Anda di halaman 1dari 6

Nama : Irene Berliana Savitri

NIM : F1319031
Kelas / Fakultas : A / Ekonomi dan Bisnis
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian I

BAB 2
PENDEKATAN UNTUK INVESTIGASI

Ciri atau karakteristik utama penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:


1. Tujuan jelas
2. K etepatan
3. Dapat Diuji
4. Dapat Ditiru
5. Ketelitian dan Keyakinan
6. Objektivitas
7. Dapat Digeneralisasi
8. Hemat
Berikut ini penjelasannya :

1. Tujuan jelas
Manager memulai penelitian dengan sebuah sasaran atau tujuan yang jelas. Fokusnya
adalah meningkatkan komitmen karyawan terhadap, organisasi, di samping manfaat lain penelitian
tersebut dalam banyak bidang. Peningkatan komitmen karyawan akan terwujud dalam berkurangnya
pergantian, absensi, dan mungkin menaikkan level kinerja, yang kesemuanya tentu akan
menguntungkan organisasi. Penelitian tersebut dengan demikian mempunyai sebuah fokus tujuan yang
jelas.

2. Ketep atan
Dasar teori yang baik dan desain metodologi yang tepat akan menambah ketepatan pada
sebuah studi.dengan tujuan yang jelas. Ketepatan mengandung arti tingat kehatian-hatian dalam
investigasi penelitian.

3. Dapat Diuji
Bila, setelah mewawancarai sekelompok acak karyawan organisasi dan
mempelajari penelitian sebelumnya yang dilakukan dalam bidang komitmen organisasi,
manajer atau peneliti membuat hipotesis tertentu mengenai bagaimana
meningkatkan komitmen karyawan, maka hal tersebut dapat diuji dengan menerapkan
uji statistik tertentu pada data yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut. Misalnya,  peneliti
mungkin menghipotesiskan bahwa karyawan yang merasakan kesempatan lebih besar untuk
terlibat dalam pengambilan keputusan akan mempunyai level komitmen yang lebih tinggi. Ini
adalah  hipotesis yang dapat diuji setelah data dikumpulkan.
Analisis korelasi akan menunjukkan apakali hipotesis tersebut diterima atau tidak.
Penggunaan beberapa uji lainnya, seperti uji chi-square dan uji-t. Penelitian ilmiah dengan
demikian menguji secara logis hipotesis yang disusun untuk melihat apakah data
mendukung perkiraan atau hipotesis yang dibuat setelah studi yang mendalam terhadap
situasi masalah. Dengan demikian, dapat  diuji menjadi ciri lain dari penelitian ilmiah.

4. Dapat Ditiru
Hasil uji hipotesis tersebut harus didukung lagi dan lagi ketika jenis penelitian serupa
diulangi dalam keadaan lain yang mirip. Bila hal tersebut terjadi (misalnya, hasil ditiru atau
terulang), kita akan memperoleh keyakinan dalam sifat ilmiah penelitian kita. Dengan kata
lain, hipotesis kita tidak hanya bersifat kebetulan, tetapi merupakan refleksi dari keadaan
populasi yang sebenamya. Dengan demikian, Dapat Ditiru merupakan ciri lain dari
penelitian ilmiah.

5. Ketelitian dan Keyakinan


Dalam penelitian manajemen kita jarang mempunyai kemewahan untuk
menarik kesimpulan "pasti" berdasarkan basil dari analisis data. Hal tersebut
karena kita tidak dapat mempelajari keseluruhan item, peristiwa, atau populasi yang
berkaitan, dan terpaksa mendasarkan temuan kita pada sampel yang kita ambil  dari
keseluruhan. Dalam segala kemungkinan, sampel dalam pertanyaan mungkin tidak
mencerminkan karakteristik yang setepat-tepatnya dari fenomena yang  kita coba
pelajari. Kesalahan pengukuran dan masalah lainnya juga menimbulkan unsur bias
atau kesalahan dalam temuan kita. Tetapi, kita harus mendesain penelitian dalam  suatu
cara yang memastikan bahwa -temuan kita sedekat mungkin dengan realitas (misal,
pemyataan hal keseluruhan yang sebenamya), sehingga dapat
menaruh kepercayaan atau keyakinan terhadap hasilnya.
Ketelitian (precision)  mengacu pada kedekatan temuan dengan
"realitas" berdasarkan sebuah sampel. Dengan kata lain, ketelitian mencerminkan
tingkat keakuratan atau keyakinan hasil berdasarkan sampel, terkait apa yang benar-benar
eksis dalam keseluruhan.  
Keyakinan (confidende) mengacu pada probabilitas ketepatan estimasi kita.
Karena itu, tidaklah cukup hanya teliti, tetapi juga penting bahwa kita dapat dengan
yakin menegaskan bahwa 95% waktu hasil kita benar dan hanya 5%
kemungkinan salah. Hal ini, juga disebut sebagai tingkat keyakinan.

