Kelompok 1 :
1. Eka Nata Lintang (1914314201041)
2. Enos Umbu Mada Hahar (1914314201043)
3. Eva Nurul Fadilah (1914314201044)
4. Yumi Octafias Quraini (1914314201072)
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.----------------------------------------------------------------------------------------i
DAFTAR ISI.--------------------------------------------------------------------------------------------------ii
BAB I PENDAHULUAN.------------------------------------------------------------------------------------
BAB II PEMBAHASAN.-------------------------------------------------------------------------------------
3.1 Kesimpulan.--------------------------------------------------------------------------------------10
3.1 Saran.---------------------------------------------------------------------------------------------10
DAFTAR PUSTAKA.--------------------------------------------------------------------------------------11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu
tinggi sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar manusia
dirasakan menurun akhir – akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya sebatas imitasi
saja. Padahal bangsa Indonesia yang mempunyai / menjunjung tinggi adat ketimuran
sangat memperhatikan hubungan social ini. Dengan demikian kita patut waspada dari
kehilangan identitas diri tersebut. Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa
bingung karena muncul rasa tidak pasti antara moral, norma,nilai – nilai dan etika
bahkan juga hokum. Menurut Dadang Hawari ( 1996 ) hal – hal tersebut dapat
menyebabkan perubahan psikososial, antara lain : pola hidup social religious menjadi
materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern menjadi serba
boleh dan seterusnya.
Perubahan – perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik
tapi juga mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat
tidak hanya fisik tetapi juga mental,social dan spiritual. Standar sehat yang
disampaikan oleh WHO tersebut dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk
berbuat banyak, karena perawat mempunyai kesempatan kontak dengan klien selama
24 jam sehari. Olehnya itu dalam tulisan ini kami bermaksud mebahas tentang
dimensi spiritual, dimensi spiritual dalam kesehatan, konsep dalam memberikan
asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dalam dimensi spiritual.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang Sejarah Singkat Perkembangan keperawatan
jiwa di dunia dan di Indonesia ?
2. Bagaimana penjelasan tentang model pendekatan keperawatan jiwa ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui sejarah
singkat keperawatan jiwa di dunia dan Indonesia serta mengetahui apa saja model
keperawatan jiwa.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
mempublikasikan Treatise on Insanity yaitu pentingnya pendamping terlatih bagi
pasien gangguan jiwa karena pendamping terlatih terbukti efektif didalam
memberikan ketenangan dan harapan yang lebih baik bagi kesembuhan pasien.
Bejamin Rush bapak Psikiatric Amerika tahun 1783, menulis tentang pentingnya
kerja sama dengan rs jiwa dalam memberikan bantuan kemanusiaan terhadap pasien
gangguan jiwa. Pada tahun Tahun 1843, Thomas Kirkbridge mengadakan pelatihan
bagi dokter di rumah sakit Pennsylvania mengenai cara merawat pasien gangguan
jiwa. Tahun 1872, didirikannya pertama kali sekolah perawat di New England
Hospital Women’s Hospital Philadelphia, tetapi tidak untuk pelayan pskiatrik. Tahun
1882 didirikannya pendidikan keperawatan jiwa pertama di McLean Hospital
diBelmont, Massachusetts. Dan pada tahun 1890 diterimanya lulusan sekolah perawat
bekerja sebagai staff keperawatan di rumah sakit jiwa. Diakhir abad 19 terjadi
perubahan peran perawat jiwa yang sangat besar, dimana peran tersebut antara lain
menjadi contoh dalam pengobatan pengobatan pskiatrik seperti, menjadi bagian dari
tim kesehatan, mengelola pemberian obat penenang dan memberikan hidroterapi
(terapi air).
4. Keperawatan Jiwa
Di Abad 20 Keperawatan jiwa pada abad ini ditandai dengan terintegrasinya
materi keperawatan psikiatrik dengan mata kuliah lain. Pembelajaran dilaksanakan
melalui pembelajaran teori, praktek dilaboratorium, praktek klinik di RS dan
Masyarakat. Tingkat pendidikan yang ada pada abad ini adalah D.III, Sarjana, Pasca
Sarjana dan Doktoral. Fokus pemberian asuhan keperawatan jiwa pada abad 21 adalah
mengembangkan asuhan keperawatan berbasis komunitas dengan menekankan upaya
preventif melalui pengembangan pusatkesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan
di rumah sakit, pelayanan day care (perawatan harian) yaitu pasien tidak dirawat inap
hanya rawat jalan, kunjungan rumah dan hospice care (ruang rawat khusus untuk
pasien gangguan jiwa yang memungkinkan pasien berlatih untuk meningkatkan
kemampuan diri sebelum kembali ke masyarakat). Selain itu dilakukan identifikasi
dan pemberian asuhan keperawatan pada kelompok berisiko tinggi berupa penyuluhan
mengenai perubahan gaya hidup yang dapat mengakibatkan masalah gangguan
kesehatan jiwa. Selain itu dikembangkan pula sistem management pasien care dimana
peran seorang manager adalah mengkoordinasikan pelayanan keperawatan dengan
menggunakan pendekatan multidisipliner.
