Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“Responsibility Accounting, Quality Control And Environmental Cost


Management”

Dosen Pengampu :

Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :

1. Niken Hustilah (C1C018044)


2. Elva Clarissa Salsabila (C1C018076)
3. Raras Aroyo (C1C018102)

KELAS R-10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5
I. Responsibility Accounting.........................................................................................5
2.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban..............................................................5
2.2 Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban................................................5
2.3 Pusat Pertanggungjawaban.......................................................................................7
2.4 Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban.....................................................................8
II. Quality Control........................................................................................................... 10
2.1 Pengertian Quality Control.......................................................................................10
2.2 Tujuan Metode Quality Control................................................................................11
2.3 Fungsi Quality Control dalam Perusahaan...............................................................11
2.4 Tugas Quality Control..............................................................................................12
2.5 Total Quality Control................................................................................................13
2.6 Keahlian yang dibutuhkan Quality Control...............................................................13
2.7 Tanggung Jawab dari Quality Control......................................................................13
III. Environmental Cost Management............................................................................14
2.1 Manajemen Biaya Lingkungan.................................................................................14
2.2 Manfaat Ekoefisiensi................................................................................................14
2.3 Model Biaya Kualitas Lingkungan............................................................................15
2.4 Membebankan Biaya Lingkungan............................................................................16
2.5 Penilaian Biaya Siklus Hidup...................................................................................18
2.6 Akuntansi Pertanggungjawaban Lingkungan Berbasis Strategi...............................19
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 20
3.2 Saran........................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 22

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
karunia-Nya sehingga makalah Akuntansi Manajemen Lanjutan ini bisa selesai tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari Penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan ‘’Responsibility Accounting, Quality Control And Environmental
Cost Management’’.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada Dosen Pengampu yang telah
membimbing dan memberi arahan kepada kami.

Kami sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih.

Jambi, 08 November 2020

Penyusun

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha semakin berkembang pesat, dengan teknologi


yang samakin canggih sudah banyak digunakan untuk mendukung semua
kegiatan perusahaan untuk tercapainya tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan. Dalam usaha untuk mencapai tujuannya, maka setiap perusahaan
akan berusaha untuk meningkatkan efektivitas maupun efisien kerja. Untuk
mengkoordinasikan kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan, maka
perusahaan akan mempersiapkan strategi-strategi sebagai arahan didalam
mencapai tujuan. untuk memastikan bahwa perusahaan melaksanakan
strateginya secara efektif dan efisien, manajemen melakukan suatu proses
yang disebut dengan pengendalian.

Salah satu bentuk pengendalian adalah dengan memperhatikan masalah


operasional dengan anggaran keuangan sebagai pendukung kegiatan dengan
melakukan penyusunan rencana anggaran pada waktu yang lebih awal,
melalui pembentukan pusat-pusat pertanggungjawaban, serta laporan
anggaran dan realisasinya dari setiap pusat pertanggungjawaban untuk dapat
menentukan prestasi pusat pertanggungjawaban. Akuntansi
pertanggungjawaban merupakan system akuntansi yang mengakui berbagai
pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan perusahaan yang mencerminkan
rencana dan tindakan setiap pusat pertanggungjawaban dengan menetapkan
pendapatan dan biaya tertentu,

System akuntansi pertanggungjawaban merupakan metode pengendalian


biaya. Biaya dalam system akuntansi pertanggungajawaban dihubungkan
dengan manajer yang memiliki wewenang untuk mengkonsumsi sumber daya.
Karena sumber daya yang digunakan harus dinyatakan dalam satuan uang dan
itu merupakan biaya, maka system akuntansi pertanggungajawaban
merupakan satu metode pengendalian biaya yang memungkinkan manajemen
untuk melakukan pengelolaan biaya.

1
Quality control (pengendali mutu) banyak diperlukan atau dibutuhkan di
berbagai sektor industri, dari manufaktur mobil sampai produksi pangan.
Tergantung dari sektor industri dimana quality control tersebut bekerja, tugas
umum mereka memeriksa secara visual, bantuan teknologi modern atau
menguji produk secara manual sebelum, selama atau setelah proses produksi.
Quality control juga bertanggung jawab dalam menjalankan dan memantau
peralatan inspeksi, serta merekam dan menganalisis data kualitas suatu
produksi.

Lebih detailnya quality control bertugas meneliti produk dan selama


proses produksi baik sebelum, selama dan setelah proses produksi untuk
memperoleh standar kualitas yang diperlukan. Tugas quality control
mencakup monitoring, uji-tes dan memeriksa semua proses produksi yang
terlibat dalam produksi suatu produk. Memastikan semua standar kualitas
dipenuhi oleh setiap komponen dari produk atau layanan yang disediakan oleh
perusahaan.

Biaya lingkungan mendapatkan perhatian yang semakin besar dalam


manajemen perusahaan. Peraturan mengenai lingkungan menjadi semakin
ketat dan pelanggran terhadapnya dapat menyebabkan denda yang besar. Oleh
karena nya biaya lingkungan harus diukur dan diidentifikasi penyebab
utamanya. Selain itu, keberhasilan perusahaan dalam mengatasi masalah-
masalah lingkungan menjadi isu yang semakin kompetitif dan menjadi tak
terpisahkan dengan tujuan bisnis perusahaan. Di dalam manajemen biaya
lingkungan ini terdapat manfaat Ekoefisiensi yang akan dijelaskan juga pada
kali ini, salah satu pendekatan yang digunakan adalah model biaya kualitas
lingkungan. Dalam hal ini, kondisi ideal adalah tidak adanya kerusakan
lingkungan, kerusakan lingkungan dianggap sebagai degradasi langsung dari
lingkungan. Biaya kegagalan lingkungan dapat dikurangi dengan
menginvestasikan lebih banyak aktivitas-aktivitas pencegahan dan deteksi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah, sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Pertanggungjawaban?

