Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC Inte
Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC Inte
Fathiyah Safithri*
Abstrak
Abstrak
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat
peringkat Indonesia pada posisi kelima di dunia dengan perkiraan jumlah penderita TB sebesar 429.000 orang atau 5,8% dari total jumlah
pasien TB di dunia. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab
kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran atas lainnya. TB sebagai penyakit infeksi menular juga membawa
dampak ekonomi karena kelompok usia terbanyak yang tertular adalah usia 15-45 tahun. Prinsip diagnosis dan penatalaksanaan di berbagai
belahan dunia adalah sama, yaitu mulai dari diagnosis yang akurat, pengobatan yang sesuai standart, monitoring, dan evaluasi pengobatan
serta tanggung jawab kesehatan masyarakat. Ketepatan diagnosis sangat menentukan keberhasilan tahap pelaksanaan TB berikutnya.
International Standarts of Tuberculosis Care (ISTC)( yang dikembangkan oleh organisasi profesi internasional, telah diadopsi oleh Program
Penanggulangan Tuberculosis Nasional dan Ikatan Dokter Indonesia termasuk Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp). ISCT disepakati
digunakan di Indonesia dalam penanggulangan pasien TB.
P e r i k sa D a h a k S e w a k tu , P a g i , Se w a k tu (S P S )
H a s il B T A H as i l B T A H a s il B T A
+ + + + - - - - -
+ + -
P e r i k sa R o n tg e n
B e r i A n ti b i o ti k
D ada
S p ek t ru m L u a s
H a sil H a sil T id ak
M e nd u k u n g M e nd u k u ng T ida k A da A da
TB TB P er b a ik a n P e rb a ik a n
U l a n g i P e r ik s a D a h a k S P S
P e n d e r it a H a si l B T A H a s il B T A
T u b e rk u lo s is + + + - - -
B T A P o s i ti f + + -
P e r ik s a R o n tg e n
Dada
H a si l H a s il
M e n d u ku n g R o n tg en
TB N e ga t if
T B B TA B uk an
N e g a ti f TB C ,
R ontg en P e n y a k it
P o s i ti f L a in
Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC 61
sama sekali, tetapi pada biakannya positif bersangkutan pernah terpapar dengan
(Hapsari, 2007). mycobacterium tuberculosis.
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu Kelemahan tes ini adalah adanya positif
diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen palsu yakni pada pemberian BCG atau terinfeksi
dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. 1). dengan Mycobacterium lain, negatif palsu pada pasien
Kalau hasil rontgen mendukung Tb, maka penderita yang baru 2-10 minggu terpajan TB, anergi, penyakit
didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. 2). sistemik serta (Sarkoidosis, LE), penyakit
Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka eksantematous dengan panas yang akut (morbili,
pemeriksaan dahak SPS diulangi. cacar air, poliomielitis), reaksi hipersensitivitas
menurun pada penyakit hodgkin, pemberian obat
Bila ketiga spesimen dahak negatif, diberikan
imunosupresi, usia tua, malnutrisi, uremia, dan
antibiotik spektrum luas (misalnya, Kotrimoksasol
penyakit keganasan. Untuk pasien dengan HIV
atau Amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak
positif, tes mantoux ± 5 mm, dinilai positif (Bahar,
ada perubahan, namun gejala klinis mencurigakan
2007).
TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS. 1). Kalau hasil
SPS positif, didiagnosis sebagai penderita Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan
tuberkulosis BTA positif. 2). Kalau hasil SPS tetap benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi
negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut
untuk mendukung diagnosis TB: (Bahar, 2007):
a. Bila hasil rontgen mendukung TB, didiagnosis a. Komplikasi dini dengan mekanisme sebagai
sebagai penderita TB BTA negatif rontgen berikut:
positif.
