Teori Akuntansi Laba Income Dan Ekuitas
Teori Akuntansi Laba Income Dan Ekuitas
RANGKUMAN
BAB 10 : LABA (INCOME) DAN BAB 11 : EKUITAS
Disusun Oleh
KELOMPOK 3
Anggota:
1. I Made Arya Suputra (A1C014053)
2. Muhammamad Ichsan Yusri (A1C014069)
3. Muhammad Aria Ramawanda U. (A1C014078)
4. Nadya Hijriani (A1C014083)
5. Ni Made Ayu Trishna Hendrawati (A1C014087)
6. Ni Putu Setia Devi Astini (A1C014089)
7. Nurhasunah (A1C014096)
Makna income dalam konteks perpajakan dapat berbeda atau bahkan berbeda dengan
makna income dalam akuntansi atau pelaporan keuangan. Dalam perpajakan, income
dimaknai sebagai jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana
digunakan dalam Standar Akuntansi Keuangan.
Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi, istilah income pada
umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa
yang dimaksud income dalam buku-buku tersebut. Laba komprehensif dimaknai sebagai
kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transaksi pemilik.
Pengukur Kinerja
Daya melaba merupakan informasi semantik yang diharpkan dibawa oleh informasi
akuntansi melalui statemen keuangan yaitu objek, ukuran, dan hubungan. Jadi untuk
menentukan daya melaba, tiga komponen harus diketahui yaitu laba, perioda, dan tingkat
sumber daya ( investasi ). Jadi, laba dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba
menentukan ROI, ROA, dan ROL sebagai pengukur efisiensi.
Makna Laba
Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan investor, dan estimator
laba ekonomik merupakan gagasan-gagasan untuk menemukan definisi ( konsep atau
makna ) laba yang tepat untuk tujuan akuntansi. Dari pengertian laba tersebut, dapat
disimpulkan bahwa laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut
:
a. Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas.
b. Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu ( perioda ) sehingga harus diidentifikasi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
c. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
Pendekatan Transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi yang
kemudian terakumulasi sampai sakhir periode. Oleh karena itu, pengukuran dan
pengakuan laba juga akan parallel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya.
Dengan demikian, pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan
pendapatan atas dasar kriteria terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar
kriteria konsumsi manfaat.
Karena laba melekat pada pendapatan, dengan pendekatan transaksi dapat
dikatakan bahwa laba timbul dan diakui pada saat penjualan atau pertukaran terjadi. Laba
akan terhitung setelah biaya yang diperkirakan mendatangkan pendapatan juga diakui.
Beberapa keuntungan pendekatan transaksi bagi akuntansi :
Komponen pembentuk laba bersih dapat dirinci dengan berbagai basis
Laba yang berasal dari berbagai sumber/jenis transaksi dapat dipisahkan dan
dilaporkan untuk kepentingan eksternal
Perubahan asset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui secara
objektif pada saat perubahan terjadi akibat transaksi penualan dan biaya dengan
pihak eksternal
Jumah rupiah serta jenis asset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir
periode.
Karena perubahan nilai asset pasar tidak diakui, artikulasi antarstatemen keuangan
dapat dipertahankan. Ini berarti, pendapatan dikurangi biaya akan sama denga
perubahan ekuitas pemegang saham
Pendekatan Kegiatan
Dengan pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya
kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Pendekatan
ini parallel dengan konsep penghimpunan atau pembentukan pendapatan sebagai basis
pengakuan pendapatan. Dengan konsep ini, pendaapatan dapat dinyatakan telah terbentuk
bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.
Pendekatan ini mempunyai keunggulan dalam membantu manajemen melakukan
analisis internal. Berbagai konsep laba dapat diciptakan untuk mengukur efisiensi dan
profitabilitas tiap kegiatan/bagian operasi, mengendalikan perilaku manajer divisi dengan
system pengendalian manajemen, dan menentukan kompensasi. Dalam penerapannya,
kedua pendekatan diatas tidak berdiri sendiri melainkan saling melengkapi.