2. Apa Manfaat dan Tujuan dari Akuntansi Pertanggungajawaban?

2
3. Apa yang dimaksud dengan Pusat Pertanggungjawaban?

4. Apa Saja Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban?

5. Apa Pengertian dari Quality Control?

6. Apa Tujuan dari Quality Control?

7. Apa Fungsi dari Quality Control?

8. Apa Tugas dari Quality Control?

9. Apa itu TQC?

10. Apa Saja Keahlian yang dibutuhkan Quality Control?

11. Apa Saja Tanggung Jawab dari Quality Control?

12. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Biaya Lingkungan?

13. Apa Saja Manfaat Ekoefisiensi?

14. Bagaimana Model Biaya Kualitas Lingkungan?

15. Mengapa Membebankan Biaya Lingkungan?

16. Bagaimana Penilaian Biaya Siklus Hidup?

17. Apa Itu Akuntansi Pertanggungjawaban Lingkungan Berbasis Strategi?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan, sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Akuntansi pertanggungjawaban.

2. Untuk memahami manfaat dan tujuan dari Akuntansi pertanggungjawaban.

3. Untuk mengetahui pusat pertanggungjawaban.

4. Untuk mengetahui jenis-jenis pusat pertanggungjawaban.

5. Untuk mengetahui quality control.

6. Untuk mengetahui tujuan dari quality control.

7. Untuk mengetahui fungsi dari quality control.

8. Untuk mengetahui tugas dari quality control.

9. Untuk mengetahui TQC.

3
10. Untuk mengetahui keahlian yang dibutuhkan quality control.

11. Untuk mengetahui tanggung jawab dari quality control.

12. Untuk mengetahui apa itu manajemen biaya lingkungan.

13. Untuk mengetahui manfaat ekoefisiensi.

14. Untuk mengetahui model biaya kualitas lingkungan.

15. Untuk mengetahui membebankan biaya lingkungan.

16. Untuk mengetahui penilaian biaya siklus hidup

17. Untuk mengetahui akuntansi pertanggungjawaban lingkungan berbasis strategi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

I. Responsibility Accounting

2.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari


akuntansi manajemen dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan
dengan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi. Istliah
akuntansi pertanggungjawaban ini akan mengarah pada proses akuntansi yang
melaporkan sampai bagaimana baiknya manajer pusat pertanggungjawaban
dapat memanage pekerjaan yang langsung dibawah pengawasannya dan yang
merupakan tanggungjawabnya atau suatu sistem yang mengukur rencana dan
tindakan dari setiap pusat pertanggungjawaban.

Menurut Hansen, Mowen (2005:116) definisi akuntansi


pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :

”Akuntansi pertanggungjawaban adalah Sistem yang mengukur berbagai


hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi
yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan pusat
pertanggungjawaban mereka.”

Dari berbagai definisi diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai


akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut:

5
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang
disusun berdasarkan struktur organisasi yang secara tegas memisahkan tugas,
wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing tingkat manajemen.

2.2 Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban

Didalam penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada suatu perusahaan,


terlebih dahulu harus diketahui apa yang menjadi tujuan dari Akuntansi
Pertanggungjawaban itu sendiri.

Menurut Robert N. Anthony dan Roger H. Hermanson (2001:57)


dikemukakan bahwa :
“Tujuan Akuntansi pertanggungjawaban adalah membebani pusat
pertanggungjawaban dengan biaya yang dikeluarkannya.”

Berdasarkan tujuan-tujuan yang dikemukakan diatas, maka dapat


disimpulkan bahwa tujuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban adalah
mengadakan evaluasi hasil kerja suatu pusat pertanggungjawaban untuk
meningkatkan operasi-operasi perusahaan di waktu yang akan datang.

Manfaat informasiakuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut


(Soekarno, 2002:38) :

a.    Sebagai dasar penyusunan anggaran

Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran (role
setting) dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran
ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagaian aktivitas pencapaian
sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan bagi pemegang
peran tersebut untuk memungkinkannya melaksanakan perannya. Sumber daya yang
disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran
perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi
akuntansi.

b.    Penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban

Informasi akuntasi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam


proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi,karena informasi tersebut
menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggungjawab
terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara

6
memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan/atau biaya
yang menjadi tanggungjawabnya, dan kemudian menyajikan informasi realisasi
pendapatan dan/atau biaya tersebut menurut manajer yang bertanggungjawab
mencerminkan skor (score) yang dibuat oleh setiap manajer dalam menggunakan
berbagai sumber daya untuk melaksankan peran manajer tersebut dalam mencapai sasaran
perusahaan.

c.    Untuk memotivasi manajer

Motivasi adalah proses prakarsa dilakukannya suatu tindakan secara sadar dan
bertujuan. Permotivasi adalah sesuatu yang digunakan untuk mendorong timbulnya
prakarsa seseorang untuk melaksanakan tindakan secara sadar dan bertujuan. Dalam
sistem penghargaan perusahaan,informasi akuntansi merupakan bagian yang penting,
maka informasi akuntansi ini akan berdampak terhadap motivasi manajer melalui dua
jalur berikut ini:

1) Menimbulkan pengaruh langsung terhadap motivasi manajer dengan


mempengaruhi kemungkinan usaha diberi penghargaan. Struktur penghargaan
sebagian didasarkan atas informasi akuntansi, maka manajer akan berkeyakinan
bahwa prestasinya yang diukur dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban
akan diberi penghargaan yang sebagian besar didasarkan pada informasi
akuntansi.

