Anda di halaman 1dari 110

Daftar Modul HSE

01. Isolasi Energi Berbahaya


02. Memasuki Ruang Tertutup
03. Klasifikasi Area Berbahaya
04. Penanganan Bahan Berbahaya
05. Identifikasi Bahaya
06. Keselamatan Kerja Radiasi
07. Keselamatan Kerja H2S
08. Pengujian & Deteksi Gas
09. Pengendalian Pekerjaan Berbahaya
Dengan Dokumentasi
010. Tabung Gas Bertekanan
011. Aspek Kebakaran
012. Scaffolding
013. Alat Pelindung Diri
014. Surat Ijin Kerja
015. Keselamatan Penggalian
016. Operasi Pengangkatan
017. Accident Incident Investigation
018. Bahaya Terhadap Kesehatan Kerja
019. Tanggap Darurat
020. Keselamatan Operasi Gas Purging
021. Pengamatan Keselamatan Kerja
022. Bekerja di Ketinggian
023. Lingkungan Kerja Aman

Modul Sertifikasi SI, GSI & AT


PT. PERTAMINA PERSERO
HSE Corporate
Memasuki Ruang Tertutup
(Confined Space Entry)
Tujuan Modul 2
1. Pendahuluan 5
2. Kategori Ruang Tertutup 9
3. Identifikasi Potensi Bahaya 17
4. Prosedur Masuk Ruangan Tertutup 21
5. Isolasi Energi untuk Ruang Tertutup 31
6. Metode Pembersihan Gas dalam Ruang
Tertutup 39
7. Mengukur Udara dalam Ruang Tertutup 53
8. Alat Pelindung Diri 57
9. Tim Kerja dalam Ruang Tertutup,
Kompetensi dan Tanggung Jawab 61
10. Peralatan Masuk Ruang Tertutup 69
11. Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang
Tertutup 77
12. Pengawasan Selama Kerja dalam Ruang
Tertutup 91
13. Tanggap Darurat 95
14. Studi Kasus 103
Daftar Pustaka 107
Lampiran : Matriks Kompetensi SIKA 108
2 Tujuan Modul

Tujuan Modul
• Memahami kategori masuk Ruang Tertutup.
• Memahami bahaya yang berkaitan dengan
memasuki Ruang Tertutup.
• Dapat melakukan pengamanan udara di dalam
Ruang Tertutup dan pelaksanaan memasuki Ruang
Tertutup.
• Memahami sistim ijin kerja memasuki Ruang
Tertutup
• Belajar dari kasus-kasus kecelakaan ketika
memasuki Ruang Tertutup

Dengan pemahaman modul ini diharapkan


kecelakaan karena pekerjaan di dalam Ruang
Tertutup dapat dihindari. Modul ini dimulai dengan
landasan peraturan dan perundangan berkaitan
dengan pekerjaan dalam Ruang Tertutup.

Pemahaman dimulai dari kemampuan setiap pekerja


dalam mengidentifikasi kategori bekerja dalam
Ruang Tertutup, potensi bahaya sehubungan dengan
pekerjaan di dalam Ruang Tertutup, tahap persiapan
Tujuan Modul 3

untuk pengamanan Ruang Tertutup, termasuk isolasi


energi berbahaya yang berkaitan dengan pekerjaan
dalam Ruang Tertutup, tim kerja yang diperlukan ketika
bekerja dalam Ruang Tertutup, tugas dan tanggung
jawabnya, kompetensi dan keahlian yang diperlukan,
pengamanan selama memasuki atau melaksanakan
pekerjaan di dalam Ruang Tertutup termasuk
bagaimana mempertahankan kondisi atmosfir dalam
Ruang Tertutup yang memenuhi syarat dan memonitor
kondisi atmosfir tersebut, peralatan yang diperlukan,
alat pelindung diri yang harus dipersiapkan atau
digunakan selama memasuki Ruang Tertutup dan
tindakan penanggulangan keadaan darurat dalam
Ruang Tertutup.

Pada akhir modul, disampaikan contoh-contoh kasus-


kasus kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan di
dalam Ruang Tertutup agar pekerja lebih memahami
bagaimana kegagalan bekerja dalam Ruang Tertutup
bisa terjadi berdasarkan catatan sejarah pekerjaan di
dalam Ruang Tertutup di industri minyak dan gas bumi
seperti fasilitas eksplorasi, eksploitasi, pengilangan,
dan distribusi minyak dan gas bumi.
4 Tujuan Modul
5

1
Pendahuluan
6 Pendahuluan

D
engan mengacu kepada OSHA General
Industry Definition (29CFR 1910.146), secara
umum, Ruang Tertutup adalah ruang yang cukup
besar dimana seorang pekerja dapat memasukinya
sebagian atau seluruh badannya ke dalam ruang
tersebut dan mengerjakan tugasnya disana. Ruang
Tertutup juga mempunyai keterbatasan dalam jalur
masuk maupun keluar, yang tidak dirancang untuk
tempat tinggal atau keadaan dimana satu atau lebih
tanda-tanda berikut ini:

• Kurang atau tidak tersedianya ventilasi secara


alami atau secara mekanis.
• Ventilasi alami yang tidak bagus, sehingga
udara yang mengalir adalah udara yang kotor
atau udara yang berpotensi mengendapnya gas
berbahaya atau beracun.
• Potensi kurangnya kandungan oksigen di dalam
udara Ruang Tertutup.
• Adanya udara yang dapat terbakar atau meledak
didalam Ruang Tertutup.
• Adanya konsentrasi pencemar udara.
• Adanya kemungkinan terjadi bahaya terlepasnya
energi secara tidak terduga.
Pendahuluan 7

• Tersimpannya produk yang mempunyai sifat tidak


stabil dalam ruangan.
• Tertutupnya atau terhambatnya jalur masuk/
keluar, seperti halnya tanki, sumur, bejana proses
atau boiler, galian, terowongan, ruang bawah
tanah, parit air kotor, dan lain-lain.
• Lepasnya energi secara tidak terduga.
• Sifat tidak stabil dari bahan-bahan yang tersimpan.
8 Pendahuluan
9

2
Kategori
Ruang Tertutup
10 Kategori Ruang Tertutup

2.1. Kategori Ruangan Tertutup


Ada dua kategori Ruang Tertutup, yaitu:

1. Ruangan Tertutup dengan keharusan mempunyai


izin masuk yang mempunyai sifat antara lain:

• Berisi atau berpotensi menyimpan udara yang


berbahaya, seperti kekurangan maupun terlalu
tinggi kadar oksigen, adanya udara beracun
ataupun yang bersifat iritasi terhadap manusia.

• Berisi bahan yang berpotensi menghambat


jalur masuk / keluar.

• Mempunyai bentuk tertentu yang dapat


membuat seseorang yang masuk terperangkap
di dalamnya atau terhimpit dinding atau
lantai yang miring ke bawah dan berpotensi
terdorong masuk ke dalam lubangnya seperti
galian tanah.

• Berisi bahan-bahan atau peralatan yang


berbahaya secara fisik seperti peralatan
mekanikal, listrik, cairan atau gas, panas
atau dingin, atau bahan-bahan yang juga
berbahaya untuk kesehatan.
Kategori Ruang Tertutup 11

Seluruh izin masuk Ruang Tertutup yang dikeluarkan


harus disertai dengan tanda-tanda yang dipasang
di sekitar jalan masuk dan keluar sehingga dapat
mencegah orang yang tidak mempunyai izin
secara tidak sengaja memasuki Ruang Tertutup
tersebut.

DANGER

PERMIT-REQUIRED
CONFINED SPACE
DO NOT ENTER

2. Ruang Tertutup tanpa diperlukan izin masuk


yang mempunyai sifat tidak mengandung zat-
zat berbahaya tetapi terdapat benda-benda
yang dapat menyebabkan kematian atau cedera
berat, seperti halnya jatuhnya plafon atau benda
bergerak.

• Yang dimaksud dengan terbatasnya jalan


masuk dan keluar adalah:

• Lubang terbuka untuk masuk – keluar


dengan garis tengah terkecil 18 inchi.
12 Kategori Ruang Tertutup

• Sulit untuk dimasuki dengan menggunakan


peralatan pernafasan tabung udara
(SCBA) atau alat bantu pertolongan yang
lainnya (life saving equipment).
• Sulit untuk mengeluarkan pekerja yang
tidak berdaya di dalam ruangan, dalam
posisi terlipat atau membungkuk.
• Sulit untuk keluar dari lubang terbuka
yang lebar dikarenakan adanya tangga,
alat angkat dan lain-lain.
• Yang dimaksud dari “normalnya bukan ruang
untuk ditempati”:

• Kebanyakan Ruang Tertutup adalah tidak


dirancang untuk dimasuki dan bekerja
secara teratur.
• Dirancang untuk menyimpan hasil
produksi.
• Adanya bahan-bahan atau adanya
pengolahan di dalamya.
• Sebagai alat angkut hasil produksi atau
bahan-bahan produksi.
• Kadang-kadang pekerja perlu masuk ke
dalamya untuk melakukan pemeriksaan,
Kategori Ruang Tertutup 13

perbaikan, pembersihan, perawatan dan


lain-lain.

Contoh-contoh Ruang Tertutup:


• Tungku pembakaran
• Tanki
(Furnaces)
• Lubang masuk
• Bak (Bins/ Corong
(Manholes)
penuang Hoppers)
• Saluran air kotor
• Ruangan besi
bawah tanah
• Pipa
(Sewers)
• Parit
• Ketel pemanas
• Terowongan
(Boilers)
• Saluran udara

Gambar 2.1 Ilustrasi contoh Ruang Tertutup

2.2. Kriteria Masuk Ruang Tertutup


Yang termasuk kriteria masuk Ruang Tertutup adalah :

1. Tindakan yang dilakukan dengan sengaja


melewati lubang masuk menuju Ruang Tertutup
yang memerlukan izin masuk.
14 Kategori Ruang Tertutup

2. Anggota badan melewati lubang masuk adalah


dianggap memasuki.

2.3. Bentuk-bentuk kejadian/


kecelakaan yang bisa terjadi
di Ruang Tertutup
Kejadian / kecelakaan di dalam Ruang Tertutup :
1. Adanya peralatan mekanikal yang bekerja
tanpa disengaja.
2. Cairan dan gas yang berbahaya masuk ke
ruangan melalui kerangan yang terbuka tanpa
disengaja.
3. Udara yang berbahaya di dalam ruangan.
4. Tidak ada petugas jaga di luar ruangan.
5. Penyelamatan dan tindakan darurat yang
kurang terencana dengan baik.
6. Ventilasi yang kurang sehingga terjadi
dehidrasi.
Kategori Ruang Tertutup 15

Ruang Tertutup
• Cukup besar dan berbentuk tertentu agar pekerja
dapat masuk dan bekerja didalamnya;
• Mempunyai keterbatasan dan hambatan
terhadap jalur masuk maupun keluar;
• Tidak dirancang untuk tempat tinggal orang
secara terus menerus.
16 Kategori Ruang Tertutup
17

3
Identifikasi
Potensi Bahaya
18 Identifikasi Potensi Bahaya

S
etelah dapat ditentukan bahwa suatu pekerjaan
termasuk kategori Ruang Tertutup, maka perlu
dilakukan identifikasi potensi bahaya. Bahaya-bahaya
yang mungkin terkait dengan pekerjaan anda dalam
Ruang Tertutup adalah:

• Bahaya energi mekanis (Mixers, Crushers).