Jenis Kapital
1. Kapital Finansial
Kapital Finansial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang
melekat padanya tanpa memperthatikan wujud fisis klaim tersebut. Dalam anilisis
statemen keuangan tradisional, tingkat kembalian atas kapital finansial ini
dinyatakan sebagai tingkat kembalian atau asset total (ROA) yang dirumuskan :
Laba Bersih+Biaya Bunga
ROA=
Aset total Rata−rata
Dari sudut pandang kreditor, kapital finansial adalah jumah pinjaman yang
tertanam diperusahaan. Jumlah rupiah pinjaman ditambah bunga yang menjadi hak
kreditor selama periode merupakan laba kreditor.
2. Kapital Fisis
Adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai
sebagai kapasitas produksi fisis yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
Kapital fisis secara umum tidak relevan dari sudut pandang investor dan kreditor.
Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas
produksi fisis pada akhir suatu peride melebihi kapasitas produksi fisis pada awal
periode. Yang harus diperhatikan dalam menetukan laba adalah kapasitas produksi
fisis. Laba akhirnya harus dinyatakan dalam jumlah rupiah. Oleh karena itu,
kapasitas produksi fisis akhirnya harus dinyatakan dalam jumah rupiah.
Skala Pengukuran
1. Skala Nominal
Skala rupiah nominal adalah satuan rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa
memperthatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan
kondisi ekonomik. Dengan kata lain, jumlah rupiah untuk waktu yang berbeda
dianggap homogenus atau berdaya beli sama sehingga dapat saling dijumlahkan
atau dikurangkan. Pengukuran dengan skala nominal lebih menitiberatkan pada
jumlah unit rupiah daripada jumlah unit daya beli.
2. Skala Daya Beli
Skala daya beli merupakanskala untuk mengatasi kelemahan skala nominal rupiah.
Dengan skala ini skala nominal rupiahdinyatakan kembali atau dihomogenuskan
dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu. Perubahan skala
pengukuran dari nominal rupiah ke daya beli secara substantive tidak berpengaruh
terhadap laba sebagai perubahan nilai ekonomik kapital, yang berubah adalah skala
pengukurnya sebagaimana tambahan berat seseorang dalam suatu periode tidak
akan berubah karena pengukurnya di ubah dari kilogram menjadi pon.
Perkontrakan Efisien
Teori perkontrakan efisien merupakan bagian atau turunan dari teori keagenan. Hubungan
keagenan adalah hubungan antara prinsipal dan agen yang di dalamnya agen bertindak atas
nama dan untuk kepentingan prinsipal dan atas tindakannya tersebut agen mendapatkan
imbalan tertentu. Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan
persengketaan dan yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang
diperjanjikan.
Pengendalian Manajemen
Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen. Sistem ini
dirancang untuk mengarahkan perilaku para manajer agar mereka memaksimumkan
kepentingan dirinya atau divisinya tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan
secara keseluruhan juga tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut
keselarasan tujuan.
Entitas Investor
Investor yang dimaksud pada teori entitas investor adalah penyedia dana utama
perusahaan yaitu kreditor (jangka panjang) dan pemegang saham (preferensi dan
biasa). Pada teori ini kedua kelompok dipandang sebagai mitra manajemen
(management associates) dimana perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama
investor. Dan oleh karenany alaporan keuangan harus dilaksanakan untuk kepentingan
kedua kelompok tersebut. Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:
Laba diartikan sebagai jumlah yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi,
bunga kepada kreditor jangka panjang dan dividen kepada pemegang
saham bukan merupakan biaya tetapi lebih merupakan distribusi laba. Pajak berstatus
sebagai biaya bagi investor. Bunga dan dividen merupakan pembagian laba bukan
biaya. Teori ini disebut juga sudut pandang entitas tradisional (traditional view of
entity).
Entitas Pemilik
Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik
(proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak
luar. Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi milik pribadi
pemegang saham sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya,
pemegang saham menanggung segala resiko yang berkaitan dengan utang. Dengan
sudut pandang ini, asset bersih menjadi perhatian utama bagi pemegang saham. Teori
ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut ini :
Aset- Kewajiban = Ekuitas
Kreditor, pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap
sebagai pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan
dengan pihak tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap sebagai biaya
bukannya distribusi laba. Laba dalam teori entitas ini adalah selisih pendapatan dan
biaya yang menjadi hak akhir pemilik.