2) Informasi pertanggungjawaban berdampak terhadap motivasi melalui nilai


penghargaan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban digunakan untuk
mengukur prestasi manajer.Jika struktur penghargaan sebagian besar didasarkan
pada informasi akuntansi, manajer akan memperoleh kepuasan.

Wewenang didelegasikan kepada setiap manajer bawah kemudian


mempertanggungjwabkan pelaksanaan wewenang tersebut kepada manajer
atasannya.Tanggung jawab timbul sebagai akibat adanya pendelegasian
wewenang yang dilakukan oleh suatu tingkat manajemen yang lebih tinggi ke
tingkat yang lebih rendah.Manajemen tingkat lebih rendah berkewajiban
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tersebut kepada manajer
atasannya.Wewenang mengalir dari tingkat manajer atas ke bawah, sedangkan
tanggung jawab mengalir sebaliknya.Informasi akuntansi yang bersangkutan

7
dengan pertanggungjawabkan pelaksanaan wewenang disebut dengan
informasi akuntansi pertanggungjawaban.

2.3 Pusat Pertanggungjawaban

Pusat pertanggungjawaban ialah setiap unit kerja dalam organisasi yang


dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas yang
dilakukan atau unit organisasi yang dipimpinnya. Dalam kaitan ini, suatu
organisasi terdiri dari kumpulan dari beberapa pusatpertanggungjawaban.

Keseluruhan pusat pertanggungjawaban ini membentuk jenjang hirarki


dalam organisasi tersebut.Pada tingkatan yang terendah bentuk dan pusat
pertanggungjawaban ini kita dapatkan sebagai seksi, regulernya bergilir, serta
unit-unit kerja lainnya, Pada tingkatan yang lebih tinggi pusat
pertanggungjawaban dibentuk dalam departernen-departemen ataupun divisi-
divisi.Biasanya istilah pusat pertanggungjawaban hanya kita terapkan untuk
unit-unit kecil dalam organisasi ataupun unit-unit kerja yang terletak pada
tingkat bawah dalam suatu lingkup organisasi.

2.4 Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban

Biaya variabel merupakan biaya yang meningkat secara proporsional


dengan peningkatan aktivitas. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah
jumlah totalnya ketika penggunaan aktivitas berubah, sedangkan biaya
campuran merupakan biaya yang mempunyai komponen tetap dan variabel.

Pusat pertanggungjawaban pada dasarnya diciptakan untuk mencapai


sasaran tertentu, jadi sasaran dari masing-masing individu dalam liar-liar pusat
pertanggungjawaban itu harus diusahakan agar selaras, serasi dan seimbang
dalam usaha rnencapai sasaran umum dari organisasi secara
keseluruhan.Suatu pusat pertanggungjawaban pada dasarnya dibentuk untuk
rnencapai sasaran tertentu yang selaras dengan sasaran umum organisasi.

a. Pusat Biaya (Cost Center)

Pusat biaya merupakan segmen atau subdivisi dari suatu organisasi dimana
manajernya hanya bertanggungjawab terhadap segala pengeluaran pada segmen tersebut.
Pusat biaya merupakan pusat pertanggungjawaban yang mengolah masukan (input) yang
diukur dalam nilai uang namun output tidak diukur dengan cara yang sama. Berdasarkan

8
hubungan masukan dan keluaran, pusat biaya dapat dibagi atas pusat biaya tekhnik
(engineered cost center) dan pusat biaya kebijakan (discreationary cost center).

Pusat biaya tekhnik adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya dapat ditentukan
dengan pasti karena biaya tersebut berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat biaya
tersebut.Salah satu contoh pusat biaya tekhnik adalah departemen produksi dan
departemen pengiriman. Jika keluaran dinaikkan jumlahnya akan menyebabkan
bertambahnya jumlah masukan (biaya produksi) departemen tersebut. Prestasi manajer
pusat biaya tekhnik diukur berdasarkan kemampuan mempertahankan efisiensi kerja.

Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak
mempunyai hubungan yang erat dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut.Jumlah
biaya yang “tepat” untuk kegiatan pusat biaya kebijakan ditentukan berdasarkan
kebijakan manajemen.Salah satu contoh dari pusat biaya ini adalah departemen akuntansi,
personalia, dan bagian penelitian pengembangan. Tujuan dari pusat biaya kebijakan
bukanlah untuk meminimumkan jumlah pengeluaran,tetapi untuk mengusahakan
bagaimana menggunakan dana yang dianggarakandengan cara yang seefektif mungkin.
Itulah sebabnya pusat biaya ini tidak dapat diukur prestasi manajernya dari sudut
efisiensi.

b. Pusat Pendapatan (Revenue Center)

Pusat pendapatan yaitu suatu pusat pertanggungjawaban di mana manajernya


hanya bertanggung jawab untuk penjualan atau perolehan pendapatan.Prestasi manajer
pusat pertanggungjawaban diukur berdasarkan jumlah penjualan/pendapatan yang
dicapai dibandingkan dengan penjualan yang dianggarkan, dan biaya pemasaran aktual
dibandingkan dengan biaya pemasaran yang dianggarkan.

c. Pusat Laba (Profit Center)

Pusat laba adalah suatu pusat pertanggungajawaban dalam suatu organisasi yang
kinerja manajemennya dinilai atas dasar selisih pendapatan dengan biaya dalam pusat
pertanggungjawaban tersebut. Adapun yang menjadi perhatian dalam pusat
pertanggungjawaban ini adalah besar laba yang diperoleh, yaitu dengan membandingkan
biaya sebagai input dengan pendapatan sebagai output.

