Anda di halaman 1dari 19

1.

Arah kebijakan kemenkes


- Penguat Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)
- Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continue of Care)
- Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan

2. Cara mencapai nawacita pada nomer 5


Program Indonesia Sehat

3. UU Kesehatan tentang sebagai nakes harus menolak jika menerima gratifikasi ada
pada pasal
Permenkes no 14 th 2014 ttg gratifikasi di lingkungan kemenkes

Permenkes no 58 th 2016 ttg sponsorship bagi nakes

4. HKN biasanya membawa pesan apa? (pilihannya: promotif & preventif /


rehabilitasi, kuratif, dll)
Promotif dan Preventif

5. Pesan yg disampaikan pada hari kesehatan nasional


Pesannya memprioritaskan promotif preventif, meningkatkn kesadaran untk germas...
Ajakan menteri agar nakes totalitas dalam melayani. Terutama nakes yg di puskesmas daerah trrprncil

6. Penyakit menular yg diprioritaskan oleh pemerintah


Penyakit menular yg diprioritaskan oleh pemerintah

Prioritas penyakit menular, masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, malaria, demam
berdarah, influenza dan flu burung. Disamping itu Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil
mengendalikan penyakit neglected diseases seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan lain-lain.

7. Kapan saja kita harus cuci tgn dgn benar?


5 (LIMA) MOMEN CUCI TANGAN:

1. Sebelum kontak dengan pasien


2. Sebelum tindakan aseptic
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

6 (ENAM) LANGKAH CUCI TANGAN:

1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan
secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

PRINSIP DARI 6 LANGKAH CUCI TANGAN ANTARA LAIN:

1. Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan antiseptik (handrub) atau dengan
air mengalir dan sabun antiseptik (handwash)
2. Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik.
3. 5 (lima) kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash

8. Apa upaya phbs?


1. Persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan
2. Pemberian ASI eklusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan bersih dengan sabun
6. Memakan sayur dan buah setiap hari
7. Melakukan Aktifitas fisik setiap hari
8. Tidak merokok dirumah

9. SJSN kepanjangan dari


Sistem Jaminan Sosial Nasional

10. Dewan yg menangani sjsn / jkn


Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengawasan akan
dilakukan oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional) dan Lembaga pengawas independen. Dan secara
internal, BPJS akan diawasi oleh dewan pengawas satuan pengawas internal.

11. Program promotif&preventiv BPJS


Penyuluhan Kesehatan - KIE, Olahraga Sehat, Pelayanan Keluarga Berencana, Skrining Kesehatan Primer
& Sekunder , Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS), Duta/Kader Promotif Preventif (Konsep
& Pilot Project) Dan Promotif Preventif Spesifik daerah.

12. Pembayaran utk PBI atau pengguna bpjs ditangani oleh siapa? (pilihannya:
swasta, perusahaan, PT. Askes dll)
Pembayaran untuk PBI (penerima bantuan iuran) dibayarkan oleh pemerintah.
13. Upaya yg sdh dilakukan pemerintah utk pencegahan penyalahgunaan narkoba
Upaya pemerintah dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui program (P4GN) Pencegahan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba yang dilakukan oleh BNN.

14. Kalo ada liat tetangga yg ciri2 nya kayak org pake napza, apa yg seharusnya kita
lalukan? (cek lebih dalam utk memastikan / lapor polisi / masukkan ke rs penderita
narkoba)
Lapor ke pejabat berwenang atau BNN

Menurut Uu no 35 th 2009 ttg narkotika Pasal 107 Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang
berwenang atau BNN jika mengetahui adanya penyalahgunaan atau peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika.

