Anda di halaman 1dari 11

Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC 57

DIAGNOSIS TB DEWASA DAN ANAK BERDASARKAN


ISTC (International Standard for TB Care)

Fathiyah Safithri*

Abstrak

Tuberculosis (TB) remains a major public health problem of Indonesia. WHO report in 2009. Noted Indonesia’s rank is fifth


position in the world with an estimated number of TB sufferers about 429,000 people or 5.8% of the total number of TB patients in the
world. National Household Health Survey (NHHS) in 1995 showed that the TB disease is the third leading cause of death after cardiovascular
disease and other upper respiratory tract disease. TB, as an infection transmitted disease, also gives impact to economic because most infected age
group is 15-45 years old. The principles of diagnosis and management of TB in various parts of the world is the same. Starting from an
accurate diagnosis, appropriate treatment standards, monitoring, and evaluation of treatment and public health responsibilities. The accuracy
of diagnosis is determining the success of the next phase of implementation of TB. International Standarts of Tuberculosis Care (ISTC),
which was developed by an international professional organization, has been adopted by the National Tuberculosis Control Programme and the
Indonesia Doctors Association, including the Indonesian Association of Physician Specialists (PDSp). ISTC is agreed for use in the
treatment of TB patients in Indonesia.

Abstrak

Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat
peringkat Indonesia pada posisi kelima di dunia dengan perkiraan jumlah penderita TB sebesar 429.000 orang atau 5,8% dari total jumlah
pasien TB di dunia. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab
kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran atas lainnya. TB sebagai penyakit infeksi menular juga membawa
dampak ekonomi karena kelompok usia terbanyak yang tertular adalah usia 15-45 tahun. Prinsip diagnosis dan penatalaksanaan di berbagai
belahan dunia adalah sama, yaitu mulai dari diagnosis yang akurat, pengobatan yang sesuai standart, monitoring, dan evaluasi pengobatan
serta tanggung jawab kesehatan masyarakat. Ketepatan diagnosis sangat menentukan keberhasilan tahap pelaksanaan TB berikutnya.
International Standarts of Tuberculosis Care (ISTC)( yang dikembangkan oleh organisasi profesi internasional, telah diadopsi oleh Program
Penanggulangan Tuberculosis Nasional dan Ikatan Dokter Indonesia termasuk Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp). ISCT disepakati
digunakan di Indonesia dalam penanggulangan pasien TB.