Contoh: Unit bisnis sebagai pusat laba biasanya ditetapkan pada perusahaan yang
menghasilkan lebih dari satu macam produk atau jasa. Dalam hal ini manajer divisi

9
bertanggung jawab untuk mengendalikan atas pengembangan produk, proses produksi,
dan strategi pemasaran.Para manajer tersebut berperan untuk mempengaruhi pendapatan
dan beban sedemikian rupa sehingga dapat dianggap bertanggung jawab atas “laba
bersih”.

d. Pusat Investasi (Investment Center)

Investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang


kinerjanya dinilai atas dasar pendapatan, biaya, dan sekaligus investasi (aktiva dan
modal) pada pusat pertanggungjawaban tersebut.Prestasi pusat investasi diukur dengan
menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi
yang bersangkutan. Adapun ukuran prestasi yang sering dipakai pada pusat investasi ini
adalah Return on Investment (ROI), yang dihitung dengan rumus :

ROI = Net Operating Income

Total Asset

Estimasi biaya membantu manajemen untuk memprediksi berapa besarnya biaya pada
level aktivitas yang direncanakan termasuk menyusun perencanaan kegiatan dan
menyusun anggaran.

II. Quality Control

2.1 Pengertian Quality Control

Pengendalian mutu (Quality Control), atau QC untuk akronimnya, adalah


suatu proses yang pada intinya adalah menjadikan entitas sebagai peninjau
kualitas dari semua faktor yang terlibat dalam kegiatan produksi. Terdapat tiga
aspek yang ditekankan pada pendekatan ini, yaitu:

1. Unsur-unsur seperti kontrol, manajemen pekerjaan, proses-proses yang terdefinisi dan


telah terkelola dengan baik, kriteria integritas dan kinerja, dan identifikasi catatan.

2. Kompetensi, seperti pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualifikasi.

3. Elemen lunak, seperti kepegawaian, integritas, kepercayaan, budaya organisasi, motivasi,


semangat tim, dan hubungan yang berkualitas.

Lingkup kontrol termasuk pada inspeksi produk, di mana setiap produk


diperiksa secara visual, dan biasanya pemeriksaan tersebut menggunakan
mikroskop stereo untuk mendapatkan detail halus sebelum produk tersebut

10
dijual ke pasar eksternal. Seseorang yang bertugas untuk mengawasi
(inspektur) akan diberikan daftar dan deskripsi kecacatan-kecacatan dari
produk cacat yang tidak dapat diterima (tidak dapat dirilis), contohnya seperti
keretak atau kecacatan permukaan. Kualitas dari output akan beresiko
mengalami kecacatan jika salah satu dari tiga aspek tersebut tidak tercukupi.

Penekanan QC terletak pada pengujian produk untuk mendapatkan produk


yang cacat. Dalam pemilihan produk yang akan diuji, biasanya dilakukan
pemilihan produk secara acak (menggunakan teknik sampling). Setelah
menguji produk yang cacat, hal tersebut akan dilaporkan kepada manajemen
pembuat keputusan apakah produk dapat dirilis atau ditolak. Hal ini dilakukan
guna menjamin kualitas dan merupakan upaya untuk meningkatkan dan
menstabilkan proses produksi (dan proses-proses lainnya yang terkait) untuk
menghindari, atau setidaknya meminimalkan, isu-isu yang mengarah kepada
kecacatan-kecacatan di tempat pertama, yaitu pabrik. Untuk pekerjaan
borongan, terutama pekerjaan-pekerjaan yang diberikan oleh instansi
pemerintah, isu-isu pengendalian mutu adalah salah satu alasan utama yang
menyebabkan tidak diperbaharuinya kontrak kerja.

2.2 Tujuan Metode Quality Control

Tujuan quality control adalah agar tidak terjadi barang yang tidak sesuai
dengan standar mutu yang diinginkan (second quality) terus-menerus dan bisa
mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas, sehingga konsumen merasa
puas dan perusahaan tidak rugi.
Tujuan Pengusaha menjalankan QC adalah untuk menperoleh keuntungan
dengan cara yang fleksibel dan untuk menjamin agar pelanggan merasa puas,
investasi bisa kembali, serta perusahaan mendapat keuntungan untuk jangka
panjang. Bagian pemasaran dan bagian produksi tidak perlu melaksanakan,
tetapi perlu kelancaran dengan memanfaatkan data, penelitian dan testing
dengan analisa statistik dari bagian QC yang disampaikan kepada pihak
produksi untuk mengetahui bagaimana hasil kerjanya sebagai langkah untuk
perbaikan. Saat pelaksanaan pengujian QC dan testing bila ditemukan
beberapa masalah khusus, perlu dibuat suatu study agar dapat digunakan
untuk mengatasi masalah di bagian produksi tersebut.

11
Di samping tersebut di atas tugas bagian QC yaitu jika terjadi komplain,
mengadakan cek ulang dan menyatakan kebenaran untuk bisa diterima secara
terpisah lalu dilaporkan kepada departemen terkait untuk perbaikan proses
selanjutnya. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengendalian biaya (Cost Control). Tujuannya adalah agar produk yang dihasilkan
memberikan harga yang bersaing (Competitive price).

2. Pengendalian Produksi (Production Control). Tujuanya adalah agar proses produksi


(proses pelaksanaan ban berjalan) bisa lancar, cepat dan jumlahnya sesuai dengan rencana
pencapaian target.

3. Pengendalian Standar Spesifikasi produk. Meliputi aspek kesesuaian, keindahan,


kenyamanan dipakai dan sebagainya, yaitu aspek-aspek fisik dari produk.

4. Pengendalian waktu penyerahan produk (delivery control). Penyerahan barang terkait


dengan pengaturan untuk menghasilkan jumlah produk yang tepat waktu pengiriman,
sehingga dapat tepat waktu diterima oleh pembeli. 