• Kekurangan atau kelebihan oksigen <19,5% atau
>23,5%.
• Cairan, gas dan uap mudah terbakar (Metana,
Hidrogen, Asetilen, Propana, dan lain-lain).
• Cairan, gas dan uap beracun: Karbon Monoksida,
Hidrogin Sulfida, asap dari pengelasan, bahan
yang bersifat merusak (korosi), air raksa.
• Bahan Radioaktif: Instrumen, NORM (Normally
Occuring Radioactive Material) – lihat lebih jelas
pada Modul Keselamatan Radiasi.
• Endapan Besi Sulfide.
• Bahaya listrik.
• Kebisingan atau getaran.
• Bahaya permukaan ( licin, tersandung, jatuh).
• Pekerjaan di Ruang Tertutup sering kali, termasuk
Identifikasi Potensi Bahaya 19

pemanjatan, be-kerja dilingkungan yang sulit,


berdiri pada permukaan lantai yang licin.
• Suhu atau kelembaban ekstrim.
• Tertutupnya jalan masuk/keluar.
• Bahaya listrik statis.
• Masuknya bahan berbahaya melalui saluran atau
pipa.
• Runtuhnya galian.
• Permukaan licin, tersandungan dan jatuh dari
ketinggian.
• Potensi benda-benda jatuh: Perhatian khusus harus
dilakukan untuk menghindari cedera dikarenakan
benda-benda jatuh.
• Ketegangan karena panas: Sering beristirahat dan
banyak minum air.
• Asap (uap logam) dari las potong las listrik:
Sediakan ventilasi yang mencukupi selama
pekerjaan potong dan las berlangsung. Kum-
pulan uap berbahaya dan uap logam dapat
menimbulkan gas inert yang dapat membuang
oksigen dari tempat itu.
20 Identifikasi Potensi Bahaya

Bahaya di atas merupakan bahaya paling umum


berkenaan dengan bekerja di Ruang Tertutup (confined
space). Bahaya-bahaya tersebut yang terdapat dalam
Ruang Tertutup dapat menyebabkan atau mencapai
keadaan yang segera memberi dampak keadaan
yang tidak diinginkan terhadap kehidupan dan
kesehatan yang disebut (Immediately Dangerous to
Life or Health) – bahaya lain mungkin yang ada dan
harus diidentifikasi !!

Bahaya seketika terhadap kehidupan dan kesehatan

• Keadaan apapun yang dapat menimbulkan


ancaman seketika terhadap kehidupan dan
kesehatan petugas, atau;

• Dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang


tidak dapat disembuhkan, atau;

• Dapat menimbulkan gangguan kemampuan


perseorangan untuk melepaskan diri dari Ruang
Tertutup tanpa bantuan.
21

4
Prosedur Masuk
Ruangan Tertutup
22 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup

4.1. Persiapan dan Perencanaan


Memasuki Ruangan Tertutup
• Tidak ada pekerja yang diijinkan memasuki Ruang
Tertutup kecuali mereka yang telah dilatih dan
diberi kewenangan untuk mengerjakan pekerjaan
tersebut oleh Supervisor.

• Supervisor harus membicarakan dengan para


pekerja tentang persiapan yang tepat untuk
memasuki suatu Ruang Tertutup, yakni tentang hal-
hal yang berhubungan dengan bahaya.

• Seluruh pekerja harus diberi tahu bahan-bahan


apa saja yang terkandung di dalam Ruang
Tertutup, juga setiap bahaya yang mungkin dapat
ditemukan dan pula tatacara pertolongan pertama
yang tepat.
Prosedur Masuk Ruangan Tertutup 23

4.2. Persiapan dan Pelaksanaan


Isolasi
Sistem Ruang Tertutup harus diisolasi dari energi
berbahaya di sekitarnya termasuk energi proses dan
energi listrik.

• Identifikasi sistem isolasi yang akan digunakan,


termasuk peninjauan data-data dalam Ruang
Tertutup yang akan dimasuki. Data-data tersebut
meliputi:

1. Nomor dan letak peralatan / vessel.

2. Diagram bagian-bagian dalamnya.

3. Daftar isolasi / Lock-Out Tag-Out.

4. Data produk atau material yang berada


dalam sistem yang akan dimasuki.

• Setelah sistem isolasi dipahami, buatkan daftar


sistem yang akan diisolasi (sistem proses dan
listrik) dan diperiksa oleh Supervisornya masing-
masing.

• Lakukan isolasi energi berbahaya dan Lock-Out


Tag-Out (di bahas lebih lanjut pada bab 5).
24 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup

4.3. Pembersihan dan Pembuangan


Gas dan Cairan dalam Ruang
Tertutup
Setelah isolasi energi berbahaya dilakukan, sistim
Ruang Tertutup harus dibersihkan dari gas-gas dan
cairan berbahaya (pembahasan lebih lanjut pada
bab 6) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

• Setelah diisolasi dari proses di sekitarnya,


tekanan dalam sistem Ruang Tertutup diturunkan
(depressurize) hingga mencapai tekanan atmosfir
melalui saluran pembuangan gas (vent system).

• Buang sisa cairan dalam sistem Ruang Tertutup


melalui sistem saluran pembuangan yang tersedia
(drain system).

• Lakukan pembersihan gas (purging) dalam Ruang


Tertutup dengan gas inert (N2 atau CO2) jika gas
dalam Ruang Tertutup bersifat mudah terbakar.
Purging dilakukan hingga ke campuran di dalam
Ruang Tertutup berada di bawah daerah mudah
terbakar (di bawah %LEL campuran gas tersebut,
untuk Metana misalnya, di bawah 5% kadar gas
Metana dalam Ruang Tertutup).
Prosedur Masuk Ruangan Tertutup 25

• Setelah gas campuran di dalam Ruang Tertutup


telah mencapai titik di bawah sifat mudah
terbakar (LEL), udara barulah boleh dihembuskan
ke dalam Ruang Tertutup hingga udara mengisi
seluruh isi Ruang Tertutup atau keadaan dimana
kadar oksigen didalam Ruang Tertutup 19%-21%
dan kadar gas mudah terbakar berada di bawah
batas paparan aman untuk kesehatan (lihat daftar
TLV-TWA untuk sifat gas dalam Ruang Tertutup).
Daftar TLV-TWA dapat diperoleh dari MSDS dari
gas-gas yang ada dalam Ruang Tertutup atau
daftar yang dikeluarkan oleh ACGIH (American
Conference of Governmental Industrial Hygienist).
Lebih lanjut di bahas pada sub bab 4.5. di bawah
ini.

4.4. Pasokan Udara


• Ruang Tertutup seharusnya diventilasi terus
menerus menggunakan ventilasi alami; udara
bertekanan; kipas angin (fan) atau blower bila
diperlukan. Apabila memungkinkan, ventilasikan
Ruang Tertutup ke bagian paling atas guna
memudahkan gas-gas ringan untuk lepas ke
26 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup

udara dan mencegah kemungkinan terbentuknya


alur perangkap di bagian paling bawah.
• Dikarenakan gas-gas dapat bocor dan masuk ke
Ruang Tertutup atau terjadi kekurangan oksigen,
sumber ventilasi (baik dengan cara penekanan
maupun secara alami) harus dijaga selama
seseorang berada di dalam Ruang Tertutup.
• Apabila Ruang Tertutup mempunyai bagian yang
terbuka diatas dan dibawah, pasokan udara
disalurkan melewati bagian yang terbuka dibagian
atas dan kipas hisap dipasang di bagian bawah
ruangan, untuk menarik udara dari bagian atas
melewati ruangan dan keluar dari bagian bawah
ke udara bebas. Apabila gas di dalam ruangan
lebih ringan dari udara, pemasangan pasokan
udara dan kipas hisap harus dibalik.

• Apabila suatu Ruang Tertutup tidak mempunyai


bagian-bagian yang terbuka diatas dan dibawah,
bagian yang terbuka harus ditentukan dan kipas
angin harus dipasang untuk meniupkan udara
kedalam ruangan. Kandungan oksigen harus
masih tetap terbaca antara 19,5 – 23,5% sebelum
memasuki Ruang Tertutup diizinkan. Zat-zat di
Prosedur Masuk Ruangan Tertutup 27

udara yang mengisi Ruang Tertutup harus terbaca


kurang dari batas paparan aman untuk kesehatan
(TLV-TWA) untuk setiap zatnya yang terpantau.

4.5. Tata Cara Sebelum Memasuki


Ruang Tertutup
• Seluruh saluran, termasuk saluran pembuangan
yang terhubung dengan Ruang Tertutup,
seharusnya diperiksa sesuai dengan kemungkinan
adanya bahaya-bahaya. Yakinkan bahwa seluruh
saluran pembuangan dalam keadaan tertutup /
terisolasi.
• Hanya lampu senter yang sudah diklasifikasikan
aman (lihat modul Klasifikasi Area Berbahaya),
atau lampu gantung (lampu jalan) dengan kabel
berisolasi tebal yang boleh dipakai di area Ruang
Tertutup seperti lubang, saluran pembuangan,
sumur basah, tanki, dan lain-lain. Lampu senter
biasa atau lampu pijar yang tidak memakai
pelindung adalah sangat berbahaya dikarenakan
percikan api dari saklar atau terpaparnya filament
panas dari lampu terhadap bahan yang mudah
terbakar maka itu akan bisa menyala dan meledak.
28 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup

• Setiap pekerja yang akan bekerja pada atau di


dalam Ruang Tertutup diharuskan membaca tata
cara memasuki Ruang Tertutup dan meminta izin
masuk Ruang Tertutup dari Supervisor.
• Setiap pekerja yang memasuki Ruang Tertutup
harus mengenakan seluruh peralatan pelindung
diri sebelum memasuki Ruang Tertutup.
• Sebelum membuka tutup lubang (manhole) dari
Ruang Tertutup, keadaan udara disekitarnya harus
dipantau untuk meyakinkan bahwa kandungan
oksigen di udara adalah berada diantara 19,5 –
23,5% dan gas-gas yang mudah terbakar, apabila
ada, tidak boleh melebihi batas paparan aman
untuk kesehatan (TLV-TWA). Catatkan bacaan
yang bisa dicapai pada kolom yang tersedia pada
Surat Izin Masuk Ruang Tertutup (Confined Space
Entry Permit). Segera sesaat pembukaan tutup
lubang (manhole), ulangi pemantauan kandungan
oksigen di udara dan catat. Bila mungkin, sebelum
melakukan persiapan pekerjaan di Ruang Tertutup,
produk yang berada di dalam Ruang Tertutup itu
dikosongkan terlebih dahulu, dipompakan ke ke
tempat lain yang sudah disediakan.
Prosedur Masuk Ruangan Tertutup 29

• Seluruh bagian ruang-ruang Tertutup harus


diperiksa pencemarannya (lihat 29 CFR 1910.100
untuk derajat-derajat yang diizinkan), kekurangan
oksigen (harus diantara 19,5 – 23,5% untuk izin
masuk) dan derajat ledak (harus terbaca kurang
dari 10% LEL untuk izin masuk) dari operator
yang berpengalaman akan peralatan pengujian
sebelum diizinkan masuk.
• Supervisor harus meyakinkan bahwa Ruang
Tertutup telah aman untuk dimasuki.

