Anda di halaman 1dari 40

TEORI AKUNTANSI

RANGKUMAN
BAB 10 : LABA (INCOME) DAN BAB 11 : EKUITAS

Disusun Oleh
KELOMPOK 3
Anggota:
1. I Made Arya Suputra (A1C014053)
2. Muhammamad Ichsan Yusri (A1C014069)
3. Muhammad Aria Ramawanda U. (A1C014078)
4. Nadya Hijriani (A1C014083)
5. Ni Made Ayu Trishna Hendrawati (A1C014087)
6. Ni Putu Setia Devi Astini (A1C014089)
7. Nurhasunah (A1C014096)

S1 AKUNTANSI REGULER PAGI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2017
BAB 10 LABA (INCOME)

Makna income dalam konteks perpajakan dapat berbeda atau bahkan berbeda dengan
makna income dalam akuntansi atau pelaporan keuangan. Dalam perpajakan, income
dimaknai sebagai jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana
digunakan dalam Standar Akuntansi Keuangan.
Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi, istilah income pada
umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa
yang dimaksud income dalam buku-buku tersebut. Laba komprehensif dimaknai sebagai
kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transaksi pemilik.

Tujuan Pelaporan Laba


Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain
sebagai:
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi.
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
3. Dasar penentuan besarnya penggunaan pajak.
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
9. Dasar pembagian dividen.
Dengan berbagai kebutuhan di atas, digunakan dua pendekatan dalam akuntansi laba yaitu:
1. Satu laba untuk berbagai tujuan.
Pendekatan ini berusaha untuk memformulasi konsep laba tunggal dan
menyajikannya untuk memenuhi berbagai tujuan secara umum, maka hal ini yang
ingin dicapai melalui perekayasaan pelaporan keuangan umum.
2. Beda tujuan beda laba.
Pendekatan ini menggunakan berbagai konsep laba dan menyajikannya secara jelas
berbagai konsep laba tersebut secara khusus yang dapat dilayani dengan menyertai
statemen keuangan umum dengan berbagai laporan pelengkap.
Konsep Laba Konvensional
Hendriksen dan Van Breda ( 1992 ) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang
berjalan ( konvensional ) masih problematik secara teoritis. Laba akuntansi mempunyai
beberapa kelemahan berikut ( hlm. 309 ) :
a. Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut
secara intutif dan ekonomik bermakna.
b. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa atau
residual.
c. Prinsip akuntansi berterima umum ( PABU ) sebagai pedoman pengukuran laba
masih memberi peluang untuk terjadinya ketaktaatsasan ( inkonsistensi )
antarperusahaan.
d. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum
memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga.
e. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor
memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih
bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang
mendesak.

Konsep Laba Dalam Tataran Semantik


Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus
dilekatkan oleh perekayasaan pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba
bermanfaat dan bermakna sebagai informasi.

Pengukur Kinerja
Daya melaba merupakan informasi semantik yang diharpkan dibawa oleh informasi
akuntansi melalui statemen keuangan yaitu objek, ukuran, dan hubungan. Jadi untuk
menentukan daya melaba, tiga komponen harus diketahui yaitu laba, perioda, dan tingkat
sumber daya ( investasi ). Jadi, laba dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba
menentukan ROI, ROA, dan ROL sebagai pengukur efisiensi.

Konfirmasi Harapan Investor


Perekayasa pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan bahwa
harapan-harapan investor atau pemakai lainnya di masa lalu tentang kinerja perusahaan
memang terrealisasi. Dengan demikian, laba dapat diinterpretasi sebagai sarana untuk
mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut. Asumsinya adalah para investor telah
menggunakan segala informasi yang tersedia secara publik sebagai basis keputusan
investasinya melalui prediksi laba.

Estimator Laba Ekonomik


Laba akuntansi adalah laba dari kaca mata perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha
karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan. Oleh karena
itu, laba akuntansi didasarkan pada data yang telah terjadi bukannya data hipotesis yang
dapat berupa kos kesempatan.
Pengertian ekonomik dari segi akuntansi adalah kelayakan ekonomik jangka panjang dan
bukan penilaian ekonomik jangka pendek. Oleh karena itu, depresiasi dalam akuntansi
merupakan proses alokasi dan bukan proses penilaian.

Makna Laba
Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan investor, dan estimator
laba ekonomik merupakan gagasan-gagasan untuk menemukan definisi ( konsep atau
makna ) laba yang tepat untuk tujuan akuntansi. Dari pengertian laba tersebut, dapat
disimpulkan bahwa laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut
:
a. Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas.
b. Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu ( perioda ) sehingga harus diidentifikasi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
c. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.

Laba dan Kapital


Kapital dapat diasosiasi dengan sediaan atau potensi jasa. Jadi kapital dapat dipandang
sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu. Sementara itu, laba dapat diasosiasi
dengan aliran kemakmuran. Jadi, laba adalah aliran potensial jasa yang dapat dinimati
dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat potensi jasa mula-mula.

Konsep Pemertahanan Kapital


Konsep ini dilanadasi oleh gagasan bahwa entitas ( perusahaan atau investor ) berhak
mendapatkan kembalian/imbalan atau return dan menikmatinya setelah kapital ( investasi )
dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti sedia kala. Konsep ini mempunyai arti
penting atau konsekuensi dalam beberapa hal yang saling berkaitan sebagao berikut :
a. Membedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi.
b. Memisahkan dan membedakan transaksi operasi dalam arti luas dengan transaksi
pendanaan dari pemilik.
c. Menjamin agar laba yang dapat didistribusikan tidak mengandung pengembalian
investasi.
d. Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital untuk mempertahankan
kemampuan ekonomik awal perioda akibat perubahan harga dan daya beli sehingga
laba ekonomik akat terukur pula.
e. Memungkinkan penggunaan berbagai dasar penilaian untuk menentukan tingkat
kapital pada saat tertentu ( awal dan akhir ).
f. Memungkinkan penerapan pendekatan aset-kewajiban secara penuh dalam
pemaknaan laba sehingga angka laba akuntansi akan mendekati angka laba
ekonomik.

Konsep Laba Dalam Tataran Sintaktik


Salah satu bentuk penjabaran makna laba secara sintaktik adalah mendefinisi laba
sebagai selisih pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Pengukuran
dalam arti luas yang meliputi pengakuan, saat pengakuan, dan prosedur pengakuan
ditambah cara mengungkapkan merupakan masalah pada tataran sintaktik. Bila laba
didefinisi sebagai pendapatan dikurangi biaya, masalahnya adalah kapan laba timbul
sehingga harus diukur dan diakui ?

Pendekatan Transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi yang
kemudian terakumulasi sampai sakhir periode. Oleh karena itu, pengukuran dan
pengakuan laba juga akan parallel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya.
Dengan demikian, pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan
pendapatan atas dasar kriteria terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar
kriteria konsumsi manfaat.
Karena laba melekat pada pendapatan, dengan pendekatan transaksi dapat
dikatakan bahwa laba timbul dan diakui pada saat penjualan atau pertukaran terjadi. Laba
akan terhitung setelah biaya yang diperkirakan mendatangkan pendapatan juga diakui.
Beberapa keuntungan pendekatan transaksi bagi akuntansi :
 Komponen pembentuk laba bersih dapat dirinci dengan berbagai basis
 Laba yang berasal dari berbagai sumber/jenis transaksi dapat dipisahkan dan
dilaporkan untuk kepentingan eksternal
 Perubahan asset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui secara
objektif pada saat perubahan terjadi akibat transaksi penualan dan biaya dengan
pihak eksternal
 Jumah rupiah serta jenis asset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir
periode.
 Karena perubahan nilai asset pasar tidak diakui, artikulasi antarstatemen keuangan
dapat dipertahankan. Ini berarti, pendapatan dikurangi biaya akan sama denga
perubahan ekuitas pemegang saham

Pendekatan Kegiatan
Dengan pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya
kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Pendekatan
ini parallel dengan konsep penghimpunan atau pembentukan pendapatan sebagai basis
pengakuan pendapatan. Dengan konsep ini, pendaapatan dapat dinyatakan telah terbentuk
bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.
Pendekatan ini mempunyai keunggulan dalam membantu manajemen melakukan
analisis internal. Berbagai konsep laba dapat diciptakan untuk mengukur efisiensi dan
profitabilitas tiap kegiatan/bagian operasi, mengendalikan perilaku manajer divisi dengan
system pengendalian manajemen, dan menentukan kompensasi. Dalam penerapannya,
kedua pendekatan diatas tidak berdiri sendiri melainkan saling melengkapi.

Pendekatan Pemertahanan Kapital


Dengan konsep pemertahanan kapital, laba merupakan konsekuensi dari
pengukuran kapital pada dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen
statemen keuangan diukur atas dasar pendekatan asset-kewajiban. Jadi dapat dikatakan
bahwa laba adalah perbedaan nilai kapital pada dua saat yang berbeda.
Pengukuran dan Penilaian Kapital
Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual karena
dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik berubah dan harus
dipertimbangkan yaitu unit atau skala penguku dan dasar pengukuran. Hal lain yang
menentukan cara menilai kapital adalah jenis kapital

Jenis Kapital
1. Kapital Finansial
Kapital Finansial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang
melekat padanya tanpa memperthatikan wujud fisis klaim tersebut. Dalam anilisis
statemen keuangan tradisional, tingkat kembalian atas kapital finansial ini
dinyatakan sebagai tingkat kembalian atau asset total (ROA) yang dirumuskan :
Laba Bersih+Biaya Bunga
ROA=
Aset total Rata−rata
Dari sudut pandang kreditor, kapital finansial adalah jumah pinjaman yang
tertanam diperusahaan. Jumlah rupiah pinjaman ditambah bunga yang menjadi hak
kreditor selama periode merupakan laba kreditor.
2. Kapital Fisis
Adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai
sebagai kapasitas produksi fisis yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
Kapital fisis secara umum tidak relevan dari sudut pandang investor dan kreditor.
Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas
produksi fisis pada akhir suatu peride melebihi kapasitas produksi fisis pada awal
periode. Yang harus diperhatikan dalam menetukan laba adalah kapasitas produksi
fisis. Laba akhirnya harus dinyatakan dalam jumlah rupiah. Oleh karena itu,
kapasitas produksi fisis akhirnya harus dinyatakan dalam jumah rupiah.