6. Objektivitas
Kesimpulan yang ditarik dari interpretasi hasil analisis data harus obfektif; yaitu, harus
berdasarkan fakta-fakta dari temuan yang berasal dari data aktual, dan  bukan nilai-nilai
subjektif atau emosional kita. Misalnya, jika kita mempunyai hipotesis bahwa partisipasi yang
lebih besar dalam pengambilan keputusan akan meningkatkan komitmen organisasi, dan hal
tersebut tidak didukung oleh .hasil penelitian, adalah percuma jika peneliti terus
memperdebatkan bahwa peningkatan kesempatan bagi partisipasi karyawan akan tetap
bermanfaat! Argumen semacam itu akan didasarkan pada opini subjektif peneliti, bukan pada
temuan penelitian berdasar data yang faktual. Bila hal tersebut merupakan pendirian peneliti,
maka tidak ada gunanya sama sekali untuk melakukan penelitian.  Banyak kerugian yang
akan diderita oleh organisasi yang melaksanakan kesimpulan yang tidak berdasar data atau
menyesatkan yang ditarik dari penelitian.

7. Dapat Digeneralisasi
Dapat digeneralisasi mengacu pada cakupan penerapan temuan penelitian dalam satu
konteks organisasi ke konteks organisasi lainnya. Tidak dapat dipungkiri lagi, semakin luas
jangkauan penerapan solusi yang dihasilkan oleh penelitian, semakin berguna penelitian tersebut
bagi para pengguna. Misalnya, jika seorang peneliti menemukan bahwa partisipasi dalam
pengambilan keputusan adalah benar terkait dengan peningkatan komitmen organisasi dalam
berbagai organisasi manufaktur, industri, dan jasa, dan tidak hanya dalam organisasi tertentu
yang diselidiki oleh peneliti tersebut, maka generalisasi temuan tersebut pada konteks
organisasi lain pun meningkat. Semakin penelitian dapat digeneralisasi, semakin besar
kegunaan dan nilainya. Tetapi, tidak banyak temuan penelitian yang dapat
digeneralisasi pada semua konteks, situasi, atau organisasi lainnya.

8. Hemat
Kesederhanaan dalam menjelaskan fenomena atau persoalan yang muncul, dan  dalam
menghasilkan solusi masalah, selalu Iebih disukai untuk kerangka penelitian  yang kompleks
yang meliputi jumlah faktor yang tidak dapat dikendalikan.  Sifat ekonomis dalam model
penelitian dicapai jika kita memasukkan ke dalam kerangka penelitian lebih sedikit jumlah
variabel yang akan menjelaskan varians (variance) secara jauh lebih efisien dibanding
seperangkat variabel kompleks yang hanya akan sedikit menambah varians yang dijelaskan.
Sifat hemat ini dapat dicapai dengan pemahaman yang baik terhadap masalah dan faktor
penting lainnya yang memengaruhi hal tersebut. Model teoretis konseptual yang baik
semacam itu dapat diperoleh melalui wawancara terstruktur dan tidak terstruktur
dengan pihak terkait, dan tinjauan literatur yang menyeluruh terhadap hasil
penelitian sebelumnya dalam bidang masalah tertentu.

RINTANGAN SAINS DALAM PENELITIAN

Salah satu metode investigasi ilmiah yang utama adalah metode hipotetis-deduktif. Proses
deduktif dan induktif dalam penelitian dijelaskan di bawah ini.