15. Pencegahan dan penanggulangan pemakai narkoba


Uu no 35 th 2009

BAB XI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

Bagian Kesatu

Kedudukan dan Tempat Kedudukan

Pasal 64

(1) Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika, dengan Undang-Undang ini dibentuk
Badan Narkotika Nasional, yang selanjutnya disingkat BNN.
(2) BNN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga pemerintah nonkementerian
yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 65

(1) BNN berkedudukan di ibukota negara dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Negara
Republik Indonesia.
(2) BNN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai perwakilan di daerah provinsi dan
kabupaten/kota.
(3) BNN provinsi berkedudukan di ibukota provinsi dan BNN kabupaten/kota berkedudukan di
ibukota kabupaten/kota.

Pasal 66

BNN provinsi dan BNN kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (3) merupakan
instansi vertikal.

Pasal 67

(1) BNN dipimpin oleh seorang kepala dan dibantu oleh seorang sekretaris utama dan beberapa
deputi.
(2) Deputi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membidangi urusan:
a. bidang pencegahan;
b. bidang pemberantasan;
c. bidang rehabilitasi;
d. bidang hukum dan kerja sama; dan
e. bidang pemberdayaan masyarakat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur organisasi dan tata kerja BNN diatur dengan Peraturan
Presiden.

Bagian Kedua

Pengangkatan dan Pemberhentian

Pasal 68

(1) Kepala BNN diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.


(2) Syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian Kepala BNN sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 69

Untuk dapat diusulkan menjadi Kepala BNN, seorang calon harus memenuhi syarat:

a. warga negara Republik Indonesia;


b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah strata 1 (satu);
e. berpengalaman paling singkat 5 (lima) tahun dalam penegakan hukum dan paling singkat 2 (dua)
tahun dalam pemberantasan Narkotika;
f. berusia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun;
g. cakap, jujur, memiliki integritas moral yang tinggi, dan memiliki reputasi yang baik;
h. tidak pernah melakukan perbuatan tercela; i. tidak menjadi pengurus partai politik; dan j.
bersedia melepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lain selama menjabat kepala BNN.

Bagian Ketiga

Tugas dan Wewenang

Pasal 70 BNN mempunyai tugas:

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan


penyalahgunaan dan Peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
b. mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
c. berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
d. Prekursor Narkotika;
e. meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu
Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat;
f. memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
g. memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
h. melakukan kerja sama bilateral dan multilateral, baik Regional maupun internasional, guna
mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkotika dan PrekursorNarkotika;
i. mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika;
j. melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan
k. membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

Pasal 71

Dalam melaksanakan tugas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

Pasal 72

(1) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dilaksanakan oleh penyidik BNN.
(2) Penyidik BNN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Kepala
BNN. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengangkatan dan
pemberhentian penyidik BNN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Kepala BNN

16. Profesi yg tidak boleh tidak ada di puskesmas


Sy kurang paham maksud pertanyaan ini shg sy ambil aturan mengenai SDM di puskesmas sbg bahan
bacaan pada PMK 75 th 2014 ttg puskesmas

(1) Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan.
(2) Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatansebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan
yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas
wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah
kerja, dan pembagian waktu kerja.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;g. ahli teknologi laboratorium medik;h. tenaga gizi; dan i.
tenaga kefarmasian.(4) Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.(5) Ketentuan lebih lanjut
mengenai jenis dan jumlah minimal Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 17

(1) Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan
kesehatan dirinya dalam bekerja.
(2) Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18

(1) Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki
kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
(2) Pelayanan kefarmasian di Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 19

(1) Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi kriteria ketenagaan, sarana, prasarana,
perlengkapan dan peralatan.
(2) Pelayanan laboratorium di Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

17. Imunisasi campak


18. Olah raga yang dapat meningkatkan kepadatan tulang
19. Terciptanya kecamatan yg sehat adalah tujuan dari "puskesmas/dinkes/kemenkes"
20. RPJM tentang KIA
21. Tujuan utama SDGS
22. Strategi pembangunan kesehatan
23. RPJMN 2015-2019
RPJMN (rencana pembagunan jangka mencegah nasional) 2015-2019

RPJMN ini per kementrian ya kayaknya, aku ambil yg Kemenkes ya ...

Mulai dari tujuan, strategis pembangunan dan arah kebijakan.

- tujuan dan strategis


- strategi pembangunan
arah kebijakan :
1. Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)
2. Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care)
3. Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan.

24. Dasar pencanangan hari cuci tangan sedunia


Hari cuci tangan : 15 okt

Dasar/latar belakang hari cuci tangan : sebenarnya latar belakang dari tujuannya sendiri menurut
Wikipedia

tujuannya adalah penurunan angka kematian untuk anak-anak dimana lebih dari 5.000 anak balita
penderita diare meninggal setiap harinya diseluruh dunia sebagai akibat dari kurangnya akses pada air
bersih dan fasilitas sanitasi dan pendidikan kesehatan.
Yang ini menurut Menkes sebelumnya, di tujukan untuk non medis

25. Imunisasi dasar


Imunisasi dasar (0 - 9 bulan)

26. Posyandu
Posyandu merupakan perpanjangan tangan Puskesmas yang memberikan pelayanan dan pemantauan
kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat.

Tujuan Posyandu

Tujuan pokok dari Posyandu menurut Effendy (1998), antara lain untuk :

 Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak,


 Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak,
 Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia sejahtera,
 Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan
kegiatan–kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, pendekatan dan
pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan geografi,
 Meningkatkan dan pembinaaan peran serta masyarakat dalam rangka alih tehnologi untuk
swakelola usaha–usaha kesehatan masyarakat

Kegiatan Posyandu
Terdapat berbagai jenis kegiatan yang dilakukan pada Posyandu antara lain meliputi 5 kegiatan
posyandu dan 7 kegiatan posyandu (sapta krida posyandu):

 Lima kegiatan posyandu antara lain :


 Kesehatan ibu anak,
 Keluarga berencana,
 Imunisasi,
 Peningkatan gizi,
 Penanggulangan diare;

Tujuh kegiatan Posyandu (sapta krida posyandu) meliputi:

 Kesehatan ibu anak,


 Keluarga berencana,
 Imunisasi,
 Peningkatan gizi,
 Penanggulangan diare,
 Sanitasi dasar,
 Penyediaan obat esensial;

Sedangkan jenis pelayanan yang diberikan antara lain :

 Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita,


 Penimbangan bulanan,
 Pemberian makanan tambahan,
 imunisasai bagi bayi 0-11 bulan,
 Pemberian oralit untuk penanggulangan diare,
 Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama;

27. Polindes
Definisi

Pondok Bersalin Desa (polindes) adalah salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam menyediakan
tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk KB di wilayah desa.

Tujuan

 Memperluas jangkauan, meningkatkan mutu dan mendekatkan layanan KIA termasuk KB kepada
masyarakat.
 Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan ANC dan persalinan normal di tingkat desa
 Meningkatkan pembinaan dukun bayi oleh bidan di desa
 Meningkatkan kesempatan konsultasi dan penyuluhan kesehatan bagi ibu dan keluarganya,
khususnya dalam program KIA, KB, gizi, imunisasi dan penanggulangan diare dan ISPA
 Meningkatkan pelayanan kesehatan bayi dan anak serta yankes lainnya lainnya oleh bidan
sesuai dengan kewenangannya.

Fungsi
 Meningkatkan mutu dan mendekatkan pelayanan KB-KIA
 Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan
 Sebagai tempat persalinan
 Sebagai tempat pelayanan kesehatan
 Sebagai tempat konsultasi kesehatan

Syarat

 Tersedianya bidan di desa yg bekerja penuh


 Tersedia sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan
 Memenuhi persyaratan rumah sehat
 Lokasi dapat dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan dapat dijangkau dengan
kendaraan roda empat
 Tersedia tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan post partum, minimal
1 tempat tidur

Kegiatan

 Pemeriksaan kehamilan,imunisasi TT, deteksi kehamilan resiko tinggi


 Menolong persalinan normal dan resiko sedang
 Pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui
 Pelayanan kesehatan neonatal, bayi, ,anak prasekolah dan imunisasi

28. Desa siaga


Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga lahir sebagai respon
pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia yang tak kunjung selesai. Tingginya angka
kematian ibu dan bayi, munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis paru,
merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik seperti SARS, HIV/AIDS dan flu burung serta
belum hilangnya penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah merupakan masalah utama
kesehatan di Indonesia. Bencana alam yang sering menimpa bangsa Indonesia seperti gunung meletus,
tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal menambah kompleksitas masalah
kesehatan di Indonesia.

Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan dari sebelumnya bersifat
sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif dan bottom up. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa siaga adalah suatu konsep peran serta
dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, disertai dengan pengembangan kesiagaan dan kesiapan
masyarakat untuk memelihara kesehatannya secara mandiri.

Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat,
peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Selanjutnya, secara khusus,

Tujuan pengembangan desa siaga (Depkes, 2006), adalah :


 Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
 Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
 Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
 Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut (Depkes, 2006) :

 Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-kurangnya 2 orang
kader desa.
 Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan dan
perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang dikenal dengan
istilah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang melaksanakan kegiatan-
kegiatan minimal :
o Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar
biasa serta faktor-faktor risikonya.
o Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta kekurangan
gizi.
o Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
o Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
o Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan
lingkungan dan lain-lain.

Kegiatan pokok :

 surveilans pemetaan
 perencanaan partisipatif
 mobilisasi sdb, dsb

29. UKBM
30. Prinsip pemberdayaan masyarakat
31. Tujuan pemberdayaan masyarakat
32. PHBS
33. Tahapan pemecahan masalah di bidang kesehatan
Tahapan pemecahan masalah di bidang kesehatan (lebih ke kesehatan masyarakat kyknya)

a. Identifikasi masalah

 Analisis kesenjangan (Gap Analysis)


Mengidentifikasi masalah kesehatan dapat menggunakan data primer maupun data sekunder.
 Analisis Sistem (System Analysis)
Mengidentifikasi masalah kesehatan dengan pendekatan system yaitu menjelaskan hubungan
masalah tersebut dengan factor-faktor lain yang mempengaruhinya.
 Analisis Tren (Trend Analysis)
Analisis tren merupakan metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau
peramalan pada masa yang akan datang.

B. Prioritasi Masalah Kesehatan

Penetapan prioritas harus berdasarkan data atau fakta. Untuk masalah kesehatan pada umumnya
menggunakan pendekatan epidemiologi, pendekatan teknologi upaya kesehatan, pendekatan dari aspek
lingkungan dan pendekatan sistem.

C. Perumusan Masalah Kesehatan

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menguraikan gejala – gejala dan penyebab – penyebab
masalah. Teknik yang dapat digunakan antara lain adalah brain storming dan diagram sebab akibat
(fishbone diagram, why – why diagram, mind map, dst).

B. Prioritasi Penyebab Utama atau Faktor Risiko dalam Masalah Kesehatan

F. Identifikasi Alternatif Solusi Potensial dan Prioritasi Sosial

G. Kelayakan Implementasi Solusi

H. Perencanaan Pelaksanaan Solusi

I. Pelaksanaan Kegiatan

J. Monitoring dan Evaluasi

Langkah-Langkah Kebijakan Untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan, kebijakan umum


pembangunan kesehatan diarahkan pada

1. peningkatan upaya pemeliharaan, pelindungan, dan peningkatan derajat kesehatan dan status
gizi terutama bagi penduduk miskin dan kelompok rentan;
2. peningkatan upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit baik menular maupun tidak
menular;
3. peningkatan kualitas, keterjangkauan, dan pemerataan pelayanan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama bagi keluarga miskin, kelompok rentan dan
penduduk di daerah terpencil, perbatasan, rawan bencana dan konflik;
4. peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan terutama untuk pelayanan kesehatan di
daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan;
5. penjaminan mutu, keamanan dan khasiat produk obat, kosmetik, produk komplemen, dan
produk pangan yang beredar, serta mencegah dari penyalahgunaan obat keras, narkotika,
psikotropika, zat adiktif, dan bahan berbahaya lainnya; dan
6. peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat masyarakat dalam perilaku
hidup bersih dan sehat.

