Anda di halaman 1dari 8

Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol.

2 (1) Juni 2018 ISSN : 2580-1945 (print)


2598-7836 (online)

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN STATUS EKOLOGI ANEMON LAUT DI


PERAIRAN PULAU KAMBUNO DAN PULAU KODINGARENG,KEPULAUAN
SEMBILAN, SINJAI, SULAWESI SELATAN

Syainullah Wahana1* & Muhammad Rijal Kasim1


1 Fakultas Pertanian, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Bone
*e-mail: wahanalatambaga@gmail.com

ABSTRAK
Anemon laut adalah salah satu laut biota laut dari kelas dari Anthozoa yang
memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Perkembangan jumlah penduduk yang sangat
cepat serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan anemon laut
terus meningkat terutama untuk memenuhi permintaan pasar ikan hias domestik dan
ekspor. Salah satu daerah yang menjadi habitat dan memiliki potensi anemon laut yang
sangat besar adalah Pulau Kambuno dan Pulau kodingareng di Kepulauan Sembilan,
Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui,
menganalisis, dan menginventarisasi jenis-jenis anemon laut serta menganalisis status
indeks ekologi anamon laut. Adapun manfaat utamapenelitian ini adalah tersedianya ilmu
pengetahuan baru yang merupakan data dasar bagi pemangku kebijakan dalam
melakukanrencana pengelolaan anemon laut dan upaya pemulihannya (restocking)
sehingga keberlanjutan anemon laut tetap terjaga dan lestari.

Kata kunci : Anemon laut, ekologi, keanekaragaman, kepulauan sembilan

PENDAHULUAN berhubungan dengan stomatch, paru-paru,


Indonesia memiliki banyak potensi intestine, system sirkulasi, dan lain-lain
sumberdaya pesisir dan laut dibandingkan (Nybakken, 1992). Perbedaan karang dan
dengan Negara lain karena wilayahnya anemon, yaitu dimana karang
yang mempunyai keanekaragaman tertinggi menghasilkan kerangka luar dari kalsium
di dunia. Salah satu sumberdaya perairan karbonat, sedangkan anemon tidak (Rifai,
laut di wilayah pesisir yang memiliki nilai 2009).
ekonomis dan ekologis yang sangat penting Anemon laut memiliki nilai
adalah anemon laut. ekonomi yang sangat tinggi diantaranya
Anemon laut adalah salah satu laut sangat populer sebagai bahan makanan laut
yang berbentuk bunga, sehingga dapat (sea food), terutama di luar negeri antara
dikatakan bahwa karang dan anemon laut lain Perancis, Jepang, Korea, dan
adalah anggota taksonomi kelas yang sama Kepulauan Pasifik bagian Timur. Nilai
yaitu kelas dari Anthozoa. Anemon laut ekonomis penting lainnya adalah dapat
juga merupakan salah satu jenis karang dari dijadikan sebagai hewan pengisi akuarium
Filum Cnidaria dan Coelentrata. Masuknya yang sangat indah dan menarik karena
anemon laut ke dalam filum Cnidaria memiliki bentuk tubuh yang meyerupai
karena hewan ini memiliki cnide atau bunga beraneka warna. Menurut Suwignyo
nematocyst(sel penyengat), sedangkan et al. (2005), beberapa jenis anemon laut
Coelenterata didasarkan adanya hollow gut seperti Actinaria equima, Anemonia
yang ditemukan pada rongga tubuh dan sulcata, Bunodactis verrocosa, Redianthus

37
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 2 (1) Juni 2018 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