• Setiap pekerja yang akan memasuki rang tertutup


harus menerima penjelasan di dekat Ruang
Tertutup yang disebut “Tailboard Briefing”.
30 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup
31

5
Isolasi Energi
untuk Ruang
Tertutup
32 Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup

5.1. Tujuan Isolasi Energi


Setiap pekerja yang akan memasuki Ruang Tertutup,
diharuskan mematikan / menonaktifkan segala macam
jenis energi yang ada. Tujuan dari menonaktifkan
energi ini ialah:

• Pencegahan kecelakan melalui isolasi energi


berbahaya terhadap pekerja yang dapat terpapar
langsung dari energi berbahaya tersebut.

• Sebagai bukti pelaksanaan isolasi energi


berbahaya yang benar.

• Dihilangkannya kemungkinan ketidaksengajaan


atas pengaktifan energi berbahaya yang dapat
berkontak langsung dengan pekerja.

Setiap fasilitas yang mempunyai energi diwajibkan


menjalankan sistim isolasi energi. Setiap pekerja
yang berkaitan dengan energi berbahaya diwajibkan
menjalankan sistim isolasi energi sesuai aturan.

5.2. Standar dan Peraturan


Mengenai Isolasi Energi
Aturan Internasional yang berkaitan dengan Isolasi
Energi adalah sebagai berikut:
Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup 33

• ANSI Z244.1 (“American National Standard for


Control of Hazardous Energy Lockout/Tagout and
Alternative Methods”)

• OSHA 29 CFR 1910.147 “The Control of


Hazardous Energy (Lockout/Tagout)”

Dalam aturan di atas, suatu sistim isolasi energi


setidaknya mempunyai:

• Sistim identifikasi energi yang harus diisolasi


(Penguncian “Lock” dan Pelabelan “Tag”).

• Sistim dan prosedur untuk proses isolasi energi


sampai dengan aktivasi energi kembali dengan
aman.

• Tugas dan tanggung jawab yang jelas terhadap


isolasi energi.

Di dalam fasilitas produksi minyak dan gas bumi


terdapat sumber energi berbahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan. Sumber-sumber energi
tersebut terdiri dari:

• Energi Listrik (Statik dan Listrik Buatan)


• Energi Mekanik (Energi Putaran, Pergerakan)
• Energi Panas (Sumber panas dari mesin, reaksi
34 Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup

kimia, hasil pembakaran, perpindahan panas,


dlsb)
• Energi Potensial (Gravitasi, Tekanan, Pegas)

5.3. Kecelakaan Akibat Energi


Berbahaya
Kecelakaan yang ditimbulkan energi berbahaya
dikarenakan:

• Kesalahan karena tidak mematikan sumber energi.


• Ketidaksengajaan menyalakan/menghidupkan
mesin atau peralatan.
• Ketidakakuratan pemasangan isolasi proses fluida
(gas atau cairan).
• Terlupakannya atau tidak dilakukannya
pembuangan sisa – sisa energi (listrik statik,
tekanan sisa dalam peralatan proses gas atau
cairan).
• Area kerja yang belum bebas dari pekerja atau
peralatan ringan sebelum sistim pabrik dihidupkan.
• Pekerjaan-pekerjaan yang dapat terpapar energi
berbahaya seperti tersebut di atas antaranya,
harus dilakukan isolasi energi berbahaya.
Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup 35

5.4. Pelaksanaan Isolasi Energi


Berbahaya
Para pekerja sebelum memasuki Ruang Tertutup,
diharuskan menjalan prosedur me-nonaktifkan sumber-
sumber energi berbahaya yang berhubungan dengan
sistem yang dimasuki dengan langkah-langkah:

• Mematikan sumber energi (Shut-down).


• Isolasi sumber energi melalui alat isolasi energi
misalnya: penutupan keran, pencabutan sekring,
dan lain sebagainya. Akan dijelaskan lebih lanjut
pada modul Isolasi Energi Berbahaya.
• Penguncian dan pelabelan pada alat isolasi energi
adalah untuk mencegah ketidaksengajaan orang
lain mengoperasikan / membuka kembali energi
berbahaya yang berkaitan dengan sistem Ruang
Tertutup seperti pembukaan keran, pemasangan
sekring, atau menyalahkan listrik melalui breaker
atau stop kontak. Penguncian dilakukan pada
perangkat isolasi untuk:

– Sumber tenaga listrik: pemutus hubungan,


saklar.
– Bagian-bagian mesin yang berputar / bergerak
maju-mundur.
36 Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup

– Material berbahaya yang mengalir melalui


perangkat katup / kerangan (Valve), Isolasi
Positif (Spade, Spacer, Blind).

Gambar 5.1 Peralatan penguncian

• Pembuangan / Pengosongan energi sisa


seperti pembumian ”grounding” saluran listrik,
pembuangan sisa tekanan dalam perpipaan
”bleed off” (depressurize), pengosongan gas
(vent) & pengosongan cairan (drain).

• Pelindung terhadap peralatan-peralatan


mekanis pada Ruang Tertutup agar tidak bisa
dioperasikan. Bila ada peralatan-peralatan yang
dioperasikan dengan tenaga angin, air atau uap,
lepaskan sumber tenaga tersebut. Bila tenaga itu
adalah tenaga listrik, putuskan dan dikunci. Bila
memungkinkan atau lepaskan kopling penghubung
atau sabuk dari sumber tenaga sebelum memasuki
Ruang Tertutup.
Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup 37

• Pompa-pompa lokal, kerangan-kerangan (katup-


katup), saklar-saklar listrik, panel saklar utama
atau sekring yang menyalurkan tenaga ke Ruangan
harus dikunci dan ditandai (Lock-out Tag-out) oleh
mereka yang akan memasuki ruangan itu.

• Pengujian apakah energi masih ada, misalnya


dengan mencoba menekan tombol ”start” atau
pengetesan dengan alat pengukur listrik (test pen).

Metoda isolasi untuk proses adalah bermacam-


macam tingkatan sesuai dengan resiko yang ada
(lihat modul Isolasi Energi Berbahaya untuk pemilihan
metode isolasi sehubungan dengan pekerjaan di
dalam Ruang Tertutup). Macam-macam metoda
isolasi proses, yaitu:

• Pemisahan secara fisik (Physical Separation - PS):


Metoda isolasi dengan tingkat pengamanan
tertinggi adalah pemisahan secara fisik.
• Isolasi dengan penghalangan secara fisik (Physical
Barrier - PB): Dengan menyelipkan bahan penyekat
(spade/spectacle blind) yang sesuai dengan
tingkat kemampuan bahan (rating) dari bagian
pipa proses yang diisolasi.
38 Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup

• Metoda isolasi dengan menggunakan rangkaian


dua lapis katup isolasi dengan satu katup
pembuangan yang terpasang diantara dua katup
isolasi (DBB).
• Dengan menutup satu lapis katup isolasi (Single
Isolation Valve)

Penentu atau Pemandu Pelaksanaan Isolasi Energi di


atas harus memahami:

1. Diagram Perpipaan dan Instrumentasi (P&ID)


2. Diagram Pasokan Tenaga Listrik (Elecrical
Diagram).
3. Bahaya Aliran Cairan/Gas (Fluida) yang mengalir
ke tempat Ruang Tertutup yang akan di isolasi.
4. Keadaan Proses (Tekanan, Suhu, Laju Alir) yang
berdampingan dengan Ruang Tertutup yang akan
di isolasi.

Pengawas setempat harus memastikan kalau tidak


ada bahan-bahan yang mudah terbakar atau beracun
muncul dalam jumlah yang berbahaya.

Lebih lanjut tentang bab ini, dibahas pada modul


Isolasi Energi Berbahaya.
39

6
Metode
Pembersihan Gas
dalam Ruang
Tertutup
40 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup

P
embersihan Ruang Tertutup dari segala bentuk
bahan-bahan berbahaya adalah persyaratan
selanjutnya setelah isolasi energi berbahaya yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Setelah proses isolasi energi proses, penurunan


tekanan (depressurize), dan pembuangan cairan di
dalam Ruang Tertutup dilakukan, tahapan selanjutnya
sebelum dapat memasuki Ruang Tertutup adalah
pengecekan / pengukuran gas sisa dalam Ruang
Tertutup.

Pengukuran dilakukan dengan gas detektor. Jika


pengukuran di awal persiapan setelah isolasi dan
diperkirakan di dalam Ruang Tertutup tersebut masih
penuh dengan gas proses, gas hanya dapat diukur
dengan gas detektor dengan sensor infra merah. Jika
udara lebih banyak dari gas lainnya di dalam Ruang
Tertutup, pengukuran dapat dilakukan dengan gas
detektor dengan sensor katalitik.

Gambar 6.1 Gas detector dengan sensor katalitik


Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup 41

Jika hasil pengukuran ditemukan konsentrasi gas di


dalam Ruang Tertutup (misalnya silinder, tanki) lebih
dari 40% LEL dan masih dalam tekanan tinggi (=2%
vol apabila gas berisi gas metana), pembuangan
sisa-sisa gas dalam Ruang Tertutup dilakukan melalui
vent atau saluran pembuangan gas “bleed”.

Jika tekanan di dalam tidak mencukupi untuk


mendorong gas keluar tetapi konsentrasi gas di dalam
Ruang Tertutup masih di atas 40% LEL tersebut, maka
gas didorong dengan memasukkan gas inert (CO2
atau N2) yang disebut penghembusan (“Purging”).
Jika konsentrasi gas sudah di bawah 40% LEL, maka
dapat dilakukan dengan pendorongan udara secara
langsung.

Pembersihan cairan, gas/uap berbahaya :


• Penghembusan/Purging
• Ventilasi
• Pembersihan sisa pencemar

Lebih jauh tentang pengukuran gas dijelaskan dalam


modul Deteksi Gas. Lebih jauh tentang sifat-sifat mudah
terbakar gas dibahas pada modul Aspek Kebakaran.
42 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup

Penjelasan lebih dalam mengenai pendorongan gas


oleh gas inert (CO2 atau N2) terdapat pada modul
Purging.

6.1. Penghembusan
Penghembusan (Purging) adalah menggantikan gas
dan uap yang berbahaya dengan memasukkan uap
atau suatu gas murni (biasanya menggunakan CO2,
N2 atau uap) ke dalam Ruang Tertutup.