* Staff Pengajar Pada Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Malang
57
58 Vol. 7 No. 15 Desember 2011
Latar Belakang TB paru, hanya 10 % dari yang terinfeksi yang akan
menjadi penderita TB paru. Faktor yang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi
infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang
penderita TB paru adalah daya tahan tubuh, kondisi
(basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium
lingkungan, status sosial ekonomi, gizi buruk, gaya
tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan
hidup, genetik dan adanya penyakit lain seperti
ludah atau dahak (droplet) dari penderita TB kepada
diabetes, campak dan HIV merupakan faktor risiko
individu yang rentan (daya tahan tubuh rendah).
yang selama ini diyakini berhubungan dengan
Pada umumnya TB menyerang jaringan paru, tetapi
kejadian TB (Sub Direktorat TB Depkes RI dan
dapat juga menyerang organ lainnya.
WHO, 2008).
Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat Sumber penularan adalah melalui pasien TB
peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan paru BTA (+). Pada waktu batuk atau bersin,
jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden droplet (percikan dahak). Kuman yang berada di
pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, dalam droplet dapat bertahan di udara pada suhu
Nigeria dan Indonesia. kamar selama beberapa jam dan dapat menginfeksi
Penderita TB paru BTA positif akan menjadi individu lain bila terhirup ke dalam saluran nafas.
sumber penularan bagi lingkungan di sekitarnya. Kuman TB yang masuk ke dalam tubuh manusia
(Sub Direktorat TB Depkes RI dan WHO, 2008). melalui pernafasan dapat menyebar dari paru ke
Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,
Indonesia total seluruh kasus TB tahun 2009 sistem saluran limfe, saluran pernafasan, atau
sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya
kasus TB baru BTA positif, 108616 adalah kasus (Depkes RI, 2006).
TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Ekstra Risiko penularan tiap tahun (Annual Risk of
Paru, 3709 adalah kasus TB kambuh, dan 1978 Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap
adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3 %. Pada
(retreatment, relaps) (PPTI, 2010). daerah dengan ARTI sebesar 1% mempunyai arti
Prinsip diagnosis dan penatalaksanaan TB di bahwa pada tiap tahunnya diantara 1000 penduduk,
berbagai belahan dunia adalah sama, yaitu mulai 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar orang
dari diagnosis yang akurat, pengobatan yang sesuai yang terinfeksi tidak akan menderita TB, hanya
standart, monitoring, dan evaluasi pengo batan sekitar 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi
serta tanggungg jawab kesehatan masyarakat.. penderita TB (Depkes RI, 2006). Faktor yang
Ketepatan diagnosis sangat menentukan keberhasilan mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi
tahap penatalaksanaan TB berikutnya. penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah,
ISTC (International Standarts of Tuberculosis diantaranya karena gizi buruk atau HIV/ AIDS
Care) dikembangkan oleh organisasi profesi (Depkes RI, 2002).
intrnasional dan telah diadopsi oleh Program Laporan WHO menjelaskan bahwa jika
Penanggulangan Tuberkulosis Nasional dan ikatan sekelompok individu terinfeksi HIV dan TB
Dokter Indonesia (termasuk Perhimpunan Dokter bersama-sama kemungkinan 25-30 kali penyakit
Spesialis (PDSp). ISTC disepakati digunakan di TB-nya akan berkembang secara aktif dibandingkan
Indonesia dalam penanganan pasien TB. Untuk kalau mereka hanya terinfeksi oleh TB saja. AIDS
mencapai keberhasilan TB, ISTC diterapkan dengan akan melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga
strategi DOTS. memberikan kesempatan bakteri TB untuk
berkembang menjadi lebih ganas di tubuh
ISI pengidapnya (Muninjaya Gede, 1997).
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar
Penderita TB paru 95% berada di negara pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang
berkembang dan 75% penderita TB paru adalah terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
kelompok usia produktif (15 – 50 tahun) dengan melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus
tingkat sosial ekonomi rendah. Sebagian besar dari dan terus berjalan sampai ke alveolus dan menetap
orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita di sana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil
Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC 59
berkembang biak dengan cara membelah diri di selama 3 minggu atau lebih. Gejala tambahan yang
paru yang mengakibatkan radang dalam paru. mungkin menyertai adalah batuk darah, sesak nafas
Saluran limfe akan membawa kuman ke kelenjar dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan
limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut kompleks menurun, berat badan turun, rasa kurang enak
primer. Waktu terjadinya infeksi sampai badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa
pembentukan kompleks primer adalah 3-8 minggu. kegiatan dan demam/meriang lebih dari sebulan
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadi (Depkes RI, 2006).
perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi
positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung Pemeriksaan fisik
kuman yang masuk dan besarnya respon daya
tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya Pemeriksaan pertama pada keadaan umum