Skala Pengukuran
1. Skala Nominal
Skala rupiah nominal adalah satuan rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa
memperthatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan
kondisi ekonomik. Dengan kata lain, jumlah rupiah untuk waktu yang berbeda
dianggap homogenus atau berdaya beli sama sehingga dapat saling dijumlahkan
atau dikurangkan. Pengukuran dengan skala nominal lebih menitiberatkan pada
jumlah unit rupiah daripada jumlah unit daya beli.
2. Skala Daya Beli
Skala daya beli merupakanskala untuk mengatasi kelemahan skala nominal rupiah.
Dengan skala ini skala nominal rupiahdinyatakan kembali atau dihomogenuskan
dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu. Perubahan skala
pengukuran dari nominal rupiah ke daya beli secara substantive tidak berpengaruh
terhadap laba sebagai perubahan nilai ekonomik kapital, yang berubah adalah skala
pengukurnya sebagaimana tambahan berat seseorang dalam suatu periode tidak
akan berubah karena pengukurnya di ubah dari kilogram menjadi pon.

Dasar atau Atribut Pengukuran


1. Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukarann yang telah
tercatat dalam system pembukuan. Masalah kos historis hendaknya dibedakan
dengan skala rupiah nominal. Kos historis berkaitan dengan masalah pilihan jumlah
rupiah mana yang akan dilekatkan pada elemen statemen keuangan sedangkan
skala nominal berkaitan dengan pilihan unit pengukur yang akan digunakan.
2. Kos Sekarang
Kos sekarang menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang
diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh asset yang sama jenis dan
kondisinya atau penggantinya yang setara. Harga pertukaran harus ditentukan dari
pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha.
Selisih anatara kos historis dengan kos sekarang harus dibedakan dengan selisisih
akibat dijabarkannya rupiah nominal menjadi rupiah daya beli. Kos sekarang
berbeda dengan kos historis bukan karena perubahan harga umum tetapi karena
perubahan selera, tekhnologi, dan fungsi.

Pengukuran Laba dengan Mempertahankan Kapital


Berbagai pendekatan penilaian kapital dibahas dan disarankan oleh banyak penulis. Oleh
karena itu terdapat juga berbagai pengukuran laba sebagai hasil penilaian kapital pada dua
waktu yang berbeda. Berbagai pendekatan itu antara lain :
1. Kapitalisasi Aliran Kas dan Harapan
Konsep laba ini mendekati konsep laba ekonomik. Dengan konsep ini akan
ditentukan nilai kapitalisasian investasi pemegang saham pada awal dan akhir
periode. Nilai kapitalisasian adalah nilai diskonan atau nilai sekarang seua aliran
kas ke masa dating dari investasi selama periode yang diharapkan investor. Bila
tidak ada pembagian dividen, aliran kas adalah kas yang akan diterima seandainya
sebagia investasi dijual secara periodic sebanyak kenaikan nilai investasi.
Walaupun konsep kapitalisasi mempunya keunggulan dalam pengukuran laba yang
mendekati laba ekonomik, system pembukuan perusahaan mungkin tidak
mendukung pengoprasian kosnep ini. Dengan kata lain konsep ini tidak praktis dan
operasional. Beberapa keberatan yang diajukan terhadap konsep ini antara lain :
 Tarif kapitalisasi yang digunakan dimata perusahaan tidak selalu sama
dengan tariff menurut persepsi investor
 Angka laba yang dihasilkan tidak intuitif karena komponen-komponen
pembentuknya tidak tampak
 Konsep ini terlalu menekankan pada nilai waktu uang dan aliran kas dan
mengabaikan factor-faktor ekonomik yang lain.
 Informasi tentang operasi dan efisiensi manajemen perusahaan tidak dapat
terungkap melalui laporan laba rugi.
 Informasi yang disajikan kurang mempunyai daya konfirmasi terhadap
harapan-harapan masa yang lalu.
 Karena semua informasi yang digunakan dalam menghitung laba
didasarkan pada prediksi yang sering tidak konsisten dari periode ke
periode, informasi laba tidak dapat diverivikasi sehingga kurang dapat
diandalkan.
2. Penilaian Pasar atau Perusahaan
Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital finansial. Penilaian ini merupakan
alternative kapitalisasi aliran kas. Kapital diukur atas dasar berapa jumlah rupiah
yang investor bersedia membayar untuk seleuruh kekayaan perusahaan dikurangi
kewajiban. Walaupun demikian, subjektivitas investor tetap berperan sehingga
hasil penilaian dapat berbias.
3. Setara Kas Sekarang
Dasar pengukurannya adalah gunggungan semua jumlah rupiah setara tunai pos
asset dikurangi jumlah rupiah secara tunai semua utang. Jumlah rupiah setara tunai
ini didadasarkan atas harga pasar penjualan pos asset secara individual yang
dimiliki/dikuasai perusahaan. Walupun penilaian ini objektif, pasar bebas untuk
tiap jenis asset tidak selalu ada sehingga harga pasar akhirnya juga tidak lebih dari
sekedar taksiran karena tidak ada barang yang setara dipasar sebagai pembanding.
4. Harga Masukan Historis
Penilaian ini merupakan salah satu pendekatan penilaian dengan nilai masukan.
Penilaian atas dasar harga masukan dilandasi gagasan bahwa kapital dapat
dikatakan telah dipertahankan apabila asset pada akhir periode sama dengan aaset
pada awal periode. Walaupun berbasis harga masukan, beberapa komponen asset
pada akhir periode mungkin merefleksi harga keluaran.
5. Harga Masukan Sekarang
Penilaian ini pada dasarnya sama dengan harga masukan historis kecuali bahwa
dalam pendekatan ini menilai kompone-komponen kapital awal dan akhir dengan
kos masukan sekarang atau kos pengganti pada saat itu. Kos pengganti suatu asset
adalah jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya suatu entitas tidak
menguasai asset bersangkutan. Dengan cara ini, untung atau rugi penahanan asset
akan teridentifikasi dan masuk dalam perhitungan laba.
6. Pemertahanan Daya Beli Konstan
Secara umum dapat dikatakan bahwa penentuan laba atas dasar konsep
pemertahanan kapita memerlukan penilaian atas kapital baik fisis maupun finansial
pada awal dan akhir suatu periode.

Prediktor Aliran Kas ke Investor


Dalam FASB, telah dinyatakan tujuan pelaporan keuangan sebagai berikut:
“Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan
kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai jumlah, saat
terjadi, dan ketakpastian penerimaan kas mendatang dari dividen atau bunga dan
pemerolehan kas mendatang dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya sekuritas atau
pinjaman.”
Penjelasan tersebut memberi isyarat bahwa harus ada hubungan logis antara laba dan
aliran kas ke investor dan kreditor yang akan membantu dalam mengembangkan model
untuk memprediksi aliran kas ke mereka guna menilai investasi atau kapitalnya.
Aliran kas yang diterima investor akan memengaruhi kemampuan perusahaan untuk
membayar semua kewajiban pada saatnya, mendanai keperluan operasi, reinvestasi,
membayar bunga, dan membayar dividen.

Perkontrakan Efisien
Teori perkontrakan efisien merupakan bagian atau turunan dari teori keagenan. Hubungan
keagenan adalah hubungan antara prinsipal dan agen yang di dalamnya agen bertindak atas
nama dan untuk kepentingan prinsipal dan atas tindakannya tersebut agen mendapatkan
imbalan tertentu. Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan
persengketaan dan yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang
diperjanjikan.

Pengendalian Manajemen
Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen. Sistem ini
dirancang untuk mengarahkan perilaku para manajer agar mereka memaksimumkan
kepentingan dirinya atau divisinya tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan
secara keseluruhan juga tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut
keselarasan tujuan.

Teori Pasar Efisien


Efisiensi pasar harus dikaitkan dengan sistem informasi yaitu mekanisma penyediaan
informasi dengan segala regulasi yang berlaku dalam lingkup beroperasinya pasar modal.
Sistem informasi menghasilkan sehimpunan informasi bagi pelaku pasar untuk
menentukan harga saham. Pasar dikatakan efisien dalam kaitan dengan informasi atau
signal tertentu hanya jika harga saham berperilaku seakan-akan semua pelaku pasar
menangkap signal tersebut dan segera merevisi harga saham harapannya kemudian
mengambil strategi investasi sehingga terjadi ekuilibrium baru.