1. Efusi pleura, pleuritis, empiema
b. Bila hasil rontgen tidak mendukung TB,
Pada awalnya terjadi pleuritis karena
penderita tersebut bukan TB.
adanya fokus pada pleura sehingga pleura
robek atau fokus masuk melalui kelenjar
Pemeriksaan Darah limfe, kemudian cairan melalui sel mesotelial
Pada saat TB baru mulai (aktif) akan masuk kedalam rongga pleura dan juga
didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dapat masuk ke pembuluh limfe sekitar
dengan pergeseran hitung jenis ke kiri. Jumlah pleura. Proses penumpukan cairan pleura
limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah karena proses peradangan. Bila peradangan
(LED) mulai meningkat. Bila penyakit mulai karena bakteri piogenik akan membentuk
sembuh, jumlah leukosit kembali ke normal dan pus/ nanah sehingga terjadi empiema. Bila
jumlah limfosit masih tinggi, LED mulai turun ke mengenai pembuluh darah sekitar pleura
arah normal lagi. Hasil pemeriksaan darah lain juga dapat memyebabkan hemotoraks. Efusi
didapatkan: anemia ringan dengan gambaran cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya
nor mokrom nor mositer, gama globulin karena bukan dari primer paru seperti gagal
meningkat, dan kadar natrium darah menurun jantung kongestif, sirosis, sindrom nefrotik
(Puspita, 2007). dan sebagainya. Efusi yang berbentuk eksudat
karena proses peradangan yang menyebabkan
Diagnosis TB paru sesuai alur yang dibuat permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura
oleh Depkes RI (2006), sebagaimana bisa dilihat di meningkat sehingga sel mesotelial berubah
sebagai berikut : menjadi bulat atau kuboid dan akhirnya
Pada saat ini uji tuberkulin tidak mempunyai terjadi pengeluaran cairan ke rongga pleura.
arti dalam menentukan diagnosis TBC pada orang b. Komplikasi lanjut dengan mekanisme sebagai
dewasa sebab sebagian besar masyarakat sudah berikut:
terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis
karena tingginya prevalensi TBC. Suatu uji 1. Obstruksi jalan nafas
tuberkulin positif hanya menunjukkan bahwa yang Komplikasi lanjut dari TB paru karena
adanya peradangan pada sel-sel otot jalan
62 Vol. 7 No. 15 Desember 2011
nafas. Dari keradangan yang kronis itu mengakibatkan hipertrofi dan dilatasi ventrikel
menyebabkan paralisis silia sehingga terjadi kanan dan kemudia akan berlanjut menjadi
statis mukus dan adanya infeksi kuman. gagal jantung kanan (Harun, 2006).
Karena adanya infeksi sehingga menyebabkan
erosi epitel, fibrosis, metaplasi sel skamosa Tipe Penderita TB
serta penebalan lapisan mukosa sehingga
terjadi obstruksi jalan nafas yang irreversibel Tipe penderita TB berdasarkan riwayat
(stenosis). Dari Infeksi tersebut terjadi proses pengobatan sebelumnya, yaitu (Hapsari, 2007) :
inflamasi yang menyebabkan bronkospasme a. Kasus baru
sehingga terjadi obstruksi jalan nafas yang
reversibel. Selain itu dari proses inflamasi tadi Kasus baru adalah pasien yang belum
juga dapat menyebabkan hipertrofi hiperplasi pernah diobati dengan OAT atau sudah
kelenjar mukus sehingga produksi mukus pernah mengkonsumsi OAT kurang dari
berlebih akhirnya terjadi erosi epitel, fibrosis, satu bulan (30 dosis harian).
metaplasi skuamosa serta penebalan lapisan b. Kambuh (relaps)
mukosa sehingga terjadi obstruksi jalan nafas
Kambuh (relaps) adalah pasien TB
yang irreversibel. Dari obstruksi tadi juga dapat
yang sebelumnya pernah mendapat
menyebabkan gagal nafas (Antariksa, 2009).