malu, dan Stoichactis keuti telah di ekspor yang sangat tinggi ini khususnya ekspor
ke Singapura, Eropa, Amerika Serikat, dan anemon dalam bentuk hidup menjadikan
Kanada sebagai anemon hias untuk biota ini diwilayah perairan kepulauan
akuarium laut. Selain itu anemon memiliki sembilan tekhusus di Pulau Kambuno dan
sel-sel penyengat (nematokis) yang Pulau kodingareng ini dieksplotasi secara
mengandung bioaktif potensial berupa besar-besaran oleh nelayan. Hal ini diduga
toxin-toxin yang sangat berguna bagi dunia telah mengakibatkan penurunan populasi di
farmasi, seperti polypeptide neurotoxin (Sh alam dan dikhwatirkan akan berada dalam
I), ShK, AsKS, BgK, HmK, AeK, AsKC 1- ancaman kepunahan.
3, BDS-I, BDS-II, APETx1, dan Olehnya berdasarkan latar belakang
Gigantoxin II and Gigantoxin III dari tersebut, penelitian anemon laut di
anemon Sticodaytyla gigantea, dll Kepulauan Sembilan ini sangat penting
(Messerli & Greenberg, 2006) untuk segera dimulai. Penelitian ini
Perkembangan jumlah penduduk bertujuan untuk mengetahui, menganalisis,
yang sangat cepat serta berkembang-nya dan menginventarisasi jenis-jenis anemon
ilmu pengetahuan dan teknologi, laut serta menganilisis status indeks ekologi
pemanfaatan anemon laut terus meningkat anamon laut.Adapun manfaat
terutama untuk memenuhi permintaan pasar utamapenelitian ini adalah tersedianya ilmu
ikan hias domestik dan ekspor. Sebagai pengetahuan baru yang merupakan data
contoh, di Sulawesi Selatan menurut Balai dasar bagi pemangku kebijakan dalam
Besar Karantina Ikan Sulawesi Selatan, melakukanrencana pengelolaan anemon
data lalu lintas domestik dan ekspor laut dan upaya pemulihannya (restocking)
anemon laut pada tahun 2002 hanya sehingga sehingga keberlanjutan anemon
mencapai 49.655 ekor dan pada tahun 2006 lautdi Kepulauan Sembilan khususnya di
ini telah terjadi peningkatan yang sangat Perairan Pulau Kambuno dan Pulau
signifikan mencapai 84.534 ekor. Kondisi kodingareng agar tetap terjaga dan lestari.
serupa tentunya terjadi pula di propinsi
lainnya di Indonesia, maupun di luar negeri
METODOLOGI PENELITIAN
(Rifai, 2009).
Salah satu daerah yang menjadi Waktu dan Lokasi Penelitian
habitat dan memiliki potensi anemon laut
yang sangat besar adalah di Pulau Penelitian pengamatan keaneka-
Kambuno dan Pulau kodingareng, ragaman jenis dan status ekologi
Kepulauan Sembilan. Secara adminitrasi anemonakan dilaksanakan di Perairan
wilayah kepulauan sembilan masuk dalam Pulau Kambuno dan Pulau kodingareng di
wilayah adminitrasi Kabupaten Sinjai, Kepulauan Sembilan, Kabupaten Sinjai,
Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki Provinsi Sulawesi Selatan.Analisis sampel
luas wilayah 7,55 Km2 (BPS, Kabupaten dan data akan dilaksanakan di
Sinjai, 2013). Penamaan pulau sembilan Laboratorium STIP Yapi di Kota
sendiri dikarenakan jumlah pulau di Watampone, Sulawesi Selatan. Selanjutnya
kepulauan tersebut terdapat 9 buah. Peta pengambilan sampel penelitian di
Gugusan pulau ini terdiri dariPulau Perairan Pulau Kambuno dan Pulau
Bululohe, Pulau liang - liang, Pulau kodingare di Kepulauan Sembilan dapat
Kambuno, Pulau Kondingare, Pulau Larea dilihat pada Gambar 1 berikut :
rea, Pulau Katingdoang, Pulau
BatangLampe,Pulau Kanalo 1 dan Pulau
Kanalo 2. Permintaan ekspor anemon laut

38
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 2 (1) Juni 2018 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

B
A

Gambar 1. Peta lokasi penelitian/samplingdi Perairan Pulau Kambuno (A) dan Pulau
kodingareng (B) di Kepulauan Sembilan, Kabupaten Sinjai.
Alat dan Bahan sebagai alat transportasi untuk mencapai
Alat yang digunakan dalam stasiun pengambilan data.
penelitian ini adalah alat tulis menulis, Teknik Pengumpulan Data
sebagai alat untuk mencatat data yang Tahap Persiapan
diperoleh selama pengamatan berupa Kegiatan pengambilan diawali
sabak selam, underwater paper, pensil, dengan melakukan survey pendahuluan.
transek kuadran,gambar slide tiap jenis Hal ini penting dilakukan karena untuk
anemon laut sebagai panduan identifikasi, mengenal jenis-jenis anemon yang berada
dan roll meter. Untuk melakukan di daerah penelitian dan juga bentuk dasar
menyelaman dalam pengambilan data, perairan, untuk meminimalisir kesalahan
digunakan Jam selam sebagai indikator yang mungkin akan terjadi di lapangan
waktu dalam mengambil data di lapangan pada saat pengambilan data.
kemudian Scuba Set, yang terdiri atas Stasiun Sampling
masker, snorkel, fins, regulator, Bouyancy Pengambilan sampel dilakukan
Compensator Device (BCD), dan tabung dengan membagi pulau (stasiun) masing-
selam yang diisi dengan udara masing menjadi 4 sub stasiun yaitu
menggunakan compressor selam. wilayah Barat, Timur, Utara dan Selatan.
Rangkaian alat selam tersebut sebagai alat Selanjutnya pengambilan sampel anemon
pernafasan pada saat melakukan laut nantinya akan menggunakan metode
penyelaman. Kamera bawah laut yang survei jelajah sistematis pada kelompok
dipergunakan untuk mendokumentasikan kedalaman yang telah dilakukan
kegiatan bawah laut dan mengambil sebelumnya oleh beberapa peneliti anemon
gambar. Transportasi menuju ke stasiun laut dimana menggunakan area kedalaman
penelitian, digunakan perahu motor, A (0-5 meter), B (5-10 meter), dan C (10-
15 meter). Pada saat pengambilan data

