Anda di halaman 1dari 3

Hitory of Talecomy

Laporan pertama talektomi telah dilakukan oleh Hildanus (1641) yang berhasil sukses untuk
melakukan tatalaksana pasien dengan dislokasi talus. Pada tahun 1872 Edward Lund, menjabarkan
talektomi sebagai tatalaksana dari talipes equinovarus kongenital dan menggunakan pisau khusus
untuk operasi. Royal Whitman mempublikasikan artikel talektomi untuk talipes calcaneovalgus
paralisis pada 1901. Lalu dilakukan penelitian selanjutnya pada tahun 1908 dan 1910, operasi itupun
disebut dengan operasi whitman.

Astragalektomi memiliki kontraindikasi pada dekformitas struktural. Apabila teradapat deformitas


struktural harus dikoreksi terlebih dahulu selama beberapa bulan sebelum dilakukan prosedur
astragalektomi. Astragalektomi diindikasikan pada deformitas kalkaneus, khususnya pada valgus.
Pada kalkaneovarus , hal terpenting yang dilakukan pertama dilakukan untuk mengeliminasi seluruh
deformitas varus dengan melakukan peregangan berulang dan dengan retensi dari kaki.

Tindakan operatif harus menunggu jangka waktu 2 tahun dari paralisis original. Prosedur
astragalektomi tidak dibutuhkan dilakukan sebelum menunggu periode tersebut. Selain itu
astragalektomi dilakukan sebelum usia 6 tahun. Beberapa berpendapat lebih baik dilakukan
menunggu usia 8 tahun. Usia diantara 8 hingga 16 tahun merupakan periode terbaik untuk dilakukan
prosedur tersebut.

Teknik Operasi, kondisi aseptik harus dijaga secara berhati hati dan gentle. Torniquet dipasang
setelah pemasangan perban esmarch. Selanjutnya dilakukan insisi dengan bentuk kurva atau L
shaped disekitar external maleolus memanjang hingga ke kepala dari astragalus. Flap atas kemudian
diseksi kearah atas, selanjutnya tendon dari peroneus longus dan brevis dapat terekspos, yang mana
diseksi bebas pada fibular tip. Pada akhirnya dilakukan suturing dengan catgut ukuran 2 dan
diretraksi. Insisi kemudian dilakukan melalui eksternal ligamen disekitar astragalus. Kemudian kaki
menjadi cenderung inverted. Dengan alat disektor tumpul yang ditempatkan di bawah leher
astragalus, tulang dicongkel dari posisinya, kepala terlebih dahulu, dan membuang coup the main
ketika telah dilakukan, kurang dari 30 detik. Kemudahan perpindahan kaki ke belakang akan dihargai
sekaligus, tetapi untuk memastikan sambungan yang baik dan stabil, sejumlah pemodelan yang
cermat harus dilakukan.

Ligamentum lateral internal dibedah kearah atas dari maleolus internal, lebih banyak dalam kasus
equinovarus dibandingkan dalam kasus lain. Jika diperlukan, sepotong tulang rawan dipotong, dari
kedua ujung untuk memungkinkan menjangkau skafoid dan kuboid. Sepotong tulang tipis kemudian
dieksisi dari sisi skafoid dan kuboid untuk membentuk kantung untuk maleoli.

Kaki ditempatkan ke belakang dan dipegang dengan hati-hati pada posisi ini untuk memastikan
hubungan yang tepat dalam sendi baru. Perpindahan ke belakang dari kaki yang memeriksa gerakan
lateral dengan kontak tulang antara skafoid dan tibia, adalah bagian penting dari Operasi Whitmann.
Diseksi ligamen untuk membuat kantong fibula melalui operasi. Equionovalgus moderat memastikan
stabilitas saat memegang. Peronei dibuang dengan 3 cara (a) jahitan ke tendon Achilles, dengan (b)
fiksasi tendon ke fibula, atau dengan (c) resuture ke tendon peronei, seperti yang diindikasikan.