respon daya tahan tubuh tersebut dapat pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau
menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun kulit yang pucat karena anemia, suhu demam
demikian, ada beberapa kuman menetap sebagai (subfebris), badan kurus atau berat badan menurun.
kuman persisten atau dormant (tidur). Kadang-kadang Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak
daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan menunjukkan suatu kelainan terutama pada kasus-
perkembangan kuman. Akibatnya dalam beberapa kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara
bulan yang bersangkutan akan menjadi pasien TB. asimtomatik. Pada TB paru lanjut dengan fibrosis
Masa inkubasi mulai dari seseorang terinfeksi sampai yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-
menjadi sakit, membutuhkan waktu sekitar 6 bulan otot interkostal. Bila TB mengenai pleura, sering
(Hapsari, 2007). terbentuk efusi pleura sehingga paru yang sakit
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi akan terlihat tertinggal dalam pernapasan, perkusi
setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi memberikan suara pekak, auskultasi memberikan
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun suara yang lemah sampai tidak terdengar sama
akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. sekali. Dalam penampilan klinis TB sering
Ciri khas dari TB pasca primer adalah kerusakan asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan
paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi didapatkannya kelainan radiologis dada pada
pleura. pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif
Gejala Tuberkulosis (Bahar, 2007).
a. Gejala utama : Batuk terus menerus dan
berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih. Pemeriksaan radiologis
b. Gejala tambahan yang sering dijumpai :
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada
1. Batuk darah
merupakan cara yang praktis untuk menemukan
2. Sesak nafas dan nyeri dada
lesi TB. Lokasi lesi TB umumnya di daerah apex
3. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat
paru tetapi dapat juga mengenai lobus bawah atau
badan turun
daerah hilus menyerupai tumor paru. Pada awal
4. Rasa kurang enak bada (malaise)
penyakit saat lesi masih menyerupai sarang-sarang
5. Berkeringat malam walaupun tanpa
pneumonia, gambaran radiologinya berupa bercak-
kegiatan
bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang
6. Demam / meriang lebih dari sebulan
tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat
maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan
A. Diagnosis TB Dewasa batas yang tegas dan disebut tuberkuloma (Depkes
Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan RI, 2006).
diagnosis klinis, dilanjutkan dengan pemeriksaan Pada kalsifikasi bayangannya tampak sebagai
fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi. Pada
radiologis (Depkes RI, 2006). atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas dengan
Diagnosis klinis adalah diagnosis yang penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
ditegakkan berdasarkan ada atau tidaknya gejala satu lobus maupun pada satu bagian paru.
pada pasien. Pada pasien TB paru gejala klinis Gambaran TB milier terlihat berupa bercak-bercak
utama adalah batuk terus menerus dan berdahak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh
60 Vol. 7 No. 15 Desember 2011
lapangan paru. Pada TB yang sudah lanjut, foto maka diameter keseluruhan semua lubang
dada sering didapatkan ber macam-macam melebihi 4 cm.
bayangan sekaligus seperti infiltrat, garis-garis fibrotik,
kalsifikasi, kavitas maupun atelektasis dan emfisema. Pemeriksaan bakteriologis
Klasifikasi TB pasca primer menurut American
Tuberculosis Association (Rasad, 2005): Tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat
1. Tuberkulosis minimal (minimal tuberculosis): yaitu ditegakkan dengan ditemukannya BTA positif pada
luas sarang-sarang yang kelihatan tidak pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil
melebihi daerah yang dibatasi oleh garis- pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya
garis median, apeks, dan iga 2 depan, sarang- dua dari tiga pemeriksaan dahak SPS (Sewaktu-
sarang soliter dapat berada dimana saja, Pagi-Sewaktu) BTA hasilnya positif.
tidak harus berada dalam daerah tersebut di Berdasarkan diagnosis di atas WHO pada tahun
atas. Tidak ditemikan adanya lubang (kavitas). 1991 memberikan kriteria pada pasien TB paru
2. Tuberkulosis lanjut sedang (moderately advanced menjadi:
tuberculosis): yaitu luas sarang-sarang bersifat
a). Pasien dengan sputum BTA positif adalah
bercak-bercak tidak melebihi luas satu paru,
pasien yang pada pemeriksaan sputumnya
sedangkan bila ada lubang, diameternya
secara mikroskopis ditemukan BTA, sekurang
tidak melebihi 4 cm. Kalau sifat bayangan
sarang-sarang tersebut berupa awan-awan kurangnya pada 2 kali pemeriksaan/1 sediaan
sputumnya positif disertai kelainan radiologis
yang menjelma menjadi daerah konsolidasi
yang sesuai dengan gambaran TB aktif /1
yang homogen, luasnya tidak boleh melebihi
luas satu lobus. sediaan sputumnya positif disertai biakan
yang positif.
3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced
tuberculosis): yaitu luas daerah yang dihinggapi b). Pasien dengan sputum BTA negatif adalah
oleh sarang-sarang lebih dari pada klasifikasi pasien yang pada pemeriksaan sputumnya
kedua di atas, atau bila ada lubang-lubang, secara mikroskopis tidak ditemukan BTA
T e r sa n g k a P e n d e r i t a
T B (s us pe k T B )