2.3 Fungsi Quality Control dalam Perusahaan

Banyak perusahaan yang melihat bahwa fungsi dan peranan quality


control adalah suatu fungsi yang membebankan biaya, baik itu biaya
operasional dari gaji karyawannya maupun menghambat dari proses
operasional itu sendiri.  Beberapa perusahaan menjadi “terpaksa” memiliki
fungsi QC sehingga melihat fungsi QC hanya tempelan saja yang digunakan
sesuai kebutuhan.  Lalu bagaimanakah cara yang paling tepat dalam
memastikan proses dan fungsi quality control dijalankan sesuai dengan
standar persyaratan yang telah ditetapkan.

1. Pengembangan fungsi QC dalam mekanisme bisnis

Dalam penetapan bisnis, fungsi masuk ke dalam bagian quality cost


artinya biaya yang dikeluarkan untuk memastikan proses pemeliharaan
terhadap mutu produk dapat dijalankan sesuai dengan standar persyaratan
yang ada. Sebaiknya perusahaan tidak melihat bahwa cost of quality adalah
beban biaya dalam perusahaan melainkan investasi. Mengapa demikian?

Fungsi QC memegang strategi yang berperan penting dalam melakukan


proses pengambilan posisi dari pelanggan, yang mana tahapan ini merupakan

12
suatu aplikasi yang strategis dalam menjamin konsistensi kesepakatan dengan
pelanggan.

2. Peranan QC dalam posisi langkah perbaikan dalam bisnis

Fungsi QC itu sendiri merupakan suatu bentuk langkah strategis yang


penting dan kuat untuk memastikan bahwa ketidaksesuaian terdeteksi untuk
kemudian ditetapkan sebagai bentuk penetapan langkah tindak lanjut dalam
antisipasi proses pengembangan bisnis khususnya perbaikan produksi.

3. Penjaminan konsistensi operasional

Peranan QC yang “memaksa” produksi untuk konsisten dapat membantu


perusahaan dalam mengembangkan setting terhadap aspek budget operasional
sesuai dengan standar persyaratan yang telah ditetapkan. Sebagai contoh
proses aplikasi penggunaan material, penetapan fungsi pemasok serta
penetapan alokasi beban kerja operasional.

Akan menjadi suatu hal yang menarik apabila perusahaan lebih


mengoptimalkan fungsi QC dan tidak menomorduakan fungsinya hanya
karena pemikiran biaya.

2.4 Tugas Quality Control

Tugas quality control secara spesifik bervariasi, tergantung pada industri


di mana mereka bekerja. Tidak peduli pada sektor industri dimana mereka
bekerja tujuan utama mereka adalah pengendalian kualitas, menguji produk
sesuai standar spesifikasi pabrik atau perusahaan.

Quality control memiliki kewenangan untuk menerima atau menolak


produk yang yang akan dipasarkan. Ketika mereka menemukan cacat pada
hasil produksi mereka berwenang dan dapat mengirimkan produk yang cacat
kembali untuk perbaikan. Inti dari tugas mereka adalah menguji, memeriksa,
meneliti, menganalisi kualitas produk sehingga produk yang dihasilkan sesuai
dengan standar perusahaan dan layak diedarkan di pasaran.

2.5 Total Quality Control

TQC (Total Quality Control) adalah sistem manajemen yang dinamis yang
mengikuti sertakan seluruh anggota organisasi dengan penerapan konsep dan
teknik pengendalian kualitas untuk tercapainya kepuasan pelanggan dan yang

13
mengerjakannya. Dasar Total Quality Control adalahmentalitas, kecakapan
dan manajemen partisipatif dengan sikap mental yang mengutamakan kualitas
kerja. Mentalitas adalah kesediaan bekerja sungguh-sungguh, jujur dan
bertanggung jawab melaksanakan pekerjaannya.

2.6 Keahlian yang dibutuhkan Quality Control

QC keahliannya harus didasarkan pada inspeksi visual dari suatu kualitas


produk. Dia harus memiliki pendekatan profesional mengenai metode jaminan
kualitas dan mampu menggunakan alat-alat canggih untuk tujuan ini. QC juga
harus memiliki keterampilan dokumentasi profesional untuk proses jaminan
kualitas. Kualitas yang diinginkan dalam setiap produk saat ini. Oleh karena
itu, QC dibutuhkan dalam setiap bidang seperti konstruksi, pertanian, barang-
barang konsumen, peralatan medis, baik teknis, transportasi dan berbagai
layanan lainnya. QC harus bekerja dalam koordinasi dengan departemen lain
seperti produksi, manufaktur, pengepakan dan pemasok.

2.7 Tanggung Jawab dari Quality Control

1. Memantau perkembangan semua produk yang diproduksi oleh perusahaan.

2. Bertanggung jawab untuk memperoleh kualitas dalam produk dan jasa perusahaannya.

3. Tugas utama Quality Control tetap sama di semua industri Namun, metode untuk
menentukan kualitas suatu produk bervariasi setiap perusahaan.

4. Dalam produk material, QC harus memverifikasi kualitas produk dengan bantuan


parameter seperti berat badan, tekstur dan sifat fisik lain dari perusahaan.

5. Dalam industri mekanik QC menjamin kualitas setiap bagian secara individual. Demikian
juga, untuk setiap industri metode ini bervariasi setiap produk.

6. QC memonitor setiap proses yang terlibat dalam produksi produk.

7. Memastikan kualitas barang yang dibeli serta barang jadi.

8. Merekomendasikan pengolahan ulang produk-produk berkualitas rendah.

9. Bertanggung jawab untuk dokumentasi inspeksi dan tes yang dilakukan pada produk dari
sebuah perusahaan.

10. QC harus memastikan produk dari standar perusahaan memenuhi mutu ISO seperti 9001,
ISO 9002 dll.

14
11. Menjaga checklist proses inspeksi dan protokol yang digunakan dalam suatu perusahaan.