37
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 2 (1) Juni 2018 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

awal dilakukan penyisiran dari area Pengamatan kecerahan dilakukan pada


kedalaman C, kemudian B, dan terakhir A. saat sampling. Kecerahan diukur adalah
Pengamatan ini akan dilakukan pada kecerahan perairan pada area kedalaman
beberapa pulau yang di nilai sangat di masing-masing stasiun dengan
mendukung pengamatan anemon laut di menggunakan Luxmeter.
perairan Kepualauan Sembilan. 4). Kecepatan Arus
Pengamatan anemon juga Pengamatan kecepatan arus dilakukan
disesuiakan pada lokasi karakteristik dalam permukaan kolom perairan pada
habitat yang sering dihuni oleh anemon lokasi pengamatan di lapangan. Alat yang
laut itu sendiri, antara lain (1) Daerah digunakan untuk mengukur kecepatan
hamparan pasir, (2) Daerah padang lamun, arus yaitu Currentmeter.
dan (3) Daerah terumbu karang (Wahana, 5). Tutupan dasar perairan
2011). Pada masing-masing stasiun dari Pengamatan tutupan dasar perairan
setiap pulau dilakukan 3 kali penarikan dilakukan dalam transek kuadrat. Tutupan
transek garis dari pantai ke arah laut lepas, dasar dikelompokkan atas (1) Sand / Silt,
sedangkan jarak transek garis tiap stasiun (2) Rubble, (3) Dead coral with algae, (4)
ke stasiun berikutnya yaitu 50 m. Setiap Dead coral, (5) Live Coral, (6) Algae /
transek garis ditempatkan transek kuadrat Lamun, dan (7) Others.
berukuran 5x5 m² pada tiap area
kedalaman yang telah ditentukan Analisis Data
sebelumnya. Komposisi Jenis
Komposisi jenis dihitung dengan
Pengambilan Sampel dan Parameter menggunakan formula :
Lingkungan 𝑛𝑖
a. Komposisi Jenis dan Kepadatan 𝐾𝐽𝑖= 𝑥 100 %
𝑁
Peubah yang diamati adalah jenis dan Dimana KJi = Komposisi jenis ke-I, ni =
jumlah individu anemon laut yang Jumlah individu ke-I dan N = Jumlah
terdapat dalam transek kuadrat. individu seluruh spesies
Identifikasi dilakukan dengan metode Kepadatan
sensus visual yang melihat karakter Kepadatan anemon laut dihitung
morfologi eksternal seperti bentuk-bentuk dengan rumus sebagai berikut:
tentakel dan pola warna pada anemon. 𝑛𝑖
Identifikasi anemon laut didasarkan pada 𝐷𝑖=
𝐴
buku Identifikasi Dunn, 1981 dan Fautin Dimana Di = Kepadatan Jenis ke-I, ni =
dan Allen, 1997. Jumlah individu ke-I dan A = Luas daerah
b. Parameter Lingkungan pengamatan
1). Suhu Keanekaragaman jenis Shannon-Wiener
Pengamatan suhu dilakukan pada saat (H’)
sampling di lapangan. Suhu yang diukur Keanekaragaman jenis (H')
adalah suhu perairan pada area kedalaman menurut Shanon Wienner
di masing-masing stasiun dengan 𝑆
menggunakan Thermometer digital. 𝑛𝑖 𝑛𝑖
2). Laju Sedimentasi H ′ = − ∑ ( ) Ln ( )
𝑁 𝑁
Pengamatan laju sedimentasi perairan 𝑖=1
dilakukan pada saat sampling di lapangan Dimana H’ = Indeks Keanekaragaman
dengan menggunakan Sedimen trap. Shannon Wiener, n = Jumlah individu
3). Kecerahan jenis ke-i dan N = Total jumlah individu