Bentuk Efisiensi Pasar


Karena efisiensi pasar hanya dapat dikaitkan dengan informasi atau signal tertentu dalam
suatu kemanisma penyediaan informasi, terdapat tiga bentuk efisiensi:
Bentuk Lemah. Pasar adalah efisien bentuk lemah jika harga sekuritas merefleksi secara
penuh informasi harga dan volume sekuritas masa lalu.
Bentuk Semi-kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk semi-kuat jika harga sekuritas
merefleksi secara penuh semua informasi yang tersedia secara publik termasuk data
statemen keuangan.
Bentuk Kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk kuat jika harga sekuritas merefleksi
secara penuh semua informasi termasuk informasi privat atau dalam yang tidak
dipublikasi.

Laba Sebagai Signal


Laba akuntansi yang diumumkan via statemen keuangan merupakan salah satu signal dari
himpunan informasi yang tersedia bagi pasar modal. Walaupun hipotesis pasar efisien
mengisyaratkan bahwa tidak seorangpun akan memeroleh return lebih hanya atas
pengetahuannya terhadap data laba, penelitian empiris menunjukkan bahwa laba per saham
yang diumumkan via statemen keuangan mempunyai dampak terhadap harga saham. Oleh
karena itu, data laba juga sangat diperlukan oleh investor untuk memprediksi laba dan
harga masa datang.

Pengujian Kandungan Informasi Laba


Apakah laba mengandung informasi dapat ditunjukkan oleh reaksi pasar terhadap
pengumuman laba sebagai suatu peristiwa. Bila angka laba mengandung informasi,
diteorikan bahwa pasar akan bereaksi terhadap pengumuman laba. Pada saat diumumkan,
pasar telah mempunyai harapan tentang berapa besarnya laba perusahaan atas dasar semua
informasi yang tersedia secara publik.
Return atau kembalian adalah apa yang diperoleh investor dari investasinya daam suatu
periode yang dalam hal saham dapat berupa dividen dan untung kapital yaitu kenaikan
nilai investasi. Return umumnya dinyatakan dalam persen perubahan. Oleh karena itu,
return saham suatu perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut.
Dividen per saham+( Harga akhir−Harga awal)
Return=R=
Harga awal

Laba dan Teori Entitas


Laba adalah kenaikan kemakmuran suatu entitas yang dapat dikonsumsi tanpa
mempengaruhi kapital semula. Teori entitas berkaitan dengan penentuan siapa yang
dianggap paling berkepentingan dengan suatu kegiatan ekonomik sehingga pihak tersebut
berhak untuk menikmati laba. Karena berkaitan dengan siapa yang berhak atas laba, teori
entitas sering disebut pula dengan teori ekuitas. Teori entitas atau ekuitas yang banyak
dibahas dalam literatur teori akuntansi adalah.
1. Entitas usaha bersama
2. Entitas usaha atau bisnis
3. Entitas investor
4. Entitas pemilik
5. Entitas pemilik residual
6. Entitas pengendali
7. Entitas dana
Teori entitas selalu dikaitkan dengan partisipan dalam kegiatan ekonomik yaitu manajer,
karyawan, invest, kreditor, pemerintah, dan entitas lain yang terlibat. Teori entitas juga
mempunyai implikasi tentang tujuan pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan
statemen laba-rugi.

Laba dan Teori Entitas


Teori entitas atau ekuitas yang banyak dibahas dalam literatur teori akuntansi adalah:
1. Entitas usaha bersama
2. Entitas usaha atau bisnis
3. Entitas investor
4. Entitas pemilik
5. Entitas pemilik residual
6. Entitas pengendali
7. Entitas dana

 Entitas Usaha Bersama


Yang menjadi pusat perhatian akuntansi adalah kegiatan bersama yang melibatkan
berbagai pihak sebagai bagian dari kegiatan ekonomi. Semua pelaku ekonomi
menanggung usaha bersama sehingga mereka disebut secara bersama sebagai
pemegang pancang (stakeholders) dan perusahaan berfungsi sebagai alat pengikat,
pancang, atau pusat (nexus). Sudut pandang ini dilandasi gagasan bahwa perusahaan
yang besar memiliki fungsi institusi sosial yang mempengaruhi ekonomi yang luas
dan kompleks sehingga darinya dituntut pertanggungjawaban sosial.
Sebagai institusi sosial, perusahaan harus menunjukkan kontribusi ekonomi terhadap
masyarakat luas. Semua pelaku ekonomi memiliki peran dalam menciptakan nilai
tambah (value added atau added value) akibat kegiatan usaha tersebut. Para
stakeholder berhak mendapatkan bagian dari nilai tambah tersebut. Dari sudut
pandang tersebut, laba diartikan sebagai seluruh jumlah nilai tambahan (kenaikan
kemakmuran) yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi secara bersama dikurangi cost
material dan mesin/peralatan (bahan baku, overhead nontenaga kerja dan depriasi).
Jumlah rupiah yang dibayarkan kepada pelakuekonomi bukan merupakan biaya
tetapi merupakan distribusi laba (nilai tambah) atau pembagian laba dan statemen
laba-rugi harus disusun dengan pendekatan nilai-tambahan untuk mencerminkan
karakteristik perusahaan sebagai institusi sosial. Untuk mengukur laba,jumlah rupiah
penjualan dikurangi dengan cost bahan baku dan overhead nontenaga kerja karena
keduanya merupakan nilai-tambahan yang timbul oleh institusi sosial lainnya
yangditransfer ke kesatuan usaha bersama.
Makna depresiasi memunculkan masalah teoritis karena ada perbedaan mengenai
perlakuan depresiasi yaitu sebagai barang transfer (mengurangi nilai-tambahan) atau
sebagai reinvestasi (distribusi nilai-tambahan). Pendukung depresiasi sebagai
pengurangan nilai tambahan berpendapat depresiasi harus dimasukkan dari
perhitungan nilai-tambahan karena nilai-tambahan tercipta dengan kontrisbusi fasilitas
fisik yang dibeli dari kesatuan lain (plant and equipment) sehingga depresiasinya
harus dikurangkan terhadap penjualan untuk menunjukkan nilai-tambahan bersih oleh
kesatuan usaha bersama yang bersangkutan. Pengurangan depresiasi untuk nilai-
tambahan juga sesuai asas akrual dan konsep dasar perbandingan.
Sedangkan pendapat lainnya berpendapat pengurangan depresiasi untuk mendapat
nilai-tambahan mengurangi makna sebenarnya dari nilai-tambahan. Selain itu nilai-
tambahan juga akan kehilangan objektivitasnya karena depresiasi adalah angka
taksiran. Depresiasi tidak dikurangkan karena jumlah rupiah pembelian fasilitas fisik
dari kesatuan lain telah diakui sebagai nilai-tambahan oleh kesatuan lain tersebut. Oleh
karena itu, depresiasi harus dianggap sebagai distribusi laba untuk mempertahankan
kapasitas produktif aset yang dikuasi oleh kesatuan usaha bersama dan untuk
membatasi jumlah yang dapat didistribusi kepada para stakeholder.

 Entitas Usaha atau Bisnis


Pada teori entitas usaha atau bisnis perusahaan dipandang sebagai orang atau badan
usaha sendiri, bertindak atas nama sendiri, serta terpisah dari investor, kreditor, dan
pihak eksternal lainnya. Perusahaan menjadi pusat perhatian akuntansi dan menjadi
subjek laporan. Laba dipandang sebagain kenaikan aset karena pendapatan dianggap
sebagai aliran masuk (kenaikan aset) dan biaya sebagai aliran keluar aset (penurunan
aset) akibat kegiatan operasi perusahaan. pemilik, kreditor, pemerintah serta pelaku
lainnya diperlukan sebagai pihak luar. Oleh karenanya jumlah rupiah yang
didistribusi ke mereka diperlakukan dengan biaya. Transaksi modal (dengan pemilik)
tidak dipisahkan dengan transaksi operasi.
Persamaan akuntansi pada teori ini adalah  Aset = Ekuitas
Karena pemegang saham memiliki kedudukan yang sama dengan kreditor, utang
merupakan keharusan kesatuan usaha kepada kreditor bukan keharusan pemegang
saham. Klaim dari pemegang saham diperlakukan sebagai keharusan kesatuan
usaha kepada pemegang saham sehingga bunga dan dividen keduanya
merupakan biaya. Statemen keuangan merupakan pertanggungjawaban entitas usaha
kepada pemegang ekuitas untuk memenuhi kewajiban hukum dan menjaga hubungan
baik karena gagasan bahwa kesatuan usaha bertindak dengan nama sendiri dan bukan
atas pemegang saham atau kreditor. Teori ini sering disebut sudut pandang entitas baru
atau kontemporer (new or contemporary view of entity).

 Entitas Investor
Investor yang dimaksud pada teori entitas investor adalah penyedia dana utama
perusahaan yaitu kreditor (jangka panjang) dan pemegang saham (preferensi dan
biasa). Pada teori ini kedua kelompok dipandang sebagai mitra manajemen
(management associates) dimana perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama
investor. Dan oleh karenany alaporan keuangan harus dilaksanakan untuk kepentingan
kedua kelompok tersebut. Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:

Aset – Utang jangka pendek = Ekuitas investor

Laba diartikan sebagai jumlah yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi,
bunga kepada kreditor jangka panjang dan dividen kepada pemegang
saham bukan merupakan biaya tetapi lebih merupakan distribusi laba. Pajak berstatus
sebagai biaya bagi investor. Bunga dan dividen merupakan pembagian laba bukan
biaya. Teori ini disebut juga sudut pandang entitas tradisional (traditional view of
entity).

