Abstrak
Tubuh manusia adalah ciptaan Tuhan yang maha sempurna. Saat manusia bertumbuh,
banyak metabolisme yang terjadi di dalam tubuh contohnya metabolisme tulang dan otot.
Metabolisme ini pun juga di alami oleh tulang belakang. Tulang belakang adalah rangkaian
struktur lentur yang dibentuk sejumlah tulang tidak beraturan sehingga menyebabkan tulang
belakang sangat rawan gangguan. Kontraksi yang berlebihan pada otot tulang belakang dapat
menyebabkan gangguan pada tulang belakang. Gangguan pada tulang belakang contohnya
seperti skoliosis, kifosis dan lordosis.
Kata Kunci: tulang belakang, jaringan ikat, metabolisme, tulang, otot, kontraksi
Abstract
The human body is a perfect creation of God almighty. When humans grow, many of
metabolism that occurs in the body for example bone and muscle metabolism. This
metabolism was also experienced by the spine. The spine is a series of pliable structure that
formed a number of irregular bone, causing the spine is very prone to interference. Excessive
contraction of the muscles of the spine can cause interference to the spine. Disorders of the
spine for example such as scoliosis, kyphosis and lordosis.
Keywords: spine, connective tissue, metabolic, bone, muscle, contraction
1
Pendahuluan
Tubuh manusia adalah ciptaan Tuhan yang maha sempurna. Saat manusia
bertumbuh, banyak metabolisme yang terjadi di dalam tubuh contohnya metabolisme tulang
dan otot. Metabolisme ini pun juga di alami oleh tulang belakang.1 Tulang belakang adalah
rangkaian struktur lentur yang dibentuk sejumlah tulang tidak beraturan. Struktur lentur
tulang belakang ini menyebabkan manusia harus menjaga tulang belakang sehingga terhindar
dari gangguan pada tulang belakang.2 Kontraksi yang berlebihan pada otot tulang belakang
dapat menyebabkan gangguan pada tulang belakang.
Pada makalah mengupas tentang tulang belakang secara mendalam, jaringan ikat,
metabolisme dan mekanisme kontraksi otot. Selain itu, makalah ini juga untuk memenuhi
tugas PBL blok 2 modul 2 yang diberikan untuk mahasiswa fakultas kedokteran Ukrida.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
3
Vertebrae thoracicea atau tulang punggung lebih besar dari pada cervicales. Ciri khas
vertebrae thoracicea adalah badannya berbentuk lebar-lonjong dengan faset atau lekukan
kecil di setiap sisi untuk menyambung iga, lengkungnya agak kecil, processus spinosus pada
vertebrae thoracicea panjang dan runcing
menghadap kebawah sehingga menyulitkan
gerakan (flexio-extensio) antar vertebrae,
sedangkan processus transversus pada
vertebrae thoracicea yang membantu
menyokong iga tebal dan kuat serta memuat
faset persendian untuk iga.6 Processus
articularis tersusun miring hamper vertical.
Pada bagian atas dan bawah corpus bagian
lateral kiri kanan terdapat lekukan, fovea
costalis (superior dan inferior), tempat lekat
Gambar 3. Vertebrae thoracicea
tulang iga (costa). Lekukan serupa juga
Sumber:
didapatkan pada processus transverses (fovea http://www.duniapendidikan.net/2016/02/pen
costalis processus transverse).4,7 Pada vertebra gertian-fungsi-struktur-dan-macam-macam-
jenis-sistem-rangka-tulang-pada-manusia.html
thoracica ke sepuluh sampai ke dua belas
hanya didapatkan satu buah fovea costalis di kiri kanan corpus dengan posisi lebih di tengah.