38
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 2 (1) Juni 2018 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

Dari analisis di atas dapat Heteractis aurora


dijelaskan bahwa : Jika H’ = < 1 maka Spesies ini memiliki panjang
keanekaragaman jenis rendah, H’ = 1-3 tentakel 50 mm dengan pembengkakan
maka keanekaragaman jenis sedang, H’ = berwarna putih sampai dengan 20 pada
> 3 maka keanekaragaman jenis tinggi. tentakel panjang, baik hanya pada satu sisi
Indeks keseragaman (E) atau hampir mengelilingi sebuah tentakel
Indeks keseragaman rumus : sehingga menyerupai tali manik – manik.
𝐻′ Oral disk yang luas berdiameter 250 mm
𝐸= ′ atau mungkin lebih, tersebar datar atau
𝐻 𝑚𝑎𝑥
Dimana E = Indeks keseragaman, H’ = sedikit bergelombang di permukaan
Indeks keanekaragaman, H’ max= ln S sedimen, sangat sering ditemukan pada
H’ max= Indeks Keanekaragaman lokasi penelitian yang berpasir. Tentakel
maksimum biasanya berwarna coklat atau keunguan.
Indeks Dominansi (D) Biasanya juga terlihat hidup di pecahan
Indeks Dominansi (D) karang, gravel, lagun atau di daerah batuan
menggunakan rumus yang ditutupi sedimen sampai pada
𝑆 kedalaman 18 m.
D = ∑ Pi2
𝑖 =1 Heteractis magnifica
Dimana : D = Indeks dominansi, s = Spesies ini biasanya melekat pada
Jumlah taksa dan pi = Proporsi jumlah benda padat seperti batukarang. Oral disk
individu biasanya ditemukan berdiameter 300 – 500
mm merata dengan lembut serta
HASIL DAN PEMBAHASAN bergelombang, padat ditutupi dengan
Komposisi Jenis tentakel jari yang memiliki panjang kurang
Berdasarkan hasil penelitian lebih 75 mm yang tidak lancip tapi tumpul
diperoleh 5 spesies anemon laut yang dibagian ujung. Hidup di dekat terumbu
tergolong dalam 2 kelas yaitu Sticodactyla, karang atau di atas karang bulat pada
dan Heteractis. Kelima spesies anemon kedalaman 1 – 20 m.
laut tersebut adalah Sticodactyla gigantea,
Heteractis crispa dan Heteractis Kepadatan
magnifica. Kepadatan pada setiap stasiun
dikategorikan rendah, dengan kisaran nilai
Stichodactyla gigantea 0,0400 -0,0800 Ind/m2 . Terlihat table 1
Spesies dari ini mempunyai dibawah ini, dapat dijelaskan bahwa
tentakel yang agak tumpul. Oral disk
Kepadatan jenis anemon tertinggi terdapat
berdiameter 500 mm, tubuh sering pada jenis Stichodactyla gigantea,
memperlihatkan seperti bentuk lekukan sedangkan Heteractis aurora agak banyak
seperti karpet, dimana lipatan oral disk ditemukan pada beberapa stasiun, dengan
dapat menyembunyikan mulut dan kedalaman 5-10 m di Pulau kodingare.
memiliki cakram oral datar. Biasanya
Berikut pada table 2, menjelaskan bahwa
ditemukan di permukaan pasir, lubang- kondisi parameter lingkungan perairan
lubang di sekitar terumbu karang dan
masih sangat mendukung akan keberadaan
biasanya juga terlihat di daerah lamun (sea anemon laut.
grass), di daerah tenang pada kedalaman 1
Di mana suhu dapat mempengaruhi
– 5 m.
proses– proses fisiologi terhadap sebaran
anemon laut di dalam suatu perairan.

