Anemia A
Anemia A
PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
2021
A. PENGERTIAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN TRIMESTER II
Anemia difenisikan sebagai kadar hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah
yang disebabkan oleh beberapa faktor.beberapa faktor tersebut di antaranya penyakit
yang menyebabkan kehilangan darah atau mengurangi produksi hemoglobin (Hb), Pola
nutrisi kebanyakan orang beberapa vitamin seperti B12,asam folat, dan riboflafin itu
berpengaruh terhadap pembentukan hb,akan tetapi faktor nutrisi yang penting adalah
kekurangan zat besi. (kraimer & zimmermann , 2009)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi,
hal ini disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan
absorbsi, gangguan penggunaan atau perdarahan (Rizka Angrainy, 2017)
Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia dimana angka kematian ibu hamil yang cukup tinggi.
Penyebab utama anemia ini adalah kekurangan zat besi. Selama kehamilan terjadi
peningkatan kebutuhan zat besi hampir tiga kali lipat untuk pertumbuhan janin dan
keperluan ibu hamil. Konsekuensi anemia pada ibu hamil dapat membawa pengaruh
buruk baik terhadap kesehatan ibu maupun janinnya, keadaan ini dapat meningkatkan
morbiditas maupun mortalitas ibu dan anak.
Keadaan kurang zat besi (Fe) merupakan fenomena yang kompleks (Khomsan,
2010). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah
11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II
(Depkes RI, 2009).
Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari proses penyakit bukan penyakit
itu sendiri.Hal ini biasanya digolongkan baik kronis atau akut.Anemia kronis terjadi
selama jangka waktu yang panjang.Anemia akut terjadi dengan cepat.Menentukan
apakah anemia telah terjadi untuk waktu yang lama atau apakah itu adalah sesuatu yang
baru,membantu dokter dalam mencari penyebabnya.Hal ini juga membantu
memprediksi seberapa parah gejala anemia mungkin.Pada Anemia kronis,gejala
biasanya di mulai secara perlahan dan bertahap,sedangkan pada gejala anemia akut
dapat mendadak dan lebih berat.( Atikah Proverawati,2011,Hal 1-2 ).
B. ANATOMI dan FISIOLOGI ANEMIA DALAM KEHAMILAN TRIMESTER II
1. Anatomi
Bagian-bagian Darah :
a. Air : 91%
b. Protein : 35 (albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,
magnesium, kalsium dan zatbesi)
d. Bahan organic : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan
asamamino)
b. Plasma Darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen.
Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah.
2. Fisiologi
Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan
mempengaruhi jumlah sel darah merah normal pada kehamilan, peningkatan
volume darah ibu terutama terjadi akibat peningkatan plasma, bukan akibat
peningkatana sel darah merah, walaupun ada peningkatan jumlah sel darah merah
dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak seimbang dengan peningkatan volume
plasma, ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar
hemoglobin (Hb).
Menurut Irianto (2014) etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu
gangguan pencernaan dan absorpsi, hipervolemia, menyebabkan terjadinya
pengenceran darah, kebutuhan zat besi meningkat, kurangnya zat besi dalam makanan,
dan pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
Selain itu, anemia ibu hamil pada umumnya disebabkan oleh kurang gizi
(malnutrisi), kurang zat besi dalam diit, malabsobsi, perdarahan antepartum, kehilangan
darah banyak seperti persalinan yang lalu, penyakit-penyakit kronik seperti TB paru,
cacing usus,malaria, dan lain-lain.( Saifuddin, 2002 dalam Wagiyo dan Putrono (2016))
Gejala umum anemia adalah rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging
(tinitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia, serta
konjungtiva anemis.
Menurut Proverawati (2011) tanda dan gejalah anemia pada ibu hamil sebagai
berikut :
1. Kelelahan
2. Penurunan energi
3. Sesak nafas
4. Tampak pucat dan kulit dingin
5. Tekanan darah rendah
6. Frekuensi pernapasan cepat
7. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah
8. Sakit kepala
9. Tidak bisa berkonsentrasi
10. Rambut rontok k. Malaise
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan
hingga terjadinya kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur, gangguan
proses persalinan (perdarahan), gangguan masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan
stres kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas,
mikrosomi, cacat bawaan, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain) (Irianto, 2014).
Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat dibagi
menjadi 4 kategori yaitu:
1) Hb 11 gr%: tidak anemia.
2) Hb 9-10 gr%: anemia ringan.
3) Hb 7-8 gr%: anemia sedang.
4) Hb < 7 gr%: anemia berat
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain;
kurang zat besi; kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran eritrosit dalam
tubuh sebelum waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016). Selama
kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropenin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat.
Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb
(Prawirohardjo, 2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml. Volume
plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut mengakibatkan
terjadinya pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak sebanding dengan
peningkatan plasma darah. Pada akhirnya, volume plasma akan sedikit menurun
menjelang usia kehamilan cukup bulan dan kembali normal tiga bulan postpartum.
Persentase peningkatan volume plasma yang terjadi selama kehamilan, antara lain
plasma darah 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume
plasma meningkat pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan
melaambaat. Jumlah eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan memuncak pada
trimester III (Pratami, 2016).
Terdapat satu uji acak terkontrol yang menyatakan bahwa pemberian zat besi oral
harian selama empat minggu memiliki hasil yang lebih baik dalam meningkatkan kadar
Hb rata-rata 19,5 g/dl. Zat besi oral dan iron polymaltose aman diberikan dan dapat
meningkatkan kadar Hb dengan lebih efektif dibandingkan dengan pemberian zat besi
oral secara terpisah pada anemia defesiensi zat besiyang berkaitan dengan kehamilan
(Pratami, 2016).