Proses penghembusan dapat menciptakan bahaya


karena gas murni atau uap dapat menggantikan
oksigen dalam Ruang Tertutup sehingga kepekatan
oksigen di dalam udara akan berada di bawah
kepekatan yang diperkenankan (< 19,5%), sehingga
harus dilakukan ventilasi untuk memasukkan udara
yang aman untuk pernafasan ke dalam Ruang
Tertutup.

Catatan:
Udara tidak bisa dimasukkan dalam Ruang Tertutup (Silinder,
Tanki, dan lain sebagainya) ketika gas di dalam Ruang
Tertutup tersebut masih berada di atas 40% LEL (2% vol untuk
gas metana) untuk mencegah terbentuknya campuran mudah
terbakar karena kecukupan jumlah oksigen (O2) dan bahan
bakar (metana).
Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup 43

Tanki, reaktor, bejana proses haruslah dibuang


isinya dan dibilas dari luar untuk membersihkan
sisa minyak, endapan, padatan, kotoran-kotoran
yang menempel pada permukaan dinding, demikian
juga gas dan sisa gas yang bisa muncul lepas dari
endapan atau padatan. Pembersihan bisa dilakukan
dengan menggunakan air panas, uap, bahkan juga
menggunakan bahan bantu kimia pembersih yang
sesuai dengan sifat media proses.

Penggunaan uap dapat membersihkan kerak kotoran


yang dapat mencair pada suhu tinggi dan sebagai
akibat penggunaan uap, suhu bejana akan menjadi
tinggi yang tidak boleh didinginkan secara mendadak
karena dapat menimbulkan dampak terhadap
integritas struktur Ruang Tertutup itu.

Apabila Ruang Tertutup itu sudah bisa dikatakan


bersih dari kotoran dalam bentuk cair dan padat,
maka saluran pembuang kotoran dari Ruang Tertutup
dapat diisolasi dan dikunci.

Setelah Ruang Tertutup di”purging”, harus dilakukan


penghembusan udara ke dalam Ruang Tertutup
secara terus-menerus membuang uap atau gas murni
dalam Ruang Tertutup dan untuk memasukkan udara
44 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup

agar dapat mempertahankan kondisi kadar oksigen


(19,5 – 23%) dan bebas dari pencemar.

6.2. Ventilasi
Sisa gas yang masih ada didalam Ruang Tertutup
itu selanjutnya harus dibersihkan dengan cara
menghembus dengan udara, menghisap dengan
kipas hisap melalui bagian yang terbuka diatas dan
dibawah dari Ruang Tertutup itu.

Jenis Ventilasi :

Ventilasi Alami: Penggunaan arus udara alami untuk


menggerakan udara melalui suatu ruang.

Ventilasi Mekanis: Pergerakan udara yang


disebabkan oleh penggunaan kipas atau alat penggerak
udara mekanis lain.

• Ventilasi Alami

Ventilasi alami dapat menghasilkan aliran udara


yang kuat dalam situasi tertentu.
Karena bentuk dari peralatan dan lingkungan
sekeliling dan karena perubahan suhu atau arah
angin, sulit untuk memastikan kecukupan pasokan
udara yang terus menerus untuk pernafasan.
Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup 45

Ventilasi Ini adalah tipe ventilasi yang tidak


mempertimbangkan ketahanan dan tidak boleh
digunakan untuk memventilasikan suatu Ruang
Tertutup, kecuali dalam kondisi khusus.

Gambar 6.2 Bentuk ventilasi alami

• Ventilasi Mekanis

Ada dua sistem dari Ventilasi Mekanis - hembusan


(blower) dan hisapan (exhaust):

1. Ventilasi Hisap (Exhaust)

Gambar 6.3 Contoh Ventilasi Hisap

Ventilasi hisap (exhaust) - membuang udara dari satu


ruang melalui penghisapan dengan menggunakan
tipe kipas yang berbeda.
46 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup

Ventilasi ini dilakukan dengan menggunakan saluran


yang lentur (flexible ductwork) untuk mengeluarkan
gas bahaya di titik dimana gas itu dihasilkan dan
kemudian membuangnya keluar dari tempat kerja.

2. Ventilasi Dorong (Blower)


Ventilasi umum adalah memasok udara luar yang
bersih secara terus menerus digerakkan ke seluruh
ruang kerja.

Ventilasi ini disebut Sistem blower - menghembuskan


udara ke dalam satu ruang kerja, biasanya dengan
menggunakan kipas.

Gambar 6.4 Contoh Ventilasi Dorong


Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup 47

• Mutu udara yang keluar dari Ruang Tertutup


itu harus dipantau terus menerus yang mana
kandungan oksigen harus berada diantara 19,5 –
23,5% dan kurang dari 10% LEL dari setiap jenis
gas yang ada. Jika kandungan oksigen dalam
Ruang Tertutup telah mencapai keadaan 19,5 –
23,5%, penutup lubang dari Ruang Tertutup itu
kemudian boleh dibuka, pemantauan mutu udara
terus dilanjutkan dan bila ada penurunan mutu
udara, pekerja yang telah berada dalam Ruang
Tertutup harus keluar dahulu dan penghembusan
udara ke dalam Ruang Tertutup harus ditingkatan
atau terus dilanjutkan hingga keadaan udara
dalam Ruang Tertutup mengijinkan.

Gambar 6.5 Contoh Ventilasi Dorong

• Seluruh sisa-sisa kotoran dalam Ruang Tertutup


hanya boleh dibuang dengan mengikuti
48 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup

tatacara sesuai undang-undang perlindungan


lingkungan yang berlaku.
Jenis ventilasi mekanis yang manapun dapat
digunakan untuk ventilasi pada Ruang Tertutup,
tetapi pemilihan peralatan yang paling tepat
tergantung pada sejumlah faktor termasuk:
• Sifat dari gas pencemar.
• Bentuk / konfigurasi ruang.
• Pekerjaan yang akan dilakukan dalam ruang
tersebut.

6.3. Permasalahan Ventilasi


• Penempatan penggerak udara yang tidak tepat.
Penggerak udara mungkin diletakkan dalam suatu
cara sedemikian sehingga pergerakan udara
dalam Ruang Tertutup tidak sepenuhnya memadai.

• Hubungan pendek - Aliran udara mengambil satu


“jalan pintas” dan tidak memventilasikan seluruh
ruang kerja.
Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup 49

Gambar 6.6 Aliran udara tidak dapat menjaga seluruh area tanah

• Pencemaran pada masuknya udara segar -


Udara yang tercemar terbawa ke dalam Ruang
Tertutup karena aliran udara alami atau kipas/
blower pembuangan terlalu dekat dengan jalur
masuknya udara segar, atau pencemaran dari
sumber lain dapat tertarik ke dalam ruang kerja
(asap pembuangan dari kendaraan, atau gas dari
tempat lain).

Gambar 6.7 Masuknya udara berbahaya atau beracun ke dalam


Ruang Tertutup
50 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup

• Kekurangan Udara Segar - Satu ruang kerja


dapat memiliki satu titik untuk tujuan ventilasi
yang tertutup. Ventilasi juga tidak akan efektif
jika pemasukan dan pembuangan terlalu kecil.
Akibatnya, kandungan oksigen menjadi rendah,
meningkatnya kadar udara beracun dan bahan-
bahan mudah terbakar.

Gambar 6.8 Ukuran ventilasi yang terlalu kecil

Kekurangan udara segar dapat disebabkan oleh:

• Penggerak udara terlalu kecil atau kapasitasnya


tidak sesuai untuk pekerjaan - Jika penggerak
udara terlalu kecil, pergerakan udara tidak
akan cukup untuk mempertahankan suatu
atmosfir yang aman bagi pekerja dalam ruang
kerja. Ukuran penggerak udara tergantung
Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup 51

pada ukuran ruang kerja dan seberapa banyak


perubahan udara yang diperlukan dalam suatu
waktu.

• Waktu Penggantian Udara - Waktu penggantian


udara minimum dan volume harus ditentukan
oleh seseorang yang kompeten, seperti seorang
engineer, karena masing-masing ruang kerja
dan aktivitas pekerjaan berbeda dan akan
berpengaruh pada jumlah dari aliran udara
yang diperlukan. Pada umumnya kecukupan
waktu penggantian udara adalah antara 4
sampai 6 kali isi Ruang Tertutup dalam waktu
1 jam, namun ukuran kecukupan udara yang
paling tepat adalah rasa kenyamanan orang
yang bekerja dalam Ruang Tertutup tanpa
menggunakan alat pelindung pernafasan
(SCBA).

• Bentuk dari Ruang Kerja – Karena masing-


masing ruang kerja unik, rintangan yang sering
ada dapat menyebabkan ventilasi menjadi
kurang baik.

Suatu gambar dari bentuk bagian dalam ruang kerja


akan membantu untuk mengetahui masalah ventilasi
52 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup

dan membantu memperbaikinya sebelum pekerja


masuk.

Penggerak udara dapat dilengkapi dengan saluran


yang lentur (flexible duct) yang dapat digunakan untuk
mengarahkan aliran udara. Beberapa penggerak
udara dapat digunakan pada waktu yang sama
atau suatu sistem baffle dapat digunakan untuk
mengarahkan aliran udara.

Udara Ruang Kerja Aman :


• Tidak ada bahan-bahan beracun.
• Tidak ada kekurangan / kelebihan oksigen.
• Tidak ada resiko kelebihan udara.
53

7
Mengukur
Udara dalam
Ruang Tertutup
54 Mengukur Udara dalam Ruang Tertutup

S
etelah dilakukan pembersihan / pengosongan gas
dalam Ruang Tertutup, sebelum orang diizinkan
masuk, harus dilakukan pengujian mutu udara dalam
tangki. Uji seluruh tempat Ruang Tertutup (atas, tengah,
bawah) karena kemungkinan terperangkapnya gas
di bagian-bagian tertentu dalam Ruang Tertutup
mengingat:

• Gas Metana lebih ringan dari udara

• Hidrogen Sulfida lebih berat dari udara

• Risiko kekurangan oksigen

Pengujian gas dilakukan (di saat awal dan secara


terus menerus) untuk memastikan tidak adanya uap
atau gas yang bisa menimbulkan bahaya.

Pekerjaan tidak diijinkan jika ditengarai ada


kandungan gas atau ada potensi timbulnya kandungan
gas yang dapat menimbulkan kebakaran/ ledakan
atau pencemar udara yang beracun atau berbahaya.

Langkah pengamanan tertentu harus diambil


untuk pekerjaan pembersihan tangki / vessel atau
penggantian saringan bahan bakar (fuel filter),
dikarenakan kemungkinan adanya residu yang
mengandung pyrophoric (Oxides / Iron Sulfides) yang
Mengukur Udara dalam Ruang Tertutup 55

dapat terbakar dengan sendirinya jika bercampur


dengan udara dalam keadaan kering.

Semua area dari ruang kerja harus benar-benar di


uji sebelum pekerjaan dimulai di dalam suatu Ruang
Tertutup.