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan
2. CA paru sembuh, kemudian kembali lagi berobat
Pada awalnya terjadi karena adanya dengan pemeriksaan dahak BTA positif.
infeksi dari kuman TB yang masuk ke dalam c. Pindahan (transfer in)
paru. Dalam tubuh infeksi tersebut ditangkap
Pindahan (transfer in) adalah pasien
oleh sel stresor yang nantinya akan diapoptosis.
yang sedang mendapat pengobatan di suatu
Jika imunitas seseorang itu baik maka orang
kabupaten lain dan kemudian pindah berobat
tersenut tidak sakit TB jika imun seseorang
ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut
tersebut rendah maka kuman tersebut akan
harus membawa surat rujukan / pindah.
menyebar ke seluruh tubuh sehingga menjadi
sakit TB. Dari dari sel stresor yang tidak d. Setelah lalai (pengobatan setelah default /
mampu mengapoptosis kuman TB sel drop out)
tersebut bisa melakukan mutasi gen. Hal ini Setelah lalai (pengobatan setelah default
disebabkan karena ketidakseimbangan antara / drop out) adalah pasien yang sudah berobat
fungsi onkogen dan gen tumor suppresor paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan
dalam proses tumbuh kembangnya sel. atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
Mutasi gen yang menyebabkan terjadinya Umumnya penderita tersebut kembali
hiperekspresi onkogen dan atau hilangnya dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
fungsi gen suppresor yamng menyebabkan
sel tumbuh dan berkembang tak terkendali e. Gagal
sehingga menjadi ca paru (PDPI, 2003). Gagal adalah pasien BTA positif yang
3. Kor Pulmunal masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan kelima (satu bulan
Penyakit paru kronis menyebabkan: sebelum akhir pengobatan) atau pada akhir
berkurangnya “vascularted” paru, disebabkan pengobatan. Atau penderita dengan hasil
oleh terdesaknya pembuluh darah pembuluh BTA negatif rontgen positif pada akhir
darah oleh paruyang mengembang atau bulan kedua pengobatan.
kerusakan paru, Asidosis dan hiperkapnia,
hipoksia alveolar yang merangsang f. Kasus kronis
vasokonstriksi pembuluh paru, polisitemiadan Kasus kronis adalah pasien dengan
hiperviskositas darah. Ke empat kelainan ini hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
akan menyebabkan timbulnya hipertensi selesai pengobatan ulang kategori II dengan
pulmonal. Dalam jangka panjang pengawasan yang baik.
Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC 63
g. Tuberkulosis resistensi ganda • Gejala-gejala dari saluran cerna misalnya diare
berulang yang tidak sembuh dengan
Tuberkulosis resistensi ganda adalah
pengobatan diare benjolan (masa) di
tuberkulosis yang menunjukkan resistensi
abdomen dan tanda-tanda cairan dalam
terhadap Rifampisin dan INH dengan/tanpa
abdomen.
OAT lainnya.
Gejala spesifik
B. Diagnosis TB Anak
Gejala-gejala ini biasanya tergantung pada
Definisi anak menurut IDAI adalah usia 0-
bagian tubuh mana yang terserang misalnya :
18 tahun. Penegakan diagnosis TB paling tepat
adalah dengan ditemukan kuman TBC dari bahan • TBC Kulit/skrofuloderma
yang diambil dari penderita misalnya dahak bilasan
• TBC tulang dan sendi :
lambung biopsi dll, tetapi pada anak hal ini sulit
dan jarang didapat sehingga sebagian besar diagnasis - Tulang punggung ( spondilitis ) : gibbus
TBC anak didasarkan atas gambar klinis gambar - Tulang panggul ( koksitis ) : pincang
foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu pembengkakan dipinggul
penting memikirkan adanya TBC pada anak kalau
terdapat tanda tanda yang mencurigakan atau gejala - Tulang lutut : pincang dan / atau bengkak
gejala seperti dibawah ini : - Tulang kaki dan tangan
Seorang anak harus dicurugai menderita tuberkulosis
kalau • TBC Otak dan Saraf : Meningitis dengan
gejala iritabel kaku kuduk muntah-muntah
• Mempunyai sejarah kontak erat ( serumah ) dan kesadaran menurun
dengan penderita TBC BTA positif
• Gejala mata : Konjungtivitis fliktenularis ,
• Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah ?Tuberkel koroid ( hanya terlihat dengan
penyuntikan BCG ( dalam 3–7 hari ) funduskopi )
• Terdapat gejala umum TBC
Gejala umum TBC pada anak : Uji Tuberkulin ( Mantoux )
• Berat badan turun selama 3 bulan berturut- Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux
turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik ( pernyuntikan intrakutan ) dengan semprit
dalam 1 bulan meskipun sudah dengan tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang
penanganan gizi yang baik (failure to thrive). dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2
TU. Pembacaandilakukan 48-72 jam setelah
• Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan penyuntikan. Diukur diameter transveral dari indurasi
gagal tumbuh dan berat badan tidak naik yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam milimeter,
(failure to thrive) dengan adekuat. uji tuberkulin positif bila indurasi >10 mm ( pada
• Demam lama/berulang tanpa sebab yang gizi baik ), atau >5 mm pada gizi buruk. Bila uji
jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC
nafas akut) dapat disertai keringat malam. dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak. Namun
uji tuberkulin dapat negatif pada anak TBC dengan
• Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang anergi ( malnutrisi , penyakit sangat berat pemberian
tidak sakit biasanya multipel paling sering imunosupresif, dll ). Jika uji tuberkulin meragukan
didaerah leher ketiak dan lipatan paha dilakukan uji ulang.