 Entitas Pemilik
Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik
(proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak
luar. Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi milik pribadi
pemegang saham sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya,
pemegang saham menanggung segala resiko yang berkaitan dengan utang. Dengan
sudut pandang ini, asset bersih menjadi perhatian utama bagi pemegang saham. Teori
ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut ini :
Aset- Kewajiban = Ekuitas
Kreditor, pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap
sebagai pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan
dengan pihak tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap sebagai biaya
bukannya distribusi laba. Laba dalam teori entitas ini adalah selisih pendapatan dan
biaya yang menjadi hak akhir pemilik.
 Entitas Pemilik Residual
Konsep entitas ini memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian
akuntansi. Dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang
saham istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen untuk mereka
dipandang sebagai biaya. Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi
berikut ini :

Aset- Ekuitas spesifik = Ekuitas Residual

Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah utang dan ekuitas saham istimewa.
Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak yang
akhirnya menanggung resiko ketidakpastian masa datang tetapi juga menikmati segala
pengembalian setelah pihak yang lain terpenuhi haknya. Laba dan laba persaham untuk
pemegang saham biasa menjadi informasi penting yang harus disajikan dalam
statement laba-rugi.
 Entitas Pengendali
Konsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih berkaitan
dengan penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitiberatkan
pandangannya kepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomi perusahaan tanpa
memperhatikan pemilikan seperti konsep kesatuan yang lain. Pengendalian hanya
dapat dilakukan oleh manusia dan oleh karenanya siapa yang mengendalikan harus
diidentifikasi dan kemudian akuntansi memusatkan perhatiaanya pada para pengendali.
Implikasi konsep ini hampir sama dengan implikasi konsep kesatuan usaha. Dengan
teori ini, sudut pandang akuntansi adalah manajemen puncak sebagai pengendali bukan
pemilik sehingga neraca dipandang sebagai statement tentang sumber dan penggunaan
dana yang menunjukan pertanggungjawaban manajemen.

Statement laba-rugi dipandang sebagai penjelasan atas kegiatan manajemen dari sudut
pandang manajemen sehingga statement laba-rugi harus menunjukkan hasil (laba)
untuk tiap kegiatan yang dapat berupa projek, produk, atau segmen bisnis lainnya.
Meskipun demikian, manajemen juga menyiapkan statemen laba rugi untuk
menunjukkan kinerja kesatuan usaha secara keseluruhan.
 Entitas Dana
Dana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling diracukan. Dana dapat diartikan
sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan (financial resources) yang dapat
digunakan untuk menandai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang
dapat berupa kegiatan, program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut.
Teori entitas dana dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

Aset = Pembatasan penggunaan asset

Konsep ini berpaut dengan organisasi nonprofit khususnya organisasi kepemerintahan.


Untuk unit organisasi kepemerintahan, interpretasi terhadap persamaan di atas
bergantung apakah unit tersebut mengelola aset (keuangan negara) yang dipisahkan
dari Anggaran pendapatan dana belanja negara.
Penyajian Laba
Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan
pos-pos transaksi operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik (transasi modal). Pos-pos
operasi dalam arti luas (termasuk nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statemen
laba rugi sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui
statemen laba ditahan atau atau statemen perubahan ekuitas.
Bab 11
EKUITAS

Pengertian
Dalam kerangka dasar Standart Akuntansi Keuangan (2002) misalnya Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas sebagai berikut :
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

Komponen Ekuitas Pemegang Saham


Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi
atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dn laba ditahan. Modal setoran
dipecah menjadi modal saham sebagai modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan
komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik.

Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya


Modal Setoran
Modal Yuridis
 Penerbitan saham baru
 Kapitalisasi laba ditahan
 Dividen saham
 Konversi obligasi atau saham istimewa terkonversi
 Stock subscriptions

Modal Setoran Lain


 Premium modal saham
 Penjualan saham treasuri
 Penyerapan deficit
 Deklarasi deviden likuidasi
 Restrukturisasi kapital
 Revaluasi aset

Modal Bentukan atau Laba Ditahan


 Laba atau rugi (dari statement laba rugi)
 Dividen
 Rekapitalisasi
 Defisit
 Koreksi
 Perubahan akuntansi

Lain-lain

Komponen lain-lain terdiri atas pos-pos yang tidak tepat dimasukkan dalam komponen
modal setoran lainnya atau laba ditahan tetapi sering diklasifikasikan sebagai pos ekuitas
pemegang saham. Pos-pos ini misalnya adalah untung penahanan belum terrealisasi lainnya,
selisih revaluasi, dan hak pemegang saham minoritas.

Tujuan Penyajian Ekuitas


Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh
tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statement keuangan. Pada umumnya,
tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi
kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan manajemen.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas
pemegang saham tersebut minimal adalah :
1. Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya.
2. Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengambilan modal
setoran kepada pemegang saham.
3. Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.

Pembedaan Modal Setoran Dan Laba Ditahan


Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari
akun ikhtisar laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba
tersebut telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Dengan demikian
untuk mengukur seluiruh hak pemegang saham atas asset, laba ditahan harus digabungkan
dengan modal setoran.
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting, Dari segi
administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indicator daya melaba sehingga laba
ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya
ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga sangat penting
secara yuridis karena modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan
untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali
dalam likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya.Sementara itu, laba ditahan adalah
jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.

Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus
ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan rehadap pihak
lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalahbahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau
nilai minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis
merupakan jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga
membentuk modal yuridis.

Besarnya Modal Yuridis


Dalam hal saham bernilai nominal (par stock), modal yuridis dapat sama dengan jumlah
yang dikenal dengan nama Modal Saham (kapital stock). Modal saham menunjuk jumlah
rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai nominal per saham. Jumlah ini
merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak pemegang saham walaupun
dalam transaksi pembelian saham jumlah rupiah yang disetor/dibayarkan melebihi modal
yuridis tersebut.

Modal Setoran Lain


Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat adalah
penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal tidak dapat digunakan
sebagao sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak sebagianpun dari jumlah rupiah laba
ditahan dapat dimasukkan sebagai modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah
diubah menjadi modal dengan proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena
transaksi modal yang dibahas dibawah ini.

Perubahan Modal Setoran


Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara
tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi modal .
dalam hal kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah
memperlakukan kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan
adanya jumlah yang tersedia untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat
mengubah modal setoran dengan berbagai masalah teoritisnya adalah :
1. Pemesanan saham
2. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar.
3. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar,
4. Dividen saham.

Hak Beli Saham


Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli
sejumlah saham (proporsional dengan pemilikan). Hal ini biasanya dimaksudkan untuk
mempertahankan pemilik pemegang saham lama. Harga pasar hak beli saham adalah
sebesar selisih harga pasar saham dengan harga yang harus dibayar pemegang saham yang
mempunyai hak beli saham. Selisih tersebut dapat dikapitalisasi ke modal setoran lain-lain
(paid-in kapital in excess of par or stated value). Namun argumen ini dibantah dengan
al;asan bahwa kapitalisasi hak belisaham menjadi modal setoran adalah tidak logis karena
tidak ada sumber ekonomik yang disetorkan oleh pemegang saham dan tidak ada saham
baru yang diterbitkan. Lain halnya dengan kupon beli saham atau waran yang dibahas
sesudah opsi saham.

Opsi Saham
Opsi merupakan instrumen yang digolongkan sebagai sekuritas turunan-saham atau
derivatif-saham. Disebut turunan karena harus ada sekuritas yang melandasi atau menjadi
basis. Secara umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham
tertentu yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual kepada investor lain. Terdapat
dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi call memberi hak kepada pemegang untuk
membeli sejumlah saham dengan harga tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis
pada tanggal tertentu. Opsi put memberi hak kepada pemegang untuk menjual sejumlah
saham dengan harga tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu.
Opsi dijual oleh penerbit dengan harga tertentu (disebut option premium atau price).
Dalam arti khusus, opsi saham adalah semacam kontrak yang memberi hak kepada
karyawan perusahaan (termasuk manajer atau pemimpin) untuk membeli saham
perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan harga yang tertentu pula. Pada umumnya
harga pengambilan di bawah harga pasar saham yang bersangkutan atau harga yang
ditawarkan kepada pihak lain. Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi
saham karyawan. Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan
loyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan pemilik perusahaan dan untuk
menambah penghasilan karyawan. Terdapat masalah akuntansi yang berkaitan dengan opsi
saham karyawan, yaitu : (1) apakah manfaat yang didapat karyawan dari opsi saham
merupakan kompensasi/imbalan tambahan; (2) kalau merupakan kompensasi tambahan,
bagaimana mengukur kompensasi tersebut; dan (3) kapan atau dalam periode mana
tambahan kompensasi tersebut dapat diakui sebagai biaya (gaji dan upah)

