Anda di halaman 1dari 11
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN ASMA. DI RUANG IGD RSUD KARDINAH KOTA TEGAL Disusun Oleh : SUCI SHALSA SHABILA 1337421018046 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG PRODI DiI KEPERAWATAN TEGAL. 2021 A. Konsep Dasar 1. Definisi Penyakit ‘Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel_dan elemennya. Inflamasi terus menerus menyebabkan hiperresponsif yang meningkat pada jalan napas sehingga timbul gejala episodic berulang berupa sesak napas, dada terasa berat, mengi, dan terutama malam dan atau siang hari (PDPI, 2004). ‘Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran nafas yang melibatkan banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leukotrin dan Iain- lain, Inflasi_ kronik ini berhubungan dengan hiper responsif jalan nafas yang menimbulkan episode berulang dari mengi (wheezing), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk terutama pada malam dan pagi dini hari, kejadian ini biasanya ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang bersifat reversible baik secara spontan atau dengan pengobatan (Wijaya & Toyib, 2018). Asma adalah gangguan pada bronkus dan trachea yang memiliki reaksi berlebihan terhadap stimulus tertentu dan bersifat reversible (Padila,2015). Jadi, asma merupakan penyakit saluran nafas yang ditandai dengan penyempitan dan peradangan pada saluran nafas yang mengakibatkan sesak nafas. 2. Etiologi Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas. b, Pembengkakan membrane bronkus c. Bronkus berisi mucus yang kental Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu : Genetik, diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi ini penderita sangat_mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus. Adapun faktor presipitasi pada asma yaitu a. Alergen Dimana ini dibagi menjadi tiga, yaitu 1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bul binatang, serbuk bunga, bakteri, dan polusi 2) Ingestan, yang masuk melalui mutut yaitu makanan dan obat-obatan tertentu seperti. penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya, 3. 3) Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang masuk melalui kontak dengan kulit.b.Infeksi saluran pernapasan b. Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus Influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma bronkhial, diperkirakan dua pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran_ pernapasan (Nurarif & Kusuma, 2015) Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhiasma, perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma. d. Lingkungan kerja Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% Klien asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu jalanan. e. Olahraga Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma f Stress Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi nasehat untuk menyelesaikan masalahnya. (Wahid & Suprapto, 2013). Tanda dan gejala Tanda dan gejala yang muncul yaitu hipoventilasi, dyspnea, wheezing, pusing- pusing, sakit kepala, nausea, peningkatan nafas pendek, kecemasan, diaphoresis, dan kelelahan, Hiperventilasi adalah salah satu gejala awal dari asma, Kemudian sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing (diapeks dan hilus). Gejala uutama yang sering muncul adalah dipsnea, batuk dan mengi. Mengi sering dianggap sebagai salah satu gejala yang harus ada bila serangan asma muncul. Patofisiologi Asma adalah obstruksi jalan nafas difusi reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi bronki, atau pengisian bronki 5. dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkial dan kelenjar membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflamasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru, Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum di ketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologi dan sistem otonom (Wijaya, 2013). Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka, Antibodi yang di hasilkan kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru, Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mask (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mediater ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak. Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf fagal melalui sintem parasimpatis.Pada asma idiopatik atau non alergik, ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dinging, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepas meningkat (Wijaya, 2013). Prosedur Diagnostic Wahid (2013) menjabarkan pemeriksaan diagnostik yang menunjang pada klien asma diantaranya adalah : a. Pemeriksaan sputum b.Pemeriksaan darah cc. Pemeriksaan alergi 4. Pemeriksaan radiologi Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi_paru_yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga _intercostalis, _serta diafragma 10 yang menurun, Pada penderita dengan komplikasi terdapat gambaran_ sebagai berikut: 1) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah, 2) Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen semakin bertambah, 3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltraste par. 4) Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru. 5) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada paru, fe. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor allergen yang dapat bereaksi positif pada asma. f Elektrokardiografi g. Spirometti ‘Menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara tepat diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum atau sesudah pemberian aerosol bronkodilator (inhaler dan nabuliser), peningkatan FEV1 atau FCV sebanyak lebih dari 20%menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan ini berfungsi untuk menegakkan diagnosis keperawatan, menilai berat obstruksi dan efek pengobatan banyak penderita tanpa keluhan pada pemeriksaan ini menunjukkan adanya obstruksi. 6. Penatalaksanaan ‘a. Penatalaksanaan keperawatan 1) Kaji status respirasi pasien dengan memonitor tingkat keparahan gejala, suara napas, peak flow, oksimetri nadi, dan tanda-tanda vital. 2) Kaji riwayat reaksi alergi terhadap obat sebelum memberikan medikasi. 3) Identifikasi medikasi yang tengah digunakan oleh pasien. 4) Berikan medikasi sesuaiyang diresepkan dan monitor respons pasien terhadap medikasi tersebut, medikasi mungkin mencakup antibiotik jika pasien telah lebih dulu mengalami infeksi pernapasan. 