Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI


Bd.6.201

DOSEN PEMBIMBING :

TOPIK PEMBAHASAN : 1. CHANCROID


2. VAGINOSIS BAKTERIALIS
KELOMPOK : VI
DISUSUN OLEH : MEIRICHI
DESYANA SARI SIREGAR
INKE ADELINA
YUSRAINI HASIBUAN
RIZKY HAFIDZAH
LASBOI SINAGA
LASMARIANTI
MARLINA

POLITENIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
D.IV KEBIDANAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa, berkat
karunia dan pertolongannya lah sehingga Makalah dengan tema “ Chancoid dan Vaginitis
bakterialis” ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun berdasarkan referensi
dari beberapa buku dengan harapan dapat bermanfaat dan menjadi pedoman bagi para
pembaca sekalian.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, baik
dalam penulisan maupun informasi yang terkandung di dalam makalah ini, mengingat akan
kemampuan yang saya miliki, oleh karena itu dengan segala kerendahan dan tangan terbuka
saya mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini sebagai tuntunan agar makalah ini kedepannya dapat lebih baik
lagi. Pada kesempatan ini tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu saya dalam menyusun makalah ini,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………….2

A. PENGERTIAN CHANCROID ………………………………………………2


B. PATOFISIOLOGI CHANCROID............................................................................2
C. GEJALA CHANCROID..................................................................................2
D. DIAGNOSIS CHANCROID............................................................................3
E. PENATALAKSANAAN CHANCROID.........................................................3
F. PENGERTIAN VAGINOSIS BAKTERIALIS..............................................4
G. FAKTOR RISIKO VAGINOSIS BAKTERIALIS........................................4
H. PENYEBAB VAGINOSIS BAKTERIALIS...................................................4
I. GEJALA VAGINOSIS BAKTERIALIS........................................................4
J. DIAGNOSIS VAGINOSIS BAKTERIALIS..................................................4
K. PENGOBATAN VAGINOSIS BAKTERIALIS............................................5
L. PENCEGAHAN VAGINOSIS BAKTERIALIS............................................5

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 6

A. Kesimpulan 6
B. Saran 6

DAFTAR PUSTAKA 7

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulkus Genital adalah penyakit apapun yang memiliki ciri adanya luka (sores) pada
daerah genital (AIDSinfo Glossary, 2015). Ulkus Genital juga ditandai dengan adanya satu
atau lebih lesi vesikular, ulseratif atau erosif yang terdapat di daerah genitalia, dengan atau
tanpa adanya limfadenopati inguinal. Kebanyakan Ulkus Genital mengarah pada infeksi
menular seksual (IMS). (Grouzard, et al., 2017)
Etiologi Ulkus Genital dapat disebabkan oleh infeksi maupun noninfeksi (Workowski
dan Berman, 2010). Penyakit IMS yang menyebabkan Ulkus Genital paling sering adalah
sifilis (ulkus durum) yang disebabkan oleh Treponema pallidum, herpes genital (ulkus
herpes) yang disebabkan oleh Herpes simplex virus (HSV), dan chancroid (ulkus mole) yang
disebabkan oleh Haemophilus ducreyi. Granuloma inguinale (donovanosis;
Calymmatobacterium granulomatis) dan limfogranuloma venereum (Chlamydia trachomatis
serotype L1, L2, and L3) lebih jarang ditemukan. Etilologi noninfeksi yang ditemukan
meliputi psoriasis, trauma seksual, sindrom Behçet, granulomatosis Wegener, dan fixed drug
eruption (Roett, 2012). Di Amerika Serikat, kebanyakan pasien Ulkus Genital berusia muda
dan aktif secara seksual menderita herpes genital atau sifilis.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami angkat yaitu mengenai chancroid dan vaginitis bakterialis
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
- Mengetahui bagaimana memahami penyakit Chancroid
- Mengetahui bagaimana memahami penyakit vaginitis bakterialis
-
2. Tujuan Khusus
- Agar pembaca mengetahui bagaimana penyakit Chancroid
- Agar pembaca mengetahui bagaimana penyakit vaginitis bakterialis