Entitas Pemilik Residual
Konsep entitas ini memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian
akuntansi. Dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang
saham istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen untuk mereka
dipandang sebagai biaya. Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi
berikut ini :
Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah utang dan ekuitas saham istimewa.
Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak yang
akhirnya menanggung resiko ketidakpastian masa datang tetapi juga menikmati segala
pengembalian setelah pihak yang lain terpenuhi haknya. Laba dan laba persaham untuk
pemegang saham biasa menjadi informasi penting yang harus disajikan dalam
statement laba-rugi.
Entitas Pengendali
Konsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih berkaitan
dengan penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitiberatkan
pandangannya kepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomi perusahaan tanpa
memperhatikan pemilikan seperti konsep kesatuan yang lain. Pengendalian hanya
dapat dilakukan oleh manusia dan oleh karenanya siapa yang mengendalikan harus
diidentifikasi dan kemudian akuntansi memusatkan perhatiaanya pada para pengendali.
Implikasi konsep ini hampir sama dengan implikasi konsep kesatuan usaha. Dengan
teori ini, sudut pandang akuntansi adalah manajemen puncak sebagai pengendali bukan
pemilik sehingga neraca dipandang sebagai statement tentang sumber dan penggunaan
dana yang menunjukan pertanggungjawaban manajemen.
Statement laba-rugi dipandang sebagai penjelasan atas kegiatan manajemen dari sudut
pandang manajemen sehingga statement laba-rugi harus menunjukkan hasil (laba)
untuk tiap kegiatan yang dapat berupa projek, produk, atau segmen bisnis lainnya.
Meskipun demikian, manajemen juga menyiapkan statemen laba rugi untuk
menunjukkan kinerja kesatuan usaha secara keseluruhan.
Entitas Dana
Dana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling diracukan. Dana dapat diartikan
sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan (financial resources) yang dapat
digunakan untuk menandai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang
dapat berupa kegiatan, program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut.
Teori entitas dana dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
Pengertian
Dalam kerangka dasar Standart Akuntansi Keuangan (2002) misalnya Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas sebagai berikut :
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Lain-lain
Komponen lain-lain terdiri atas pos-pos yang tidak tepat dimasukkan dalam komponen
modal setoran lainnya atau laba ditahan tetapi sering diklasifikasikan sebagai pos ekuitas
pemegang saham. Pos-pos ini misalnya adalah untung penahanan belum terrealisasi lainnya,
selisih revaluasi, dan hak pemegang saham minoritas.
Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus
ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan rehadap pihak
lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalahbahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau
nilai minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis
merupakan jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga
membentuk modal yuridis.
Opsi Saham
Opsi merupakan instrumen yang digolongkan sebagai sekuritas turunan-saham atau
derivatif-saham. Disebut turunan karena harus ada sekuritas yang melandasi atau menjadi
basis. Secara umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham
tertentu yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual kepada investor lain. Terdapat
dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi call memberi hak kepada pemegang untuk
membeli sejumlah saham dengan harga tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis
pada tanggal tertentu. Opsi put memberi hak kepada pemegang untuk menjual sejumlah
saham dengan harga tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu.
Opsi dijual oleh penerbit dengan harga tertentu (disebut option premium atau price).
