PENDAHULUAN
Temu putih adalah tanaman herba berasal dari India dan hidup di
daerah beriklim tropis seperti India, Indonesia, Filipina, dan Nigeria. Temu
putih mengandung diarilheptanoid, minyak atsiri atau volatile oil,
polisakarida serta golongan lain seperti sesquiterpenedan
eugenol(Bruneton,1999).
1
Para ilmuwan menemukan adanya efek temu putih sebagai antijamur,
antiulkus, antimutasi, dan hepatoprotektor (Rana, 1992).
Untuk itu perlu bahasan yang luas dari segala aspek mengenai obat
anti jamur ini terutama Amfoterisin B tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui lebih jelas tentang obat
jamur
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai obat jamur ini tentunya bisa di
pahami dan digunakan untuk kehidupan sehari – hari.
1.4 Manfaat
Sebagai bahan masukan atau sebagai bahan informasi yang berguna bagi
mahasiswa kebidanan tentang antifungi
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antifungi
2.1.1 Pengertian
Obat Jamur = Anti fungi = Anti Mikotik yaitu obat yamg digunakan
untuk membunuh atau menghilangkan jamur.
4
ekonazol, klotrimazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol), allilamin
(terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.
5
5. Tinea unguinum (Onikomikosis / Ringworm of the nails)
Infeksi jamur ini bisa menyerang kuku hingga rusak, rapuh, dan
bentuknya tak lagi normal. Di bagian bawah kuku akan terjadi
penumpukan sisa jaringan kuku rapuh (menebal).
6. Pityriasis versicolor (Panu)
Penyakit kulit ini banyak terdapat di Indonesia karena iklim tropis dan
kurangnya prasarana air bersih. Kadang-kadang penderita tidak
menganggap ini sabagai penyakit. Gejala yang muncul berupa bercak-
bercak putih pada kulit, dengan batas tegas, bersisik halus, rata (tidak
timbul), gatal terutama bila berkeringat. Penyakit ini biasanya menyerang
pada wajah, leher, bahu, kulit lengan, badan dan bagian lain yang tertutup
pakaian.
7. Kandidiasis
Infeksi jamur Candida sp. ini banyak menyerang kulit dan vagina wanita.
Umumnya tak berbahaya, meski dapat meradang. Gejalanya yaitu terjadi
lesi (pseudomembran) berwarna putih kelabu yang bila terlepas dari
dasarnya akan meninggalkan bekas berwarna kemerahan. Umumnya lesi
tampak di daerah lipatan payudara, ketiak, genital, dan rongga mulut. Pada
kandidiasis vagina akan keluar cairan kental putih kekuningan dari vagina
dan bisa mengalami peradangan, serta sakit saat buang air kecil atau
senggama.
Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina. Antara
6
2. Anti jamur peroral
A. KETOCONAZOLE
Ketoconazole digunakan untuk mengatasi infeksi jamur pada
kulit. Misalnya, kurap pada bagian kaki atau selangkangan, panu, serta
ketombe. Obat antijamur ini berfungsi membunuh jamur penyebab
infeksi, sekaligus mencegahnya tumbuh kembali.
Ketoconazole adalah suatu derivat imidazole-dioxolane sintetis
yang memiliki aktivitas antimikotik yang poten terhadap dermatofit
dan ragi, misalnya Tricophyton Sp, Epidermophyton floccosum,
Pityrosporum Sp, Candida Sp. Ketoconazole bekerja dengan
menghambat enzim sitokrom jamur sehingga mengganggu sintesis
ergosterol yang merupakan komponen penting dari membran sel
jamur.
Indikasi:
-Infeksi pada kulit, rambut, dan kuku (kecuali kuku kaki) yang
disebabkan oleh dermatofit dan atau ragi (dermatophytosis,
7
onychomycosis, candida perionyxixs, pityriasis versicolor, pityriasis
capitis, pityrosporum, folliculitis, chronic mucocutaneus candidosis),
bila infeksi ini tidak dapat diobati secara topikal karena tempat lesi
tidak dipermukaan kulit atau kegagalan pada terapi topikal. - Infeksi
ragi pada rongga pencernaan. - Vaginal kandidosis kronik dan rekuren
kandidosis. Pada terapi lokal penyembuhan infeksi yang kurang
berhasil. - Infeksi mikosis sistemik seperti kandidosis sistemik,
paracoccidioidomycosis, histoplasmosis, coccidioidomycosis,
blastomycosis. - Pengobatan profilaksis pada pasien yang mekanisme
pertahanan tubuhnya menurun (keturunan, disebabkan penyakit atau
obat), berhubungan dengan meningkatnya risiko infeksi jamur.
Ketoconazole tidak dipenetrasi dengan baik ke dalam susunan saraf
pusat. Oleh karena itu jamur meningitis jangan diobati dengan oral
ketoconazole.