Udara normal memiliki kerapatan (density) sebesar


1,0. Gas yang lain mengacu pada suatu angka yang
lebih tinggi atau lebih rendah daripada udara normal.
Tabel dibawah ini mengindikasikan kerapatan gas
dan mengindikasikan apakah lebih ringan atau lebih
berat daripada udara.

Tabel 7.1 Masa Jenis Gas.

Atmosfir Normal 1.00

Karbon Monoksida 0.96

Hidrogen Sulfida 1.19

Propana 1.50

Metana 0.47

Kepekatan udara / gas yang diperbolehkan:

• Oksigen: 19,5 % s/d 23 %


• Gas mudah terbakar: 0 % LEL
56 Mengukur Udara dalam Ruang Tertutup

• H2S: 0 ppm
• CO2: < 500 ppm
• CO: 0 ppm

Jika terdapat bahan berbahaya yang lain, lihat ke


rujukan MSDS dari zat tersebut.

Bahaya-bahaya lain:

• Pengujian udara harus juga mempertimbangkan


uap / gas yang terjebak atau terlepas dalam
kerak (scale), sisa (residu) atau endapan (sludge)
yang berada di dalam tanki
• Air raksa;
• Radioaktif;
• NORM (Normal Occurrence Radioactive Material)
57

8
Alat Pelindung
Diri
58 Alat Pelindung Diri

M
engacu kepada Occupational Safety & Health
Association (OSHA) General Industry Standards
tentang perlunya alat pelindung diri bilamana ada
kemungkinan cedera pada anggota badan. Tetapi,
alat pelindung diri baku seperti sarung tangan, topi
pelindung kepala, peralatan pernafasan, baju kerja
(coverall), penutup telinga, sepatu pelindung dan
kacamata keselamatan dan yang lain-lainnya tidak
bisa menghilangkan bahaya, peralatan itu hanya
berfungsi untuk mengurangi akibat dari bahaya yang
bisa menimpa pemakai alat pelindung diri tersebut.

Semua peralatan harus dijaga tingkat kemampuannya


sebagai pelindung seperti aslinya dan pemeriksaan
berkala untuk mengetahui kerusakan seperti retak,
pecah, robek, lapuk, kehilangan bagian-bagiannya
yang dapat menurunkan keefektifan peralatan
tersebut.

Khusus untuk pekerjaan di Ruang Tertutup, peralatan


pernafasan mungkin diperlukan apabila udara di
dalam ruangan itu berbahaya atau beracun yang
membahayakan pekerja seperti pasokan udara
bersih melalui selang (hose), masker dan peralatan
pernafasan dengan tanki udara (SCBA). Di samping
Alat Pelindung Diri 59

itu, alat pelindung diri tambahan yang diperlukan


untuk keperluan komunikasi dan pertolongan harus
juga disediakan.

Pembahasan lebih lanjut tentang hal ini tersedia di


modul Alat Pelindung Diri.
60 Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri 61

9
Tim Kerja dalam
Ruang Tertutup,
Kompetensi dan
Tanggung Jawab
62 Tim Kerja dalam Ruang Tertutup, Kompetensi dan Tanggung Jawab

9.1. Tugas dan Tanggung Jawab


Personil
Pekerja yang terlibat kerja dalam Ruang Tertutup:

• Pekerja yang secara badaniah masuk ke dalam


Ruang Tertutup untuk melaksanakan pekerjaannya.

• Pengawas pekerjaan masuk Ruang Tertutup (Entry


Supervisor).

Semua pekerjaan yang dilakukan di dalam maupun di


sekitar Ruang Tertutup harus di bawah pengawasan
seorang pengawas yang benar-benar paham dengan
tatacara dan peralatan yang dianjurkan serta perihal
keselamatan yang berhubungan dengan masuk ke
dalam Ruang Tertutup.

• Pemimpin kelompok adalah koordinator pekerjaan


masuk ke dalam Ruang Tertutup.

• Penanggung jawab:
Orang yang secara langsung bertanggung
jawab atas pekerjaan yang sedang dilaksanakan
di Ruang Tertutup. Pekerja ini bisa saja pemimpin
kelompok, pemimpin kerja, atau orang lain
yang mempunyai keahlian dari pelatihan dan
pengalaman.
Tim Kerja dalam Ruang Tertutup, Kompetensi dan Tanggung Jawab 63

• Petugas operator harus sudah terlatih dan


menguasai tatacara izin kerja :

−− Ruang Tertutup
−− Penghembusan udara (Purging) dan Ventilasi
−− Penguncian/pelabelan (Lockout/Tagout)
−− Penutupan dan Pembuntuan (Blinding dan
blanking)

• Petugas operator harus:

−− Memahami bahaya potensial dan bahaya nyata


yang berhubungan dengan Ruang Tertutup.
−− Memahami dengan semua prosedur dan
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk
memasuki Ruang Tertutup dan pentingnya
memastikan tatacara tersebut dipatuhi.
−− Memahami tatacara dan peralatan pengujian
udara.

9.2. Kompetensi Personil


Semua pekerja yang terlibat di dalam pekerjaan
Ruang Tertutup harus sudah dilatih, untuk memastikan
tatacara kerja yang aman diikuti.

Pelatihan tersebut meliputi:


64 Tim Kerja dalam Ruang Tertutup, Kompetensi dan Tanggung Jawab

• Tipe Ruang Tertutup yang akan dimasuki


• Potensi bahaya yang dihadapi
• Persyaratan pengujian udara
• Penggunaan alat pelindung diri (PPE)
• Peraturan yang berhubungan dengan Ruang
Tertutup
• Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
• Tatacara tanggap darurat (Emergency Response
Plan)

Hanya pekerja yang secara mental dan fisik mampu


bekerja di Ruang Tertutup saja yang boleh boleh masuk
ke dalam Ruang Tertutup.

• Petugas penguji gas (gas tester) harus:

 Mempunyai keahlian dan kemampuan dalam


melakukan pengujian gas dan menggunakan
peralatan secara benar.
 Memahami bentuk Ruang Tertutup.
Tim Kerja dalam Ruang Tertutup, Kompetensi dan Tanggung Jawab 65

 Memahami tatacara mengenai Ruang Tertutup.


 Memahami tindakan pencegahan yang
diperlukan untuk memasuki Ruang Tertutup dan
memahami pentingnya mematuhi tindakan
tersebut.
 Memahami potensi bahaya dan bahaya nyata
yang dihadapi pada saat bekerja di Ruang
Tertutup.
 Memahami teknik pengambilan sampel gas.

Gas tester harus qualified, terlatih dan


berpengalaman dalam melaksanakan tugas ini.

• Petugas Penjaga Keselamatan / Petugas Siaga


Keselamatan

Petugas Siaga Keselamatan yang terlatih diperlukan


di dalam pekerjaan Ruang Tertutup.

Petugas Siaga Keselamatan diperlukan di setiap


lubang masuk / keluar (jika Ruang Tertutup berukuran
besar sehingga terdapat banyak lubang masuk dan
keluar atau jarak ke dua lubang cukup jauh sehingga
tidak terlihat secara langsung dari satu posisi penjaga.
66 Tim Kerja dalam Ruang Tertutup, Kompetensi dan Tanggung Jawab

Petugas Siaga Keselamatan harus terlatih dalam:

 Menggunakan peralatan komunikasi.


 Menggunakan peralatan pemantau udara (gas
detector).
 Bersertifikat sebagai gas tester.
 Persyaratan ventilasi.
 Menggunakan peralatan darurat (Emergency
Escape Breathing Apparatus – EEBA atau Self
Contained Breathing Apparatus-SCBA)
 Tatacara kedaruratan dan penyelamatan
(Emergency and Rescue Procedure).

Hanya Petugas Siaga Keselamatan yang secara


mental dan fisik mampu bekerja di Ruang Tertutup
dan melakukan operasi penyelamatan saja yang
boleh ditugaskan.

Selama pekerjaan di Ruang Tertutup, Petugas Siaga


Keselamatan harus:
−− Menjaga komunikasi dengan pekerja yang bekerja
di dalam Ruang Tertutup.
−− Segera memberitahukan kepada pekerja yang
Tim Kerja dalam Ruang Tertutup, Kompetensi dan Tanggung Jawab 67

bekerja di dalam Ruang Tertutup apabila ada


perubahan keadaan.
−− Memantau sistem-sistem pendukung kehidupan
(life support) yang digunakan dalam pekerjaan di
Ruang Tertutup.
−− Tidak melakukan kegiatan lain yang dapat
mempengaruhi perhatiannya terhadap pekerja
yang bekerja di dalam Ruang Tertutup.
−− Mencatat semua orang dan barang yang masuk
dan ke luar Ruang Tertutup.
−− Tetap berada di tempatnya, sampai ada petugas
yang berkemampuan sama menggantikan.
−− Mempunyai wewenang untuk menghentikan
pekerjaan di Ruang Tertutup apabila diperlukan.

Petugas Siaga Keselamatan harus mempunyai


keahlian, terlatih dan berpengalaman dalam
melaksanakan tugas ini.

• Petugas Penyelamat

Petugas Penyelamat (Rescue) harus sudah dilatih


seperti Petugas Siaga Keselamatan dan juga dilatih
68 Tim Kerja dalam Ruang Tertutup, Kompetensi dan Tanggung Jawab

dalam Pelatihan Penyelamat Industri (Industrial Rescue


Training):

−− Minimum 2 orang anggota penyelamat menguasai


Resusitasi Jantung Paru (Cardio-Pulmonary
Resuscitation) dan standard Pertolongan Pertama
(First Aid).

−− Petugas Penyelamat bisa merangkap sebagai


Petugas Siaga Keselamatan.

−− Hanya Petugas Penyelamat yang secara mental


dan fisik mampu bekerja di Ruang Tertutup dan
melakukan operasi penyelamatan saja yang
boleh digunakan.

−− Petugas Penyelamat harus memahami operasi


dan denah Ruang Tertutup.

Petugas Penyelamat harus berkualifikasi, terlatih dan


berpengalaman dalam melaksanakan tugas ini. dan
dapat menggunakan alat untuk keadaan darurat (SCBA,
Tripod, tali menali, dan lain sebagainya).
69

10
Peralatan
Masuk Ruang
Tertutup
70 Peralatan Masuk Ruang Tertutup

P
eralatan yang dipakai untuk pekerjaan di Ruang
Tertutup adalah peralatan khusus yang harus
disediakan untuk para pekerja, dirawat seefektif
mungkin dan dipakai dengan cara yang benar.
Bermacam-macam peralatan khusus diperlukan dan
dipakai untuk mengevaluasi dan mengendalikan
bahaya-bahaya di dalam Ruang Tertutup.

Peralatan-peralatan itu umumnya terdiri dari sistim


ventilasi, instrument penguji mutu udara, peralatan
komunikasi, peralatan pernafasan dengan tanki
udara, peralatan darurat dan penyelamatan,
peralatan pelindung diri, lampu jalan tahan ledakan
(portable explosion-proof lighting), penghalang dan
tameng (protective barriers and shields) jika terdapat
bahaya kebocoran radiasi dari instrument, tangga
dan peralatan panjat.