(lihat gambar 3)
Vertebrae lumbales atau tulang pinggang merupakan yang terbesar. Badannya sangat
besar dibandingkan dengan badan vertebrae lain, mempunyai corpus yang bentuknya mirip
ginjal. Pediculus dan lamina lebih tebal dan
kokoh, precessus spinosus berbentuk segi
empat yang relatif lebar, kokoh, dan berbentuk
seperti kapak kecil.7 Processus tranvesus tidak
menonjol, panjang dan langsing, ruas kelima
membentuk sendi dengan sekrum pada sendi
lumbo-sakral. Tetapi pada processus tranversus
ini dapat dijumpai processus mamilaris dan
processus acesorius (embriologis processus
maliralis ini adalah processus tranversus yang
Gambar 4. Vertebrae lumbales
sebenarnya sedangkan yang tampak nyata
Sumber:
sebagai processu tranversus adalah sisa elemen
http://www.duniapendidikan.net/2016/02/pe
ngertian-fungsi-struktur-dan-macam-macam- 4
jenis-sistem-rangka-tulang-pada-manusia.html
costa).4 Copus vertebra lumbalis mempunyai tinggi sekitar 25mm dengan lebar sekitar 40
mm, dengan discus invertebralis sekitar 10 – 12 mm. (lihat gambar 4)7
Os sacrum (vertebrae sacrales) atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak
pada bagian bawah columna vertebratalis, terjepit diantara kedua tulang inominata dan
membentuk bagian belakang rongga pelvis. Dasar os sacrum terletak di atas dan bersendi
vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi interveterbral yang khas.5 Tapi anterior basis
sakrum membentuk promontorium. Dinding canalis sacralis berlubang-lubang untuk dilalui
saraf sacral. Processus spinosus yang rudimenter dapat dilihat dari arah posterior dari os
sacrum. Permukaan anterior os sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili
melintang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebrae sacrales. Pada ujung
gili-gili ini, di setiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-
lubang ini disebut foramina.7 Apex ossis sacri bersendi dengan tulang coccygis. Di sisinya, os
sacrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sacro-iliaca kanan dan kiri. Os
sacrum masih menunjukan sisa dari lima tulang yang menyatu. 5 Bagian belakang pada garis
tengah terdapat crista sacralis mediana yang merupakan fusi processus spinosus, disertai
crista sacralis lateralis bekas processus transverses dan crista sacralis medialis hasil fusi
processus articularis.
Di ujung caudal crista sacralis mediana terdapat ujung canalis sacralis atau hiatus sacralis dan
cornu sacrale yang berhubungan dengan coccygis.4 Hiatus ini dapat di gunakan untuk
penyuntikan anesthesi pada caudal anaesthesia. Di kiri-kanan pada parslateralis terdapat
facies auricularis yang merupakan tempat artikulasi dengan tulang panggul dalam hal ini
dengan sillium. Di bagian depan dan belakag terdapat empat pasang foramina sacralia
(antiriora dan posteriora) tempat lalu saraf spinalis rami anterior dan rami posterior. Di
bagian depan (facies pelvic) sacrum masing-masing lubang kiri kanan di hubungkan oleh
linieae transversae bekas discus intervertebralis. (lihat gambar 5)7
Sumber: http://www.duniapendidikan.net/2016/02/pengertian-fungsi-struktur-dan-
macam-macam-jenis-sistem-rangka-tulang-pada-manusia.html
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2 bagian,
yaitu anterior dan posterior. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebrae, discus
intervertebralis sebagai artikulasi, dan ditopang oleh ligamentum longitudinaleanterior dan
posterior. Bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus
tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna
vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi
apofisial (fascet joint). 8
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang
rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan
6
satu sama lain oleh discus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior. Discus
invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Discus ini paling tebal di
daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan
berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi
trauma. Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate),
nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus,
memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapatmengjungkit kedepandan kebelakang
diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensicolumna vertebralis. Diskus intervertebralis,
baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah bangunan yang tidak peka nyeri.