Opsi Saham Nonimbalan


Ada kalanya program opsi saham diluncurkan bukan untuk tujuan meningkatkan
kompensasi karyawan tetapi untuk meningkatkan status karyawan sebagai pemilik
perusahaan dan untuk membantu perusahaan menambah dana. APB Opinion No. 25 (pasal
7) menentukan bahwa opsi saham dapat dikategori sebagau nonimbalan/nonkompensasi
jika keempat karakteristik program opsi saham berikut dipenuhi:
1) Hampir seluruh karyawan penuh yang memenuhi kualifikasi jabatan terbatas boleh
berpartisipasi dalam program opsi saham
2) Karyawan mempunyai hak membeli saham dalam jumlah yang sama atau atas
dasar persentase tertentu dari gaji atau upah
3) Jangka waktu opsi tidak terlalu lama
4) Harga saham tidak terlalu rendah dibandingkan dengan harga pasar saham atau
harga yang ditawarkan kepada pihak lain.
Diasumsikan bahwa pemberian hak opsi tersebut tidak mempunyai konsekuensi bagi
karyawan untuk melaksanakan kewajiban atau pekerjaan tambahan. Pada umumnya, jika
opsi saham tersebut nonimbalan, harga saham atau harga pengambilan ditentukan sama
dengan harga pasar saham pada saat opsi saham diberikan. Jika karyawan ternyata
memperoleh manfaat karena harga saham ternyata lebih rendah daripada harga pasar pada
saat opsi saham diambil, manfaat tersebut dapat dipandang sebagai untung akibat spekulasi
karyawan dan bukan sebagai penghasilan tambahan untuk jasa yang diberikan oleh
karyawan.
Opsi Saham Imbalan
Jika program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham nonimbalan,
tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi saham imbalan. Misalnya, opsi saham yang
ditawarkan kepada para eksekutif tertentu. Jika banyaknya saham dan harga pengambilan
sudah diketahui pada saat opsi ditawarkan maka kompensasi dapat diukur pada saat itu
atas dasar selisih harga pasar dan harga pengambilan. Akan tetapi, jika saham cacah dan
harga pengambilan tergantung pada hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang,
kompensasi yang diperhitungkan dan diakui sebagai biaya biasanya adalah selisih harga
pengambilan dan harga pasar pada tanggal pengukuran. Tanggal pengukuran alternatif ini
akan ditentukan berdasarkan tanggal yang informasi berikut diketahui lebih dahulu (1)
banyaknya saham yang dapat dibeli oleh karyawan atau (2) harga pengambilan. Tidak
berarti bahwa karyawan harus mengambil opsi pada tanggal tersebut. Alasan pengukuran
biaya pada saat opsi ditawarkan atau pada tanggal alternatif di atas adalah : (a) pada
tanggal tersebut kompensasi dapat diukur dengan cukup pasti baik bagi perusahaan
maupun karyawan; (b) harga pada tanggal tersebut dianggap merupakan harga kesepakatan
bagi kedua belah pihak sehingga jumlah rupiahnya objektif; (c) selisih harga pada tanggal
tersebut dapat dianggap sebagai kos untuk mencapai tujuan penerbitan opsi; dan (d)
keputusan untuk mengambil opsi saham ada ditangan karyawan sehingga perubahan harga
saham bukan merupakan kos bagi perusahaan.

Waran
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada
pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka
waktu tertentu (PSAK No. 41, pasal 03). Pemegang waran dapat membeli sejumlah saham
dengan mengembalikan waran tersebut dan membayar sejumlah uang kas tertentu. waran
berbeda dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek yaitu:
1) Waran diterbitkan oleh perusahaan sedangkan hak beli saham (call dan put)
diterbitkan oleh investor (baik individual maupun institusional)
2) Jangka waktu opsi waran biasanya lebih lama (dapat tahunan) daripada jangka
waktu opsi hak beli saham
3) Waran dijual atau diterbitkan kepada umum (bukan pemegang saham atau
karyawan perusahaan) dan biasanya hal ini menjadi syarat bagi pembeli
4) Saham dijual dengan harga tertentu/tunai
5) Harga pembelian saham total (harga waran plus tambahan kas) pada saat
pengambilan opsi biasanya melebihi harga pasar saham pada saat waran
ditawarkan
6) Bila hak opsi tidak diambil, kos waran tidak dapat ditarik kembali oleh pemegang
waran
7) Waran dapat diterbitkan menyertai penerbitan surat utang (obligasi).
Karena terdapat aliran masuk dana, jumlah rupiah yang diterima dari penjualan kupon
saham dapat diakui dan dikategori sebagai modal setoran baik sebagai modal saham atau
modal setoran lain. PSAK No. 41 telah menetapkan perlakuan akuntansi untuk berbagai
jenis waran, sebagai berikut :
- Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas) yang disertai waran
lepas dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasaar nilai wajar masing-masing
komponen pada saat penerbitannya. Jumlah rupiah yang melekat pada waran
dilaporkan sebagai modal setoran lainnya dan jumlah rupiah yang melekat pada
sekuritas dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya
(pasal 15)
- Apabila warran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasi ke
modal saham dan agio saham (bila ada). Apabila waran tidak diambil sampai masa
opsi berakhir, jumlah rupiah tercatat waran tetap diperlakukan sebagai modal
setoran lain (pasal 16)
- Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas yang disertai waran lekat diakui
seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal
17)
- Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlah
rupiah hasil penerbitan tersebut. Bila waran bebas diterbitkan secara cuma-cuma,
tidak diperlakukan penaksiran nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain
(pasal 18-19).

Penurunan Modal Setoran


Modal setoran tidak akan berkurang kecuali ada pembayaran atau pembagian dividen yang
dapat dikategorikan sebagai dividen likuidasi atau penarikan kembali saham yang beredar
secara permanen. Semua transaksi yang berkaitan dengan oenarikan kembali saham atau
likuidasi modal tidak ada kaitannya dengan untung atau rugi. Dengan kata lain, untung
atau rugi tidak timbul dari transaksi penarikan kembali saham. Perlakuan atas saham yang
ditarik kembali harus sejalan dengan sifatnya sebagai ekuitas pemegang saham.
Jika saham bersangkutan dapat diterbitkan kembali, saham dengan jumlah rupiah besar
yang dibayarkan untuk penarikan kembali tersebut harus diperlakukan sebagai kontrak
modal setoran dan laba ditahan bukannya sebagai aset. Jika saham bersangkutan tidak
dapat diterbitkan kembali (dianggap dilunasi), jumlah rupiah yang dibayarkan harus
dibebankan ke modal saham sampai sejumlah yang mula-mula dikredit, sisanya kemudian
dibebankan ke premium modal saham sampai sejumlah yang tidak melebihi bagian
premium yang mula-mula dikredit,jika masih terdapat sisa maka kelebihan tersebut harus
dibebankan ke laba ditahan. Jika terjadi untung dalam penebusan saham tersebut maka
untung tersebut harus dikredit ke premium modal saham karena jumlah tersebut pada
hakikatnya mempunyai karakteristik seperti kontribusi modal dalam bentuk donasi atau
pembebasan utang.
Pembelian kembali saham beredar oleh perseroan sebenarnya bermakna penarikan aset
yang diinvestasikan oleh pemegang saham bersangkutan. Akibatnya, struktur modal
berubah sesuai dengan jumlah aset yang ditarik kembali tersebut. Akan tetapi karena
perlakuan akhir terhadap saham yang ditebus kembali tersebut mungkin tidak pasti maka
perlu dibuat ketentuan tentang perlakuan sementara terhadap saham yang ditarik kembali.

Saham Treasuri
Transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali saham
untuk sementara menjadi saham treasuri. Beberapa alasan perusahaan melakukan
penarikan kembali saham sebagai saham treasuri adalah :
1) Saham tersebut akan diterbitkan kemabali kepada karyawan dalam program opsi
saham dan
2) Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transksi
penggabungan usaha.
Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah penentuan jumlah
rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan modal setoran dan laba ditahan; dan
pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis bila saham treasuri dijual kembali.
Mengenai hal ini, ada dua pendekatan atau konsep yang dapat diterapkan yaitu konsep satu
transaksi dan dua transaksi.

Konsep Satu Transaksi


Konsep ini disebut juga dengan metode kos karena jumlah rupiah total yang dibayarkan
dianggap seakan-akan merupakan kos pembelian saham treasuri. Disebut satut ransaksi
karena pembelian saham treasuri dan penjualannya kembali dianggap sebagai satu
transaksi. Artinya, pembelian dan penjualan dianggap sebagai kesatuan transksi untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dengan transaksi saham treasuri tersebut.
Jika saham treasuri dijual kembali dengan harga diatas kos maka selisihnya akan
menambah agio saham atau mengurangi disagio saham. Namun jika dijual di bawah kos
maka terdapat tiga alternatif pengakuan, yaitu :
(1) Memperlakukan selisih sebgai pengembalian modal setoran dan karenanya harus
didebut ke premium atau diskon saham yang sekelas;
Dasar pemikiran hal ini adalah bahwa substansi lebih penting dari bentuk.
Substansi transaksi saham treasuri adlaah transfer antara pemegang saham yang
satu ke yang lain dengan perusahaan sebgai agen dan cacah saham yang beredar
tidak berubah.
(2) Jumlah rupiah selisih dipecah secara proporsional atas dasar modal saham dan agio
saham sebelum penarikan saham treasuri;
Landasan utama perlakuan ini adalah peraturan hukum yang mengahruskan modal
saham dipertahankan keutuhannya. Jumlah yang berkaitan dengan agio saham
dibebankan ke agio saham tetapi yang berkaitan dengan modal saham dibebankan
ke laba ditahan.
(3) Membebankan seluruh selisih ke laba ditahan.
Alasan perlakuan ini semata-mata kepraktisan dan konservatismen. Sedangakan
alasan teoritisnya adalah bahw jika pembelian dan penjualan dianggap sebagai satu
transaksi maka esensi selisih tersebut adalah disrtibusi aset (semacam dividen)
kepada beberapa pemegang saham secara selektif.