(inguinal).
Berdasarkan indurasinya maka hasil tes
• Gejala –gejala dari saluran nafas misalnya mantoux dibagi dalam (Bahar, 2007):
batuk lama lebih dari 30 hari (setelah
disingkirkan sebab lain dari batuk) tanda a). Indurasi 0-5 mm (diameternya): Mantoux
cairan didada dan nyeri dada. negatif = golongan no sensitivity. Di sini
peran antibodi humoral paling menonjol.
64 Vol. 7 No. 15 Desember 2011
b). Indurasi 6-9 mm: Hasil meragukan = Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
golongan normal sensitivity. Di sini peran
Pemeriksaan BTA secara mikroskopis
antibodi humoral masih menonjol.
langsung pada anak biasanya dilakukan dari bilasan
c). Indurasi 10-15 mm: Mantoux positif = lambung karena dahak sulit didapat pada anak.
golongan low grade sensitivity. Di sini peran Pemeriksaan BTA secara biakan ( kultur )
kedua antibodi seimbang. memerlukan waktu yang lama cara baru untuk
d). Indurasi > 15 mm: Mantoux positif kuat = mendeteksi kuman TBC dengan cara PCR (
golongan hypersensitivity. Di sini peran antibodi Polymery chain Reaction ) atau Bactec masih belum
seluler paling menonjol. dapat dipakai dalam klinis praktis. Demikian juga
pemeriksaan serologis seperti Elisa, Pap, Mycodot
dan lain-lain masih memerlukan penelitian lebih
Reaksi Cepat BcG lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis.
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi
cepat ( dalam 3-7 hari ) berupa kemerahan dan Respons terhadap pengobatan dengan
indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai OAT
telah terinfeksi Mycobacterium tubercolosis.
Kalau dalam 2 bulan menggunakan OAT
terdapat perbaikan klinis akan menunjang atau
Foto Rontgen dada memperkuat diagnosis TBC, Bila dijumpai 3 atau
Gambar rontgen TBC paru pada anak tidak lebih dari hal-hal yang mencurugakan atau gejala-
khas dan interpretasi foto biasanya sulit, harus hati- gejala klinis umum tersebut diatas, maka anak
hati kemungkinan bisa overdiagnosis atau tersebut harus dianggap TBC dan diberikan
underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan pengobatan dengan OAT sambil di observasi selama
infiltrat dengan pembesar kelenjar hilu atau kelenjar 2 bulan . bila menunjukan perbaikan, maka diagnosis
paratrakeal. TBC dapat dipastikan dan OAT diteruskan sampai
penderita tersebut sembuh. Bila dalam observasi
Gejala lain dari foto rontgen yang mencurigai
dengan pemberian OAT selama 2 bulan tersebut
TBC adalah:
diatas, keadaan anak memburuk atau tetap, maka
• Milier anak tersebut bukan TBC atau mungkin TBC tapi
• Atelektasis /kolaps konsolidasi kekebalan obat ganda aatau Multiple Drug Resistent
( MDR ), Anak yang tersangka MDR perlu dirujuk
• Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus ke rumah Sakit untuk mendapat penatalaksanaan
atau paratrakeal spesialistik lebih jelas, lihat “ alur Deteksi Dini dan
• Konsolidasi ( lobus ) Rujukan TBC Anak “ pada halaman berikut.