Bagian yang merupakan bagian peka nyeri adalah; 1) Ligamen Longitudinale anterior, 2)
Ligamen Longitudinale posterior, 3) Corpus vertebrae, 4) Articulatio zygoapophyseal, 5)
Ligamen Supraspinosum, 6) Fasia dan otot. Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas
korpus vertebra dan discus intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu
ligamentum (pasif)dan otot (aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna
vertebralis ini stabilitas daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter
dan refleks otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.4,6,7,8
Jika dilihat dari samping, columna vertebralis memperlihatkan empat kurvatura atau
lengkung anteroposterior. Lengkung vertikal pada daerah leher melengkung ke depan, daerah
torakal melengkung kebelakang, daerah lumbal melengkung ke depan, dan daerah pelvis
melengkung ke belakang. Kedua lengkungan yang menghadap posterior, yaitu torakal dan
pelvis, disebut kurvatur primer, karena keduanya mempertahankan lrngkung aslinya ke
belakang dari tulang belakang. Kedua lengkung yang menghadapa ke arah anterior disebut
kurvatura sekunder. Kelainan pada lengkung columna vertebralis antara lain 1) skoliosis, 2)
kifosis, 3) lordosis. Skoliosis adakah abnormalitas kurvatur lateral colunba vertebralis.
Kifosis adalah abnormalitas columna vertebralis, cekung berlebihan ke anterior pada daerah
thoracal, menghasilkan deformitas punggung bungkuk. Lordosis adalah kurvatur lumbalis
yang berlebihan, akibat kehamilan, spondylolisthesis, atau “perut buncut”.9
Jaringan Ikat
Jaringan ikat adalah jaringan yang berfungsi untuk mengikat sel-sel sehingga
membentuk suatu jaringan dan mengikat suatu jaringan dengan jaringan lainnya, menyokong
dan melindungi bagian bagian tubuh, mengisi rongga-rongga yang kosong, menyimpan
lemak (sumber energi), dan untuk transposrtasi. Jaringan ikat tersusun dari sel-sel yang hidup
7
dan matriks (bahan tak hidup). Jaringan ikat memiliki 3 komponen yaitu; 1) sel-sel, 2) serat
ekstraseluler, dan 3) substansi dasar yang amorf. Sel dibagi menjadi 2 yaitu 1) sel tetap:
fibroblast, kondrosit, osteoblast, sel lemak, makrofag dan sel mast, 2) sel
bergerak/kembara/bebas: leukosit, limfosit dan sel plasma. Serat ekstraseluler seperti; serat
kolagen, serat elastin dan serat retikulin.10
Jaringan ikat dibagi menjadi 4 yaitu; 1) jaringan ikat longgar, 2) jaringan ikat padat,
3) jaringan lemak, dan 4) jaringan tulang. Jaringan ikat longgar adalah jaringan ikat yang
didominasi oleh matriks dengan ketiga jenis serat di atas. Semua jenis sel ada pada jaringan
ikat ini dan ditemukan misalnya pada mesenterium dan pada pembungkus pembuluh darah
dan di bawah epitel saluran pencernaan. Jaringan ikat padat adalah jaringan ikat yang
didominasi oleh serat kolagen.11 Sel dan cairan ekstraselnya sedikit. Misalnya tendon
(penghubung dan pengikat otot dengan tulang), ligamen (penghubung dan pengikat tulang
dengan tulang). Jaringan lemak adalah jaringan ikat yang tersusun dari sel-sel yang khusus
untuk menyimpan lemak sebagai sumber energi saat dibutuhkan. Sel-sel ini tidak
menghasilkan matriks atau serat. Jaringan lemak juga berfungsi untuk bantalan peredam
benturan, sebagai pengatur kehilangan panas sehingga temperatur tubuh dapat
terjaga. Jaringan tulang adalah jaringan yang berfungsi sebagai penunjang dan pelindung
tubuh.12 Jaringan tulang ini dibedakan atas jaringan tulang rawan (kartilago) dan jaringan
tulang sejati (osteon). Jaringan tulang rawan (kartilago) adalah jaringan yang banyak
ditemukan pada bayi dan anak-anak. Tersusun dari sel-sel tulang rawan kondrosit) yang
berkembang dari bakal sel tulang rawan (kondroblas). Kondrosit meghasilkan matriks.