Konsep Dua Transaksi


Dengan konsep ini, pemerolehan kembali saham sebagai saham treasuri dianggap sebagai
likuidasi ekuitas pemegang saham sedangkan penjualan kembali saham treasuri dianggap
sebagai penerbitan saham baru. Konsep ini disebut dengan penedekatan nominal karena
harga penarikan atau penjualan, dikompensasi ke modal setoran lain seluruhnya atau
sebatas porsi modal setoran lain mula-mula dan selisihnya dikompensasi ke laba ditahan.

Perubahan Laba Ditahan


Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan (jika ada pemisahan
antara transaksi modal dan transaksi operasi), yaitu : laba/rugi periodik dan pembagian
dividen. Laba yang dipindahkan dari akun laba-rugi adalah laba yang merupakan selisih
seluruh elemen transaksi operasi dalam arti luas yang disebut laba komprehensif.
Transaksi lain yang dapat mempengaruhi laba ditahan adalah transaksi yang tergolong
dalam transaksi modal seperti yang diuraikan dalam pembahasan perubahan modal setoran
diatas. Pengaruh beberapa transaksi di atas langsung dimasukkan dalam laba ditahan dan
tidak melalui statemen laba-rugi periode terjadinya transaksi tersebut karena transaksi
tersebut merupakan transaksi modal. Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan
laba ditahan dalam suatu periode berubah selain karenan transaksi modal tetapi karena
transaksi khusus, yaitu :
1. Penyesuaian periode lalu,
2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
3. Pengaruh perubahan akuntansi
4. Kuasi-reorganisasi

Penyesuaian Periode Lalu


Peneysuaian peruiode lalu (penyesuaian susulan) adalah perlakuan terhadap suatu jumlah
rupiah yang mempengaruhi operasi periode masa lalu (yang baru ditemukan atau baru
dapat diakui dalam periode sekarang) bukan sebagai pengurang atau penammbah
perhitungan laba tahun sekarang (masuk dalam statemen laba-rugi tahun
sekarang/berjalan) tetapi sebagai penyesuaoan terhadap laba ditahan awal periode
sekarang. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menjadikan laba ditahan awal periode
sekarang menunjukkan saldo yang semestinya seandainya jumlah rupiah tersebut telah
diakui dalam periode yang lalu.
Suatu jumlah rupiah dapat diperlakukan sebagai penyesuaian periode lalu jika jumlah
rupiah tersebut :
a) Dapat diidentifikasi secara tegas sebagai akibat atau dapat dikaitkan langsung
dengan kegiatan-kegiatan bisnis dalam periode tertentu masa lalu
b) Tidak timbul akibat peristiwa ekonomik yang terjadi setelah tanggal statemen
keuangan periode yang lalu. Artinya, peristiwa yang menimbulka jumlah rupiah
telah terjadi di masa lalu, hanya tidak pasti jumlahnya atau waktu mengikatnya
bagi perusahaan
c) Sangat bergantung pada ketepatan pihak lain selain manajemen. Artinya, jumlah
dan kepastian mengikatnya tidak berada di bawah pengendalian atau keputusan
manjamen
d) Tidak dapat ditaksi atau diantisipasi secara layak sebelum adanya ketepatan
tersebut.
Pada umumnya, penyesuaian periode lalu berkaitan dengan masalah ketidakpastian di
masa lalu tentang suatu kejadian atau jumlah dalam peristiwa yang sangat khusus.
Ketidakpastian semacam ini dalam akuntansi biasanya digolongkan dalam apa yang
disebut kebergantungan rugi. Rugi bergantung dapat diakui dalam periode timbulnya
kemungkinan asalkan dipenuhi kedua kriteria pengakuan berikut:
1) Informasi yang tersedia sebelum penerbitan statemen keuangan menunjukkan
dengan cukup pasti bahwa pada tanggal laporan keuangan aset perusahaan sudah
terpengaruh/berkurang atau kejadian telah timbul. Secara implisit harus cukup pasti
pula bahwa akan terjadi peristiwa tertentu di masa mendatang yang menegeaskan
atau menguatkan adanya rugi tersebut.
2) Jumlah rupiah pengaruh atau rugi tersebut dapat ditaksir secara layak.

Koreksi Kesalahan
Dalam hal tertentu, kesalahan tidak segera diketahui dan baru ketahuan beberapa waktu
atau bahkan beberapa perioda setelah statemen keuangan disusun dan diterbitkan.
Untuk dapat disebut kesalahan, suatu jumlah rupiah harus berasal dari kesalahan hitung,
kesalahan aplikasi atau penerapan prinsip akuntansi, atau kekhilafan atau kekeliruan
menggunakan fakta yang tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan. APB
membedakan antara kesalahan dengan perubahan taksiran atau perubahan akuntansi.
Perubahan taksiran atau akuntansi muncul dari adanya informasi atau perkembangan baru
yang berarti dari tilikan yang lebih baik atau pertimbangan yang lebih mantap. Untuk
disebut kesalahan, harus ada unsur kekhilafan atau salah pakai informasi.

Koreksi Sebagai Penyesuaian Laba Ditahan


Menurut pandangan ini penyesuaian yang diperlukan terhadap laba yang pernah
dilaporkan harus dilakukan langsung terhadap akun laba ditahan untuk semua kasus
kecuali untuk koreksi-koreksi yang jumlahnya tidak terlalu besar (material) sehingga tidak
mengganggu pelaporan laba normal. Ini berarti koreksi tidak tampak dalam statemen laba-
rugi.
Pendekatan ini disarankan dalam APB No. 20 paragraf 36 yang menyatakan bahwa
kesalahan dalam statemen keuangan perioda sebelumnya harus diperlakukan sebagai
penyesuaian perioda lalu. Laba ditahan awal perioda berjalan disesuaikan dengan jumlah
rupiah pengaruh kumulatif kesalahan terhadap perhitungan laba perioda-perioda
sebelumnya dan kalau statemen komparatif disajikan, pengaruh retroaktif kesalahan harus
ditunjukkan dalam statemen keuangan perioda-perioda yang terpengaruh.semacam ini
sebenarnya hanya berlaku untuk kesalahan yang memenuhi ketentuan umum dalam SFAS
No. 16 paragraf 1.

Koreksi Sebagai Penyesuai Modal Setoran Lain


Paton dan Littleton (1970) menegaskan bahwa koreksi yang berkaitan dengan penggunaan
aset dalam perioda-perioda yang lalu dengan alasan apapun hendaknya dipisahkan dengan
premium modal saham. Premium modal saham merupakan komponen modal setoran dan
kalau pemisahan antara modal setoran dan modal operasi (laba) harus tetap dipertahankan
maka tidaklah tepat untuk menggunakan modal setoran untuk menyerap koreksi atas laba
yang pernah dilaporkan kecuali kalau:
1. Laba bersih tahun berjalan dan lana ditahan telah habis.
2. Penyesuaian yang mempengaruhi modal setoran tersebut mendapat persetujuan
pemegang saham.
3. Laba ditahan yang diakumulasi setelah penyesuaian modal tersebut diberi tanggal.
Artinya, laba ditahan yang dilaporkan kemudian diperoleh dari operasi setelah
penyesuaian tersebut (perusahaan dianggap baru mulai atau (fresh start).

Koreksi Sebagai Komponen Statemen Laba-Rugi


Paton dan Littleton (1970) mendukung perlakuan ini dengan alasan bahwa statemen
laba rugi kumulatif yang didasarkan atas statemen terdahulu harus menunjukkan laba
(atau rugi) konprehensif sepanjang riwayat perusahaan sampai tanggal sekarang.
Dengan demikian, kalau koreksi langsung dilakukan dalam akun laba ditahan tanpa
ada petunjuk atau penjelasan apapun dalam statemen laba rugi, beberapa statemen laba
rugi yang pernah diterbitkan tidak dapat memberikan gambaran yang menyeluruh
tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Perubahan Akuntansi
Ada tiga macam perubahan akuntansi yaitu:
1. Perubahan prinsip atau metoda akuntansi (change in accounting principle or
method)
2. Perubahan taksiran akuntansi (change in accounting estimate)
3. Perubahan kesatuan pelaporan (change in the reporting entity)

Penyesuaian Retroaktif
Metoda ini mengakui pengaruh kumulatif perubahan dalam laba perioda yang lalu
sebagai penyesuaian perioda lalu. Ini berarti saldo awal akun laba diatahan perioda
sekarang disesuaikan dengan pengaruh kumulatif tersebut dan laporan-laporan perioda
sebelumnya disusun kembali sesuai dengan perubahan tersebut.

Penyesuaian Sekarang
Metoda ini mengakui seluruh pengaruh perubahan dalam laba perioda yang lalu
sebagai komponen dalam menghitung laba perioda sekarang (perioda terjadinya
perubahan). Perlakuan ini di dasar beberapa gagasan. Pertama, semua pos yang yang
mempengaruhi laba perusahaan harus dilaporkan melalui statemen laba rugi. Kedua,
pada umumnya perubahan akuntansi cukup sering terjadi sehingga tidak praktis untuk
selalu mengadakan revisi statemen keuangan perioda-perioda sebelumnya. Ketiga,
pengungkapan yang jelas dalam pelaporan laba perioda sekarang sudah cukup
memadai untuk mengungkapkan pengaruh perubahan tersebut sehingga kemungkinan
pembaca laporan keuangan akan melewatkan informasi perubahan dapat diatasi.
Keempat, penyusunan kembali statemen keuangan perioda lalu dapat menurunkan
keyakinan publijk terhadap statemen keuangan dan dapat membingungkan pemakai.
Penyesuaian Sekarang dan Prospektif
Metoda ini menyebar pengaruh kumulatif perubahan dalam laba perioda yang lalu ke
perioda sekarang dan beberapa perioda mendatang yang sesuai. Perlakuan ini dilandasi
oleh argumen bahwa perubahan akuntansi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat
dihindari dalam proses akuntansi yang bersifat memenuhi kebutuhan yang
berkembahang.

