Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ROBBY SAMITRO

NO BP : 1901011026

KELAS : 2D-D3 TEKNIKMESIN

1. pengertian konstitusi (SECARA UMUM)


 secara umum adalah keseluruhan peraturan-peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis, yang mengatur secara mengikat tentang cara penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu
negara.

Pendapat lain mengatakan bahwa arti konstitusi adalah adalah dokumen yang di dalamnya terdapat
aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan. Dalam hal ini, konstitusi tidak
selalu berupa dokumen tertulis, tapi dapat juga berupa kesepakatan politik, negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan dan distribusi maupun alokasi.

Dalam ketatanegaraan Republik Indonesia, konstitusi dapat diartikan sebagai Undang-Undang Dasar
(UUD). Dalam hal ini, UUD dianggap sebagai peraturan dasar dimana di dalamnya terdapat
ketentuan-ketentuan pokok yang menjadi sumber perundang-undangan di Indonesia.

 MENURUT PARA AHLI

1. K. C. Wheare

Menurut K. C. Wheare, pengertian konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan


suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur/ memerintah
dalam pemerintahan suatu negara.

2. Richard S. Kay

Menurut Richard S. Kay, pengertian konstitusi adalah pelaksanaan dari aturan-aturan hukum
atau rule of law dalam hubungan masa masyarakat dengan pemerintahan. Konstitualisme
menciptakan situasi yang dapat memupuk rasa aman sebab adanya batasan pada wewenang
pemerintah yang sudah diharuskan lebih awal.

3. Herman Heller

Menurut Herman Heller, arti konstitusi lebih luas daripada Undang-Undang Dasar (UUD).
Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.

4. E. C. Wade

Menurut E.C. Wade, pengertian konstitusi adalah suatu naskah yang memaparkan rangka
dan tugas pokok dari badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara
kerja badan tersebut.
5. Miriam Budiarjo

Menurut Miriam Budiarjo, pengertian konstitusi adalah keseluruhan peraturan, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu
pemerintah diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

6. Chairul Anwar

Menurut Choirul Anwar, arti konstitusi adalah fundamental law tentang pemerintahan suatu
negara dan nilai-nilai fundamentalnya.

Dinilai Bermasalah, Mahasiswa Gugat UU KPK

Kuasa Pemohon Zico Leonard Djagardo Simanjuntak (tengah) membacakan pokok


permohonannya dalam sidang pendahuluan uji materiil Undang-Undang tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi, Senin (30/9) di Ruang Sidang MK. Foto Humas/Ifa.
JAKARTA, HUMAS MKRI – Masih berusia seumur jagung, UU KPK yang menuai kontroversi
diajukan ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk diuji secara materiil. Sejumlah 18 mahasiswa
dari beberapa perguruan tinggi  menguji Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi (UU KPK) terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
pada Senin (30/9/2019), di Ruang Sidang Pleno MK. Sidang yang teregistrasi dengan nomor
perkara 57/PUU-XVI/2019 dimohonkan oleh Muhammad Raditio Jati Utomo, Deddy Rizaldy
Arwin Gommo, Putrida Sihombing, dkk. 
 
Dalam persidangan yang dipimpin oleh Ketua MK Anwar Usman dengan didampingi Hakim
Konstitusi Wahiduddin Adams dan Hakim Konstitusi Enny Nurbaningsih, para pemohon yang
diwakili Zico Leonard Djagardo Simanjuntak, mendalilkan perubahan UU KPK yang telah
disahkan pada 17 September 2019, telah mengebiri semangat lahirnya KPK sebagai institusi
yang didesain khusus untuk memecah kebuntuan hukum perkara korupsi dan dapat
mengebiri penguatan pemberantasan korupsi di Indonesia. Ia menambahkan perbuatan
korupsi merupakan permasalahan kronis dalam suatu masyarakat demokratis. “Korupsi
adalah wabah berbahaya yang mengandung efek merusak sangat besar tehadap
masyarakat,” ujar Zico di hadapan hakim konstitusi. 
 
Menurut Pemohon, pencegahan dan pemberantasan korupsi merupakan kepentingan
masyarakat. Secara a contrario, segala upaya untuk melemahkan pemberantasan korupsi
berarti merupakan pemerkosaan terhadap kepentingan masyarakat yang merupakan
violation of constitutional rights. Maka dari itu, dalam perkara a quo, para Pemohon sebagai
seorang individual di dalam masyarakat ataupun secara kolektif bersama-sama
memperkarakan UU KPK ke Mahkamah Konstitusi, memiliki kepentingan yang dirugikan
oleh UU KPK karena proses pembentukan undang-undang yang baik tidak dipenuhi, dan
kerugian tersebut dapat dicegah jika asas-asas pembentukan undang-undang yang baik
dipenuhi. 
 