Berdasarkan matriksnya, tulang rawan dikelompokkan menjadi 1) tulang rawan hialin:
berwarna putih kebiru-biruan dan transparan, matriksnya mengandung banyak serat kolagen
berdaya lentur yang tinggi, merupakan penunjang utama tubuh saat embrio (bayi), sedangkan
pada saat dewasa hanya ditemukan di persendian, saluran pernafasan, laring, hidung dan
antara ujung tulang rusuk dan tulang dada, 2) tulang rawan elastis: berwarna kuning dengan
serabut elastin pada matriksnya, agak kaku tapi elastis, ditemukan pada daun telinga,
epiglotis dan tuba eustachius, 3) tulang rawan fibrosa: berwana gelap, matriksnya
mengandung lebih banyak serat kolagen dibanding tulang rawan hialin, ditemukan diantara
tulang-tulang belakang (columna vertebralis) dan pada simfisis pubis (tulang kemaluan).
Jaringan tulang sejati (osteon) adalah jaringan ikat yang tersusun atas sel-sel tulang (osteosit)
yang berkembang dari bakal sel tulang (osteoblas).13 Osteosit terletak di dalam lakuna. Antara
satu osteosit dengan osteosit lainnya di dalam lakuna terhubungkan oleh saluran halus yang
disebut kanalikuli. Lakuna dan osteositnya tersusun secara konsentris (melingkar) disebut
8
lamela.10 Di tengah lamela terdapat saluran sentral mikroskopis disebut Saluran Havers
(Gambar 9.4) yang mengandung pembuluh darah (vena, arteri, kapiler), saraf, dan pembuluh
getah bening (limfe). Antara saluran Havers saling terhubungkan oleh Saluran
Volkman. Tulang merupakan jaringan yang sangat keras yang matriksnya tersusun dari: serat
kolagen, senyawa organik (protein), dan senyawa anorganik, seperti: Ca3(PO4)3= 85%,
CaCO3 = 10%, CaCl2, MgCl2, MgSO4, dan FeSO4. Tulang dewasa adalah tulang rawan
yang telah mengalami mineralisasi, yaitu proses pengubahan bahan organik tulang menjadi
bahan anorganik tulang. Mineral utama penyusun tulang adalah kalsium dan fosfor. Bila
tulang rusak, jaringan lama akan diserap oleh sel tulang berinti banyak (osteoklas) dan
digantikan oleh sel tulang baru yang dihasilkan oleh osteoblas. Peristiwa penyerapan kembali
(resorpsi) bagian tulang yang rusak dan pembentukan sel tulang baru disebut osifikasi.
Lapisan tulang paling luar disebut periostium (berfungsi untuk memperbaiki
keretakan/kerusakan tulang). 9
Fungsi jaringan ikat adalah 1) melekatkan suatu jaringan satu ke jaringan lain, 2)
menyalut berbagai saluran dan rongga, 3) menyalurkan atau mengangkut bahan dari suatu
jaringan atau alat, 4) mengisi rongga dan celah, 5) pertahanan atau imunitas, 6) menunjang
atau menyokong alat dan tubuh, 7) pelindung alat lunak, 8) cadangan air, elektrolit mineral
dan energi (lemak), dan 9) reparasi.10
Metabolisme Tulang
Metabolisme tulang adalah perubahan struktur atau bentuk pada jaringan tulang akibat
formasi dan reabsorbsi matriks tulang dalam proses pertumbuhan. Selain itu, tulang juga
mengalami sebuah proses yang berlangsung terus-menerus secara aktif dengan membangun
dan memperbaiki pembentukan tulang yang dilakukan oleh osteoklas (reabsorbsi tulang dan
osteoblas (formasi tulang).11 Faktor-faktor yang berperan pada metabolisme tulang adalah 1)
vitamin D, 2) vitamin A, 3) vitamin C, 4) estrogen, 5) hormon paratiroid, 6) kalsitonin, 7)
glukokortikoid, dan 8) growth hormone. Vitamin D berperan untuk meningkatkan absorbs Ca
usus, membantu mineralisasi normal tulang, dan mempercepar reabsorbsi ca dari tulang.