Kontra Indikasi:
- Penderita penyakit hati yang akut atau kronik. - Hipersensitif
terhadap ketoconazole atau salah satu komponen obat ini. - Pada
pemberian peroral ketoconazole tidak boleh diberikan bersama-sama
dengan terfenadin, astemizol, cisaprid dan triazolam. - Wanita hamil.
Komposisi:
Tiap tablet mengandung ketoconazole 200 mg.
8
komponen penting dari membran sel jamur.
Dosis:
Tidak boleh digunakan untuk anak dibawah umur 2 tahun.
Pengobatan kuratif:
Dewasa:
- Infeksi kulit, gastrointestinal dan sistemik: 1 tablet (200 mg) sekali
sehari pada waktu makan. Apabila tidak ada reaksi dengan dosis ini,
dosis ditingkatkan menjadi 2 tablet (400 mg sehari).
- Kandidosis vagina: 2 tablet (400 mg) sekali sehari pada waktu
makan.
Anak-anak:
- Anak dengan berat badan kurang dari 15 kg: 20 mg 3 kali sehari pada
waktu makan.
- Anak dengan berat badan 15-30 kg: 100 mg sekali sehari pada waktu
makan.
- Anak dengan berat badan lebih dari 30 kg sama dengan dewasa.
Pada umumnya dosis diteruskan tanpa interupsi sampai minimal 1
minggu setelah semua simptom hilang dan sampai kultur pada media
menjadi negatif.
Pengobatan profilaksis:
1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan.
Lama pengobatan:
- Kondidosis vaginal 5 hari.
- Mikosis pada kulit yang disebabkan oleh dermatosis: kurang lebih 4
minggu.
- Pityriasis versicolor: 10 hari.
- Mikosis mulut dan kulit yang disebabkan oleh kandida: 2 - 3 minggu.
9
- Infeksi kuku: 3 - 6 bulan, bila belum ada perbaikan dapat dilanjutkan
hingga 12 bulan.
- Dipengaruhi juga dengan kecepatan pertumbuhan kuku,sampai kuku
yang terinfeksi diganti oleh kuku yang normal.
- Parakoksidioidomikosis, histoplasmosis, coccidioidomycosis: lama
pengobatan optimum 2 - 6 bulan.
Efek Samping
Sediaan peroral:
- Dispepsia, nausea, sakit perut dan diare.
- Sakit kepala, peningkatan enzim hati yang reversibel, gangguan haid,
dizzines, paraesthesia dan reaksi alergi.
- Thrombositopenia, alopecia, peningkatan tekanan "intracranial
pressure" yang reversibel (seperti papiloedema, "bulging fontanel"
pada bayi).
- Impotensi sangat jarang.
- Gynaecomastia dan oligospermia yang reversibel bila dosis yang
diberikan lebih tinggi dari dosis terapi yang dianjurkan.
- Hepatitis (kemungkinan besar idiosinkrasi) jarang terjadi (terlihat
dalam 1/12.000 penderita).
Reversibel apabila pengobatan dihentikan pada waktunya.
10
bersamaan dengan obat yang mempengaruhi fungsi hati. Tes fungsi
hati dilakukan pada pengobatan dengan ketoconazole lebih dari 2
minggu. Apabila telah didiagnosis sebagai penyakit hati, pengobatan
harus dihentikan.
- Fungsi adrenal harus dimonitor pada pasien yang menderita
insufisiensi adrenal atau fungsi adrenal yang "border line" dan pada
pasien dengan keadan stres yang panjang (bedah dasar, intensive care,
dll).
- Tidak boleh digunakan untuk anak dibawah umur 2 tahun.
- Jangan diberikan pada wanita hamil, kecuali kemungkinan
manfaatnya lebih besar dari risiko pada janin.
- Kemungkinan diekskresikan pada air susu ibu, maka ibu yang diobati
dengan ketoconazole dianjurkan untuk tidak menyusui.
Interaksi Obat:
- Pemberian bersama-sama dengan terfenadin dan astemizol.
- Absorpsi ketoconazole maksimal bila diberikan pada waktu makan.
Absorpsinya terganggu kalau sekresi asam lambung berkurang, pada
pasien yang diberi obat-obat penetral asam (antasida) harus diberikan 2
jam atau lebih setelah ketoconazole.
- Pemberian bersama dengan rifampicin dapat menurunkan konsentrasi
plasma kedua obat.
- Pemberian bersama dengan INH dapat menurunkan konsentrasi
plasma ketoconazole, bila kombinasi ini digunakan konsentrasi plasma
harus dimonitor.
B. AMFOTERISIN B
11
Amfoterisin adalah salah satu obat anti jamur yang termasuk
kedalam golongan polyene. Obat ini biasa digunakan untuk
membantu tubuh mengatasi infeksi jamur serius.
