakan potensi
pasar yang besar. Namun perkembangannya terlihat bahwa
capaian perbankan syariah baru sekitar 2,3% dalam menggarap
potensi pasar tersebut. Analisinya ekonomi islam tidak semata-
mata mengacu pada jumlah penduduk beragama islam. Jumlah
pendudukn beragama islam umur produktif bisa menjadi
instrumen lain. Penduduk usia produktif sangat menentukan
dinamika ekonomi masyarakat karena perannya dalam
produksi dan distribusi pendapatannya.2
Kesimpulan :
Hadirnya sistem ekonomi islam di pedesaan akan mampu
menjadi alternatif dalam memperbaiki kehidupan masyarakat pedesaan
yang mayoritas berada dalam jerat kemiskinan. Kemapuan trsebut
mengacu pada prinsip dan praktik ekonomi islam yang
mengedepankan keseimbangan kebutuhan individual dan kelompok
untuk mencapai kesejahteraan (falah). Upaya ini sangat relevan
dengan watak usaha ekonomi pedesaan yang lebih bersifat usaha kecil,
nikro dan menengah. Sedangkan ekonomi islam lebih perhatian pada
jenis usaha tersebut. Pengembangan sistem ekonomi islam di pedesaan
Indonesia diproyeksikan memiliki prospek yang cerah. Analisis
kependudukan menunjukkan bahwa mayoritas penduduk menganut
agama islam pada tingkat nasional yaitu 87%. Dari jumlah tersebut,

2
Thohir Yuli Kusmanto.Desember 2014, “ Pengembangan Ekonomi Islam Berbasis Kependudukan di
Pedesaan”. Jurnal ilmu Dakwah. Vol 34. Hal 224

6
mayoritas penduduk penganut agama islam yang tinggal dipedesaan
yaitu 66.241.249 jiwa atau 64,45%. Merujuk pada jumlah perdesaan
dengan pendekatan sistem ekonomi islam. Namun potensi tersebut
belum semuanya tergarap secara optimal. Faktor pemahaman menjadi
persoalan utama. Untuk itu perlu sosialisasi terus menerus, dengan
memanfaatkan berbagai instrumen keislaman, dan media massa dalam
berbagai bentuk. Juga pembuktian kapasitas sistem ekonomi islam
dalam menjamin stabilitas dan kesejahteraan ekomoni.
b. Strategi Pengembangan Ekonomi Syariah Melalui Penguatan
Fungsi Pengadilan Agama Dalam Penyelesaian Sengketa

Edisi : Vol. 7, No. 1, April 2018


Penulis : Kelik Pramudya 
Nama Jurnal : Jurnal rechts vinding media pembina hukum nasional
ISSN : 2089-9009
Halaman : 13 halaman
Tanggal : 20 Maret 2021
Latar Belakang :
Perkembangan baru dalam dunia peradilan di Indonesia adalah
diberikannya kompetensi penyelesaian sengketa ekonomi syariah
kepada peradilan agama. Namun, kemampuan Pengadilan Agama
dalam mengadili perkara ekonomi syariah saat ini masih diragukan.
Oleh karena itu dibutuhkan kesiapan Pengadilan Agama dalam
menangani perkara ekonomi syariah, terutama dari segi Sumber Daya
Manusia, baik itu Hakim, Panitera dan Jurusita. Namun, apabila
ternyata sistem peradilan perkara ekonomi syariah ini ternyata belum
mampu memenuhi rasa keadilan para pihak, maka dibutuhkan formula
khusus berupa alternatif penyelesaian sengketa ekonomi syariah.
Tujuan Penelitian:

7
Untuk menganalisis strategi pengembangan ekonomi syariah
melalui penguatan fungsi pengadilan agama dalam penyelesaian
sengketa.
Subjek Penelitian :
Pengadilan agama
Metode Penelitian :
Penelitian ini termasuk dalam penelitian hukum normatif
enelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan
perundang-undangan (statute approache) dan pendekatan analitis. Jenis
data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah data sekunder.
Data ini tidak diperoleh langsung di lapangan, tetapi diperoleh dari
bahan pustaka. Untuk memperoleh bahan-bahan hukum yang
diperlukan, dilakukan dengan cara penelusuran, pengumpulan dan
pengkajian bahan-bahan kepustakaan, peraturan perundang-undangan,
hasil penelitian, karya-karya ilmiah serta dokumen-dokumen tertulis
lainnya.