Vitamin A berperan pada pertumbuhan tulang. Vitamin C berperan untuk pertumbuhan
normal tulang (diperlukan pada sintesis kolagen).12,13 Estrogen berperan untuk menghambat
produksi asam laktat pada glikolisis dalam tulang, untuk mineralisas tulang. Hormon
paratiroid berperan untuk meningkatkan resorbsi tulang: meningkatkan kecepatan produksi
asam laktat dan mempengaruhi sel osteosit. Kalsitonin berperan untuk mempercepat
pemasukan Ca dan P dari darah ke tulang. Glukokotikoid berperan untuk mengurangi matriks
9
tulang. Growth hormone berperan untuk meningkatkan absorpsi Ca dari usus, meningkatkan
sintesis kolagen, meningkatkan produksi somatomedia (sulfation factors) oleh hepar, dan
meningkatkan pertumbuhan tulang panjang pada epifisis.13
Contoh gangguan pada metabolisme tulang antara lain; 1) pembentukan tulang
berlebihan: pemberian estrogen, hiperfungsi growth hormone (gigantisme dan akromegali),
2) pembentukan tulang kurang: gangguan mineralisasi tulang (osteomalasia), gangguan
pembentukan matriks (osteoporosis) sehingga menyebabkan tulang rapuh dan mudah terjadi
fraktur.14
Metabolisme Otot
Otot merupakan transducer biokimia yang mengubah potensial energi kimia (tenaga
kimia) tubuh menjadi energi kinetik mekanik (tenaga gerak). Ada beberapa syarat atau ciri
untuk otot supaya terjadi tenaga gerak yaitu; 1) harus ada energi yaitu ATP dan kreatin-P, 2)
harus ada pengaturan aktivitas mekanik yaitu kecepatan, lama atau waktu, dan kekuatan
kontraksi otot, 3) perlu ada operator yaitu system syaraf, dan 4) harus dapat kembali pada
keadaan semula karena penggunaan lebih dari satu kali. 14
Pemecahan ATP oleh ATPase pada miosin menyediakan energy untuk power stroke
(tarikan filament tipis ke posisi dimana diikat). Pengikatan molekul ATP yang baru pada
miosin menyebabkan pelepasan jembatan silang dari filament aktin pada akhir power stroke,
sebagai bagian dari siklus (ATP ini dipecah bertahap). Transport aktif kalsium ke reticulum
sarkoplasma selama relaksasi memerlukan ATP. ATP yang tersedia pasa otot dalam jumlah
yang terbatas.15 Keratin fosfat, merupakan energy simpanan otot, yaitu ATP yang
mengandung fosfat berenergi tinggi. Kekurangan kreatin fosfat menyebabkan pemecahan
simpanan glikogen menjadi glukosa dan glikolisis. Dalam kondisi aerob, oksidasi fosforilasi
terjadi pada mitokontria otot. Pada umunya serabut otot skelet berkontraksi lambat, serabut
ekonomis dengan metabolisme aerobic dari sumber lipid dan serabut berkecepatan tinggi
menggunakan energy karbohidrat hanya jika diperlukan ketika kebutuhan meningkat. Otot
polos sangat ekonomis karena mempunyai rasio miosin-aktin yang rendah, aktivitas ATPase
rendah dan kecepatan kontraksi rendah. Hal ini cocok untuk otot spinkter dan otot pemeras
yang lambat. Otot jantung berkontraksi cukup pelan, tetapi ini digunakan secara terus
menerus dan konsumsi energi total cukup tinggi. Hal ini sepenuhnya untuk produksi energy
dan mencapai laju metabolism tertinggi (dan ekstraksi oksigen arteri-vena tertinggi) dari
beberapa jaringan di dalam tubuh. Mitokondria menunjukkan 30-40% dari massa ventrikel
jantung. Laju metabolic yang tinggi ini menyebabkan masalah difusi yang serius di dalam
10
otot jantung. Terdapat densitas kapiler yang tinggi dan sel berukuran kecil, dengan
permukaan tinggi untuk rasio volume. Jaringan banyak mengandung mioglobin (untuk
transport oksigen) dan keratin fosfat (untuk transport energi). 16 Organ jantung menunjukkan
preferensi yang berbeda untuk asam lemak bebas, badan keton dan laktat, tetapi memerlukan
insulin untuk efisiensi ambilan dan penggunaan glukosa.