3
Negara-negara yang berpengaruh dalam perkembangan keperawatan jiwa :
1. Peru
Dari zaman purbakala telah terdapat tanda- tanda yang menunjukkan
bahwa pada waktu itu manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati
gangguan jiwa. Ditemukan beberapa tengkorak yang di lubangi, mungkin pada
penderita penyakit ayan atau yang menunjukan perilaku kekerasan dengan
maksud untuk mengeluarkan roh jahat. Kepercayaan bahwa gangguan jiwa itu
timbul karena masuknya roh nenek moyang ke dalam tubuh seseorang lalu
menguasainya merupakan suatu hal yang universal.
2. Mesir
Kira –kira dalam tahun 1500 SM terdapat tulisan tentang orang yang
sudah tua, sebagai berikut: “... hati menjadi berat dan tidak dapat mengingat
lagi hari kemarin”. Dalam tahun-tahun berikutnya di sana di dirikan beberapa
buah kuil yang terkenal dengan nama “Kuil Saturn” untuk merawat orang
dengan gangguan jiwa
3. Yunani
Hippocrates (460-357 SM) yang sekarang di anggap sebagai bapak
ilmu kedokteran yang terkenal karena rumus sumpah dokternya telah
menggambarkan gejala- gejala melancholia dan berpendapat bahwa penyakit
ayan itu bukanlah suatu penyakit keramat akan tetapi mempunyai penyebab
alamiah seperti penyakit lain.Dalam kuil-kuil yang di pakai sebagai tempat
perawatan pasien dengan gangguan jiwa di gunakan hawa segar, air murni dan
sinar matahari serta musik yang menarik dalam pengobatan para penderita itu.
Dalam jaman romawi pada waktu itu di lakukan “pengeluaran darah
dan mandi belerang”. Setelah jatuhnya kebudayaan yunani dan romawi, dan
ilmu kedokteran mengalami kemunduran. Penderita gangguan jiwa di ikat, di
kurung, di pukuli atau dibiarkan kelaparan. Ada yang di masukan ke dalam
sebuah tong lalu di gulingkan dari atas bukit ke bawah ada yang di
cemplungkan ke dalam sungai secara mendadak dari atas jembatan.
4. Negara-negara Arab
Di pakai cara-cara yang lebih berprikemanusiaan. Mereka memakai
tempat pemandian, diit, obat-obatan , wangi-wangian, dan musik yang halus
dalam suasana yang santai.
4
5. Eropa
Pada abad ke -17 dan 18 di dirikan rumah perawatan penderita
gangguan jiwa yang dinamakan “rumah amal”, “ rumah kontrak” atau “suaka
duniawi”. Cara pengobatan yang populer pada waktu itu ialah “ pengeluaran
darah “, penderita di pakaikan “ “pakaian gila” dan di cambuk.
6. Prancis
Pada akhir revolusi abad ke- 18 terjadi perubahan dalam tempat
penampungan penderita gangguan jiwa. PHILLIPE PINEL (1745- 1826)
menjadi pengawas rumah sakit Bicetre ( untuk penderita pria) dan kemudian
pada Salpetriere ( untuk penderita wanita). Keduanya di huni oleh penjahat ,
penderita retradasi mental dan penderita gangguan jiwa. Tindakan pertama
pinel ialah melepaskan penderita gangguan jiwa dari belenggu mereka.
5
1. pencacaran umum
2. cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
3. kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan
penduduk lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok
Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri rumah sakit – rumah
sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta,
RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan
itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran,
dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas
keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit
diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul
wabah.
4. Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu
rumah sakit dan balai pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru
Perawat dan sekolah perawat setimgkat SMP. Pendidikan keperawatan
profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen
Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula.
Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985
didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu Keperawatan ) yang merupakan
momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI
berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di
Undip, UGM, UNHAS dll.
6
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada
seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak
nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya
(ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber
ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of
Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya
konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan
pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna,
tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan
untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal
ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi
bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu.
Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan
tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-
pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan
metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan
mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan
mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian
mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna
pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi,
diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa
pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik
setelah terjalin trust (saling percaya).
2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat
adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan
dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut
seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya.
7
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security
(berupaya membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and
interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan
membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa
berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya
melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa
dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use
empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon
verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang
lain.
3. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and
environmental factors create stress, which cause anxiety and symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini
adalah environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi
lingkungan dan adanya dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah
pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di
masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri.
Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana
dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
4. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.
Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan
mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang
lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self
8
assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in
group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik
atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self
and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta
dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan
mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas
kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui
feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor
biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi
masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek
psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang
percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki
masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak
mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut
terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul
akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang
muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif,
individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada
pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan
masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi
coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya
menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan
coping klien yang adaptif.
6. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat
multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan
factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui
pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal.
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan
9
prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam
pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan
menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bahwa Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi yaitu pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada
masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang
disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.
2. Dalam pendekatan keperawatn jiwa kita menggunakan beberapa model konseptual
yaitu Psycoanalytical (Freud, Erickson), Interpersonal ( Sullivan, peplau), Social
( Caplan, Szasz), Existensial ( Ellis, Rogers), Supportive Therapy ( Wermon,
Rockland), Medica ( Meyer, Kraeplin)
B. Saran
Kita sebagai perawat tidak boleh lupa akan sejarah perjuangan keperwatan jiwa yang
selalu dipandang sebalah mata terhdapa khalayak umum & harus terkobarkan
semangat juang membantu orang yang mengalami gangguan jiwa untuk sembuh
seperti semula.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/33363241/Sejarah_Keperawatan_Jiwa?auto=download
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-Jiwa-
Komprehensif.pdf
11