Peralatan listrik atau elektronik seperti kipas listrik,


instrument penguji, lampu jalan harus sesuai dengan
ketentuan lokasi (classified locations) seperti yang
ditetapkan pada National Elctrical Code (NEC),
diharuskan tahan percikan, tahan ledakan.
Peralatan Masuk Ruang Tertutup 71

10.1. Sistim Ventilasi


Pada dasarnya, ventilasi adalah menggerakkan udara
segar secara terus menerus kedalam atau melalui
Ruang Tertutup. Dengan menggerakkan udara segar
terus menerus dapat menjaga kandungan oksigen
didalam ruangan, mencampur atau membuang
racun-racun diudara yang mungkin terbentuk didalam
ruangan, meningkatkan kenyamanan dengan
mengendalikan suhu – kelembaban – bau.

Keputusan untuk meniupkan udara kedalam ruangan


ataupun menghisapnya keluar tergantung banyak hal,
termasuk ukuran dan bentuk ruangan, isinya, jumlah
bagian-bagian yang bisa dibuka.

Sistim peniupan dan ventilasi adalah cara untuk


mengendalikan udara yang berbahaya didalam
Ruang Tertutup. Apabila ventilasi secara alami
dengan cara membuka bagian atas dan atau bagian
bawah dari Ruang Tertutup masih belum dapat
meningkatkan mutu udara seperti yang disyaratkan,
maka penggunaan cara-cara yang lain harus segera
dilakukan seperti dengan cara:

• Meniupkan udara segar dari bagian bawah dan


72 Peralatan Masuk Ruang Tertutup

keluar di bagian atas ruangan, bila masih ada


udara kotor yang terperangkap dibagian bawah
dikarenakan berat jenisnya lebih berat dari udara,
maka arah peniupannya harus dibalik.
• Peniupan dengan menggunakan kipas angin yang
digerakkan dengan tenaga listrik atau mekanis –
angin, maka pembersihan udara didalam Ruang
Tertutup akan bisa lebih cepat.
• Kombinasi penggunaan kipas tiup dibagian
bawah dan kipas hisap dibagian atas adalah
cara efektif yang juga bisa dipakai.

Peralatan ventilasi atau kipas angin yang berkapasitas


tinggi yang dipakai di industri ada bermacam-macam,
dari kapasitas 500 hingga 17,000 CFM dengan
penggerak motor listrik, uap, udara bertekanan dan
motor bakar. Ada yang peralatan ventilasi yang
dipasang langsung pada struktur Ruang Tertutup
maupun menggunakan saluran lentur (ducting).

10.2. Instrumen Penguji Mutu Udara


Instrumen penguji mutu udara jinjing (portable gas
detector) diperlukan untuk mengevaluasi mutu udara
di dalam Ruang Tertutup baik untuk oksigen, gas yang
Peralatan Masuk Ruang Tertutup 73

mudah terbakar maupun gas yang beracun. Ada


instrumen yang dirancang untuk tiga jenis pengujian
sekaligus dan ada pula yang satu persatu. Juga ada
pula penguji gas beracun yang sekaligus dapat
membaca Karbon Monoksida dan Hidrogen Sulfida.

Beberapa instrument yang menggunakan micro


processor yang dapat menyimpan data pembacaan
sekaligus mencetak hasil uji.

10.3. Instrumen Komunikasi


Komunikasi diantara mereka yang di berada di
dalam dan di luar Ruang Tertutup adalah diperlukan
baik dengan cara pandangan (visual) maupun suara
(voice). Bagaimanapun, bila dua cara itu dianggap
kurang memadai atau tidak bisa diandalkan maka
harus disediakan cara lain seperti radio dua arah
(HT), headset (sound powered headset), telepon
lapangan atau bahkan tali tarik (tugs on a rope).

10.4. Tali tanda (Rope Signals)


Pada beberapa keadaan, tali hidup dapat berfungsi
ganda seperti tali penolong sekaligus sarana
74 Peralatan Masuk Ruang Tertutup

komunikasi walau hanya untuk satu orang yang


masuk ke Ruang Tertutup.

Diantara orang yang berada didalam dan diluar


Ruang Tertutup dapat memakai tanda gerak tali
tertentu dengan maksud tertentu pula yang disepakati
bersama.

10.5. Wire Systems


Sambungan komunikasi melalui kawat terbagi atas
dua tipe, dengan tenaga suara dan tenaga listrik
(intercom).

10.6. Hybrid Systems


Gabungan antara tali tarik dengan kabel intercom.
Ujung tali tarik sekaligus terminal dari kabel intercom
diikatkan pada sabuk pengaman (full body harness)
sehingga kabel dari headset dapat di sambungkan di
terminal tersebut.

10.7. Pasokan udara pernafasan (Air-


supplied respirators)
Pasokan udara pernafasan terbagi atas tiga tipe:
peralatan pernafasan dengan tangki udara (SCBA),
Peralatan Masuk Ruang Tertutup 75

peralatan pernafasan dengan saluran udara (air-


line respirators) dan kombinasi antara peralatan
pernafasan dengan tangki udara (SCBA) dan
pralatan pernafasan dengan saluran udara (air-line
respirators).
76 Peralatan Masuk Ruang Tertutup
77

11
Sistem Izin
Kerja Memasuki
Ruang Tertutup
78 Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup

11.1. SIKA Memasuki Ruang Tertutup


Ada dua (2) hal tentang memasuki Ruang Tertutup:

1. Memasuki Ruang Tertutup yang memerlukan izin


masuk adalah Ruang Tertutup yang berbahaya
atau mempunyai potensi bahaya.

2. Memasuki Ruang Tertutup yang tidak memerlukan


izin masuk adalah Ruang Tertutup yang tidak
berbahaya

Izin memasuki Ruang Tertutup adalah dokumen tertulis


yang menyatakan bahwa tindakan isolasi, pengujian
mutu udara dan ventilasi telah diambil sebelum para
pekerja memasuki Ruang Tertutup.

Untuk meyakinkan bahwa seluruh bagian dari


program kerja di Ruang Tertutup telah dilakukan maka
harus ada sistim tertulis untuk persiapan, pembuatan,
pelaksanaan dan pembatalan izin masuk. Izin ini
juga harus termasuk menyediakan cara penutupan
izin masuk Ruang Tertutup dan Ruang Tertutup itu
dapat dioperasikan kembali setelah seluruh pekerjaan
selesai.
Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup 79

Izin kerja Ruang Tertutup diperlukan dikarenakan:

• Berisi atau mempunyai potensi menyimpan udara


yang berbahaya.
• Berisi bahan-bahan yang berpotensi menjadi
perangkap yang mengancam orang yang
memasukinya.
• Mempunyai bagian yang berbentuk tertentu yang
dapat menjadi perangkap, mempunyai permukaan
yang menurun menuju ke arah lubang atau
membuat siapa yang memasuki bisa mati lemas.
• Berisi bahan-bahan yang diketahui berbahaya
untuk kesehatan.

11.2. Komponen SIKA Memasuki


Ruang Tertutup
Peraturan dari OSHA tidak secara khusus menerangkan
bentuk perizinan itu tetapi isi dan tata letaknya
di bakukan guna memudahkan penggunaannya.
Sekurang-kurangnya, perizinan disyaratkan untuk
memasukkan keterangan-keterangan berikut ini:

1. Tanda-tanda (identifikasi) Ruang Tertutup yang


akan dimasuki.
2. Maksud dari memasuki Ruang Tertutup.
80 Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup

3. Tanggal dan lamanya wewenang boleh


memasuki Ruang Tertutup.
4. Perincian bahaya-bahaya dari Ruang Tertutup.
5. Melakukan tindakan untuk mengiisolasi Ruang
Tertutup dan mengelola bahaya-bahaya.
6. Syarat-syarat atas keadaan yang dibolehkan.
7. Hasil atas test yang pernah dilakukan termasuk
tanggal, nama pelaksananya, indikasi yang
ditemukan.
8. Tatacara komunikasi.
9. Peralatan-peralatan khusus yang diperlukan.
10. Identitas dari pekerja-pekerja dan petugas
penjaga.
11. Petugas siaga pertolongan dan penangan
keadaan darurat yang bisa dipanggil.
12. Tambahan pekerjaan yang diperlukan seperti
pekerjaan panas (hot work).
13. Keterangan lain yang masih berhubungan
dengan pekerjaan di Ruang Tertutup.
14. Tanda tangan Supervisor.
Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup 81

11.3. Kelengkapan SIKA


Para pekerja yang memberi izin masuk dan melengkapi
persyaratan izin harus memiliki pengetahuan yang
diperlukan untuk mengetahui, mengevaluasi dan
mengendalikan bahaya-bahaya di dalam Ruang
Tertutup.

Apabila ada pekerjaan panas (hot work) seperti


pengelasan atau pemotongan dengan menggunakan
Oxy-Acetylene yang akan dikerjakan, hal itu harus
tercatat dengan jelas pada izin masuk (entry permit)
atau pada izin pekerjaan panas (hot work) khusus yang
dilampirkan pada surat izin kerja memasuki Ruang
Tertutup (confined space entry permit). Pada saat
pekerjaan panas (hot work) berlangsung, kadar gas
mudah terbakar dalam atmosfir Ruang Tertutup harus
diukur secara terus menerus dengan menggunakan
detektor gas yang dapat mengukur kandungan gas
secara terus menerus. Sensor gas harus dipilih sesuai
dengan kandungan bahan mudah terbakar yang
normalnya berada dalam Ruang Tertutup.

Perizinan itu harus ditandatangani oleh orang yang


berwewenang untuk penerbitan surat izin masuk.
Bagaimanapun, tandatangannya tidak dapat
82 Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup

dibubuhkan hingga seluruh tindakan-tindakan dan


keadaan-keadaan yang diperlukan telah memenuhi
syarat untuk keselamatan pekerja masuk ke Ruang
Tertutup.
Perizinan bisa dibatalkan oleh yang berwewenang
apabila keadaannya tidak dapat diterima atau tidak
memungkinkan untuk melanjutkan pekerjaan seperti
yang tertera pada OSHA 29CFR.1910.146.
Pada akhirnya, izin masuk itu bisa dibatalkan setelah
seluruh pekerja yang berada di dalam Ruang Tertutup
telah keluar semuanya dan pekerjaan itu dianggap
lengkap.
Ruang-Ruang Tertutup memerlukan penandaan/
pelabelan. Beberapa Ruangan mungkin terlewatkan
penandaannya. Bila ragu hubungi petugas
keselamatan. Selanjutnya terserah anda untuk
mematuhi tanda-tanda dan mengikuti tatacara yang
tertera didalam surat izin sebelum memasuki Ruang
Tertutup.
Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup 83

Gambar 11.1 Penandaan/Pelabelan Ruang Tertutup

Berikut ini contoh Surat Izin Kerja Masuk Ruang


Tertutup di Lingkungan Pertamina. Pembahasan lebih
dalam mengenai surat izin kerja dapat ditemui pada
modul Surat Izin Kerja.