Konsumsi suplemen zat besi setiap hari berkaitan erat dengan peningkatan kadar
Hb ibu sebelum dan sesudah pelahiran. Selain itu, tindakan tersebut juga mengurangi
resiko anemia yang berkepanjangan. Ibu yang mengkonsumsi suplemen zat besi atau
asam folat, baik harian maupun intermiten, tidak menunjukan perbedaan efek yang
signifikan. Konsumsi zat besi oral yang melebihi dosis tidak meningkatkan hematokrit,
tetapi meningkatkan kadar Hb. Pemberian suplemen zat besi oral sering kali
menimbulkan efek samping mual dan sembelit. Sekitar 10-20% ibu yang
mengkonsumsi zat besi oral pada dosis pengobatan mengalami efek saamping, seperti
mual, muntah, konstipasi atau diare. Ibu hamil yang menderita anemia berat mungkin
memerlukan tranfusi darah, yang terkadang tidak memberi peningkatan kondisi yang
signifikan.
Pemberian suplemen zat besi secara rutin pada ibu hamil yang tidak menunjukan
tanda kekurangan zat besi dan memiliki kadar Hb lebih dari 10,0 g/dl terbukti memberi
dampak positif, yaitu prevelensi anemia selama hamil dan enam minggu postpartum
berkurang. Efek samping berupa hemokonsentrasi, yaitu kadar Hb lebih dari 13,o g/dl
lebih sering terjadi pada ibu yang mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat
setiap hari dibandingkan ibu yang tidak mengkonsumsi supleman. Dalam menagani
anemia, profesional kesehatan harus menerapkan strategi yang sesuai dengan kondisi
yang dialami oleh ibu hamil. Penanganan anemia defesiensi zat besi yang tepat akan
meningkatkan parameter kehamilan fisiologis dan mencegah kebutuhan akan intervensi
lebih lanjut (Pratami, 2016)
I. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 31 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Silaut
Golongan Darah :O
Tanggal Pengkajian : 5 Maret 2021
Dx : G3P2A0H2
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Silaut
Pendidikan : SMA
c. Keluhan Utama
Klien masuk dengan keluhan hamil trimester II, mengeluh pusing, mual,badan
terasa lemas, nafsu makan berkurang, suhu : 37,5 0C, TD : 110/80mmHg,
konjungtiva sedikit anemis.
h. Riwayat Obstetrik
G:3 P:2 A:0 HPHT : 15 – 11 - 2020
i. Riwayat Kebidanan
1) Haid
Ibu mengatakan pertama kali haid saat usia 14 tahun, siklus 28 – 30 hari,
teratur, lamanya7hari.Warna darah haid merah segar, hari pertama
biasanya agak bergumpal dan selanjutnya encer. Pada hari 1 sampai hari
ke 3 ganti pembalut 2 – 3 kali sehari. Selanjutnya hanyaganti 2 kali. Saat
haid tidak mengeluh nyeri, tidak pusing, tetapi kadang-kadang nyeri
pinggang. Tidak terjadi keputihan sebelum haid.
2) Keluarga berencana
Ibu mengatakan belum pernah KB dan merencanakan akan memilih KB
apa setelah persalinan nanti.
3) Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan hamil ketiga usia5 bulan. Ini adalah kali ke 2 ibu
memeriksakan kehamilannya. Ibu mendapatkan imunisasi TT. Ibu
merasakan pergerakan janin tepat setelah mengetahui bahwa ibu hamil. Ibu
telah mendapatkan tablet Fe dan Kalk dan diminum rutin setiap hari, Ibu
juga mendapatkan penyuluhan tentang gizi dan pola aktivitas selama
hamil. Ibu mengatakan mual dan muntah, cepat lelah, lemah, nafsu makan
berkurang dan sering pusing.
Do :
Pasien tampak pucat
Konjungtiva sedikit
anemis
Hb : 8 gr/dl
Sklera putih
Bibir sedikit pucat
Do :
Pasien tampak pucat
Pasien tidak
menghabiskan
makanannya
V. Implementasi
No. Implementasi
Dx
1 Observasi :
- Memonitor kelelahan fisik dan emosional
- Memonitor nilai hemoglobin darah
Teraupetik :
- Memberikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
- Melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Edukasi :
- Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
keletihan tidak berkurang
Kolaborasi :
- Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian zat besi
- Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
2 Observasi :
- Mengidentifikasi status nutrisi
- Mengidentifikasi makanan yang disukai
- Memonitor asupan makan
Teraupetik :
- Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Memfasilitasi penentuan pedoman diet
Edukasi :
- Mengajarkan diet yang terprogram
Kolaborasi :
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jumlah nutrisi yang dibutuhkan
3 Observasi :
- Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Teraupetik :
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi :
- Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan
Kolaborasi :
- Berkolaborasi pemberian imunisasi, jika diperlukan
VI. Evaluasi
No. Evaluasi
Dx
1 S : Pasien mengatakan keadaan tubuh sekarang sudah lebih baik dan
tidak keletihan seperti awal
O : Konjungtiva pasien nampak tidak anemis lagi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
2 S : Pasien mengatakan nafsu makan sudah meningkat dari sebelumnya
O : Pasien Nampak lahap saat menghabiskan porsi makanannya
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3 S : Pasien mengatakan kondisi badan lebih bugar
O : Hb pasien meningkat (Normal)
A : Masalah sebagian teratasi
P : Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi
I,Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi
I,Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
I,Jakarta: DPP PPNI
Wagiyo & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal dan Bayi Baru Lahir
Fisilogis dan Patologis. Yogyakarta : ANDI