Deduksi dan induksi


Jawaban atas persoalan dapat ditemukan entah dengan proses deduksi atau proses induksi, atau
dengan kombinasi keduanya. Deduksi  adalah proses di mana kita tiba pada suatu
kesimpulan beralasan melalui generalisasi logis dari sebuah fakta yang diketahui. Misalnya,
kita mengetahui bahwa semua orang yang berkinerja tinggi adalah sangat menguasai
pekerjaan mereka. Bila John berkinerja tinggi, kita kemudian menyimpulkan bahwa ia sangat
menguasai pekerjaannya. Induksi, disisi lain, merupakan proses di mana kita mengamati
fenomena tertentu dan berdasarkan hal tersebut tiba pada kesimpulan. Dengan kata lain,
dalam induksi, kita secara logis membuat sebuah proposisi umum berdasarkan fakta yang
diamati. Misalnya, kita melihat bahwa proses produksi merupakan ciri utama dari pabrik
manufaktur. Karena itu, kita menyimpulkan bahwa pabrik eksis untuk tujuan produksi.
Baik proses deduktif maupun induktif digunakan dalam investigasi ilmiah.
Teori yang berdasarkan deduksi dan induksi membantu kita untuk
memahami, menjelaskan, dan/atau memprediksi fenomena bisnis. Bila penelitian direncanakan
untuk menguji beberapa hasil spesifik yang dihipotesiskan, sebagai contoh, untuk  melihat
apakah mengendalikan kegaduhan yang mengganggu dalam lingkungan akan meningkatkan
kinerja orang dalam memecahkan teka-teki mental, langkahlangkah berikut dilakukan.
Investigator memulai dengan teori bahwa kegaduhan secara merugikan mempengaruhi
mental untuk pemecahan masalah. Hipotesis kemudian dihasilkan bahwa jika kegaduhan
dikendalikan, teka-teki mental dapat dipecahkan dengan lebih cepat dan tepat.

Tujuh Langkah Metode Hipotetis-Deduktif


Tujuh langkah yang termasuk dalam metode penelitian hipotetis-deduktif
yang berakar dari rintangan yang dibahas di atas, dan didaftarkan dan dibahas di bawah
ini.
1. P e n g a m a t a n
2. Pengumpulan informasi awal
3. P e r u m u s a n t e o r i
4. P enyus unan hipotes is
5. Pengumpulan data ilmiah lebih lanjut
6. Analisis data
7. Deduksi

Berikut ini penjelasannya


1. Pengamatan
Pengamatan adalah tahap pertama, di mana seseorang merasakan bahwa
perubahan tertentu sedang terjadi, atau bahwa beberapa perilaku, sikap, dan perasaan
baru sedang mengemuka dalam lingkungan seseorang (dalam hal ini, tempat kerja).  Ketika
fenomena yang diamati tersebut tampaknya mempunyai konsekuensi  penting, orang
tersebut akan melanjutkan ke langkah berikut.

2. Pengumpulan informasi awal


Pengumpulan informasi awal meliputi mencari informasi secara
mendalam mengenai hal yang diamati. Hal ini dapat dilakukan dengan berbicara
secara informal dengan beberapa orang dalam konteks kerja atau klien, atau kepada  sumber
relevan lainnya, dengan demikian dapat mengumpulkan informasi mengenai apa dan mengapa
sesuatu hal terjadi. Melalui wawancara yang tidak terstruktur  ini, seseorang memperoleh
gagasan atau "perasaan" mengenai apa yang sedang berlangsung. Setelah peneliti
meningkatkan tingkat kesadaran mengenai apa yang terjadi, kemudian dapat fokus pada masalah
dan faktor terkait melalui wawancara formal dan terstruktur dengan kelompok yang relevan.
Di samping itu, dengan melakukan penelitian perpustakaan, atau memperoleh informasi
lewat sumber lainnya, investigator akan mengetahui bagaimana persoalan tersebut
ditangani dalam situasi lain. Informasi tersebut akan memberikan wawasan
tambahan mengenai faktor lain yang bisa saja berlaku dalam situasi tertentu
melampaui dan di atas faktor lain yang tidak terungkap dalam wawancara sebelumnya.
Dengan demikian, banyak informasi akan diperoleh melalui wawancara dan
penelitian pustaka. Langkah selanjutnya adalah mengartikan faktor-faktor yang telah
diidentifikasi dalam tahap pengumpulan informasi dengan memilahnya  bersama dalam
beberapa cara yang bermakna.