11.3.1. Pengajuan Surat Izin Kerja


Memasuki Ruang Tertutup

Ahli Teknik menyiapkan Surat Izin Kerja yang


diperlukan dan menulis pada bagian Seksi 1 :
Pemohonan Pekerjaan, yaitu dengan menuliskan lokasi
pekerjaan, ruangan tertutup yang mau dimasuki,
tujuan untuk masuk / uraian pekerjaan, nama orang-
orang yang ditunjuk sebagai petugas siap siaga.

Uraian pekerjaan harus dituliskan lengkap termasuk


jika hendak melakukan pekerjaan panas agar
Persyaratan Safety (Seksi 2 pada Surat Izin Kerja
84 Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup

Memasuki Ruang Tertutup) dan pengawasannya


dapat dirinci sesuai dengan resiko yang ada.
Sebagai kesatuan integritas dokumen dalam SIKA,
Ahli Teknik juga melampirkan dokumen surat izin kerja
panas atau surat izin kerja dingin atau surat izin kerja
lainnya yang akan dilakukan dalam Ruang Tertutup.
Selain itu juga harus dilampirkan: Work Order (jika
ada), Gambar atau Sketsa, Job Safety Analysis, dan
lain-lain sebagaimana yang dipersyaratkan untuk
pekerjaannya.

Selanjutnya paket surat izin kerja – surat izin kerja


yang terkait dengan pekerjaan dalam Ruang Tertutup
tersebut diserahkan kepada GSI.
Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup 85

Gambar 11.2 Contoh Surat Izin Memasuki Ruang Tertutup


86 Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup

Setelah menerima paket surat izin kerja memasuki


Ruang Tertutup tersebut, GSI mengisi Seksi 2 :
Persyaratan Safety, yaitu dengan menentukan
persyaratan safety yang diperlukan, Surat Izin Kerja/
Dokumen lain yang harus dilampirkan, menulis
Instruksi Khusus, Gas test dan Alat Pelindung Diri
yang diperlukan.

GSI dan jajaran pekerja di bawahnya melakukan


persiapan untuk mengeluarkan atau memperkecil
sebanyak mungkin bahaya sebelum izin diberikan
kepada Ahli Teknik, yang mencakup :

a. Pembersihan Ruang Tertutup.

Cara pembersihan unit proses/peralatan


ditentukan seperti : pengosongan, pembuangan
tekanan (depressurize), pencucian, steaming out,
flushing dengan air, pendinginan, purging dengan
gas inert, pembersihan deposit/scale/jebakan
bahan mudah terbakar, toksik, korosif, ventilasi.
Pembahasan lebih lanjut dapat ditemui pada modul
“Purging”. Adakalanya pekerjaan pembersihan
Ruang Tertutup seperti pembersihan deposit/scale
atau jebakan bahan mudah terbakar/toksikyang
berada dalam Tangki, Bejana Tekan (Pressure
Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup 87

Vessel) dilakukan oleh kontraktor spesialis dibidang


pekerjaan pembersihan ini. Pekerjaan pembersihan
ini juga memerlukan surat izin kerja memasuki
Ruang Tertutup ketika melakuan pembersihan
bejana tekan atau tangki.

b. Isolasi peralatan.

Dilakukan isolasi terhadap unit proses/peralatan


untuk memperkecil resiko pelepasan bahaya
dengan memasang sorokan buta (blind) dan
memasang label (tagging).

c. Persiapan Mesin dan Sistem Elektrikal.

Jika terdapat mesin pengaduk atau mesin berputar


pada Ruang Tertutup harus dilakukan pencegahan
terlebih dahulu bagi personil terhadap akses ke
bagian-bagian mesin yang bergerak, dan sistem
pengaman interlock. Sumber tenaga diisolasi,
seperti terhadap pasokan listrik, pneumatik, dan
tenaga hidraulik penggerak mesin (jika ada).
Setelah diisolasi harus dilakukan Lock Out/Tag
Out (LOTO). Lebih lanjut mengenai isolasi energy
berbahaya dapat ditemui pada modul Isolasi
Energi Berbahaya.
88 Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup

d. Persiapan Sumber Radioaktif.


Jika terdapat sumber radioaktif pada sensor
instrument dalam Ruang Tertutup harus dilakukan
pengendalian terhadap sumber radioaktif, seperti
pembatasan akses ke area, pemakaian pengaman
bagi personil yang berwenang. Harus ada Petugas
Proteksi Radiasi yang telah bersertifikat untuk
melakukan pengamanan sumber radioaktif.

e. Persiapan Area Pekerjaan.


Jika memungkinkan, sebanyak mungkin pekerjaan
dilakukan di bengkel, dikerjakan di permukaan
tanah, dan menyingkirkan benda-benda yang
tidak diperlukan, membersihkan area kerja, dan
disiapkan jalan masuk dan keluar yang mudah ke
area kerja dan disiapkan ventilasi yang baik.

f. Gas Testing.
Pada Surat Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup
Seksi 2 No. 10, pengujian kadar gas diperlukan
sebelum memasuki Ruang Tertutup dan secara
periodik selama melakukan pekerjaan. Jika ada
potensi gas beracun atau jika akan melakukan
pekerjaan panas, pengujian gas harus dilakukan
secara terus menerus.
Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup 89

Alat pelindung diri pernafasan harus digunakan


oleh Gas Tester dan atau orang pertama yang
memasuki Ruang Tertutup. Gas test dilakukan
oleh personil yang terlatih. Gas Tester dari
Fungsi Produksi untuk mengukur combustible gas,
dan Gas Tester dari fungsi HSE untuk mengukur
konsentrasi uap toksik dan O2. Gas tester menulis
hasil pengukuran gas pada lembar SIKA dan
menjelaskan apakah masih dalam batas aman
atau berbahaya. Hasil pengukuran/pembacaan
dicatatkan pada Seksi 2 pada kolom Gas Test.

11.3.2. Otorisasi Surat Izin Kerja

Setelah GSI memeriksa persipan yang dilakukan di


lokasi kerja, alat-alat kerja yang akan digunakan
dan semuanya dalam keadaan aman, maka GSI
menandatangani Surat Izin Kerja pada Seksi 3 :
Otorisasi.

11.3.3. Penerimaan Surat Izin Kerja

a. Setelah GSI menandatangani Surat Izin Kerja,


kemudian mendiskusikan dengan Ahli Teknik
tentang pekerjaan, persiapan yang telah dilakukan
90 Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup

dan pengamanan yang harus dipenuhi selama


pekerjaan dan menyerahkan Surat Izin Kerja
kepada Ahli Teknik.

b. Ahli Teknik menerima Surat Izin Kerja dari GSI


setempat dan kemudian menandatangani Surat
Izin Kerja pada Seksi 4 : Penerimaan Surat Izin
Kerja, yang merupakan pernyataan bahwa telah
memahami pekerjaan dan akan mematuhi semua
tindakan pencegahan dan good house keeping
sebelum dan selama pekerjaan dilaksanakan, dan
akan menghubungi GSI setempat sebelum memulai
pekerjaan.
91

12
Pengawasan
Selama Kerja
dalam Ruang
Tertutup
92 Pengawasan Selama Kerja dalam Ruang Tertutup

S
elama pekerjaan berlangsung dalam Ruang
Tertutup, beberapa hal harus menjadi perhatian
dan pengawasan seperti:

• Pemeriksaan peralatan, PPE, gas tester, alat-alat


kedaruratan, dll.sebelum pemakaian.

• Mengadakan rapat sebelum pekerjaan dimulai


tentang tatacara, bahaya-bahaya dan rencana
tanggap darurat.

• Penempatan peralatan baik peralatan kerja atau


peralatan kedaruratan yang benar dan tepat
(daftar periksa Ruang Tertutup).

• Memeriksa isolasi telah terpasang pada tempatnya


dengan menggunakan lembar catatan isolasi.

• Pekerjaan dilakukan sesuai dengan JSA (Job Safety


Analysis) nya. Penjelasan lebih lanjut tentang Job
Safety Analysis dibahas pada modul Identifikasi
Bahaya.

Yakinkan saat pelaksanaan kerja semua tatacara


diikuti dan setiap orang berada pada posisi masing-
masing (tanggung jawabnya) serta menggunakan
peralatan pelindung diri yang disarankan dalam
surat ijin kerja
Pengawasan Selama Kerja dalam Ruang Tertutup 93

Inspeksi akhir diperlukan untuk menyakinkan bahwa


semuanya sudah kembali seperti semula dengan
mengadakan pemeriksaan:

• Periksa tidak ada peralatan dan material yang


tertinggal.

• Semua orang sudah keluar.

• Semua isolasi sudah dibuka dan posisinya benar.

• Semua ijin sudah dikembalikan dan ditutup.


94 Pengawasan Selama Kerja dalam Ruang Tertutup
95

13
Tanggap
Darurat
96 Tanggap Darurat

P
rogram kerja di Ruang Tertutup (Confined Space)
yang efektif selalu mencoba mengidentifikasi dan
mengendalikan seluruh bahaya-bahaya bagi para
pekerja yang akan masuk ke ruang. Apabila segala
sesuatu dapat berjalan seperti yang diharapkan,
pekerjaan berjalan dengan selamat dan tidak ada
seorang pun yang cedera, tetapi hal apapun bisa
menjadi salah, keadaan darurat bisa saja timbul.
Maka jelas bahwa perencanaan yang meliputi
penanganan masalah darurat di buat sebelum
kejadian bukan pada saat hal itu muncul.

Petugas penolong menjadi diperlukan bisa


dikarenakan oleh keadaan yang luar biasa tiba-tiba
muncul tanpa peringatan atau mungkin dikarenakan
adanya kekurangan dalam perencanaan izin kerja.
Sebagai antisipasinya, ada ketetapan bahwa
perusahaan membuat dan melaksanakan prosedur
untuk keadaan darurat untuk pekerjaan di dalam
Ruang Tertutup.
Tanggap Darurat 97

Beberapa perusahaan memilih menyediakan petugas-


petugas pertolongan setempat dikarenakan petugas-
petugas dari luar mungkin lambat, tidak mencukupi
atau tidak efektif. Beberapa perusahaan memilih dan
percaya pada petugas pertolongan dari luar karena
mereka percaya bahwa mereka tidak mempunyai
waktu atau tenaga untuk melatih para pekerja
melakukan tugas-tugas pertolongan atau karena
percaya dengan tersedianya petugas yang sangat
terlatih dapat melakukan tindakan pertolongan
dengan cepat. Penggunaan petugas pertolongan
(spesialis) dari luar membuat tidak diperlukannya lagi
penyediaan petugas pertolongan setempat.

Ingat:

60% korban di Ruang Tertutup menimpa penolong/


rescuer. Oleh sebab itu tim regu penolong harus terdiri
dari orang-orang yang telah terlatih dan mempunyai fisik
yang memadai.

Ada 7 langkah umum yang dilakukan dalam situasi


darurat:

1. Keluar/ menjauh.
2. Membunyikan alarm.
98 Tanggap Darurat

3. Mengamati keadaan.
4. Memakai peralatan pelindung diri (PPE).
5. Pertolongan.
6. Sadarkan, berikan pertolongan pertama.
7. Meminta bantuan kesehatan.