Hasil Penelitian :

 Metode Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Di Indonesia


dibagi menjadi 2 yaitu : Yang pertama adalah Non ligitasi
yang meliputi Arbitase, Arbitrase merupakan cara penyelesaian
sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan
perjanjian arbitrase secara tertulis oleh pihak yang bersengketa.
Inti arbitrase menurut pandangan Islam adalah penyelesaian
sengketa yang terjadi antara para subyek hukum melalui cara-
cara damai dengan perantara pihak ketiga, dimana pihak ketiga
tersebut berhak untuk mengambil keputusan yang harus
diridhoi oleh pihak-pihak yang bersengketa. Selanjutnya
adalah Alternatif Penyelesaian Sengketa Metode lain dalam

8
penyelesaian sengketa ekonomi syariah adalah Alternative
Dispute Resolution (ADR) atau alternatif penyelesaian
sengketa. Metode ini mengarah kepada pencapaian sasaran
perdamaian. Pemikiran kebutuhan akan lembaga sulh
(perdamaian)13pada zaman modern ini tentunya bukanlah
suatu wacana dan cita-cita yang masih utopis, melainkan sudah
masuk ke wilayah praktis. Bentuk alternatif penyelesaian
sengketa antara lain: Konsultasi, Negosiasi, Mediasi,
Konsiliasi, Pendapat atau Penilaian Ahli. Yang kedua adalah
Ligitasi (lembaga peradilan) Penyelesaian sengketa ekonomi
syariah secara litigasi dilakukan melalui peradilan agama.
perkara Ekonomi Syariah merupakan perkara di bidang
ekonomi syariah meliputi bank syariah, lembaga keuangan
mikro syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah, reksadana
syariah, obligasi syariah, surat berharga berjangka syariah,
sekuritas syariah, pembiayaan syariah, penggadaian syariah,
dana pensiun lembaga keuangan syariah, bisnis syariah,
termasuk wakaf, zakat, infaq, dan shadaqah yang bersifat
komersial, baik yang bersifat kontensius maupun volunteer.
 Penyelesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi) telah
menjadi kewenangan Pengadilan Berkaitan dengan tata cara
penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama,
pada tahun 2016, Mahkamah Agung telah mengeluarkan
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 14 Tahun 2016
tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Ekonomi Syariah.
PERMA ini untuk menjamin pelaksanaa Agama Berdasarkan
PERMA Nomor 14 Tahun 2016 maka perkara ekonomi syariah
dapat diajukan dalam bentuk gugatan sederhana atau dengan
acara biasa. Perbedaan gugatan sederhana dengan acara biasa

9
salah satunya adalah pada gugatan sederhana pada aspek nilai
gugatan paling banyak 200 juta namun pada acara biasa pada
aspek nilai gugatan lebih dari 200 juta.
 Penguatan fungsi Pengadilan Agama dalam penyelesaian
Sengketa Ekonomi Syariah Penguatan lain yang perlu
dilakukan di Pengadilan Agama adalah mengubah stigma dan
pandangan masyarakat tentang Pengadilan Agama. Pengadilan
Agama harus terlepas dari kesan sebagai tempat perceraian.
Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan pemasangan papan
informasi tentang penyelesaian sengketa ekonomi syariah di
setiap sudut pengadilan, misalnya di pintu gerbang, pintu
masuk, ruang tunggu dan tempat parkir. Bahkan apabila perlu,
Pengadilan harus menyediakan meja pendaftaran khusus
perkara perkara ekonomi syariah dengan tulisan dan prosedur
yang jelas dan mudah dibaca pencari keadilan.
Kesimpulan :
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Indonesia dapat
dilakukan di luar pengadilan (non litigasi) atau di dalam pengadilan
(litigasi). Penyelesaian secara non litigasi ada dua opsi yaitu melalui
arbitrase atau melalui alternatif penyelesaian sengketa (ADR),
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama
mengalami pembaruan. Hal ini setelah terbit Peraturan Mahkamah
Agung (PERMA) Nomor 14 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelesaian Perkara Ekonomi Syariah. PERMA ini untuk menjamin
pelaksanaan penyelesaian sengketa ekonomi syariah yang lebih
sederhana, cepat dan biaya ringan. Penguatan Pengadilan Agama
dalam rangka melaksanakan penyelesaian sengketa ekonomi syariah