39
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 2 (1) Juni 2018 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

Kisaran normal salinitas perairan bagi kimia, yang juga mengakibatkan tingginya
kehidupan anemon laut yaitu 32.9-34.7 ppt nilai salinitas dan daya hantar listrik. Arus,
(Rifa’I, 2009). Penetrasi cahaya ke dalam pergerakan massa air, dan gelombang
air sangat dipengaruhi oleh intensitas dan diperlukan untuk transportasi zat hara,
sudut datang cahaya, kondisi permukaan larva, bahan sedimen, dan oksigen serta
air, dan bahan – bahan yang terlarut dan mendatangkan makanan berupa plankton
tersuspensi di dalam air (Boyd, 1988; (Mas’ud, 2014). Tutupan dasar perairan
Welch, 1952 dalam Effendi, 2003). TSS adalah keadaan komponen suatu tutupan
terdiri atas lumpur dan pasir halus serta dasar perairan antara lain pasir/lumpur,
jasad – jasad renik, yang terutama lamun dan alga, dan karang di sekitar
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi pengamatan yang merupakan habitat
tanah yang terbawah ke dalam air (Effendi, anemon untuk dapat melekatkan pedal disk
2003). Air laut memiliki TDS yang tinggi pada dasar perairan.
karena banyak mengandung senyawa

Gambar 2. Jenis anemone laut yang ditemukan A. Sticodactyla gigantea, B. Heteractis


aurora dan C. Heteractis magnifica

Tabel 1. Kepadatan anemon laut yang ditemukan pada masing-masing stasiun dan
kedalaman di Pulau Samalona Kota Makassar Sulawesi Selatan selama penelitian
Kepadatan (Individu/m2)
Nama
No. Pulau Kambuno Pulau Kodingare
spesies
0-5 m 5-10 m 10-15 m 0-5 m 5-10 m 10-15 m
1 Sg 0.0400 0.0400 0.0400 0 0.0800 0
2 Ha 0 0 0 0 0.0400 0.0400
3 Hm 0 0.0400 0.0400 0 0 0
Keterangan: Sg (Stichodactyla gigantea), Hm (Heteractis magnifica), Hc (Heteractis
aurora).

40
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 2 (1) Juni 2018 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

Parameter Lingkungan

Tabel 2. Kondisi parameter lingkungan perairan pada masing-masing stasiun dan


kedalaman selama penelitian

Parameter Lingkungan
Intensitas Kecepatan
Stasiun Nitrat TDS TSS Salinitas Suhu
Cahaya Arus
Pulau Kambuno 0.12 296 0 29 29.9 35 0.1443
Pulau Kodingare 0.108 294 0 28 29.7 30 0.1149
Kodingare masing-masing menunjukkan
Keanekaragaman jenis Shannon-Wiener nilai indeks keseragaman berkisar 0,6213
(H’) dan 0,7212. Hal tersebut menujukkan
Indeks keanekaragaman pada bahwa keseragaman antar spesies tergolong
anemon pada Pulau Kambuno dan Pulau merata.
Kodingare menunjukkan nilai indeks
keanekaragaman berkisar 1.5537. Hal Indeks Dominansi (C)
tersebut menujukkan bahwa Nilai indeks dominasi disetiap
keanekaragaman pada anemon pada Pulau lokasi menunjukkan dominasi suatu jenis
Kambuno dan Pulau Sinjai berada pada tertentu di suatu ekosistem. Nilai indeks
kategori sedang. Hal tersebut sesuai dengan dominasi mendekati 0 menunjukkan tidak
pendapat Menurut Stirn (1981) dalam terdapat jenis yang mendominasi sedangkan
Pirzan dan Masak (2008), jika indeks bila mendekati 1 menunjukkan terdapat
keanekaragaman dibawah 1 menunjukkan dominasi jenis tertentu dalam komunitas
komunitas tidak stabil, sedangkan bila nilai (Krebs, 2001 dalam Sumarto, 2014).
indek keanekaragaman berkisar antara 1-3 Berdasarkan hal tersebut maka indeks
menunjukkan stabilitaskomunitas berada dominasi anemon pada Pulau Kambuno
pada tingkat moderat (sedang) dan bila nilai berkisar 0,52 dan Pulau Kodingare berkisar
indek keanekaragaman lebihdari 3 0,32. Hal tersebut menujukkan bahwa
menunjukkan stabilitas komunitas pada dominasi pada anemon pada Pulau
tingkat yang stabil (prima). Kambuno sedikit ada jenis yang
mendominasi sementara Pulau Kodingare
Indeks keseragaman (E) tidak terdapat jenis yang mendominasi.
Nilai indeks keseragaman dihitung
guna mengetahui seberapa besar kesamaan KESIMPULAN DAN SARAN
penyebaran jumlah individu pada tingkat
komunitas (Odum, 1993) baik pada setiap Kesimpulan
lokasi maupun musim. Indeks keseragaman Berdasarkan pembahasan hasil penelitian,
yang diperoleh menunjukkkan keseragaman maka ada beberapa kesimpulan dari hasil
penyebaran jumlah individu. Indeks penelitian yaitu sebagai berikut:
keseragaman yang mendekati 1 1. Keragaman jenis anemon laut di
menunjukkan keseragaman antar spesies perairan Pulau Kambuno dan Pulau
tergolong merata, sedangkan bila Kodingare terdiri dari 3 spesies yaitu,
mendekati 0 menunjukkan keseragaman Stichodactyla gigantea, Heteractis
antar spesies tergolong rendah. Berdasarkan aurora, dan Heteractis magnifica.
hal tersebut maka Indeks keseragaman pada 2. Kepadatan anemon laut tertinggi
anemon pada Pulau Kambuno dan Pulau terdapat pada spesies Sticodactyla