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN CHANCROID
Chancroid adalah infeksi bakteri yang menyebabkan luka terbuka pada alat genital
(kelamin) dan sekitarnya. Penyakit ini dialami pria dan wanita, dan dapat
menyebar melalui hubungan seksual. Selain melalui hubungan seksual, penyakit ini
juga dapat menular jika melakukan kontak kulit dengan luka yang terinfeksi
chancroid.
Chancroid disebabkan oleh bakteri Haemophilus ducreyi (H. ducreyi) yang
menyerang jaringan pada area genital dan menimbulkan luka terbuka. Luka terbuka
ini dapat mengeluarkan darah atau cairan yang kembali menyebarkan bakteri H.
ducreyi kepada orang lain. Bakteri ini hanya menimbulkan penyakit pada manusia,
tanpa perantara hewan.

B. PATOFISIOLOGI CHANCROID

Patofisiologi ulkus mole atau chancroid disebabkan karena infeksi bakteri gram
negatif basil H. ducreyi. Transmisi H. ducreyi umumnya melalui melalui mikroabrasi
saat aktivitas seksual atau autoinokulasi mukosa yang mengalami kerusakan. Bakteri
kemudian akan menempel pada sel dengan bantuan interaksi mediator protein dan
lipooligosakarida dengan fibronektin pada matriks ekstrasel. Bakteri yang berhasil
menempel kemudian akan menyebabkan reaksi inflamasi lokal dan elaborasi protein
panas/heat shock protein GroEL. Protein ini kemudian akan memicu pembentukan
rantai bakteri. [3,5,6]
H.ducreyi membutuhkan waktu sekitar 5-7 hari untuk inkubasi. Bakteri kemudian
akan mengeluarkan toksin sitosidal HdCDT yang dapat menyebabkan gangguan pada
proses apoptosis atau nekrosis sehingga terjadi destruksi sel ekstensif sampai
terbentuk ulkus. Bakteri ini juga memiliki protein LspA yang dapat mengganggu
makrofag, sehingga melindungi bakteri dari proses fagositosis. H. ducreyi juga
memiliki peta DsrA yang membantu penempelan bakteri ke sel dan dapat
memproduksi protein Flp 1, Flp 2, dan Flp 3. Ketiga protein Flp ini dapat memicu
pembentukan mikrokoloni dan memperkuat penempelan bakteri ke fibroblas pada
preputium. Faktor-faktor virulensi ini membuat pembentukan ulkus lebih cepat dan
memperlambat penyembuhan. [5-7]

C. GEJALA CHANCROID
Gejala awal chancroid biasanya ditandai dengan munculnya satu atau beberapa
benjolan berwarna merah pada area genital, setelah tiga atau tujuh hari terinfeksi.
Pada pria, benjolan merah kecil
terlihat pada kulup dan beberapa bagian penis. Sedangkan pada wanita, jumlah
benjolan dapat mencapai beberapa buah yang berada di antara labia, anus, atau paha.
Benjolan tersebut bisa menjadi semakin besar dan berisi nanah. Apabila pecah, dapat
meninggalkan luka terbuka atau borok yang terasa nyeri.
Ukuran luka biasanya sekitar 2-5 cm dengan bagian tengah luka yang lembut
berwarna abu-abu kekuningan, luka mudah mengeluarkan darah jika disentuh, terasa
nyeri saat berhubungan seksual dan berkemih, juga disertai pembengkakan kelenjar
getah bening pada pangkal paha yang bisa pecah dan mengeluarkan nanah.

D. DIAGNOSIS CHANCROID
Diagnosis definitif ulkus mole atau chancroid umumnya bisa ditegakkan melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang berupa kultur bakteri
sangat jarang diperlukan.
Kriteria diagnosis chancroid berdasarkan CDC adalah :
a. Terdapat 1 atau lebih ulkus genital yang disertai nyeri
b. Manifestasi klinis sesuai dengan ciri-ciri chancroid
c. Hasil pemeriksaan untuk Treponema pallidum negatif, baik dari serologi atau
tes ruang gelap. Tes harus dilakukan dalam 7 hari setelah munculnya ulkus
Pemeriksaan untuk virus Herpes Simplex (HSV) negatif baik dari kultur ataupun

Polymerase Chain Reaction (PCR).