12
Obat ini efektif untuk mengatasi infeksi jamur Absidia spp,
Aspergillus spp, Basidiobolus spp, Blastomyces dermatitidis,
Candida spp, Coccidoide immitis, Conidiobolus spp, Cryptococcus
neoformans, Histoplasma capsulatum, Mucor spp, Paracoccidioides
brasiliensis, Rhizopus spp, Rhodotorula spp, dan Sporothrix
schenckii.
Indikasi
Kontra Indikasi
13
Ibu hamil dan menyusui
Pada pasien yang mengonsumsi obat antineoplastik
• Farmakodinamik
• Farmakokinetik
14
µg/mL pada kadar mantap. Waktu paruh obat ini kira-kira 24-48
ja pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasifase kedua dengan
waktu paruh kira-kira 15 hari sehingga kadar mantapnya baru
akan tercapai setelah beberapa bulan pemakaian. Obat ini
didistribusikan luas ke seluruh jaringan. Kira-kira 95% obat
beredar dalam plasma, terikat pada lipoprotein. Kadar
amfoterisin B dalam cairan pleura, peritoneal, sinovial dan
akuosa yang mengalami peradangan hanya kira-kira2/3 dari
kadar terendah dalam plasma. Amfoterisin b juga dapat
menembus sawar uri, sebagian kecil mencapai CSS, humor
vitreus dan cairan amnion. Ekskresi melalui ginjal sangat
lambat, hanya 3% dari jumlah yang diberikan selam 24 jam
sebelumnya ditemukan dalam urine.
• Dosis
• Sediaan
o Sediaan – Serbuk lofilik mgn 50 mg, dilarutkan dengan
aquadest 10 ml lalu ditmbh ke larutan dextroa 5% = kadar
0,1 mg/ml
15
o Larutan elektrolit, asam/ mgdg pengawet tidak boleh
digunakan sebagai pelarut mengendapkan amfoterisin B
o Untuk injeksi selalu dibuat baru
Interaksi Obat
Aktivitas Obat
16
Mekanisme kerja
Efek Samping
17
C. FLUSITOSIN
ASAL DAN KIMIA. Flusitosin (5-fluorositosin; 5FC) merupakan
antijamur sintetik yang berasal dari fluorinasi pirimidin, dan
mempunyai persamaan struktur dengan fluorourasil dan floksuridin.
Obat ini berbentuk kristal putih tidak berbau, sedikit larut dalam air
tapi mudah larut dalam alkohol.
AKTIVITAS ANTI JAMUR. Spektrum antijamur flusitosin agak
sempit. Obat ini efektif untuk pengobatan kriptokokosis,
kandidiasis, kromomikosis, torulopsis dan aspergilosis.
Cryptococcus dan Candida dapat menjadi resisten selama
pengobatan dengan flusitosin. 40 – 50% Candida sudah resisten
sejak semula pada kadar100 µg/mL flusitosin. Infeksi saluran kemih
bagian bawah oleh Candida yang sensitif dapat diobati dengan
flusitosin saja karena kadar obat ini dalam urin sangat tinggi.
Invitro pemberian flusitosin bersama amfoterisin B akan
menghasilkan efek supraaditif terhadap C. neoformans, C.
tropicalis dan C. albicans yang sensitif.
D. GRISEOFULVIN
ASAL DAN KIMIA. Griseofulvin diisolasi dari Penicillium
griseovulyum dierckx. Pada tahun 1946, Brian dkk. menemukan
bahan yang menyebabkan susut dan mengecilnya hifa yang disebut
18
sebagai curling factor kemudian temyata diketahui bahwa bahan
yang mereka isolasi dari Penicillin janczewski adalah griseofulvin.
Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam, 50% dari dosis oral yang
diberikan bersama urin dalam bentuk metabolit selama 5 hari. Kulit
yang sakit mempunyai afinitas yang tinggi terhadap obat ini. Obat
ini akan dihimpun dalam sel pembentuk keratin, lalu muncul
bersama sel yang baru berdiferensiasi, terikat kuat dengan keratin
sehingga sel baru ini akan resisten terhadap serangan jamur.
Kreatin yang mengandung jamur akan terkelupas dan diganti oleh
sel yang normal. Antibiotik ini dapat ditemukan dalam lapisan
tanduk 4-8 jam setelah pemberian oral. Keringat dan hilangnya
cairan transepidermal memegang peranan penting dalam
penyebaran obat ini pada stratum korneum. Kadar yang ditemukan
dalam cairan dan jaringan tubuh lainnya kecil sekali.
19
jarang terjadi dari jamur penyebab dermatofitosis, tetapi dari jamur
kandida paling sering terjadi.