41
Jurnal SAINTEK Peternakan dan Perikanan Vol. 2 (1) Juni 2018 ISSN : 2580-1945 (print)
2598-7836 (online)

gigantea pada setiap stasiun kedalaman Ecology. Alih Bahasa Samingan, T.


5 – 10 m pulau kodingare. Nilai Edisi Ketiga. Universitas Gadjah
kepadatan berkisar 0.0400 – 0.0800 Mada Press, Yogyakarta. 697 hlm.
Individu/m2 . (diterjemahkan oleh T. Samingan).
3. Indeks keanekaragaman pada anemon Pirzan, A.M. dan P.R.P. Masak. 2008.
pada Pulau Kambuno dan Pulau Hubungan Keragaman Fitoplankton
Kodingare menunjukkan nilai indeks dengan Kualitas Air di Pulau
keanekaragaman berkisar 1.5537. Bauluang, Kabupaten Takalar,
Indeks keseragaman berkisar 0,6213 Sulawesi Selatan. Biodiversitas Vol.
dan 0,7212 dan Dominansi Pulau 9 Nomer 3: 217-221.
Kambuno berkisar 0,52 dan Pulau Rifa’I, M.A. 2009. Dinamika Simbion Alga
Kodingare berkisar 0,32 Zooxanthellae Anemon Laut
Saran Stichodactyla gigantean (Forsskal
Untuk menjaga kelestarian populasi 1775), Alam dan Hasil Rekayasa
anemon laut, maka perlu dilakukan Reproduksi Aseksual, Pascasarjana.
pengelolaan berkelanjutan agar sumberdaya Universitas Hasanuddin. Makassar.
anemon laut tetap terjaga dan lestari.
Shimek, R.L. 2006. Main Attraction. Be A
Host to Your Anemone. Reef
DAFTAR PUSTAKA
Hobbyis Online. A Reefland
Allen, G.R., 1975. The Anemonefishes: Community.
Their Classification and Biology,
2nd.ed.T.F.H. Publ.Inc., Neptune Sumarto, B.K.A. 2014. Kajian Komunitas
City. Larva Ikan Pada Ekosistem Padang
Barnes, R.D. 1963. Invertebrata Zoology. Lamun di Kawasan Pulau Parang,
W.B. Saunders Co. Philadelphia. Karimunjawa, Jawa Tengah (Tesis).
niversitas Diponegoro. Semarang.
BPS, Kabupaten Sinjai, 2013. Kecamatan Suwignyo, S., B. Widigdo, Y. Wardiatno,
Pulau Sembilan dalam angka 2013. dan M. Krisanti. 2005. Avertebrata
BPS. 76 hal. Air. Penebar Swadaya. Jakarta. 204
hal.
Dunn, D.F. 1981. The Clownfish Sea
Anemones: Sticodactylidae Wahana, S. 2011. Kajian Kepadatan dan
(Coelenterata: Actinaria) and Other Komposisi Jenis Anemon Laut di
Sea Anemones Symbiotic with Perairan Pantai Barat Pulau Barrang
Pomacentrid Fishes. Transactions of Lompo Kota Makassar. Skripsi.
the American Philosiphical Society. Makassar: Jurusan Perikanan.
Fautin, D.G. dan G.R. Allen. 1997. Field
Universitas Hasanuddin.
Guide to Anemone Fishes and Their
Host Sea Anemones. Western
Australian Museum, Perth Australia.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, Suatu
Pendekatan Ekologis. Gramedia.
Jakarta.

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi:


Terjemahan dari Fundamentals of

42
37

Anda mungkin juga menyukai