10
dilakukan dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Pengadilan.3
Dari kedua jurnal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
perkembangan ekonomi syariah mulai memberikan dampak/pengaruh
yang baik terhadap lingkungan masyarakat, pada aspek kependudukan
Pengembangan sistem ekonomi islam di pedesaan Indonesia
diproyeksikan memiliki prospek yang cerah hal ini dikarenakan umat
beragama islam di Indonesia hampir 80 %, sedangkan pada aspek
Penguatan Pengadilan Agama dalam rangka melaksanakan
penyelesaian sengketa ekonomi syariah dilakukan dengan
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Pengadilan.

C. Profesi Ekonomi Syariah


a. LSP Keuangan Syariah
Tujuh organisasi ekonomi syariah membentuk lemabaga sertifiasi profesi
(LSP) keuangan syariah. LSP dibentuk untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas SDM keuangan syariah, lembaga ini juga diharapkan mampu
menjawab tantangan pengembangan industry keuangan syariah nasional,
LSP keuangan syariah dibentuk agar bias memberi layanan sertifikasi jasa
dan layanan keuangan syariah dikalangan pelau industry. Ada tiga hal
yang bias memebuat LSP berjalan ,yakni peserta uji, penguji,dan skema
standar pengujian, LSP khusus keuangan syariah ini adalah lemabaga
yang pertama.
b. LSP DSN-MUI
Lembaga sertifikasi profesi yang dibentuk oleh DSN-MUI guna
memenuhi tuntutan industry keuangan dan bisnis
c. LSP Asuransi Syariah

3
Kelik Pramudya. April 2018. “Strategi pengembangan ekonomi syariah melalui penguatan fungsi
pengadilan agama dalam penyelesaian sengketa”. Jurnal RechtsVinding . vol 7. Hal 37.

11
LSP Asuransi Syariah ,mengacu pada standar kompetensi khusus lembaga
sertifikasi profesi untuk asuransi yang dikembangkan dan dipergunakan
sebagai bahan ajardan materi uji kompetensi untuk peserta sertifikasi
profesi terkait.
d. LSP Pasar Modal Syariah
Lembaga sertifikasi profesi pasar modal sebagai suatu lemabaga yang
akan menyelenggarakan sertifikasi profesi berbasi kompetensidipasar
modal.

12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Sistem ekonomi syariah di Indonesia mulai muncul pada 1960. Saat
itu, pengharaman riba (bunga) menjadi isu yang banyak didiskusikan
di kalangan masyarakat muslim.
2. Dari kedua jurnal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
perkembangan ekonomi syariah mulai memberikan dampak/pengaruh
yang baik terhadap lingkungan masyarakat, pada aspek kependudukan
Pengembangan sistem ekonomi islam di pedesaan Indonesia
diproyeksikan memiliki prospek yang cerah hal ini dikarenakan umat
beragama islam di Indonesia hampir 80 %, sedangkan pada aspek
Penguatan Pengadilan Agama dalam rangka melaksanakan
penyelesaian sengketa ekonomi syariah dilakukan dengan
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Pengadilan.
3. Ada berbagai macam profesi ekonomi syariah seperti LSP Keuangan.
Syariah, LSP DSN-MUI ,LSP Asuransi Syariah ,LSP Pasar Modal
Syariah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sofyan S. 2016. “Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Bilancia, 10 (2),

Thohir Yuli Kusmanto.Desember 2014, “ Pengembangan Ekonomi Islam Berbasis Kependudukan di


Pedesaan”. Jurnal ilmu Dakwah. Vol 34.

Kelik Pramudya. April 2018. “Strategi pengembangan ekonomi syariah melalui penguatan fungsi
pengadilan agama dalam penyelesaian sengketa”. Jurnal RechtsVinding . vol 7.

14

Anda mungkin juga menyukai