P e r i k sa D a h a k S e w a k tu , P a g i , Se w a k tu (S P S )

H a s il B T A H as i l B T A H a s il B T A
+ + + + - - - - -
+ + -

P e r i k sa R o n tg e n
B e r i A n ti b i o ti k
D ada
S p ek t ru m L u a s

H a sil H a sil T id ak
M e nd u k u n g M e nd u k u ng T ida k A da A da
TB TB P er b a ik a n P e rb a ik a n

U l a n g i P e r ik s a D a h a k S P S

P e n d e r it a H a si l B T A H a s il B T A
T u b e rk u lo s is + + + - - -
B T A P o s i ti f + + -

P e r ik s a R o n tg e n
Dada

H a si l H a s il
M e n d u ku n g R o n tg en
TB N e ga t if

T B B TA B uk an
N e g a ti f TB C ,
R ontg en P e n y a k it
P o s i ti f L a in
Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC 61
sama sekali, tetapi pada biakannya positif bersangkutan pernah terpapar dengan
(Hapsari, 2007). mycobacterium tuberculosis.
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu Kelemahan tes ini adalah adanya positif
diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen palsu yakni pada pemberian BCG atau terinfeksi
dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. 1). dengan Mycobacterium lain, negatif palsu pada pasien
Kalau hasil rontgen mendukung Tb, maka penderita yang baru 2-10 minggu terpajan TB, anergi, penyakit
didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. 2). sistemik serta (Sarkoidosis, LE), penyakit
Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka eksantematous dengan panas yang akut (morbili,
pemeriksaan dahak SPS diulangi. cacar air, poliomielitis), reaksi hipersensitivitas
menurun pada penyakit hodgkin, pemberian obat
Bila ketiga spesimen dahak negatif, diberikan
imunosupresi, usia tua, malnutrisi, uremia, dan
antibiotik spektrum luas (misalnya, Kotrimoksasol
penyakit keganasan. Untuk pasien dengan HIV
atau Amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak
positif, tes mantoux ± 5 mm, dinilai positif (Bahar,
ada perubahan, namun gejala klinis mencurigakan
2007).
TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS. 1). Kalau hasil
SPS positif, didiagnosis sebagai penderita Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan
tuberkulosis BTA positif. 2). Kalau hasil SPS tetap benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi
negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut
untuk mendukung diagnosis TB: (Bahar, 2007):
a. Bila hasil rontgen mendukung TB, didiagnosis a. Komplikasi dini dengan mekanisme sebagai
sebagai penderita TB BTA negatif rontgen berikut:
positif.
1. Efusi pleura, pleuritis, empiema
b. Bila hasil rontgen tidak mendukung TB,
Pada awalnya terjadi pleuritis karena
penderita tersebut bukan TB.
adanya fokus pada pleura sehingga pleura
robek atau fokus masuk melalui kelenjar
Pemeriksaan Darah limfe, kemudian cairan melalui sel mesotelial
Pada saat TB baru mulai (aktif) akan masuk kedalam rongga pleura dan juga
didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dapat masuk ke pembuluh limfe sekitar
dengan pergeseran hitung jenis ke kiri. Jumlah pleura. Proses penumpukan cairan pleura
limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah karena proses peradangan. Bila peradangan
(LED) mulai meningkat. Bila penyakit mulai karena bakteri piogenik akan membentuk
sembuh, jumlah leukosit kembali ke normal dan pus/ nanah sehingga terjadi empiema. Bila
jumlah limfosit masih tinggi, LED mulai turun ke mengenai pembuluh darah sekitar pleura
arah normal lagi. Hasil pemeriksaan darah lain juga dapat memyebabkan hemotoraks. Efusi
didapatkan: anemia ringan dengan gambaran cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya
nor mokrom nor mositer, gama globulin karena bukan dari primer paru seperti gagal
meningkat, dan kadar natrium darah menurun jantung kongestif, sirosis, sindrom nefrotik
(Puspita, 2007). dan sebagainya. Efusi yang berbentuk eksudat
karena proses peradangan yang menyebabkan
Diagnosis TB paru sesuai alur yang dibuat permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura
oleh Depkes RI (2006), sebagaimana bisa dilihat di meningkat sehingga sel mesotelial berubah
sebagai berikut : menjadi bulat atau kuboid dan akhirnya
Pada saat ini uji tuberkulin tidak mempunyai terjadi pengeluaran cairan ke rongga pleura.
arti dalam menentukan diagnosis TBC pada orang b. Komplikasi lanjut dengan mekanisme sebagai
dewasa sebab sebagian besar masyarakat sudah berikut:
terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis
karena tingginya prevalensi TBC. Suatu uji 1. Obstruksi jalan nafas
tuberkulin positif hanya menunjukkan bahwa yang Komplikasi lanjut dari TB paru karena
adanya peradangan pada sel-sel otot jalan
62 Vol. 7 No. 15 Desember 2011
nafas. Dari keradangan yang kronis itu mengakibatkan hipertrofi dan dilatasi ventrikel
menyebabkan paralisis silia sehingga terjadi kanan dan kemudia akan berlanjut menjadi
statis mukus dan adanya infeksi kuman. gagal jantung kanan (Harun, 2006).
Karena adanya infeksi sehingga menyebabkan
erosi epitel, fibrosis, metaplasi sel skamosa Tipe Penderita TB
serta penebalan lapisan mukosa sehingga
terjadi obstruksi jalan nafas yang irreversibel Tipe penderita TB berdasarkan riwayat
(stenosis). Dari Infeksi tersebut terjadi proses pengobatan sebelumnya, yaitu (Hapsari, 2007) :
inflamasi yang menyebabkan bronkospasme a. Kasus baru
sehingga terjadi obstruksi jalan nafas yang
reversibel. Selain itu dari proses inflamasi tadi Kasus baru adalah pasien yang belum
juga dapat menyebabkan hipertrofi hiperplasi pernah diobati dengan OAT atau sudah
kelenjar mukus sehingga produksi mukus pernah mengkonsumsi OAT kurang dari
berlebih akhirnya terjadi erosi epitel, fibrosis, satu bulan (30 dosis harian).
metaplasi skuamosa serta penebalan lapisan b. Kambuh (relaps)
mukosa sehingga terjadi obstruksi jalan nafas
Kambuh (relaps) adalah pasien TB
yang irreversibel. Dari obstruksi tadi juga dapat
yang sebelumnya pernah mendapat
menyebabkan gagal nafas (Antariksa, 2009).
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan
2. CA paru sembuh, kemudian kembali lagi berobat
Pada awalnya terjadi karena adanya dengan pemeriksaan dahak BTA positif.
infeksi dari kuman TB yang masuk ke dalam c. Pindahan (transfer in)
paru. Dalam tubuh infeksi tersebut ditangkap
Pindahan (transfer in) adalah pasien
oleh sel stresor yang nantinya akan diapoptosis.
yang sedang mendapat pengobatan di suatu
Jika imunitas seseorang itu baik maka orang
kabupaten lain dan kemudian pindah berobat
tersenut tidak sakit TB jika imun seseorang
ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut
tersebut rendah maka kuman tersebut akan
harus membawa surat rujukan / pindah.
menyebar ke seluruh tubuh sehingga menjadi
sakit TB. Dari dari sel stresor yang tidak d. Setelah lalai (pengobatan setelah default /
mampu mengapoptosis kuman TB sel drop out)
tersebut bisa melakukan mutasi gen. Hal ini Setelah lalai (pengobatan setelah default
disebabkan karena ketidakseimbangan antara / drop out) adalah pasien yang sudah berobat
fungsi onkogen dan gen tumor suppresor paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan
dalam proses tumbuh kembangnya sel. atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
Mutasi gen yang menyebabkan terjadinya Umumnya penderita tersebut kembali
hiperekspresi onkogen dan atau hilangnya dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
fungsi gen suppresor yamng menyebabkan
sel tumbuh dan berkembang tak terkendali e. Gagal
sehingga menjadi ca paru (PDPI, 2003). Gagal adalah pasien BTA positif yang
3. Kor Pulmunal masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan kelima (satu bulan
Penyakit paru kronis menyebabkan: sebelum akhir pengobatan) atau pada akhir
berkurangnya “vascularted” paru, disebabkan pengobatan. Atau penderita dengan hasil
oleh terdesaknya pembuluh darah pembuluh BTA negatif rontgen positif pada akhir
darah oleh paruyang mengembang atau bulan kedua pengobatan.
kerusakan paru, Asidosis dan hiperkapnia,
hipoksia alveolar yang merangsang f. Kasus kronis
vasokonstriksi pembuluh paru, polisitemiadan Kasus kronis adalah pasien dengan
hiperviskositas darah. Ke empat kelainan ini hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
akan menyebabkan timbulnya hipertensi selesai pengobatan ulang kategori II dengan
pulmonal. Dalam jangka panjang pengawasan yang baik.
Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC 63
g. Tuberkulosis resistensi ganda • Gejala-gejala dari saluran cerna misalnya diare
berulang yang tidak sembuh dengan
Tuberkulosis resistensi ganda adalah
pengobatan diare benjolan (masa) di
tuberkulosis yang menunjukkan resistensi
abdomen dan tanda-tanda cairan dalam
terhadap Rifampisin dan INH dengan/tanpa
abdomen.
OAT lainnya.