Sumber: http://www.edubio.info/2015/06/mekanisme-kontraksi-otot.html
Kesimpulan
Tulang belakang berfungsi untuk menyokong tubuh manusia. Tulang belakang
tersusun atas 33 tulang yang diantaranya 7 ruas cervical, 12 ruas thoracal, 5 ruas lumbal, 5
sacrum dan 4 coccygis.
Jaringan ikat yang terdapat pada ruas-ruas tulang belkang adalah jaringan tulang
rawan fibrosa.
Kontraksi otot ditandai dengan adanya impuls.
Daftar Pustaka
1. Amien, M. Biologi 2 untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 2. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka; 2007
12
2. Netter, F.H. Atlas of human anatomy 5th edition. United States: Saunders; 2011.h.168-
170
3. Irawati L. Kanker paru dan tulang belakang. Jurnal Kesehatan Andalas 2015; 4(2):
597. Diunduh dari: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/306/288,
22 Maret 2017.
4. Pearce, Evelyn C.. Anatomi dan Fisiologi untuk aramedic. Jakarta: EGC; 2008
5. Ahmad. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi. Surabaya: Gita Media Press; 2008.
h. 127, 204 – 205, 215, 217, 249, 251.
6. Kadaryanto et al. Biologi 2. Jakarta: Penerbit Yudhistira; 2006. h. 53, 56.
7. Karmana, O. Dan Anwar, A. Penuntun Pelajaran BIOLOGI Berdasarkan Kurikulum
1984 Disesuaikan dengan GBPP 1987. Untuk SMA kelas IIA2 Semester 3 dan 4.
Bandung: Penerbit Ganeca Exact; 1987. h. 232, 234, 236 – 237.
8. Lawrence, E. Hendersdon’s Dictionary of Biological Terms Tenth Edition. 1991
9. Longman Scientific & Technical. Longman Group (FE) Ltd. England. h. 161, 176,
503, 530
10. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11 th ed. Pennsylvania:
Elsevier Saunders; 2006. P 57
11. Puri BK, Treasaden I. Psychiatry: an evidence-based text. Boca Raton: Taylor &
Francis Group; 2009. P 356
12. Khurana I. Textbook of human physiology for dental students. 2nd ed. New Delhi:
Elsevier; 2013. P 36
13. Khurana I. Medical physiology for undergraduate students. India: Elsevier; 2012. P 53
14. Jakoi E. Carbrey J. Introductory human physiology. USA: Emma Jakoi and Jennifer
Carbrey; 2015
15. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2012. H
98, 115-9
16. Rhoades RA, Bell DR. Medical physiology: principles for clinical medicine. 3rd ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009. P 42
17. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong’s review of medical
physiology. 24th ed. New York: The McGraw-Hill Education; 2012. P 88-90
18. Bhise SB, Yadav AV, Burkul MS. Anatomy physiology and health education. Pune:
Nirali Prakashan; 2007. P 184
19. Gunawan A. 2008. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot. Integral, Vol.6,
No.2.
13