Dalam arti khusus, opsi saham adalah semacam kontrak yang memberi hak kepada
karyawan perusahaan (termasuk manajer atau pemimpin) untuk membeli saham
perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan harga yang tertentu pula. Pada umumnya
harga pengambilan di bawah harga pasar saham yang bersangkutan atau harga yang
ditawarkan kepada pihak lain. Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi
saham karyawan. Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan
loyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan pemilik perusahaan dan untuk
menambah penghasilan karyawan. Terdapat masalah akuntansi yang berkaitan dengan opsi
saham karyawan, yaitu : (1) apakah manfaat yang didapat karyawan dari opsi saham
merupakan kompensasi/imbalan tambahan; (2) kalau merupakan kompensasi tambahan,
bagaimana mengukur kompensasi tersebut; dan (3) kapan atau dalam periode mana
tambahan kompensasi tersebut dapat diakui sebagai biaya (gaji dan upah)
Waran
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada
pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka
waktu tertentu (PSAK No. 41, pasal 03). Pemegang waran dapat membeli sejumlah saham
dengan mengembalikan waran tersebut dan membayar sejumlah uang kas tertentu. waran
berbeda dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek yaitu:
1) Waran diterbitkan oleh perusahaan sedangkan hak beli saham (call dan put)
diterbitkan oleh investor (baik individual maupun institusional)
2) Jangka waktu opsi waran biasanya lebih lama (dapat tahunan) daripada jangka
waktu opsi hak beli saham
3) Waran dijual atau diterbitkan kepada umum (bukan pemegang saham atau
karyawan perusahaan) dan biasanya hal ini menjadi syarat bagi pembeli
4) Saham dijual dengan harga tertentu/tunai
5) Harga pembelian saham total (harga waran plus tambahan kas) pada saat
pengambilan opsi biasanya melebihi harga pasar saham pada saat waran
ditawarkan
6) Bila hak opsi tidak diambil, kos waran tidak dapat ditarik kembali oleh pemegang
waran
7) Waran dapat diterbitkan menyertai penerbitan surat utang (obligasi).
Karena terdapat aliran masuk dana, jumlah rupiah yang diterima dari penjualan kupon
saham dapat diakui dan dikategori sebagai modal setoran baik sebagai modal saham atau
modal setoran lain. PSAK No. 41 telah menetapkan perlakuan akuntansi untuk berbagai
jenis waran, sebagai berikut :
- Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas) yang disertai waran
lepas dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasaar nilai wajar masing-masing
komponen pada saat penerbitannya. Jumlah rupiah yang melekat pada waran
dilaporkan sebagai modal setoran lainnya dan jumlah rupiah yang melekat pada
sekuritas dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya
(pasal 15)
- Apabila warran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasi ke
modal saham dan agio saham (bila ada). Apabila waran tidak diambil sampai masa
opsi berakhir, jumlah rupiah tercatat waran tetap diperlakukan sebagai modal
setoran lain (pasal 16)
- Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas yang disertai waran lekat diakui
seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal
17)
- Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlah
rupiah hasil penerbitan tersebut. Bila waran bebas diterbitkan secara cuma-cuma,
tidak diperlakukan penaksiran nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain
(pasal 18-19).
Saham Treasuri
Transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali saham
untuk sementara menjadi saham treasuri. Beberapa alasan perusahaan melakukan
penarikan kembali saham sebagai saham treasuri adalah :
1) Saham tersebut akan diterbitkan kemabali kepada karyawan dalam program opsi
saham dan
2) Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transksi
penggabungan usaha.
Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah penentuan jumlah
rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan modal setoran dan laba ditahan; dan
pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis bila saham treasuri dijual kembali.
Mengenai hal ini, ada dua pendekatan atau konsep yang dapat diterapkan yaitu konsep satu
transaksi dan dua transaksi.
Koreksi Kesalahan
Dalam hal tertentu, kesalahan tidak segera diketahui dan baru ketahuan beberapa waktu
atau bahkan beberapa perioda setelah statemen keuangan disusun dan diterbitkan.
Untuk dapat disebut kesalahan, suatu jumlah rupiah harus berasal dari kesalahan hitung,
kesalahan aplikasi atau penerapan prinsip akuntansi, atau kekhilafan atau kekeliruan
menggunakan fakta yang tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan. APB
membedakan antara kesalahan dengan perubahan taksiran atau perubahan akuntansi.
Perubahan taksiran atau akuntansi muncul dari adanya informasi atau perkembangan baru
yang berarti dari tilikan yang lebih baik atau pertimbangan yang lebih mantap. Untuk
disebut kesalahan, harus ada unsur kekhilafan atau salah pakai informasi.