Aplikasi dalam Standar


Berikut ini adalah pedoman umum yang diberikan dalam APB No. 20 untuk
memperlakukan berbagai perubahan akuntansi.
Perubahan prinsip atau metoda akuntansi. Perubahan ini misalnya adalah
pergantian metoda depresiasi dari persentase nilai buku ke garis lurus atau sebaliknya.
Perubahan dapat disebabkan oleh terbitnya standar baru yang menetapkan penggunaan
metoda tertentu atau menolak sama sekali metoda tertentu.
Dalam hal ini, APB Opinion No.20 menganut penyesuaian sekarang memperlakukan
perubahan metoda akuntansi. Secara teknis, perlakukan tersebut dilaksanakan sebagai
berikut:
a. Statemen keuangan bebrapa perioda sebelumnya perubahan disertakan dalam
pelaporan seperti apa adanya untuk tujuan perbandingan.
b. Pengaruh kumulatif perubahan terhadap laba ditahan awal perioda sekarang
dilaporkan dalam statemen laba rugi perioda sekaranng (terjadinya perubahan)
c. Pengaruh penggunaan metoda baru terhadap laba sebelum pos luar biasa dan
terhadap laba bersih (termasuk EPS) untuk perioda pergantian metoda perlu
diungkapkan.
d. Laba sebelum pos-pos luar biasa dan laba bersih (termasuk EPS) yang dihitung
secara pro forma atas dasar metoda baru harus ditunjjukan dalam statemen laba
rugi untuk perioda-perioda yang disajikan seakan-akan prinsip baru telah
diterapkan untuk perioda-perioda tersebut.
Ada beberapa perubahan yang kecualikan dari ketentuan umum di atas. Beberapa
hal yang dikecualikan tersebut adalah:
1. Perubahan dari MTKP ke metoda aliran kos yang lain.
2. Perubahan (misalnya dari kontreak selesai ke persentase penyelesaian
sebaliknya).
3. Perubahan metoda akuntansi dari kos penuh ke upaya sukses yang digunakan
dalam perusahaan ekstraktif.
4. Perubahan akuntansi investasi jangkapanjang dari metode kas ke metoda
aekuitas karena perubahan pemilikan dari 20% ke bawah menjadi 20% atau
lebih.
5. Setiap perubahan akuntansi sebelum perusahaan mempublik.
6. Setiap perubahan prinsip akuntansi yang dianjurkan untuk diperlukan secara
retroaktif oleh standar akuntansi yang baru diterbitkan.
Perubahan taksiran akuntansi. Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat ditemukannya
fakta baru atau informasi baru atau akibta pengalaman tambahan yang diperoleh
perusahaan bersangkutan dengan taksiran tertentu.
APB Opinion No. 20 paragraf 31 menentukan bahwa perubahan estimasi diperlukan
sebagai penyesuaian sekarang dan prospektif yaitu pengaruh perubahan diakui (1) pada
perioda perubahan kalau perubahan hanya mempengaruhi perioda tersebut (2) pada
perioda perubahan dan mendatang kalau perubahan mempengaruhi kedua perioda tersebut.
Juga ditetapkan bahwa perubahan estimasi hendaknya tidak diperlakukan sebagai
penyesuaian rekroaktif atau pelaporan pro forma untuk perioda lalu.

Perubahan kesatuan/subjek pelaporan. Perubahan entitas pelaporan berarti perubahan


organisasi atau lingkup kesatuan usaha yang dilaporkan dalam statemen keuangan. APB
membatasi perubahan entitas pelaporan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Penyajian statemen keuangan konsolidasian atau gabungan sebagai ganti statemen
perusahaan secara individual.
2. Perubahan grup perusahaan anak yang dimasukkan dalam statemen keuangan
konsolidasian.
3. Perubahan grup perusahaan-perusahaan yang membentuk statemen keuangan
gabungan.

Kuasi reorganisasi
Kuasi-reorganisasi biasanya dilakukan dalam hal terjadinya suatu defisit. PSAK No. 51
pasal 9 mendeskripsikan pengertian kuasi-reorganisasi sbb:
Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum
yang dilakukanj dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai
wajar dan mengeliminasi saldo defisit.
Paton dan Littleton (1970) menyebutkan bahwa kalau terjadi defisit, tia tidak perlu
segera diserap oleh modal setoran. Defisit dapat dianggap sebagai kontra jumlah modal
setoran dengan harapan operasi perusahaan di masa mendatang dapat menutup atau
menghilangkan defisit tersebut.
Proses kuasi-reorganisasi biasanya terdiri atas langkah-langkah berikut:
1. Aset dan kewajiban perusahaan dinilai kembali atas dasar nilai pasar atau nilai
wajar pada saat reorganisasi.
2. Modal setoran lain atau agio saham harus ditentukan jumlahnya sehingga cukup
besar untuk menutup defisit.
3. Saldo debit nlaba ditahan (defisit) dieliminasi dengan cara mendebit agio/premium
modal saham.
Dewan standar akuntansi menetapkan syarat-syarat perusahaan yang dapat melakukan
kuasi-reorganisasi yaitu (PSAK No. 51 pasal 11):
a. Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material.
b. Perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki prospek yang
baik pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan.
c. Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan.
d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
e. Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif.

Pengaruh Defisit Terhadap Kreditor


Setiap defisit akan mengurangi batas perlindungan yang sebelumnya dinikmati oleh
kreditor perseroan dan tingkat pengurangan ini akan menjadi makin berpengaruh kalau
defisit semakin besar. Kalau laba ditahan jumlahnya cukup untuk menyerap rugi
tertentu maka tidak akan timbul defisit ditinjau dari segi neraca meskipun posisi
kreditor menjadi kurang terjamin dibandingkan dengan posisi sebelumnya terjadi rugi.
Kalau rugi melebihi laba ditahan jaminan kreditor mula-mula yang berupa ekuitas
pemegang saham menjadi berkurang. Kalau sebagain ekuitas pemegang saham yang
telah disishkan sebagi agio saham cukup untuk menyerap sisa rugi, maka jaminan
panyangga bagi kreditor akan terpengaruh juga. Kalau modal sahamk yuridis harus
dikurangi untuk membentuk agio yang cukup untuk menyerap defisit makan jelaslah
ada pengerutan elemen jaminan penyangga total mula-mula yang menjadi dasar utama
kepercayaan kreditor dalam menanamkan dananya.

Penyajian Modal Pemegang Saham


Dalam terjadi defisit urutan penyajian menggambarkan urutan penyerapan rugi
sedangkan dalam kondisi likuidasi urutan penyajian menggambarkan urutan
perlindungan yuridis bagi para penyedia dana dalam hal terjadi likuidasi.

Urutan Penyerapan Rugi


Urutan penyerapan biaya, rugi, dan rugi luar biasa dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Pendapatan kotor. Pos ini menyerap semua biaya dan rugi dan debit/ beban yang
berasal dari transaksi nonpemilik.
2. Laba bersih. Hal ini akan terjadi pendapatan kotor tidak cukup untuk menutup
semua kos terhabiskan baik yang berasal dari konsumsi manfaat maupun hilangnya
manfaat. Bila digunakan pendekatan laba komprhensif, laba bersih akan menjadi
laba konprehensif.
3. Laba ditahan. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila laba bersih perioda berjalan
tidak cukup untuk menyerap suatu rugi tertentu atau rugi luar biasa.
4. Premium modal saham. Bagian modal ini baru dapat menyerap rugi kalau laba
ditahan dan laba ditahan telah habis untuki menyangga suatu rugi. Dengan kata
lain, modal saham harus tetap dijaga keutuhannya sampai premium modal saham
benar-benar telah habis.
5. Modal saham. Bila keutuhan modal yuridis telah terpengaruh secara substansial.
Kebijakan untuk melakukan kuasi-reorganisasi atau bahkan likuidasi perusahaan
mungkin diperlukan.

Urutan Menerima Distribusi Aset


1. Karyawan dan pemerintah. Pihak ini dapat dipandang sebagi kreditor yang
diprioritaskan yaitu karyawan dengan hak atas gaji dan pemerintah dengan hak
atas pajak terhutang.
2. Kreditor berjaminan. Pihak ini adalah pemegang obligasi atau kreditor lain
yang haknya dijamin dengan hak sita atas aset tertentu.
3. Kreditor takberjaminan. Pihak ini terdiri atas pada kreditor yang tidak dijamin
terrefleksi dalam utang usaha atau utang wesel baik jangka panjang maupun
jangka pendek.
4. Pemegang saham prioritas. Pihak ini dilindungi oleh laba ditahan sebagai
penyangga modal saham yuridis.
5. Pemegang saham biasa. Pihak ini merupakan pemegang hak atas sisa
kekayaan yang berarti bahwa pemegang saham biasa harus menanggung lebih
dahulu rugi defisit.

Perincian Laba Ditahan


Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dialporkan langsung
ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar sumber. Terdapat pula
kebiasaan bahwa laba ditahan disajikan dengan merincinya atas dasar tujuan dengan cara
yang disebut apropriasi dan pembatasab.