12. Bertanggung jawab untuk mengidentifikasi masalah dan isu-isu mengenai kualitas produk
dan juga harus membuat rekomendasi kepada otoritas yang lebih tinggi.

13. Membuat analisis catatan sejarah perangkat dan dokumentasi produk sebelumnya untuk
referensi di masa mendatang.

III. Environmental Cost Management

2.1 Manajemen Biaya Lingkungan

Biaya lingkungan mendapatkan perhatian yang semakin besar dalam


manajemen perusahaan. Peraturan mengenai lingkungan menjadi semakin
ketat dan pelanggaran terhadapnya dapat menyebabkan denda yang besar.
Mengingat biaya untuk mematuhi peraturan tentang lingkungan juga cukup
besar maka perlu dipilih metode yang paling murah dalam memenuhinya.
Oleh karenanya biaya lingkungan harus diukur dan diidentifikasi penyebab
utamanya. Selain itu, keberhasilan perusahaan dalam mengatasi masalah-
masalah lingkungan menjadi isu yang semakin kompetitif dan menjadi tak
terpisahkan dengan tujuan bisnis perusahaan.

2.2 Manfaat Ekoefisiensi

Untuk memahami manajemen biaya lingkungan, kita perlu memahami


konsep ekoefisiensi. Pada intinya, ekoefisiensi menyatakan bahwa organisasi
dapat menghasilkan barang dan jasa yang lebih bermanfaat sambil secara
bersamaan mengurangi dampak lingkungan yang negatif, konsumsi sumber
daya, dan biaya. Ekoefisiensi mengimplikasikan bahwa peningkatan efisiensi
ekonomi berasal dari perbaikan kinerja lingkungan. Beberapa penyebab dan
insentif untuk ekoefisiensi antara lain:

1. Permintaan pelanggan atas produk yang lebih bersih.

2. Pegawai yang lebih baik dan produktivitas yang lebih besar.

3. Biaya modal dan biaya asuransi yang lebih rendah.

4. Keuntungan sosial yang signifikan sehingga citra perusahaan menjadi lebih baik.

5. Inovasi dan peluang baru.

6. Pengurangan biaya dan keunggulan bersaing.

15
Biaya lingkungan dapat merupakan persentase yang signifikan dari biaya
operasional total. Melalui manajemen yang efektif, banyak dari biaya-biaya
ini yang dapat dikurangi atau dihapuskan. Untuk melakukannya, diperlukan
informasi biaya lingkungan yang menuntut manajemen untuk mendefinisikan,
mengukur, mengklasifikasikan, dan membebankan biaya lingkungan kepada
proses, produk danobjek biaya lainnya. Biaya lingkungan dilaporkan sebagai
sebuah kelompok terpisah agar manajer dapat melihat pengaruhnya terhadap
profotabilitas perusahaan.

2.3 Model Biaya Kualitas Lingkungan

Salah satu pendekatan yang digunakan adalah model biaya kualitas


lingkungan. Dalam model kualitas lingkungan total, kondisi ideal adalah tidak
adanya kerusakan lingkungan; kerusakan dianggap sebagai degradasi
langsung dari lingkungan (misalnya polusi air dan udara) atau degradasi tidak
langsung (misal penggunaan bahan baku dan energi yang tidak perlu). Biaya
lingkungan didefinisikan sebagai biaya-biaya yang terjadi karena adanya
kualitas lingkungan yang buruk atau karena kualitas lingkungan yang buruk
mungkin terjadi. Oleh karenanya biaya lingkungan dapat diklasifikasikan
menjadi :

1. Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention cost), yaitu biaya-biaya


untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah dan/atau
sampah yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Contoh: biaya seleksi
pemasok, seleksi alat pengendali polusi, desain proses dan produk, training karyawan,
dll.

2. Biaya deteksi lingkungan (environmental detection cost), yaitu biaya-biaya untuk


aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk, proses, dan aktivitas
lainnya telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku/tidak. Contoh: biaya audit
aktivitas lingkungan, pemeriksaan produk dan proses, pelaksanaan pengujian
pencemaran, pengukuran tingkat pencemaran, dll.

3. Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal failure cost), yaitu


biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah, tetapi tidak
dibuang ke lingkungan luar. Contoh: biaya operasional peralatan
pengurang/penghilang polusi, pengolahan dan pembuangan limbah beracun,

16
pemeliharaan peralatan, daur ulang sisa bahan, dll.

4. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure cost), yaitu


biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah/sampah ke dalam
lingkungan.

1. Biaya kegagalan eksternal yang direalisasi (realized external failure cost), yaitu
biaya yang dialami dan dibayar oleh perusahaan. Contoh: biaya membersihkan
danau/tanah yang tercemar atau minyak yang tumpah, penyelesaian klaim
kecelakaan pribadi, hilangnya penjualan karena reputasi lingkungan yang buruk,
dll.

2. Biaya kegagalan ekternal yang tidak direalisasikan/biaya sosial (unrealized


external failure cost/social cost), yaitu biaya sosial yang disebabkan oleh
perusahaan tetapi dialami dan dibayar oleh pihak-pihak di luar perusahaan.
Contoh: biaya perawatan medis karena kerusakan lingkungan, hilangnya lapangan
pekerjaaan karena polusi, rusaknya ekosistem, dll.