F. MIKONAZOL
ASAL DAN KIMIA. Mikonazol merupakan turunan imidazol
sintetik yang relatif stabil, mempunyai spektrum antijamur yang
lebar terhadap jamur dermatofit. Obat ini berbentuk kristal putih,
tidak bewama dan tidak berbau, sebagian kecil larut dalam air tapi
lebihlarutdalampelarutorganik.
AKTIVITAS ANTIJAMUR. Mikonazol menghambat aktivitas
jamur Trichophyton, Epidermophyton, Microsporum, Candida
dan Malassezia furfur.Mikonazol in vitro efektif terhadap beberapa
kumanGrampositif.
Mekanisme kerja obat ini belum diketahui sepenuhnya. Mikonazol
masuk kedalam sel jamur dan menyebabkan kerusakan dinding sel
sehingga permeabilitas terhadap berbagai zat intrasel meningkat.
Mungkin pula terjadi gangguan sintesis asam nukleat atau
penimbunan peroksida dalam sel jamur yang akan menyebabkan
kerusakan. Obat yang sudah menembus ke dalam lapisan tanduk
kulit akan menetap di sana sampai 4 hari.
Mikonazol topikal diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea
versikolor dan kandidiasis mukokutan. Untuk dermatofitosis sedang
atau berat yang mengenai kulit kepala, telapak dan kuku sebaiknya
dipakai griseofulvin.
G. KLOTRIMAZOL
Klotrimazol berbentuk bubuk tidak berwarna yang praktis tidak
larutdalam air, larut dalam alkohol dan kloroform, sedikit larut
dalameter.
Klotrimazol mempunyai efek antijamur dan antibakteri dengan
mekanisme kerja mirip mikonazol dan secara topikal digunakan
20
untuk pengobatan tinea pedis, kruris dan korporis yang disebabkan
olehT. rubrum, T. mentagrophytes, E.floccosum dan M. canis dan
untuk tinea versikolor. Juga untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis
yang disebabkan oleh C. albicans.
H. TOLNAFTAT DAN TOLSIKLAT
I. NISTATIN
21
antibiotik ini akan terjadi perubahan permeabilitas membran sel
sehingga sel akan kehilangan berbagai molekul kecil.
Candida albicanshampir tidak memperlihatkan resistensti terhadap
nistatin, tetapi C. tropicalis,. C.guillermondi dan
C. stellatiodes mulai resisten. bahkan sekaligus menjadi tidak
sensitif terhadap amfoterisin B. namun resistensi ini biasanya tidak
terjadi in vivo.
K. ASAM UNDESILENAT
22
tetapi efektivitasnya tidak sebaik mikonazol, haloprogin atau
tolnaftat.
L. HALOPROGIN
Haloprogin merupakan suatu antijamur sintetik, berbentuk kristal
putih kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut dalam alkohol.
Obat ini bersifat fungisidal terhadap Epidermophyton,
Trichophyton, Miciosporum dan Malassezia furfur. Haloprogin
sedikit sekali diserap melalui kulit, dalam tubuh akan terurai
menjadi triklorofenol.
Selama pemakaian obat ini dapat timbul iritasi lokal, rasa terbakar,
vesikel, meluasnya maserasi dan sensitisasi. Sensitisasi mungkin
merupakan pertanda cepatnya respons pengobatan sebab toksin
yang dilepaskan kadang-kadang memperburuk lesi. Di samping itu
obat ini juga digunakan untuk tinea versikolor.
M. SIKLOPIROKS OLAMIN
N. TERBINAFIN
Terbinafin merupakan suatu derivat alilamin sintetik dengan
struktur mirip naftitin. Obat ini digunakan untuk terapi
dermatofitosis, terutama onikomikosis; dan juga digunakan secara
topikal untuk dermatofitosis. Terbinafin topikal tersedia dalam
bentuk krim 1 % dan gel 1%. Terbinafin topikal digunakan untuk
23
pengobatan tinea kruris dan korporis yang diberikan 1-2 kali sehari
selama 1-2 minggu.
24
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat Jamur = Anti fungi = Anti Mikotik yaitu obat yamg digunakan
untuk membunuh atau menghilangkan jamur.
7. Kandidiasis
Amfoterisin adalah salah satu obat anti jamur yang termasuk kedalam
golongan polyene. Obat ini biasa digunakan untuk membantu tubuh mengatasi
infeksi jamur serius.
25
c. Aspergilosis
d. Kromoblastomikosis
e. Kandidiosis
f. Maduromikosis (misetoma)
g. Mukormikosis (fikomikosis)
3.2 Saran
Agar setiap mahasiswa kebidanan memahami pengertian, macam –
macam, kegunaan, interaksi obat dan efek samping dari suatu jenis obat
terutama pada obat jamur ini, serta dapat dimanfaat kan dalam kehidupan
sehari-hari
26
DAFTAR PUSTAKA
27