E. PENATALAKSANAAN CHANCROID
Penatalaksanaan ulkus mole atau chancroid dapat dilakukan dengan pemberian
antibiotik. Terapi umumnya menunjukkan hasil yang baik dengan resolusi komplit,
tetapi dalam beberapa kasus dapat menimbulkan jaringan parut. Pasien yang
mendapat terapi antibiotik harus dievaluasi dalam 7 hari, bila tidak ada perbaikan
kemungkinan terjadi kesalahan diagnosis, terdapat koinfeksi, atau resistensi. Respon
terapi dapat lebih buruk pada orang dengan HIV/AIDS dan laki-laki yang tidak
disirkumsisi.
F. PENGERTIAN VAGINOSIS BAKTERIALIS
Vaginosis bakterialis (VB) atau Bacterial vaginosis (BV) merupakan salah satu
penyakit yang cukup sering menyebabkan keputihan pada wanita usia produktif.
Penyakit ini terjadi karena adanya infeksi pada vagina yang disebabkan oleh bakteri
Gardnerella vaginalis. Selain bakteri ini, biasanya infeksi pada vaginosis bakterialis
juga melibatkan bakteri-bakteri anaerob, yang paling sering adalah Bacteroides dan
Peptococcus. Pada jumlah yang berlebihan, ketiga bakteri ini akan bersimbiosis dan
menimbulkan gejala.
Vaginosis bakterialis dapat mengenai wanita, baik yang sudah melakukan
hubungan intim ataupun yang belum. Penyakit ini juga memiliki nama lain, seperti
Haemophilus vaginalis vaginitis, Corynebacterium vaginale vaginitis, Gardnerella
vaginalis vaginitis, dan Gardnerella vaginalis associated vaginitis.

G. FAKTOR RISIKO VAGINOSIS BAKTERIALIS


Faktor risiko yang dapat menimbulkan vaginosis bakterialis, antara lain:
1. Menggunakan AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim) atau IUD.
2. Terinfeksi oleh parasit Trichomonas.
3. Memiliki pasangan seksual yang terinfeksi Gardnerella vaginalis.
4. Menggunakan pewangi pada pakaian dalam.
5. Berganti-ganti pasangan.

H. PENYEBAB VAGINOSIS BAKTERIALIS


Hal yang dapat membuat bakteri-bakteri ini (Gardnerella vaginalis, Bacteroides,
dan Peptococcus) bisa sebabkan keluhan, hingga saat ini masih belum diketahui
secara pasti. Sebab, umumnya wanita memiliki kolonisasi Gardnerella vaginalis, pada
vaginanya dan tidak mengalami keluhan apapun. Oleh karena itu, kemungkinan
penyebab dari terjadinya gejala pada infeksi ini adalah kombinasi antara peningkatan
kuman-kuman penyebab dan berkurangnya bakteri baik yang seharusnya mencegah
penyakit yang ada di vagina.

I. GEJALA VAGINOSIS BAKTERIALIS


Infeksi ini nyatanya tidak menimbulkan gejala sama sekali pada sebagian wanita.
Keluhan utama dari vaginosis bakterialis biasanya adalah keputihan yang berwarna
putih keabuan dan berbau tidak enak (amis), terutama setelah berhubungan intim dan
saat haid. Selain itu, gejala lainnya adalah iritasi di daerah vagina yang ditandai
dengan rasa gatal, rasa terbakar, kemerahan, dan bengkak pada vulva.

J. DIAGNOSIS VAGINOSIS BAKTERIALIS


Penegakkan diagnosis vaginosis bakterialis dilakukan oleh dokter ahli dan melalui
serangkai wawancara dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Diagnosis
vaginosis bakterialis dapat ditegakkan berdasarkan:
a. Adanya keputihan yang berwarna abu-abu dan berbau
b. Pada pemeriksaan sekret vagina terdapat leukosit sedikit atau tidak ada, sel
epitel yang banyak, dan adanya kokobasil kecil-kecil yang berkelompok.
Sel-sel epitel vagina yang dilapisi sel-sel kokobasil menyebabkan batas sel
tidak jelas, yang disebut clue cells. Adanya clue cells ini merupakan salah
satu kriteria diagnostik.
c. Adanya pemeriksaan gram bakteri akan meningkatkan konfirmasi
diagnosis.

K. PENGOBATAN VAGINOSIS BAKTERIALIS


Oleh karena merupakan sebuah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, maka
pengobatan utama vaginosis bakterialis adalah dengan menggunakan antibiotik.
Selain antibiotik, pengidap juga perlu menghindari faktor risiko jika ada, serta mitra
seksual pengidap vaginosis bakterialis juga perlu mendapat pengobatan untuk
mengurangi kemungkinan rekurensi.

L. PENCEGAHAN VAGINOSIS BAKTERIALIS


Cara untuk dapat terhindar dari penyakit vaginosis bakterialis, antara lain:
Jika menggunakan AKDR dan mengalami vaginosis bakterialis, diskusikan
kepada bidan atau dokter untuk metode kontrasepsi lain yang dapat digunakan.
• Tidak berganti-ganti pasangan dan menjaga kebersihan alat reproduksi
pasangan.
• Menjaga kebersihan alat reproduksi diri, yaitu dengan:
• Selalu menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan tidak terlalu
ketat.
• Menghindari menggunakan pewangi yang berlebihan pada pakaian dalam.
• Menghindari menggunakan pembalut yang terlalu lama dan sering.
• Tidak menggunakan sabun pembersih vagina terlalu sering, sebab ini bisa
merusak ekosistem flora normal di vagina.
• Tidak menggunakan detergen yang terlalu kuat untuk mencuci pakaian dalam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ulkus Genital adalah penyakit apapun yang memiliki ciri adanya luka (sores)
pada daerah genital (AIDSinfo Glossary, 2015). Ulkus Genital juga ditandai
dengan adanya satu atau lebih lesi vesikular, ulseratif atau erosif yang terdapat di
daerah genitalia, dengan atau tanpa adanya limfadenopati inguinal. Kebanyakan
Ulkus Genital mengarah pada infeksi menular seksual. Pencegahan penyakit
genital menjadi hal yang penting karena penyakit ini menjadi pembuka jalan
untuk terjadinya penyakit IMS lainnya.

B. Saran
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian
selanjutnya. Sebaiknya, ada penelitian lanjutan untuk mengembangkan penelitian
ini dengan meneliti faktor-faktor lainnya juga. Selain itu, setelah melakukan uji
validitas kuesioner sebaiknya diperbaiki agar semua item kisi-kisi terdapat dalam
kuesioner tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Fiala K, Swali R. Dermatologic Manifestations of Chancroid. Medscape. 2017. Diakses dari:


https://emedicine.medscape.com/article/1052141
Buensalido J, Fransisco C. Chancroid. Medscape. 2017. Diakses dari:
https://emedicine.medscape.com/article/214
Buensalido, J. Medscape (2017). Chancroid.
Healthline. DIakses pada 2019. Bacterial Vaginosis.
Inamadar, AC. Palit, A. (2002). Chancroid: An Update. IJDVL, 68(1), pp. 5-9.
Lewis, D. (2003). Chancroid: Clinical Manifestations, Diagnosis, and
Macon, B. Healthline (2017). Chancroid.
Management. Sexually Transmitted Infections, 79(1), pp. 68-71.
Mayo Clinic. DIakses pada 2019. Bacterial Vaginosis.
Ngan, V. DermNet (2014). Chancroid.
Web MD. DIakses pada 2019. Bacterial Vaginosis.

Anda mungkin juga menyukai