Pelaporan biaya lingkungan menjadi penting jika perusahaan serius untuk


memperbaiki kinerja lingkungannya dan mengendalikan biaya lingkungannya.
Pelaporan biaya lingkungan menurut kategori memberikan dua hasil yang
penting, yaitu: (1) dampak biaya lingkungan terhadap profitabilitas, dan (2)
jumlah relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori. Dari sudut pandang
praktis, biaya lingkungan akan menerima perhatian manajemen hanya jika
jumlahnya signifikan. Dalam kenyataannya, biaya lingkungan dapat secara
signifikan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Laporan biaya juga
menyediakan informasi yang berhubungan dengan distribusi relatif dari biaya
lingkungan.

Biaya kegagalan lingkungan dapat dikurangi dengan menginvestasikan


lebih banyak aktivitas-aktivitas pencegahan dan deteksi. Dimungkinkan
bahwa model pengurangan biaya lingkungan akan berperilaku serupa dengan
model biaya kualitas total, yaitu bahwa biaya lingkungan yang terendah
diperoleh pada titik kerusakan nol, sama seperti titik cacat nol pada model
biaya kualitas total. Pengetahuan akan biaya lingkungan dan hubungannya
dengan produk dapat menjadi sebuah insentif untuk melakukan inovasi dan
meningkatkan efisiensi.

17
2.4 Membebankan Biaya Lingkungan

Produk dan proses merupakan sumber biaya lingkungan. Proses produksi


dapat menciptakan residu/limbah padat, cair dan gas yang selanjutnya dilepas
ke lingkungan dan berpotensi merusak lingkungan. Setelah produk dijual,
penggunaan dan pembuangannya oleh pelanggan juga dapat mengakibatkan
kerusakan lingkungan. Biaya lingkungan pasca pembelian (environmental
postpurchase cost) semacam ini sering kali ditanggung oleh masyarakat, dan
bukan oleh perusahaan, sehingga merupakan biaya sosial.

Perusahaan harus dapat menentukan bagaimana membebankan biaya


lingkungan ke produk dan proses. Beberapa hal perlu mendapat perhatian.

1. Biaya lingkungan penuh atau biaya privat penuh

- Biaya lingkungan penuh (full environmental costing) adalah pembebanan semua biaya
lingkungan, baik yang bersifat privat maupun sosial, ke produk. Biaya penuh
memerlukan pengumpulan data dari pihak di luar perusahaan.

- Biaya privat penuh (full private costing) adalah pembebanan biaya privat ke produk
individual. Biaya lingkungan yang disebabkan oleh proses internal perusahaan
dibebankan ke produk. Biaya privat menggunakan data yang dihasilkan di dalam
perusahaan.

Pembebanan biaya lingkungan secara tepat dapat digunakan untuk mengetahui


profitabilitas suatu produk dan memungkinkan peluang perbaikan dalam desain produk,
efisiensi ekonomi, dan kinerja lingkungan.

2. Biaya lingkungan berbasis fungsi atau berbasis aktivitas

- Penghitungan biaya berbasis fungsi membentuk suatu kelompok biaya lingkungan


dan menghitung tingkat/tarifnya dengan menggunakan penggerak tingkat unit seperti
jumlah jam tenaga kerja atau jam mesin. Biaya lingkungan dibebankan ke setiap
produk berdasarkan pemakaian jam tenaga kerja atau jam mesin. Pendekatan ini
cukup memadai untuk produk yang relatif homogen, namun untuk banyak produk
yang bervariasi, pendekatan berbasis fungsi ini dapat mengakibatkan distrorsi biaya,
misalnya jika ternyata dari sekian banyak produk, hanya satu jenis produk yang
menghasilkan emisi maka biaya lingkungan seharusnya hanya dibebankan pada
produk yang bersangkutan.

18
- Penghitungan berbasis aktivitas membebankan biaya ke aktivitas lingkungan dan
kemudian menghitung tingkat/tarif aktivitas. Tingkat ini digunakan untuk
membebankan biaya lingkungan ke produk berdasarkan penggunaan aktivitas. Untuk
perusahaan yang menghasilkan beragam produk, pendekatan berbasis aktivitas lebih
tepat digunakan.

2.5 Penilaian Biaya Siklus Hidup

Biaya produk lingkungan dapat menunjukkan kebutuhan untuk


meningkatkan pembenahan produk perusahaan. Pembenahan produk meliputi
praktik mendesain, membuat, mengolah, dan mendaur ulang produk untuk
meminimalkan dampak buruknya terhadap lingkungan. Untuk meningkatkan
pembenahan produk dilakukan penilaian siklus hidup (life cycle), yaitu
pengidentifikasian pengaruh lingkungan dari suatu produk selama siklus
hidupnya dan kemudian mencari peluang untuk memperoleh perbaikan
lingkungan. Penilaian siklus hidup membebankan biaya dan keuntungan pada
pengaruh lingkungan dan perbaikan.

Siklus hidup suatu produk meliputi: (1) ekstraksi sumber daya, (2)
pembuatan produk, (3) penggunaan produk, serta (4) daur ulang dan
pembuangan. Pengemasan produk merupakan bagiansiklus hidup produk yang
sering tidak disebutkan. Sudut pandang siklus hidup semacam ini
menggabungkan sudut pandang pemasok, produsen dan pelanggan. Penilaian
biaya siklus hidup merupakan bagian mendasar dari penilaian siklus hidup.
Penilaian biaya siklus hidup membebankan biaya ke dampak lingkungan dari
beberapa desain produk. Biaya ini adalah fungsi dari penggunaan bahan baku,
energi yang dikonsumsi, dan pelepasan ke lingkungan yang berasal dari
manufaktur produk.

Penilaian siklus hidup didefinisikan oleh tiga tahapan formal:

1. Analisis persediaan (inventory analysis): memberikan perincian bahan baku, energi,


dan pelepasan ke lingkungan dari suatu produk.

2. Analisis dampak (impact analysis): menilai pengaruh lingkungan dari beberapa desain
dan memberikan peringkat relatif/penilaian biaya dari pengaruh-pengaruh tersebut.