Gejala spesifik
B. Diagnosis TB Anak
Gejala-gejala ini biasanya tergantung pada
Definisi anak menurut IDAI adalah usia 0-
bagian tubuh mana yang terserang misalnya :
18 tahun. Penegakan diagnosis TB paling tepat
adalah dengan ditemukan kuman TBC dari bahan • TBC Kulit/skrofuloderma
yang diambil dari penderita misalnya dahak bilasan
• TBC tulang dan sendi :
lambung biopsi dll, tetapi pada anak hal ini sulit
dan jarang didapat sehingga sebagian besar diagnasis - Tulang punggung ( spondilitis ) : gibbus
TBC anak didasarkan atas gambar klinis gambar - Tulang panggul ( koksitis ) : pincang
foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu pembengkakan dipinggul
penting memikirkan adanya TBC pada anak kalau
terdapat tanda tanda yang mencurigakan atau gejala - Tulang lutut : pincang dan / atau bengkak
gejala seperti dibawah ini : - Tulang kaki dan tangan
Seorang anak harus dicurugai menderita tuberkulosis
kalau • TBC Otak dan Saraf : Meningitis dengan
gejala iritabel kaku kuduk muntah-muntah
• Mempunyai sejarah kontak erat ( serumah ) dan kesadaran menurun
dengan penderita TBC BTA positif
• Gejala mata : Konjungtivitis fliktenularis ,
• Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah ?Tuberkel koroid ( hanya terlihat dengan
penyuntikan BCG ( dalam 3–7 hari ) funduskopi )
• Terdapat gejala umum TBC
Gejala umum TBC pada anak : Uji Tuberkulin ( Mantoux )