5) Berika terapi cairan jika pasien mengalami dehidrasi. 6) Bantu prosedur intubasi, jika diperlukan. b. Penatalaksanaan farmakologi Penatalaksanaan farmakologi menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu : 1) Bronchodilator : Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol. 2). Antikolinergin : Iptropiem bromid (atrovont) 3) Kortikosteroid : Predrison, hidrokortison, orodexon. 4) Mukolitin : BPH,OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih. 7. Komplikasi Wahid (2013) menjabarkan komplikasi yang mungkin timbul pada klien asma adalah : a. Status asmatikus ; suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim dipakai. b. Atelektasis : ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis. c. Hipoksemia, d. Pneumothoraks. e. Emfisema, f. Deformitas thoraks. Gagal napas, B. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian data a. Pengkajian Primer 1) Identitas Klien 2) Keluhan utama : a) Sesak nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus, b) Terjadi kesulitan ekspirasi / ckspirasi diperpanjang c) Batuk dengan sekret lengket d) Berkeringat dingin e) Terdengar suara mengi / wheezing keras f) Terjadi berulang, setiap ada pencetus 2) Sering ada faktor genetik/familier 3) Airway Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak Karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh, a) Bagaimana kepatenan jalan nafas b) Apakah ada sumbatan / penumpukan sekret di jalan nafas, ©) Bagaimana bunyi nafasnya, apakah ada bunyi nafas tambahan? 4) Breathing ‘Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh, Namun pada status asmatikus pasien mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif isamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak ‘mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit. Pantau adanya meng a) Bagaimana pola nafasnya ? Frekuensinya? Kedalaman dan iramanya? b) Apakah menggunakan otot bantu pernafasan?” ©) Apakah ada bunyi nafas tambahan? 5) Circulation Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 1 10 x/menit Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi, arus puncak ekspirasi (APE) kurang dati 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 It/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini. a) Bagaimana dengan nadi perifer dan nadi karotis? Kualitas (isi dan tegangan) b) Bagaimana Capillary refillnya, apakah ada akral dingin, sianosis atau oliguri? ©) Apakah ada penurunan kesadaran? 4d) Bagaimana tanda-tanda vitalnya ?'T, S, N, RR, HR? 6) Disability Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil 7) Exposure Kaji adanya edema ekstermitas, kaji adanya jejas. Pengkajian sekunder 1) Riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan sekarang b) Riwayat kesehatan dahulu ©) Riayat kesehatan keluarga 2) Pemeriksaan tanda-tanda vital a) Tekanan darah b) Suhu ©) Respirasi 4) Nadi 3) Pemeriksaan fisik a) Kuli b)_ Kepala ©) Mata 4) Telinga ©) Hidung ) Mulut g) Leber h) Thorax: jantung dan paru i) Abdomen ij) Ekstremitas 2. Diagnosa Keperawatan a, Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif bd obstruksi jalan nafas (banyaknya mucus) b. Pola Nafas tidak efektif b.d hiperventilasi 2. Rencana asuhan keperawatan a. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif b.d obstruksi jalan nafas (banyaknya mucus) NOC: 1) Respiratory status : Ventilation 2) Respiratory status : Airway patency 3) Aspiration Control Kriteria Hasil : 1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) 2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (Klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) 3) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas NIC: Airway Management 1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 3) Berikan bronkodilator bila perlu 4) Monitor respirasi dan status 02 Terapi Oksigen 1) Pertahankan jalan nafas yang paten 2) Atur peralatan oksigenasi 3) Monitor aliran oksigen 4) Pertahankan posisi pasien 5) Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi 6) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi Vital sign Monitoring 1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 2) Monitor kualitas dari nadi 3) Monitor frekuensi dan irama pernapasan 4) Monitor suara para 5) Monitor pola pernapasan abnormal 6) Monitor subu, warna, dan kelembaban kulit Pola Nafas tidak efektif b.d hiperventilasi Noc: 1) Respiratory status : Ventilation 2) Respiratory status : Airway patency 3) Kriteria Hasil : ital sign Status 1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) 2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (Klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) 3) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan) NIC: Airway Management 1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 3) Berikan bronkodilator bila perlu 4) Monitor respirasi dan status 02 Terapi Oksigen 1) Pertahankan jalan nafas yang paten 2) Atur peralatan oksigenasi 3) Monitor aliran oksigen 4) Pertahankan posisi pasien 5) Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi 6) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi Vital sign Monitoring 1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 2) Monitor kualitas dari nadi 3) Monitor frekuensi dan irama pernapasan 4) Monitor suara paru 5) Monitor pola pernapasan abnormal 6) Monitor subu, warna, dan kelembaban kulit DAFTAR PUSTAKA Wayan Rika Setiawan, Ani Syaftiati, LITERATUR REVIEW : FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASMA YANG BERULANG. Vol.12 No.2. Babul Imi_turnal Imiah Multi. Science Kesehatan. _http://jurnal.stikes-aisyiyah- palembang.ae.id. diakses pada 9 Maret 2021 Jamal Azza, ASMA LP. hitps://www.academia,edw30541480/ASMA LP diakses pada 10 Maret 2021 Syafi Ratna Putri, ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ASMA PADA Ny. Th DAN Ny. S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUANG MELATI RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG TAHUN 2018. hitp://repository.unej.ac.id diakses pada 9 Maret 2021 Afrian Mustofa, KARAKTERISTIK DAN FAKTOR PENCETUS PENDERITA ASMA RAWAT JALAN DIPUSKESMAS PANCUR BATU KAB.DELI SERDANG TAHUN 2019. htipy//repo.poliekkes-medan.ae.id diakses pada 9 Maret 2021 PEDOMAN PENGENDALIAN PENYAKIT ASMA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. htip://p2ptm.kemkes.vo.id diakses pada 9 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai