OLEH
MUAKAHAR
202002030140
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................vi
PENDAHULUAN
A. Definisi..........................................................................
B. Etiologi..............................................................................
C. Patofisiologi.......................................................................
D. manifestasi klinis...............................................................
F. pengkajian fokus.....................................................................
G. fokus intervensi................................................................
H. pathways.........................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi antara 3
bulan sampai 5 tahun berhubungan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu (Masnjoer Arief, 2000).
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada usia antara 3 bulan hingga 5 tahun yang
berkaitan dengan demam, namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intrakranial atau
penyebab yang jelas (Roy,Meadow,2005).
Kejang demam merupakan akibat dari pembebasan litrik yang tidak terkontrol dari
sel syaraf dari sel saraf korteks serbral yang di tandai dengan serangan tiba-tiba terjadi
gangguan kesadaran ringan aktivitas motorik atau gangguan terutama sensorik (Doengoes,
2000).
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaiklan
suhu tubuh( suhu rectal di atas 38ºC), yang disebabkan oleh proses ekstragnium.
B. Etiologi
Hingga kini belum diketahui secara pasti kejang demam disebabkan “infeksi” saluran
napas atas ,otitis media, gastroenteritis,dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu
timbul pada suhu tinggi dapat menyebabkan kejang (Mansjoer arief 2000).
Kejang ini ditimbulkan oleh demam dan cenderung muncul saat awal-awal demam.
Penyebab ini yang paling sering adalah infeksi saluran napas atas
(Roy,meadow,2005:113).
Kejang demam biasanya dicetuskakan oleh infeksi serupa infeksi virus pada telingan ,
faring atau saluran cerna.
C. Patofisiologi
Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar cranial seperti tonsillitis, otitis media akut,
bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksis yang di
hasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh memalui hematogen
maupun limfogen.
Penyebaran toksis ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikan
pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang
lain seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot.
Naiknya suhu di hipotalamus otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan disertai
pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostaglandin. Pengeluaran mediator
kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan
potensial inilah yang merangsang perpindahan ion Natrium, ion Kalium dengan cepat dari
luar sel menuju ke dalam sel. Peristiwa inilah yang diduga dapat menaikan fase
depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.
Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan
respon kesadaran, otot ekstremitas maupun bronkus juga dapat mengalami spasme
sehingga anak beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh penutupan lidah
dan spasme bronkus (Riyadi dan Sujono, 2009).
C. PATHWAY
Kurang O2
Penurunan O2
Penurunan konsentrasi
glukosa darah
Gangguan mototrik
dan sensorik
general
Resti kejang
Resti kejang
Resiko cidera
Distres pernafasan
hipoksia
D.Manifestasi
serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama waktu demam
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik klonik,
fokal atau akinek umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang
berhenti,anak tidak memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah
beberapa detik/menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa devisit
neurologis.
Kejang dapat diikuti oleh hemiparasis sementara yang berlangsung lama
diikuti oleh hemiparasis yang menetap, bangkitan kejang yang
berlangsung lama, sering terjadi pada kejang demam yang pertama.
Durasi kejang berfariasi berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30
menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut, sedangkan
frekuensinya dapat kurang dari 4x dalam 1 tahun sampai lebih dari 2x
sehari, pada kejang demam kompleks frekuensi dapat sampai lebih dari
4x sehari dan kejangnya berlangsung dari 30 menit.
a. Gejalanya berupa
1) Demam (terutama demam tinggi/kenaikan suhu tubuh yang terjadi
secara tiba-tiba).
2) Pingsan yang berlangsung selama 30 detik, 5 menit(hampir selalu
terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam).
3) Postur tonik(kontraksi dan kekuatan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik).
4) Gerakan klonik.
5) Lidah/pipinya tergigit.
6) Gigi atau rahangnya terkatup rapat.
7) Gangguan pernapasan.
8) Apne.
E. Komplikasi
J. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
menanggulangi atau mengoreksi masalah-maalah yang diidentifikasi
pada diagnosa keperawatan (Aziz,2007).
Perencanaan keperawatan pada penyakit kejang demam adalah :
a. Hipertermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi
endotoksin dan hipotalamus.
Tujuan :
Rasa nyaman klien terpenuhi
Kreteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5˚C – 37,5˚C).
2. Tanda-tanda vital normal( s : 36,5˚C, RR : 20-26 x/menit, N : 80
x/menit)
3. Cairan tubuh tetap seimbang antara intake dan output
Intervensi :
1. Kaji faktor-faktor terjadinya hipertermi
Rasional : Mengetahui penyebab terjadinya hipertermi
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali
Rasional : Untuk menentukan perkembangan keperawatan
selanjutnya
3. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres hangat pada kepala/
ketiak
Rasional : Proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu
bahan perantara.
4. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian tipis
Rasional : Proses kehilangan panas akan terhalangi oleh pakaian
yang tebal.
5. observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali
Rasional : Untuk menentukan perkembangan keperawatan
selanjutnya
3. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres hangat pada kepala/
ketiak
Rasional : Proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu
bahan
perantara.
4. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian tipis
Rasional : Proses kehilangan panas akan terhalangi oleh pakaian
yang
tebal.
5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik (parasetamol)
Rasional : Membantu menurunkan suhu tubuh.
b. Resiko kejang berulang berhubungan dengan riwayat kejang.
Tujuan :
Klien tidak terjadi kejang berulang.
Kreteria Hasil :
1. Tidak kejang
2. suhu tubuh normal
3. Tanda-tanda vital kembali normal
Intervensi :
1. Longgarkan pakaian
Rasional : Proses konvesi akan terhalang oleh pakaiaan yang
ketat.
2. Beriakn kompres hangat
Rasional : perpindahan panas secara konduksi.
3. Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional : Aktivitas akan meningkatkan metabolisme dan
meningkatkan panas.
4. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik sesuai intruksi dokter
Rasional : Dapat menurunkan panas.
c. Resiko cedera berhubugan dengan gerakan tonik/klonik adanya
kejang Tujuan :
klien tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
Kreteria Hasil :
1. Pasien terbebas dari cedera
2. keluarga pasien mampu menjelaskan cara /metode untuk
mencegah cedera.
Intervensi :
1. Beri pengamanan pada sisi tempat tidur
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
2. Beri tongue spatel antara gigi dan lidah
Rasional : Menurunkan resiko trauma pada mulut
3. Letakan klien pada tempat tidur yang aman
Rasional : Membantu menurunkan resiko injuri fisik pada
ekstremitas
4. Anjurkan kepada keluarga untuk mengendurkan pakaian
Rasional : Mengurangi tekanan pada jalan napas.
5. Batasi pengunjung
Rasional : mengurangi kegelisahan pasien karena banyak
pengunjung
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan :
Keluarga memahami sakit anaknya serta penangananya dan
mampu melaksanakan perawatan.
Kreteria Hasil :
1. keluarga dapat/mampu di ikutsertakan dalam proses
keperawatan
2. keluarga tidak sering bertanya
3. keluarga mampu menyebutkan penyakit kejang demam
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
Rasioanl : Mengetahui sejauh mana pengetauan yang dimiliki
2. keluarga Berikan penjelasan kepada keluarga sebab dan
akibat kejang demam.
Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat
membantu manambah wawasan keluarga.
3. Jelaskan setiap tindakan keperawan yang akan dilakukan.
Rasional : Agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan
keperawatan.
4. Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
Rasional : Memberikan informasi yang jelas kepada keluarga
5. Berikan helt education agar selalu sedia obat penurunan panas
Rasional : Mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan
serangan kejang berulang.
DAFTAR PUSTAKA