Perincian atas Dasar Sumber


Dengan dasar ini laba ditangan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal dari operasi
normal attau rutin dan yang berasal dari laba luar biasa. Dapat saja pembedaan antara
kedua nsumber laba ditahan tersebut dipertajam. Namum, sebenarnya tidak cukup
beralasan untuk memecah kembali jumlah rupiah bersih laba periodik atas dasar klasifikasi
sumber bilamana statemen laba rugi telah memuat semua faktor yang menentukan laba
bersih dan laba komprehensif ini telah ditansfer ke lana ditahan menjadi bagian dari
ekuitas pemegang saham. Jadi, nila perubahan akibat transaksi operasi dipisahkan secara
tegas dengan transaksi modal, statemen laba rugi telah merefleksi sumber laba ditahan
shingga perincian laba ditahan akan percuma.

Perincian Atas Dasar Tujuan Penggunaan


Ditunjukkan dengan adanya pos cadangan jaminan sosial, laba ditahan terbatas dan
cadangan umum. Perincian semacam itu sebenarnya sama saja dengan mengaitkan laba
ditahan dengan aset tertentu. Artinya, dalam aset apa saja laba ditahan terikat.
Penyertaan statemen laporan aliran kas lebih memenuhi tujuan pelaporan daripada
perincian resmi dalam laba ditahan dengan sebutan misalnya “cadangan ekspansi”.
Dalam rangka kebijakan deviden, perusahaan yang mempunyai rencana membagi deviden
menyisihkan laba ditahan menjadi “cadangan pembagian deviden” sebelum
mengumumkan deviden. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa dividen tersebut harus
dibayar dengan kas. Penyisihan tersebut sebenarnya tidak menjamin bahwa kas tersedia
untuk keperluan tersebut.
Paton dan Littleton (1970) mengatakan bahwa penyisihan laba ditahan sebenarnya tidak
bermakna.
Penyisihan akan bermakna bila di sisi aset benar benar sejumlah rupiah untuk tujuan
penyisihan tersebut.
Bentuk lain penyisihan adalah untuk tujusn penyerapan kemungkinan rugi atau
ketidakpastian lainnya.

Laba Komprehensif
Perubahan akibat transaksi operasi atau transaksi nonpemilik harus dibedakan dan
dipisahkan secara tegas dengan perubahan akibat transaksi pemilik, semua perubahan
akibat transaksi operasi harus dilaporkan melalui statemen laba – rugi.
Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos pos mana saja yang disajikan melalui statement
laba rugi dan pos pos mana saja yang dilaporkan melalui statemen laba ditahan. Dalam hal
ini ada dua pendekatan yang dianut yaitu kinerja sekarang atau normal dan semua
termasuk atau surplus bersih.

Laba Kinerja Sekarang


1. Laba harus mengukur efisiensi penggunaan sumber ekonomik untuk periode
berjalan sehingga laba harus bebas dari hal hal yang mengaburkan efisiensi.
2. Laba merupakan pengukur kinerja manajemen.
3. Laba harus dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antarprioda dna atar
perusahaan secara bermakna.
4. Karena fiksasi fungsional pembaca statemen laba – rugi yang hanya melihat angka
akhir, pemasukan pos pos luar biasa dalam statemen laba rugi dapat menyestkan
pemakai.

Laba Semua – Termasuk


Yang diperhitungkan sebagai laba dan disajikan melalui statemen laba rugi adalah semua
pos akibat transaksi nonpemilik. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar kontinuitas
usaha yang memandang statemen laba – rugi merupakan penggalan aliran operasi
(pendapatan dan biaya) dalam jangka panjang. Untuk dapat memprediksi kemampuan
melaba jangka panjang, statemen laba – rugi tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus
disajikan sebagai rangkaian statemen laba – rugi sepanjang umur perusahaan. Dengan
demikian laporan laba – rugi periodik harus memuat pos pos yang tidak normal atau liar
biasa.

Alasan Mendasar
Patton dan Littleton (1970) mengajukan argumen mendasar dalam mendukung pendekatan
laba semua tyermasuk yaitu konsep pemanfaatan aset. Konsep ini memandang bahwa
manajemen mengelola aset sebagai satu kesatuan.

Konsep pemanfaatan aset


Pemisahan laba menjadi normal dan tidak normal dalam dua statemen akan cenderung
mengalihkan pusat perhatian pemakai secara tidak semestinya ke laba normal dan dengan
demikian secara tidak sadar mengurangi perhatian pembaca akan keefektifan manajemen
secara keseluruhan.
Paton dan Littleton menegaskan bahwa pemecahan yang paling logis adalah membaca
serangkaian statemen laba-rugi komprehensif periode – periode sebelumnya.

Konsep aset kapital


Konsep ini membedakan fungsi aset lancar dan aset tetap. Dengan demikian perubahan
aset tetap karena penjualan atau penghentian berbeda dengan perubahan karena
pemanfaatan aset untuk menciptakan laba (melalui depresiasi) sehingga laba atau rugi
pemberhentian aset harus dilaporkan terpisah sebagai penyesuai laba ditahan.
Argumen yang diajukan oleh hendriksen dan van breda (1992) dan sumber lainnya yang
mendukung pendekatan laba semua termasuk dalam menyajikan statemen laba – rugi.
1. Secara teknis, penggunggungan laba tahunan selama umur perusahaan harus sama
dengan laba total perusahaan.
2. Pengeluaran pos pos nonpemilik dari perhitungan laba memberi kesempatan pada
manajemen untuk melakukan manipulasi atau manajemen laba.
3. Tidak selalu mudah untuk menentukan apakah suatu pos bersifat operasi atau non
operasi, reguler atau takreguler, normal atau taknormal.
4. Dengan memasukkan semua pos pos yang berasal dari transaksi nonpemilik dan
dengan pengungkapan yang layak, pemakai laporan mempunyai keleluasaan untuk
mereklasifikasi dan menentukan sendiri laba antara yang dianggap berpaut dan
bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
5. Pengertian operasi perusahaan harus diinterpretasi dalam perspektif yang luas tidak
terbatas pada kegiatan produksi dan penjualan produk utama.

Penyajian Laba Komprehensif


Dengan dianutnya pendekatan laba semua-termasuk atau laba komprehensif, masalahnya
adalah bagaimana menyajikan komponen-komponen pembentuk laba komprehensif dan
bagaimana penyajiannya dalam statement laba-rugi.
Komponen-Komponen Pembentuk Statement Laba-rugi
1) Seksi operasi utama (major operating activities section):
a) Penjualan atau pendapatan
b) Kos barang terjual
c) Biaya penjualan
d) Biaya administrative atau umum
2) Seksi operasi tambahan (secondary or auxiliary activities section):
a) Pendapatan lainnya dan untung (other revenues and gains)
b) Biaya lainnya dan rugi (other expenses and losses)
3) Pajak penghasilan (income taxes)
4) Operasi hentian/taklanjutkanan (discontinued operations)
5) Pos-pos luar biasa/ekstraordiner (extraordinary items)
6) Pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi
7) Pengaruh kumulatif perubahan estimate/taksiran
8) Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya. termasuk pos-pos penerobos
Komponen 6) dan 7) juga dikategori sebagai komponen perubahan ekuitas nonpemilik dan
keduanya disebut pengaruh kumulatif perubahan akuntansi atau penyesuaian kumulatif
akuntansi sehingga pos-pos selain yang masuk kategori ini dengan perubahan ekuitas
nonpemilik lainnya. KArena komponen 1) sampai 8) semuanya masuk dalam statement
laba-rugi, angka bersih yang diperoleh disebut dengan laba komprehensif. Tujuan
dimasukkannya komponen 8) dalam statement laba-rugi adalah untuk mencegah
penyembunyian atau penghilangan secara diskresioner pos-pos laba atau rugi tertentu dari
statement laba-rugi. Dengan kata lain, tujuannya adalah mencegah penyalahgunaan
(abuse).
Komponen 6) dan 7) dikeluarkan dari laba bersih dan dilaporkan sebagai perubahan
ekuitas nonpemilik dan angka bersih yang diperoleh dari komponen 1) sampai 5) disebut
dengan laba perioda (earnings) dan laba bersih setelah komponen 6) dan 7) disebut laba
perioda bersih (net earnings). Bila terjadi rugi, laba komprehensif menjadi rugi
komprehensif. Laba komprehensif dapat disebut pula perubahan ekuitas nonpemilik
total.
Terdapat dua pendekatan penyusunan statement laba-rugi yaitu:
1. Pendekatan satu-statement (one statement approach)
untuk menyajikan komponen 1) sampai 8), menyajikan kedelapan komponen
tersebut dalam satu statement yang disebut statement laba-rugi dan laba-rugi
komprehensif.
2. Pendekatan dua-statement
memisahkan pelaporan komponen 1) sampai 7) dalam statement laba-rugi (statement
of income) dan menyajikan pengaruh komponen 8 terhadap laba perioda bersih
dalam statement laba-rugi komprehensif.
Dengan pendekatan semua-termasuk, FASB memperluas cakupan laba yang meliputi pula
apa yang sebelumnya disebut pos-pos penerobos (bypassing items). Pos-pos penerobos
adalah pos-pos yang dilaporkan langsung dalam statement laba ditahan tanpa melalui
statement laba-rugi. Contoh pos-pos ini antara lain adalah laba menahan/penahan atau laba
fluktuasi harga belum terealisasi dan penyesuaian penjabaran mata uang asing. Selain itu,
FASB juga mengantisipasi adanya pos-pos lain yang mempresentasi perubahan ekuitas
nonpemilik yang harus dilaporkan melalui statement laba-rugi.

Anda mungkin juga menyukai