No. 1 sampai no. 4 adalah untuk mengungsikan


setiap orang yang bekerja dalam Ruang Tertutup.
No. 5 hingga no. 7, adalah langkah untuk melakukan
pertolongan / penyelamatan darurat. Perencanaan
penyelamatan harus dibicarakan dan yakinkan semua
orang mengetahuinya dan mengerti;

 Peralatan.
 Penugasan orang-orang.
 Sandi yang disepakati.
 Tempat yang aman.

Pemilihan peralatan yang tepat harus diperhitungkan


sebelumnya dan semua petugas penyelamat harus
mengerti cara penggunaannya dengan benar.

1. Peralatan Komunikasi.
2. Peralatan Pertolongan Pertama.
3. Peralatan Pelindung Diri.
4. Peralatan pengangkutan.
5. Peralatan Tambahan
Tanggap Darurat 99

Menarik keluar pekerja (dengan cara) tanpa memasuki


Ruang Tertutup (Non-Entry Retrieval)

Penyelamatan Mempergunakan Tali:


• Butterfly knot.
• Tied full body harness.
• Bowline.
• Munter hitch.

Seutas tali yang dibelitkan pada pergelangan


tangan atau diikatkan ke badan tidak akan cukup
untuk menarik keluar pada saat darurat. Sebagai
gantinya, ketentuan baku memerlukan bahwa sistim
menarik keluar tanpa memasuki Ruang Tertutup terdiri
dari harness pertolongan dan tali hidup (life line)
harus dipakai apabila pekerja yang berwewenang
memasuki ruangan. Pengecualian ditentukan untuk
situasi yang mana peralatan untuk menarik tidak
bermanfaat untuk usaha pertolongan atau malah
dapat menambah risiko.

Ujung dari tali penarik harus diikatkan pada bagian


atas kepala atau pada bagian tengah punggung di
dekat pundak. Ujung tali yang lain harus diikatkan
pada peralatan mekanikal ataupun pada bagian
100 Tanggap Darurat

yang tidak bergerak diluar Ruang Tertutup untuk


memudahkan tindakan.

Apabila diperlukan untuk menarik keluar pekerja


secara tegak lurus dari dalam Ruang Tertutup lebih
dalam dari lima kaki, peralatan pengangkat mekanikal
harus tersedia. Pada beberapa kasus, peralatan lain
seperti terompet, radio dua arah, tandu dan botol
oksigen harus tersedia.

Petugas Penolong

Petugas pertolongan bisa disediakan oleh petugas-


petugas setempat maupun dari luar. Petugas
pertolongan setempat mempunyai keuntungan
dimana bisa tersedia segera dan sudah mengenal
fasilitas setempat. Petugas-petugas juga mempunyai
hubungan dengan para tenaga ahli seperti ahli-ahli
listrik, pipa, mekanik yang bisa dipanggil pada saat
darurat.

Sedangkan kerugian menggunakan petugas-petugas


setempat adalah memerlukan waktu dan beaya untuk
pelatihan pertama kali dan tahunan.

Apabila menggunakan petugas-petugas setempat


yang dipilih, maka setiap anggota harus mendapat
Tanggap Darurat 101

pelatihan sebaik-baiknya. Sedikitnya, persyaratan


baku untuk mereka adalah sama seperti pelatihan
yang diperoleh petugas-petugas yang mendapat izin
masuk Ruang Tertutup seperti halnya dasar-dasar
pertolongan pertama dan CPR. Paling tidak satu
anggota petugas pertolongan mempunyai sertifikat
yang masih berlaku.

Petugas-petugas pertolongan juga harus mengikuti


pelatihan tahunan yang mensimulasikan kejadian
sesungguhnya dimana boneka-boneka atau orang-
orang dikeluarkan dari Ruang Tertutup. Dalam
pelatihan itu, juga disediakan pintu-pintu dan bentuk-
bentuk Ruang Tertutup yang menyerupai aslinya.

Petugas Penolong Luar


Bila satu perusahaan menggunakan jasa petugas-
petugas perusahaan lain untuk melakukan operasi
pertolongan, maka petugas-petugas tuan-rumah harus
melakukan dua hal:
Pertama, petugas tuan-rumah harus memberitahu
kepada petugas-petugas pertolongan dari luar
tentang bahaya-bahaya yang mungkin ditemukan
pada fasilitas milik perusahaan tuan-rumah.
Kedua, perusahaan tuan-rumah harus memberi
102 Tanggap Darurat

ijin kepada petugas-petugas pertolongan untuk


menggunakan perijinan-perijinan yang ada sehingga
petugas-petugas pertolongan dapat membuat rencana
pertolongan yang tepat dan dapat melaksanakan
operasi pertolongan.

Keterangan-keterangan tentang bahan


kimia

Apabila ada petugas yang cedera karena terpapar


suatu bahan kimia yang ada keterangan tertulisnya
tentang bahan tersebut (MSDS), maka tatacara
pertolongan harus mengacu pada keterangan tersebut
dan MSDS diberikan kepada fasilitas kesehatan yang
menangani petugas tersebut.
103

14
Studi
Kasus
104 Studi Kasus

Kasus #1

Kontraktor, yang tidak memahami peraturan peraturan


perusahaan, sering kali memasuki bejana tanpa
kewenangan.

Sebagai contoh, seorang mandor ditemukan telah


berada di dalam tanki yang telah dilepaskan
sambungan-sambungannya dan dalam keadaan
terbuka, siap untuk dimasuki, tetapi belum dilakukan
pengujian. Dia diminta untuk melakukan perkiraan
biaya pembersihan bejana. Mandor mengatakan
bahwa ia tidak menyadari jika ijin diperlukan walau
hanya untuk pemeriksaan. Dia telah diberi tembusan
dari peraturan peraturan pabrik tetapi ia belum
membacanya.

Apabila suatu bejana dalam keadaan terbuka, tetapi


izin masuk belum diberikan, lubang masuk seharusnya
ditutupi dengan penghalang. Seseorang seharusnya
tidak boleh percaya kepada bagaimana cara
kontraktor membaca peraturan peraturan. Peraturan
peraturan itu harus dijelaskan kepada mereka.
Studi Kasus 105

Adakah yang salah?

Kasus #2

Dua orang memasuki sebuah reaktor untuk melakukan


pengujian “dye penetration” pada suatu bidang yang
baru di las dengan menggunakan trichloroethylene.
Dikarenakan panjang las baru itu 8 meter, cairan
pelarut itu cepat habis, dan seseorang petugas jaga
yang berada di tempat masuk diminta untuk meminta
lagi cairan. Dia pergi selama 10 menit. Pada saat
dia kembali, dua orang di dalam reaktor itu pingsan.
Beruntung mereka dapat diselamatkan dan sadar
kembali.
106 Studi Kasus

Jumlah cairan pelarut yang boleh dipakai di dalam


bejana untuk pengujian dye penetration atau untuk
keperluan lain seharusnya dibatasi sehingga seluruh
cairan pelarut yang menguap tidak membuat
kepekatannya melewati ambang batas (Tresshold Limit
Value - TLV), untuk membuat kelonggaran terhadap
keadaan seperti itu harus dilakukan aliran udara
didalam bejana dengan menggunakan ventilasi
hembus (force-ventilated). Petugas-petugas siaga
tidak diperbolehkan meninggalkan bejana bila ada
orang-orang lain masih berada di dalam bejana.

Statistik kasus-kasus yang berkaitan dengan


pekerjaan di dalam Ruang Tertutup:

• 65% dari seluruh kematian di Ruang Tertutup dikarenakan


udara yang berbahaya

• Pada seluruh kasus kematian yang terjadi di tahun lalu (139),


terjadi dikarenakan tidak tersedianya detector juga tidak
tersedianya ventilasi.

• Sepertiga darinya adalah pengawas

• 60% adalah petugas pertolongan

• 25% dari Ruang Tertutup telah mengandung racun sebelum


dimasuki
Daftar Pustaka 107

Daftar Pustaka
1. Pedoman Surat Izin Kerja (SIKA) No. 01/
E00400/2008-S0. PT Pertamina Persero,
Direktorat Pengolahan, November 2008.
2. OSHA, 29 CFR 1910.146, Permit Required
Confined Spaces
3. OSHA, 29 CFR 1910.146, App B.
Procedures for Atmospheric Testing
4. OSHA, 29 CFR 1910.146, App D. Confined
Space Pre-Entry Checklist
5. NFPA 326. Standard for the Safeguarding of
Tanks and Containers for Entry, Cleaning, or
Repair. 2010. Edition.
6. Accident Prevention Manual, Engineering and
Technology, 12th Edition, Philip E Hagan,
John F. Montgomery, James T O’Reilly,
National Safety Council.
108 Lampiran

Lampiran Matriks Kompetensi SIKA

GAS SAFETY INSPECTOR

SAFETY INSPECTOR

PENGAWAS JAGA
SUBJECT OF

CONTRACTOR
No

AHLI TEKNIK
TRAINING

GAS TESTER
Frequency

Standard
Duration

PEKERJA
Provider
TRAINING MATRIX

I Pengetahuan Dasar

1 Identifikasi Bahaya Y Y Y Y Y Y Y

2 Alat Pelindung Diri Y Y Y Y Y Y Y

Pengendalian Pekerjaan Berbahaya


3 Y Y Y Y Y
dengan Dokumentasi

4 Surat Ijin Kerja Y Y Y Y Y Y Y

5 Pengamatan Keselamatan Kerja Y Y Y Y Y Y Y

6 Aspek Kebakaran Y Y Y Y Y AR AR

II Manajemen K3 Praktis

1 Accident Incident Investigation Y AR AR Y

2 Isolasi Energi Berbahaya Y AR Y Y

3 Lingkungan Kerja Aman Y AR Y Y Y AR AR

4 Tanggap Darurat

III Keselamatan Khusus

1 Penanganan Bahan Berbahaya Y AR AR Y AR AR AR

2 Keselamatan Kerja Radiasi Y AR AR Y AR AR AR

3 Keselamatan Kerja H2S Y AR Y Y Y AR AR

4 Memasuki Ruang Tertutup Y AR Y Y Y AR AR

5 Keselamatan Penggalian Y AR Y Y Y AR AR

6 Bekerja di Ketinggian Y AR Y Y Y AR AR

7 Scaffolding Y AR AR Y AR AR AR

8 Pengujian dan Deteksi Gas Y AR Y Y AR AR

9 Operasi Pengangkatan Y AR Y Y AR AR

10 Keselamatan Operasi Gas Purging Y AR AR Y AR

11 Bahaya terhadap Kesehatan Kerja Y AR Y Y Y AR AR

12 Tabung Gas Bertekanan Y AR Y Y Y AR AR

13 Klasifikasi Area Berbahaya Y AR Y Y Y

Y : Modul Wajib

: As Required
AR
(Sesuai kebutuhan)

: Modul Tidak Wajib

Anda mungkin juga menyukai