Kulit ditutup dengan catgut, dan plester diaplikasikan dari ibu jari kaki ke tengah paha dengan lutut
tertekuk dan kaki sedikit equinovalgus. Kaki dijaga tetap elevasi selama sepuluh hari, setelah itu
penopang dapat digunakan. Perubahan pertama terjadi dalam tiga atau empat minggu, di mana saat
itu ekuinus dikoreksi ke sudut kanan dalam kasus di mana ada paha depan, atau dibiarkan dalam 5 °
hingga 8° ekuinus dalam kasus di mana paha depan paralisis. Valgus harus membaik derajatnya
selama perawatan.
Sepatu kulit kemudian diletakkan di atas plester dan anaknya diperbolehkan untuk berjalan,
mengganti plester seperlunya selama lima atau enam bulan ke depan. Setelah dilepas, sepatu
dengan lift di sisi luar sol digunakan untuk menjaga valgus. Lift gabus satu setengah atau tiga
perempat inci dikenakan di bawah tumit sepanjang hidup akan mengimbangi pemendekan kaki dan
meningkatkan gaya berjalan. Sirkulasi meningkat pesat dengan kembalinya penggunaan aktif, dan
kaki yang lumpuh mulai tumbuh dengan kecepatan yang sama dengan sisi yang baik. Setelah
pelepasan plester, terkadang disarankan bagi pasien yang lebih tua untuk memakai penyangga
pergelangan kaki dengan gerakan terbatas, baik dalam bentuk sepatu ortopedi atau dengan bagian
dalam atau luar tegak lurus untuk menjaga kaki dari strain ketika melakukan aktivitas weight
bearing.

Langkah langkah prosedur

1. Memperbaiki seluruh deformitas sebelum melakukan operasi terbuka


2. Astragalektomi dapat dilakukan dengan atau tanpa transplantasi tendon, fiksasi tendon
peritoneal atau transplantasi melalui aciles dan resuture dengan pemindahan yang kuat dari
kaki belakang
3. Perawatan yang sesuai. Hal tersebut harus dilakukan oleh operator dan tidak dengan asisten
yang tidak terlatih
4. Pencegahan komplikasi. Deformitas berulang akibat ketidaksesuaian perawatan post
operative

ASTRAGALECTOMY (THE WHITMAN OPERATION) IN PARALYTIC DEFORMITIES OF THE


FOOT
BY W. RUSSELL MACAUSLAND, M.D. SURGEON-IN-CHIEF, ORTHOPIEDIC DEPARTMENT,
CARNEY HOSPITAL AND
ANDREW R. MACAUSLAND, M.D. OF

Efek biomekanis dari talektomi pada kaki dilakukan dengan melakukan pemeriksaan facet
dari kalkaneus, footprint, dan diagram beban poli setelah dilakukan talektomi dengan
displacement dari kaki anterior dan posterior. Talektomi diindikasikan pada deformitas kaki
pada masien dengan mielomeningocel, arthrogryposis multiplex congenital,
postpoliomyelitik paralisis dan fraktur severe dislokasi talus. Hasil dari penelitian tersebut
beban rerata pada facet dari kalkaneus dan area kontak pada 2 tipe talektomi. Pada seluruh
kaki 65,6% beban ditanggung oleh posterior faset dan 34,4% faset anterior dan tengah.
Setelah talektomi beban pada faset anterior dan tengah menurun secara signifikan (p=0,18)
dan peningkatan beban pada faset posterior tidak signifikan (P=0,176) dibandingkan dengan
kaki. Demikian pula, beban dibawa oleh faset posterior menurun signifikan setelah
talektomi oleh displacement posterior dari kaki (P=0,028), tetapi penignkatan beban dari
faset anterior dan tengah tidak signifikan. Area kontak pada faset anterior dan tengah
setelah talektomi dengan posterior displacement pada kaki dan faset posterior setelah
talektomi tidak terdapat peningkatan signifikan.

The Biomechanical Effects of Talectomy on the Foot

Ozal Ozcan, MD*

Hasan Karapinar, MD† Hakan Boya, MD‡ Bahadir Uyulgan, MS§ Izge Gunal, MD

Anda mungkin juga menyukai