34. Pengendalian penyakit tidak menular dan penyakit menular


Pengendalian penyakit tidak menular dan penyakit menular

Untuk mengendalikan penyakit menular maka strategi yang dilakukan, melalui:


1. Perluasan cakupan akses masyarakat (termasuk skrining cepat bila ada dugaan potensi
meningkatnya kejadian penyakit menular seperti Mass Blood Survey untuk malaria) dalam
memperoleh pelayanan kesehatan terkait penyakit menular terutama di daerah-daerah yang
berada di perbatasan, kepulauan dan terpencil untuk menjamin upaya memutus rantai
penularan.
2. Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan, penanggulangan penyakit menular, dibutuhkan
strategi innovative dengan memberikan otoritas pada petugas kesehatan masyarakat, terutama
hak akses pengamatan faktor resiko dan penyakit dan penentuan langkah penanggulangannya
3. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam membantu upaya pengendalian penyakit melalui
community base surveillance berbasis masyarakat untuk melakukan pengamatan terhadap hal-
hal yang dapat menyebabkan msalah kesehatan dan melaporkannya kepada petugas kesehatan
agar dapat dilakukan respon dini sehingga permasalahan kesehatan tidak terjadi
4. Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pengendalian penyakit menular seperti
tenaga epidemiologi, sanitasi dan lab
5. Peningkatan peran daerah khususnya kab/kota yang menjadi daerah pintu masuk negara dalam
mndukung implementasi pelaksanaan International Health Regulation
6. Menjamin kertersediaan obagt dan vaksin serta alat diagnostik cepat untuk pengendalian
penyakit menular secara cepat

Untuk penyakit tidak menular maka perlu melakukan deteksi dini secara proaktif mengunjungi
masyarakat karena ¾ penderita tidak tahu kalau dirinya menderita penyakit tidak menular terutama
pada para pekerja. Di samping itu perlu mendorong kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS
untuk menerapkan kawasan bebas asap rokok agar mampu membatasi ruang gerak para perokok.

35. Promosi dan preventif berdasarkan perpres JKN


Beradasarkan PERPRES No.82 tahun 2018 pasal 48 manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi
pemberian pelayanan:

1. Penyuluhan kesehatan perorangan


Penyuluhan mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan PHBS
2. Imunisasi rutin
PMK no.12 thun 2017
3. Keluarga berencana
Konseling dan pelayanan kontrasepsi, termasuk vasektomi dan tubektomi
4. Skrining riwayat kesehatan dan pelayanan penapisan atau skrining kesehatan tertentu
Peningkatan kesehatan bagi peserta penderita penyakit kronis

36. Aturan obat tb


Obat TBC

PRINSIP PENGOBATAN

Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas pengobatan, maka prinsip-prinsip yang
dipakai adalah :
- Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk
kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.
- Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO).
- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap Intensif

- Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan

- Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
Penanganan TB TO, setelah TCM keluar:

- Diagnosis Tegak, Persiapan awal pengobatan, KIE dan informasi consent , menetapkan panduan
pengobatan.

37. Hari aids


Hari AIDS sedunia 1 Desember

38. Imunisasi setelah dpt 3 + polio 4


9 bulan Campak/MR

Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar lengkap:

1. bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0)


2. usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1),
3. usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2),
4. usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3),
5. usia 4 bulan diberikan
(DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan
6. usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).

Untuk imunisasi lanjutan,


7. bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan
Campak/MR),
8. kelas 1 SD/madrasah/sederajat
diberikan (DT dan Campak/MR),
9. kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td).

Anda mungkin juga menyukai