Selain itu, terdapat kekosongan norma dalam UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi (UU KPK) terkait penegakan syarat-syarat anggota KPK
sebagaimana diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang a quo. Namun terhadap pelanggaran
dari syarat-syarat yang ada pada Pasal 29 UU a quo, tidak diberikan suatu mekanisme
ataupun upaya hukum untuk memperkarakan pelanggaran tersebut. Sehingga Para
Pemohon berpendapat, pemilihan Firly Bahuri sebagai Ketua KPK baru menuai pro kontra
karena dianggap tidak memenuhi syarat-syarat dalam Pasal 29 Undang-Undang a quo,
terlepas daripada benar tidaknya segala permasalahan yang diatributkan kepada Firly. 
 
Menurut Zico, seharusnya terdapat suatu mekanisme atau upaya hukum melalui pengadilan
untuk membuat terang hal tersebut, demi menghilangkan fitnah maupun perpecahan di
masyarakat, baik bagi masyarakat yang memperkarakan Firly maupun bagi Firly dan pihak
yang memilihnya untuk memberikan pembelaan diri. Para Pemohon meminta MK untuk
melindungi hak konstitusinal Para Pemohon dalam perkara a quo, yakni terkait pemilihan
pimpinan KPK, dengan cara memastikan terdapat norma baru untuk menutupi kekosongan
norma yang ada. Dengan demikian, tidak adanya lagi kekosongan norma akan memberikan
perlindungan hukum yang adil bagi para Pemohon. 
 
Kemudian, para pemohon juga mengajukan provisi meminta MK untuk memerintahkan DPR
dan Presiden untuk memberhentikan pelantikan anggota KPK. Kemudian. menurut para
Pemohon, Pembentukan Undang-Undang a quo mengabaikan prinsip dasar dalam
pembentukan peraturan perundangundangan yang baik sebagaimana tertuang dalam Pasal
5 UU Nomor 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur akan adanya keterbukaan. Berdasar prinsip keterbukaan, berarti terdapat
partisipasi masyarakat yang dilakukan melalui ajang konsultasi publik sebagaimana diatur
dalam Pasal 188 ayat 1-3 Perpres No 87 Tahun 2014 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Partisipasi masyarakat ini seharusnya dilakukan mulai dari proses
penyiapan RUU, pembahasan RUU hingga pelaksanaan UU. Tidak terpenuhinya asas
keterbukaan ini dapat dilihat dari keputusan revisi yang diambil secara tiba-tiba serta
pembahasan yang dilakukan secara tertutup dan dalam waktu yang sangat terbatas.
Bukannya terlebih dahulu melibatkan partisipasi masyarakat untuk mendengar, pembentuk
Undang-Undang namun justru tetap mensahkan Undang-undang a quo meski telah ditolak
habis-habisan. “Berdasarkan seluruh argumentasi, Pemohon meminta MK menyatakan
pembentukan UU KPK tidak memenuhi ketentuan pembentukan UU berdasarkan UUD 1945
dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat,” jelasnya.
 
Nasihat Hakim
 
Terhadap permohonan tersebut, Hakim Konstitusi Enny Nurbaningsih menasehati agar
kerugian konstitusional pemohon diuraikan secara jelas. Menurut Enny, pada permohonan
para pemohon kerugian konstitusional tersebut belum diuraikan oleh pemohon. Selain itu,
Enny mengatakan harus ada kepastian dalam mengajukan pengujian Undang-Undang. 
 
“Apa sebetulnya yang ingin ajukan permohonannya. Harus ada kepastian dahulu, ingin
mengajukan pengujian terhadap UU yang mana ke MK. Karena bagaimana pun juga tidak
mungkin MK memutus putusannya bertuliskan titik-titik, kan harus ada kepastian, ini yang
diminta juga kan kepastian hukum oleh pemohon. Sehingga harus ada kepastian pula ”
tegas Enny di hadapan beberapa para pemohon. Kemudian, menyarankan pemohon agar
menyusun permohonan dirapihkan sedemikian rupa. 

Menurut pendapat saya ,masih kurangnya perhatian dan pemahaman kontsitusi yang ada
dari para penyusun UU KPK yang di sahkan pada 17 september 2019 sehingga terjadi
penggugatan terhadap UU KPK tersebut dari para mahasiswa di berbagai
universitas.menurut mereka UU KPK tersebut msdih terdapat banyak kerugian terhadap
konstitusional yang berlaku seperti undang – undang .
Apabila UU KPK tersebut lemah dalam memberantas korupsi maka kasus -kasus korupsi
akan terus ada dan akan sulit di berantas .hal tersebut menimbulkan kerusakan dalm
masayarakat dan pemerintahan .

Anda mungkin juga menyukai