• Berat badan turun selama 3 bulan berturut- Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux
turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik ( pernyuntikan intrakutan ) dengan semprit
dalam 1 bulan meskipun sudah dengan tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang
penanganan gizi yang baik (failure to thrive). dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2
TU. Pembacaandilakukan 48-72 jam setelah
• Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan penyuntikan. Diukur diameter transveral dari indurasi
gagal tumbuh dan berat badan tidak naik yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam milimeter,
(failure to thrive) dengan adekuat. uji tuberkulin positif bila indurasi >10 mm ( pada
• Demam lama/berulang tanpa sebab yang gizi baik ), atau >5 mm pada gizi buruk. Bila uji
jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC
nafas akut) dapat disertai keringat malam. dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak. Namun
uji tuberkulin dapat negatif pada anak TBC dengan
• Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang anergi ( malnutrisi , penyakit sangat berat pemberian
tidak sakit biasanya multipel paling sering imunosupresif, dll ). Jika uji tuberkulin meragukan
didaerah leher ketiak dan lipatan paha dilakukan uji ulang.
(inguinal).
Berdasarkan indurasinya maka hasil tes
• Gejala –gejala dari saluran nafas misalnya mantoux dibagi dalam (Bahar, 2007):
batuk lama lebih dari 30 hari (setelah
disingkirkan sebab lain dari batuk) tanda a). Indurasi 0-5 mm (diameternya): Mantoux
cairan didada dan nyeri dada. negatif = golongan no sensitivity. Di sini
peran antibodi humoral paling menonjol.
64 Vol. 7 No. 15 Desember 2011
b). Indurasi 6-9 mm: Hasil meragukan = Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
golongan normal sensitivity. Di sini peran
Pemeriksaan BTA secara mikroskopis
antibodi humoral masih menonjol.
langsung pada anak biasanya dilakukan dari bilasan
c). Indurasi 10-15 mm: Mantoux positif = lambung karena dahak sulit didapat pada anak.
golongan low grade sensitivity. Di sini peran Pemeriksaan BTA secara biakan ( kultur )
kedua antibodi seimbang. memerlukan waktu yang lama cara baru untuk
d). Indurasi > 15 mm: Mantoux positif kuat = mendeteksi kuman TBC dengan cara PCR (
golongan hypersensitivity. Di sini peran antibodi Polymery chain Reaction ) atau Bactec masih belum
seluler paling menonjol. dapat dipakai dalam klinis praktis. Demikian juga
pemeriksaan serologis seperti Elisa, Pap, Mycodot
dan lain-lain masih memerlukan penelitian lebih
Reaksi Cepat BcG lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis.
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi
cepat ( dalam 3-7 hari ) berupa kemerahan dan Respons terhadap pengobatan dengan
indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai OAT
telah terinfeksi Mycobacterium tubercolosis.
Kalau dalam 2 bulan menggunakan OAT
terdapat perbaikan klinis akan menunjang atau
Foto Rontgen dada memperkuat diagnosis TBC, Bila dijumpai 3 atau
Gambar rontgen TBC paru pada anak tidak lebih dari hal-hal yang mencurugakan atau gejala-
khas dan interpretasi foto biasanya sulit, harus hati- gejala klinis umum tersebut diatas, maka anak
hati kemungkinan bisa overdiagnosis atau tersebut harus dianggap TBC dan diberikan
underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan pengobatan dengan OAT sambil di observasi selama
infiltrat dengan pembesar kelenjar hilu atau kelenjar 2 bulan . bila menunjukan perbaikan, maka diagnosis
paratrakeal. TBC dapat dipastikan dan OAT diteruskan sampai
penderita tersebut sembuh. Bila dalam observasi
Gejala lain dari foto rontgen yang mencurigai
dengan pemberian OAT selama 2 bulan tersebut
TBC adalah:
diatas, keadaan anak memburuk atau tetap, maka
• Milier anak tersebut bukan TBC atau mungkin TBC tapi
• Atelektasis /kolaps konsolidasi kekebalan obat ganda aatau Multiple Drug Resistent
( MDR ), Anak yang tersangka MDR perlu dirujuk
• Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus ke rumah Sakit untuk mendapat penatalaksanaan
atau paratrakeal spesialistik lebih jelas, lihat “ alur Deteksi Dini dan
• Konsolidasi ( lobus ) Rujukan TBC Anak “ pada halaman berikut.
• Reaksi pleura dan atau efusi pleura Penting diperhatikan bahwa bila pada anak
dijumpai gejala-gejala berupa kejang kesadaran
• Kalsifikasi menurun, kaku kuduk, benjolan dipunggung maka
• Bronkiektasis ini merupakan tanda-tanda bahaya,Anak tersebut
harus segera dirujuk ke Rumash Sakit untuk
• Kavitas penatalaksanaan selanjutnya. Penjaringan Tersangka
• Destroyed lung Penderita TBC . Anak bisa berasal dari keluarga
Bila ada diskongruensi antara gambar klinis penderita BTA positif ( Kontak serumah ),
dan gambar rontgen harus dicurigai TBC. Foto masyarakat ( kunjungan posyandu ) , atau dari
rontgen dada sebaiknya dilakukan PA ( postero- penderita –penderita yang berkunjung ke Puskesmas
Anterior ) dan lateral, tetapi kalau tidak mungkin maupun yang langsung ke Rumah Sakit.
PA saja. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah
membuat Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak
dengan menggunakan system scoring, yaitu
pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang
Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC 65
dijumpai tersebut. Untuk mendiagnosis TB dengan - PA : sitologik dan histopatologik kelenjar
system scoring, diperlukan beberapa pemeriksaan getah bening
penunjang, antara lain :
- Pencitraan : USG, Radiologi dan CT Scan
- Pemeriksaan mikroskopis dahak BTA untuk termasuk foto tulang dan sendi.
anak yang dapat mengeluarkan dahak
Tabel. 2. Sistem Skoring TB Anak

Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak Laporan BTA positif
jelas keluarga, BTA
(-) atau tidak
tahu, BTA
tidak jelas
Uji Tuberkulin Negatif Positif
(10mm, atau
5mm pada
keadaan
immunosupre
sif
BB / Keadaan Gizi Bawah Klinis gizi
Garis buruk
Merah (BB/U<60%)
(KMS) atau
BB/U<80
%
Demam tanpa sebab yang  2 minggu
jelas
Batuk  3 minggu
Pembesaran Kelenjar limfe
koli, aksila, inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi, panggul, pembengka
lutut, falang kan
Foto thoraks Normal Kesan TB
/ tidak
jelas

Catatan : - Uji Tuberkulin menggunakan PPD (purified


protein derivatives)dengan kekuatan
- Diagnosis dengan system scoring ditegakkan
intermediate 2-5 TU (Tuberculin Unit)
oleh dokter
- Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi
- Batuk dimasukkan dalam skor setelah
local timbul < 7 hari setelah penyuntikan)
disingkarkan penyebab batuk kronik lainnya
harus dievaluasi dengan system scoring TB
seperti asma, sinusitis, dan lain-lain
anak
- Jika dijumpai Skrofuloderma (TB pada
- Anak didiagnosis TB jika jumlah skor ³ 6
kelenjar dan kulti), pasien dapat langsung
(skor maksimal 13) dan harus ditatalaksana
didiagnosis tuberculosis. Beratr badan
sebagai pasien TB dan mendapat OAT (Obat
dinilaisaat pasien dating (moment opname)
Anti Tuberkulosis)
- Foto thorak bukan alat diagnostic utama
pada TB anak:
66 Vol. 7 No. 15 Desember 2011
- Pasien usia balita yang mendapat skor <6 • Penurunan kesadaran
tapi secara klinis dicurigai TB, maka perlu • Kegawatan lain, misalnya sesak nafas.
dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut.
2. Foto thoraks menunjukkan gambaran
- Perlu perhatian khusus jika ditemukan salah milier, cavitas, efusi pleura
satu keadaan di bawah ini :
3. Gibbus, koksitis
1. Tanda bahaya :
• Kejang, kaku kuduk
Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC 67

DAFTAR PUSTAKA
An expanded DOTS framework for effective tuberculosis
control. Geneva: WHO; 2002 (WHO/CDS/
TB/2002.297).
Global tuberculosis control: surveillance, planning, financing.
Geneva: WHO; 2006 (WHO/HTM/TB/
2006.362).
Improving the diagnosis and treatment of smear-negative
pulmonary and extrapulmonary tuberculosis among
adults and adolescents: Recommendations for HIV-
prevalent and resource-constrained settings. Geneva:
WHO; 2006
Nahid P, Pai M, Hopewell P. Advances in the diagnosis
and treatment of tuberculosis. Proc Am Thor
Soc. 2006;3:103–110.
Migliori GB, Hopewell PC, Blasi F, Spanevello A,
Raviglione MC. Improving TB case management:
the international Standards for tuberculosis care.
Eur Respir J. 2006;28:687–690.
Pedoman Nasional Penang gulangan Tuberkulosis,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2007.Jakarta.
Richeldi L. An update on the diagnosis of tuberculosis
infection. Am J Respir Crit Care Med.
2006;174:736–742.
Strategic approach for the strengthening of laboratory
services for tuberculosis control, 2006-2009.
Geneva: WHO; 2006 (WHO/HTM/TB/
2006.364).  
Tuberculosis Coalition for Technical Assistance.
International standards for tuberculosis care (ISTC).
The Hague: TB Coalition for Technical
Assistance; 2006.
WHO/Stop TB Partnership. Sustaining the gains:
National self-sufficiency for TB drug access: a global
drug facility strategy. Geneva: WHO; 2005
(WHO/HTM/STB/2005.34).  
WHO/Stop TB Partnership. Actions for life. Towards
a world free of tuberculosis. The Global Plan to
Stop Tuberculosis 2006-2015. Geneva: WHO;
2006 (WHO/HTM/STB/2006.35).

Anda mungkin juga menyukai