Perubahan Akuntansi
Ada tiga macam perubahan akuntansi yaitu:
1. Perubahan prinsip atau metoda akuntansi (change in accounting principle or
method)
2. Perubahan taksiran akuntansi (change in accounting estimate)
3. Perubahan kesatuan pelaporan (change in the reporting entity)
Penyesuaian Retroaktif
Metoda ini mengakui pengaruh kumulatif perubahan dalam laba perioda yang lalu
sebagai penyesuaian perioda lalu. Ini berarti saldo awal akun laba diatahan perioda
sekarang disesuaikan dengan pengaruh kumulatif tersebut dan laporan-laporan perioda
sebelumnya disusun kembali sesuai dengan perubahan tersebut.
Penyesuaian Sekarang
Metoda ini mengakui seluruh pengaruh perubahan dalam laba perioda yang lalu
sebagai komponen dalam menghitung laba perioda sekarang (perioda terjadinya
perubahan). Perlakuan ini di dasar beberapa gagasan. Pertama, semua pos yang yang
mempengaruhi laba perusahaan harus dilaporkan melalui statemen laba rugi. Kedua,
pada umumnya perubahan akuntansi cukup sering terjadi sehingga tidak praktis untuk
selalu mengadakan revisi statemen keuangan perioda-perioda sebelumnya. Ketiga,
pengungkapan yang jelas dalam pelaporan laba perioda sekarang sudah cukup
memadai untuk mengungkapkan pengaruh perubahan tersebut sehingga kemungkinan
pembaca laporan keuangan akan melewatkan informasi perubahan dapat diatasi.
Keempat, penyusunan kembali statemen keuangan perioda lalu dapat menurunkan
keyakinan publijk terhadap statemen keuangan dan dapat membingungkan pemakai.
Penyesuaian Sekarang dan Prospektif
Metoda ini menyebar pengaruh kumulatif perubahan dalam laba perioda yang lalu ke
perioda sekarang dan beberapa perioda mendatang yang sesuai. Perlakuan ini dilandasi
oleh argumen bahwa perubahan akuntansi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat
dihindari dalam proses akuntansi yang bersifat memenuhi kebutuhan yang
berkembahang.
Kuasi reorganisasi
Kuasi-reorganisasi biasanya dilakukan dalam hal terjadinya suatu defisit. PSAK No. 51
pasal 9 mendeskripsikan pengertian kuasi-reorganisasi sbb:
Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum
yang dilakukanj dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai
wajar dan mengeliminasi saldo defisit.
Paton dan Littleton (1970) menyebutkan bahwa kalau terjadi defisit, tia tidak perlu
segera diserap oleh modal setoran. Defisit dapat dianggap sebagai kontra jumlah modal
setoran dengan harapan operasi perusahaan di masa mendatang dapat menutup atau
menghilangkan defisit tersebut.
Proses kuasi-reorganisasi biasanya terdiri atas langkah-langkah berikut:
1. Aset dan kewajiban perusahaan dinilai kembali atas dasar nilai pasar atau nilai
wajar pada saat reorganisasi.
2. Modal setoran lain atau agio saham harus ditentukan jumlahnya sehingga cukup
besar untuk menutup defisit.
3. Saldo debit nlaba ditahan (defisit) dieliminasi dengan cara mendebit agio/premium
modal saham.
Dewan standar akuntansi menetapkan syarat-syarat perusahaan yang dapat melakukan
kuasi-reorganisasi yaitu (PSAK No. 51 pasal 11):
a. Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material.
b. Perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki prospek yang
baik pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan.
c. Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan.
d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
e. Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif.
Laba Komprehensif
Perubahan akibat transaksi operasi atau transaksi nonpemilik harus dibedakan dan
dipisahkan secara tegas dengan perubahan akibat transaksi pemilik, semua perubahan
akibat transaksi operasi harus dilaporkan melalui statemen laba – rugi.
Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos pos mana saja yang disajikan melalui statement
laba rugi dan pos pos mana saja yang dilaporkan melalui statemen laba ditahan. Dalam hal
ini ada dua pendekatan yang dianut yaitu kinerja sekarang atau normal dan semua
termasuk atau surplus bersih.
Alasan Mendasar
Patton dan Littleton (1970) mengajukan argumen mendasar dalam mendukung pendekatan
laba semua tyermasuk yaitu konsep pemanfaatan aset. Konsep ini memandang bahwa
manajemen mengelola aset sebagai satu kesatuan.