• Reaksi pleura dan atau efusi pleura Penting diperhatikan bahwa bila pada anak
dijumpai gejala-gejala berupa kejang kesadaran
• Kalsifikasi menurun, kaku kuduk, benjolan dipunggung maka
• Bronkiektasis ini merupakan tanda-tanda bahaya,Anak tersebut
harus segera dirujuk ke Rumash Sakit untuk
• Kavitas penatalaksanaan selanjutnya. Penjaringan Tersangka
• Destroyed lung Penderita TBC . Anak bisa berasal dari keluarga
Bila ada diskongruensi antara gambar klinis penderita BTA positif ( Kontak serumah ),
dan gambar rontgen harus dicurigai TBC. Foto masyarakat ( kunjungan posyandu ) , atau dari
rontgen dada sebaiknya dilakukan PA ( postero- penderita –penderita yang berkunjung ke Puskesmas
Anterior ) dan lateral, tetapi kalau tidak mungkin maupun yang langsung ke Rumah Sakit.
PA saja. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah
membuat Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak
dengan menggunakan system scoring, yaitu
pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang
Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC 65
dijumpai tersebut. Untuk mendiagnosis TB dengan - PA : sitologik dan histopatologik kelenjar
system scoring, diperlukan beberapa pemeriksaan getah bening
penunjang, antara lain :
- Pencitraan : USG, Radiologi dan CT Scan
- Pemeriksaan mikroskopis dahak BTA untuk termasuk foto tulang dan sendi.
anak yang dapat mengeluarkan dahak
Tabel. 2. Sistem Skoring TB Anak
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak Laporan BTA positif
jelas keluarga, BTA
(-) atau tidak
tahu, BTA
tidak jelas
Uji Tuberkulin Negatif Positif
(10mm, atau
5mm pada
keadaan
immunosupre
sif
BB / Keadaan Gizi Bawah Klinis gizi
Garis buruk
Merah (BB/U<60%)
(KMS) atau
BB/U<80
%
Demam tanpa sebab yang 2 minggu
jelas
Batuk 3 minggu
Pembesaran Kelenjar limfe
koli, aksila, inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi, panggul, pembengka
lutut, falang kan
Foto thoraks Normal Kesan TB
/ tidak
jelas
DAFTAR PUSTAKA
An expanded DOTS framework for effective tuberculosis
control. Geneva: WHO; 2002 (WHO/CDS/
TB/2002.297).
Global tuberculosis control: surveillance, planning, financing.
Geneva: WHO; 2006 (WHO/HTM/TB/
2006.362).
Improving the diagnosis and treatment of smear-negative
pulmonary and extrapulmonary tuberculosis among
adults and adolescents: Recommendations for HIV-
prevalent and resource-constrained settings. Geneva:
WHO; 2006
Nahid P, Pai M, Hopewell P. Advances in the diagnosis
and treatment of tuberculosis. Proc Am Thor
Soc. 2006;3:103–110.
Migliori GB, Hopewell PC, Blasi F, Spanevello A,
Raviglione MC. Improving TB case management:
the international Standards for tuberculosis care.
Eur Respir J. 2006;28:687–690.
Pedoman Nasional Penang gulangan Tuberkulosis,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2007.Jakarta.
Richeldi L. An update on the diagnosis of tuberculosis
infection. Am J Respir Crit Care Med.
2006;174:736–742.
Strategic approach for the strengthening of laboratory
services for tuberculosis control, 2006-2009.
Geneva: WHO; 2006 (WHO/HTM/TB/
2006.364).
Tuberculosis Coalition for Technical Assistance.
International standards for tuberculosis care (ISTC).
The Hague: TB Coalition for Technical
Assistance; 2006.
WHO/Stop TB Partnership. Sustaining the gains:
National self-sufficiency for TB drug access: a global
drug facility strategy. Geneva: WHO; 2005
(WHO/HTM/STB/2005.34).
WHO/Stop TB Partnership. Actions for life. Towards
a world free of tuberculosis. The Global Plan to
Stop Tuberculosis 2006-2015. Geneva: WHO;
2006 (WHO/HTM/STB/2006.35).