Anda di halaman 1dari 6

1.

Jelaskan indikasi pasien rawat ICU


Indikasi Masuk ICU
- Pasien-pasien dengan ancaman sumbatan jalan nafas
- Pasien-pasien dengan henti nafas
- RR > 40x/menit atau < 8x/menit
- Saturasi O2 <90% pada fraksi inspirasi >50%
- Henti jantung apapun penyebabnya
- Laju nadi < 40 kali/menit atau >140 kali/menit
- Tekanan darah Sistolik < 90 mmHg atau >200 mmHg
- Penurunan kesadaran tiba-tiba (penurunan GCS lebih dari 2 poin)
- GCS < 12
- Kejang yang berulang atau berlangsung lama
- Peningkatan tekanan CO2 arteri yang disertai dengan asidosis respiratorik

2. Jelaskan tentang macam-macam shock?


Syok adalah keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi kebutuhan organ-organ
tubuh. Gangguan sirkulasi yang mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital atau
menurunnya volume darah yang bersirkulasi.
Tipe Syok
- Syok kardiogenik : merupakan kegagalan fungsi pompa jantung yang menyebabkan curah
jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali. Penyebab terjadinya karena koroner
: infarks miokardium. Non koroner : kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade jantung,
dan disritmia.
- Syok hipovolemik : merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan
volume intravaskular. Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan syok hipovolemik
adalah 1) kehilangan cairan ekstrenal seperti : trauma, pembedahan, muntah-muntah,
diare, diuresis. 2) Perpindahan cairan dari internal seperti : hemoragi internal, luka bakar,
asites, dan peritonitis
- Syok distributif : terjadi ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam
vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer. Syok distributif
dapat disebabkan oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh pelepasan mediator kimia
kedari sel-sel. Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan syok kardiogenik adalah 1) syok
anafilaktik seperti sensitivitas terhadap penicillin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah.
2) syok neurogenik seperti cedera medulla spinalism anastesi spinal. 3) syok septik
seperti imunosupresi, usia yang ekstrim >1 tahun dan >65 tahun, malnutris.

3. Terangkan kriteria gagal ginjal akut menurut RIFLE?


Kriteria RIFLE (Risk, Injury, Failure, Loss, End Stage)
Kategori Peningkatan kadar kreatinin serum Penurunan LFG
Risk ≥ 1,5 kali nilai dasar >25% nilai dasar
Injury ≥ 2,0 kali nilai dasar >50% nilai dasar
Failure ≥ 3,0 kali nilai dasar >75 nilai dasar
Loss Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 4 minggu
End Stage Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 3 bulan

4. Terangkan mengenai ARDS


ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) adalah suatu kegagalan nafas yang
ditandai dengan hipoksema berat dari infiltrasi difus pada pemeriksaan radiologi, dimana
edema paru karena dekompensatio kordis dapat disingkirkan
Gambaran klinis
a. Waktu
Dalam waktu < 1 minggu dari faktor pencetus, atau 1 minggu dari onset symptom
b. Imaging
Bilateral opacities (X-ray / CT Scan) konsisten dnegan konsodilasi alveoli
c. Origin of Edema
Tidak ditemukan tanda Acute Heart Failure ataupun fluid overload
d. Oxygenation  PaO2/FiO2 > pada PEEP ≥ 5
- Mild 201-330 mmHg
- Moderate 101-200 mmHg
- Severe ≤ 100 mmHg
Pneumonia
Kontusio paru
Trauma dada
Infiltrasi bilateral paru Aspirasi
Kelainan autoimun
Kelainan inhalasi
Perdarahan intra pulmonum

5. Bagaimana diagnosa dan pengolalaan pneumonia


Pneumonia merupakan penyakit saluran nafas bawah akut, biasanya disebabkan oleh
infeksi
 Klasifikasi
a. Community Acquired Pneumonia
b. Hospital Acquired Pneumonia
c. Pneumonia aspirasi/anaerob
d. Pneumonia oportunistik
e. Pneumonia Rekuren

 Faktor Resiko
a. Usia >65 tahun
b. Usia <5 tahun
c. Penyakit kronik
d. Diabetes Melitus
e. Imunosupresi
f. Ketergantungan alkohol
g. Aspirasi
h. Influenza
i. Malnutrisi
j. Ventilasi mekanik
k. Paska operasi
l. Pendingin ruangan
 Pemeriksaan
a. Anamnesis
- Sesak nafas, peningkatan suhu tubuh, batuk.
- Keluhan batuk timbul mendadak, tidak berkurang setelah minum obat
batuk.
- Awal batuk tidak produktif, lama-lama menjadi batuk produktif dengan
mukus purulen, sering kali bau
- Adanya keluhan nyeri dada, sesak, frekuensi nafas meningkat, sakit kepala.
b. Pemeriksaan Penunjang
- Lab darah rutin (leukosit ≥, LED ↑ )
- AGD
- Kultur bakteri
- Ureum ↑, Kreatinin Normal
- Foto thoraks

 Pengobatan
- Terapi antibiotika awal sambil menunggu uji sensitivitas bakteri
- Tindakan suportif  Pemberian oksigen (pertahankan PaO2 > 8 kpA, SaO2 < 90%)
Resusitasi cairan
Ventilasi

6. Bagaimana keterangan dari AGD di bawah ini


PH : 7,25 HCO3 : 20 meq
PaCO2 : 37 mmg BE : -6
PaO2 : 90 mmg SatO2 : 97%

pH : menurun
HCO3 : menurun

PaCO2 : normal

Interpretasi : Asidosis metabolik

Rentang nilai normal


 pH : 7, 35-7, 45
 PaCO2 : 35 - 45 mmg
 BE : 0 ± 2 mEq/L
 PO2 : 80-100 mmHg
 Saturasi O2 : 95 % atau lebih
 HCO3 : 22-26 mEq/L

PH
Nilai normal pH serum :
 Nilai normal     : 7.35 - 7.45
 Nilai kritis       :  < 7.25 - 7.55
Interpretasi
a. Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia peningkatan
pembentukan asam
b. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia kehilangan asam
c. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga untuk
memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang mempengaruhi status
asam basa

PaCO2
Nilai Normal PaCO2 : 35 - 45 mmHg        
SI     : 4.7 - 6.0 kPa
Interpretasi
a. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness dan emboli
paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan khusus.
b. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi
pusat pernafasan. Nilai PaCO2  > 60 mmHg perlu mendapat perhatian khusus.
c. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan
penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.
d. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar 1.3
mmHg.

PaO2
Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur) ; 80 - 100 mmHg      SI   : 10 - 13.3 kPa
PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang terlarut
dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam menyediakan
oksigen bagi darah.
Interpretasi
a. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK),
penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau
neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg
perlu mendapatkan perhatian khusus.
b. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat
bantu (contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik) hiperventilasi dan polisitemia
(peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen)

SatO2
Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total oksigen
yang terikat pada hemoglobin.
Nilai Normal   : 95 - 99 % O2
Interpretasi
a. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan
kecakupan oksigen pada jaringan
b. Tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen
yang terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat 

CO2
Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2)    : 22 - 32 mEq/L      SI    : 22 - 32 mmol/L
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5%
sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma terutama
adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang
larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2
plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa
dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat asam dan diatur
oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.

Interpretasi
a. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan
aldosteronisme
b. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis dan
hiperventilasi
c. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin

Gangguan

Anda mungkin juga menyukai