3. Analisis perbaikan (improvement analysis): bertujuan untuk mengurangi dampak


lingkungan yang ditunjukkan oleh analisis persediaan dan dampak.
19
2.6 Akuntansi Pertanggungjawaban Lingkungan Berbasis Strategi

Jika paradigma ekoefisiensi diterima, maka perspektif lingkungan dapat


diterima sebagai perspektif tambahan dalam Balanced Scorecard karena
perbaikan kinerja lingkungan dapat menjadi sumber dari keunggulan bersaing.
Sistem manajemen berbasis strategi menyediakan kerangka kerja operasional
untuk memperbaiki kinerja lingkungan.

Perspektif lingkungan memiliki lima tujuan utama, yaitu : (1)


meminimalkan penggunaan bahan baku atau bahan yang masih asli; (2)
meminimalkan penggunaan bahan berbahaya; (3) meminimalkan kebutuhan
energi untuk produksi dan penggunaan produk; (4) meminimalkan pelepasan
limbah padat, cair, dan gas; dan (5) memaksimalkan peluang untuk daur
ulang.

Manajemen berbasis aktivitas menyediakan sistem operasional yang


menghasilkan perbaikan lingkungan. Aktivitas lingkungan diklasifikasikan
sebagai aktivitas bernilai tambah (value added) dan tidak bernilai tambah
(nonvalue added). Kunci dari pendekatan lingkungan ini adalah
mengidentifikasi akar penyebabaktivitas tak bernilai tambah kemudian
mendesain ulang produk serta proses untuk meminimalkan dan akhirnya
menghilangkan aktivitas tak bernilai tambah tersebut.

Perbaikan keuntungan harus menghasilkan keuntungan keuangan yang


signifikan. Hal ini berarti bahwa perusahaan telah mencapai trade off yang
menguntungkan antara aktivitas kegagalan dan aktivitas pencegahan. Jika

20
keputusan ekoefisien yang dibuat, maka total biaya lingkungan harus terhapus
bersamaan dengan perbaikan kinerja lingkungan. Hal ini bisa diukur dengan
menggunakan tren biaya lingkungan tak bernilai tambah dan tren total biaya
lingkungan, yaitu dengan: (1) mempersiapkan laporan biaya lingkungan yang
tak bernilai tambah dari periode berjalan dan membandingkannya dengan
periode sebelumnya, atau (2) menghitung biya lingkungan total sebagai
persentase penjualan dan menelusuri nilai ini selama beberapa periode.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari


akuntansi manajemen dan system akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan
dengan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi.

Pusat-pusat pertanggungjawaban tersebut terdiri dari : Pusat biaya, pusat


pendapatan, pusat laba dan pusat investasi. Sedangkan manfaat dari system
informasi akuntansi pertanggungjawaban dari keterangan di atas adalah
sebagai berikut : sebagai dasar penyusunan anggaran, penilai kinerja manajer
pusat pertanggungjawaban, dan unutk memotivasi manajer.

Setiap perusahaan pasti menghasilkan produk yang baik dan berkualitas,


disini peran seorang quality control jelas terlihat. Kualitas produksi suatu
perusahaan tergantung dari jasa karyawan dibidang ini yaitu quality control.

21
Untuk tujuan ini, mereka mempekerjakan staf quality control dalam organisasi
tersebut. Tugas seorang quality control adalah meneliti produk dan proses
produksi perusahaan untuk memperoleh standar kualitas yang diperlukan.
Tugas quality control mencakup monitoring, uji-tes dan memeriksa semua
proses produksi yang terlibat dalam produksi suatu produk. Dia harus
memastikan standar kualitas dipenuhi oleh setiap komponen dari produk atau
layanan yang disediakan oleh perusahaan.

Biaya lingkungan dapat merupakan presentase yang signifikan dari biaya


operasional total. Mellaui manajemen ekeftif, banyak dari biaya-biaya ini
yang dapat dikurangi atau dihapuskan. Biaya lingkungan dilaporkan sebagai
sebuah kelompok terpisah agara manajer dapat melihat pengaruhnya terhadap
profotabilitas perusahaan. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah
model biaya kualitas lingkungan. Dalam model kualitas lingkungan total,
kondisi ideal adalah tidak adanya kerusakan lingkungan. Biaya lingkungan
diklasifikasikan: Biaya pencegahan Lingkungan, Biaya deteksi lingkungan,
biaya kegagalan interna lingkungan, biaya kegagalan eksternal lingkungan.
Ekofisiensi pada intinya mempertahankan bahwa organisasi dapat
memperoduksi barang dan jasa yang lebih bermanfaat sambil secara simultan
mengurangi dampak lingkungan yang negative, konsumsi sumber daya dan
biaya.

3.2 Saran

Kami membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama dan kami juga
membuat makalah ini dari berbagai sumber dan referensi. Jadi, apabila
pembaca menemukan kesalahan terhadap makalah ini, maka kami sarankan
untuk mencari referensi makalah yang lebih baik dan meninggalkan saran
untuk kami agar untuk kedepannya kami bisa membuat makalah lebih baik
lagi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Garisson, Ray H, Eric W Noreen dan Peter C Brewer. 2006. Managerial Accounting. Jakarta:
Salemba Empat.

http://kanaripermata.blogspot.com/2016/11/makalah-akuntansi-pertanggungjawaban.html?
m=1 (diakses tanggal 07 November 2020).

https://id.scribd.com/doc/309815937/quality-control (diakses tanggal 07 November 2020).

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132310001/pendidikan/Modul+Akuntansi+Manajemen+200
7.pdf (diakses tanggal 07 November 2020).

23
24

Anda mungkin juga menyukai