3. P e r u m u s a n t e o r i
Yaitu usaha untuk menggabungkan semua informasi dalam cara yang logis, sehingga
faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah dapat dikonseptualisasi dan diuji. Kerangka
teoretis yang dirumuskan sering dituntun oleh pengalaman dan intuisi. Pada langkah ini,
variabel kritis diuji kontribusi dan pengaruhnya dalam menjelaskan mengapa
masalah terjadi dan bagaimana hal tersebut dapat diselesaikan. Jaringan asosiasi yang
diidentifikasi di antara variabel kemudian akan dijalin bersama secara teoretis dengan
justifikasi alasan mengapa hal tersebut berpengaruh terhadap masalah.

4. Pen yu s u n an h ip otes is
Penyusunan hipotesis adalah langkah logis selanjutnya setelah perumusan teori. Dari
jaringan asosiasi teori di antara variabel, hipotesis atau perkiraan tertentu  yang dapat diuji
pun bisa dihasilkan. Misalnya, pada poin ini, seseorang mungkin menyusun hipotesis bahwa
jika sejumlah item ditaruh di rak-rak, ketidakpuasan konsumen akan sangat berkurang. Hal
tersebut merupakan sebuah hipotesis yang dapat diuji untuk menentukan apakah
pernyataan tersebut akan terbukti. Pengujian hipotesis disebut penelitian
deduktif (deductive). Terkadang, hipotesis yang tidak dirumuskan secara orisinil dihasilkan
melalui prossts induksi (induction). Yaitu, setelah data diperoleh, beberapa gagasan kreatif
muncul dan berdasarkan hal tersebut, hipotesis baru pun bisa dihasilkan untuk diuji
kemudian. Biasanya, dalam penelitian, pengujian hipotesis melalui penelitian deduktif dan
hipotesis yang dihasilkan dengan induksi keduanya adalah lazim.

5. Pengumpulan data ilmiah lebih lanjut


Setelah menyusun hipotesis, data yang terkait dengan setiap variabel
dalam hipotesis perlu dikumpulkan. Dengan kata lain, pengumpulan data ilmiah
lebih lanjut adalah diperlukan unfuk menguji hipotesis yang dihasilkan dalam
studi. Misalnya, untuk menguji hipotesis bahwa menyediakan item  yang memadai
akan mengurangi ketidakpuasan konsumen, seseorang perlu mengukur tingkat
kepuasan konsumen saat ini dan mengumpulkan data lebih lanjut mengenai tingkat
kepuasan konsumen kapan pun sejumlah item  yang memadai disimpan dan tersedia
bagi konsumen. Data pada setiap variabel dalam kerangka teoretis di mana
hipotesis dihasilkan juga harus dikumpulkan. Data tersebut kemudian menjadi dasar
untuk analisis data lebih lanjut.

6. Analisis data
Dalam langkah analisis data, data yang dikumpulkan dianalisis secara
statistik untuk melihat apakah hipotesis terbukti. Misalnya, untuk melihat jika
level persediaan memengaruhi kepuasan konsumen, seseorang dapat menggunakan  analisis
korelasi dan menentukan hubungan antara dua faktor. Hampir serupa, hipotesis lain dapat
diuji dengan analisis statistik yang tepat. Analisis kuanritatif dan kualitatif terhadap data
dapat dilakukan jika sejumlah perkiraan terbukti.  Data kualitatif mengacu pada informasi
yang diperoleh dalam bentuk naratif melalui wawancara dan pengamatan.

7. Deduksi
Deduksi adalah proses tiba pada kesimpulan dengan menginterpretasikan arti dari  hasil
analisis data.

Anda mungkin juga menyukai