OLEH :
NAMA : AYU FEBRIA KURNIATI
KELAS :1A
ABSEN : 10
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul kekurangan vitamin A tepat waktu.
Makalah kekurangan vitamin A disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
ilmu kesehatan masyarakat di poltekkes denpasar. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang vitamin A.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
A. Simpulan …………………………………………………… 20
a. Bayi umur 6-11 bulan, baik sehat maupuan tidak sehat, dengan dosis 100.000 SI
(warna biru). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan
Februari dan Agustus.
a. Anak balita umur 1-5 tahun, baik sehat maupun tidak sehat, dengan dosis
200.000 SI (warna merah). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada
bulan Februari dan Agustus.
a. Ibu nifas, paling lambat 30 hari setelah melahirkan, diberikan satu kapsul vitamin
A dosis 200.000 SI (warna merah), dengan tujuan agar bayi memperoleh vitamin
A yang cukup melalui ASI (Depkes RI, 2009).
8. Ibu hamil dan menyusui seperti halnya juga anak-anak, berisiko mengalami KVA
karena pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A yang tinggi untuk
pertumbuhan janin dan produksi ASI.
1. Diharapkan tenaga kesehatan agar dapat lebih pro aktif dalam melakukan home
visit terhadap klien yang tidak datang saat penyuluhan mengenai pentingnya
vitamin A ini berlangsung.
Kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak balita. Gangguan pada mata
dapat terjadi dalam beberapa tahap, tergantung berat ringannya defisiensi vitamin A,
terganggunya kemampuan untuk beradaptasi dan melihat dalam kondisi gelap,
xerophthalmia, hingga akhirnya mengalami kebutaan dapat terjadi. Kornea mata
terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. kelenjar air mata tidak mampu
mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi
kornea dengan tanda pemburaman. Pelapisan sel epitel kornea yang akhirnya
berakibat melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan total. Beberapa
tanda dan gejala lain jika kekurangan vitamin A adalah kelelahan yang sangat, anemia,
kulit menjadi kering, gatal dan kasar. Pada rambut dapat terjadi kekeringan dan
gangguan pertumbuhan rambut dan kuku. (Almatsier, 2008)
Gejala dini dari akibat kekurangan Vitamin A adalah buta senja (niktatopia).
Penderita buta senja tidak dapat melihat dalam keadaan gelap. Apabila gejala buta
senja ini tidak dapat ditanggulangi maka akan muncul gejala lebih lanjut yaitu
Konjungtiva serosis (pengeringan selaput bening yang menutupi bagian depan bola
mata). Dapat pula terjadi kelainan dalam bentuk lain yaitu adanya bercak pada bola
mata (disebut bercak bitot). Bercak bitot merupakan bintik-bintik warna kelabu terang
dan berbusa yang terdapat di konjungtiva mata. Meskipun diakui sebagai manifestasi
kekurangan Vitamin A akan tetapi kekurangan Vitamin A menyebabkan timbulnya
bercak bitot. Tanda klinis selanjutnya adalah pengeringan pada kornea mata (kornea
serosis). Gejala kekurangan Vitamin A yang paling serius, kornea mata menjadi keruh,
kering dan melunak. Gangguan penglihatan yang dapat terjadi tergantung bersarnya
kerusakan pada kornea mata. Pengobatan segera dapat dan tuntas dapat
mengembalikan fungsi kornea mata, akan tetapi pengobatan yang terlambat dapat
menyebabkan kebutaan total. Keseluruhan gejala yang terjadi pada mata akibat
kekurangan Vitamin A secara umum disebut Xerophtalmia. (Sugiarno. 2010)
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan
baik) dan untuk kesehatan tubuh (meni ngkatkan daya tahan tubuh untuk melawan
penyakit misalnya campak, diare, dan penyakit infeksi lain) (Depkes RI, 2009)
Pada ibu hamil dan menyusui, vitamin A berperan penting untuk memelihara
kesehatan ibu selama masa kehamilan dan menyusui. Buta senja pada ibu menyusui,
suatu kondisi yang kerap terjadi karena kurang vitamin A (KVA). Berhubungan erat
pada kejadian anemia pada ibu, kekurangan berat badan, kurang gizi, meningkatnya
resiko infeksi dan penyakit reproduksi, serta menurunkan kelangsungan hidup ibu
hingga dua tahun setelah melahirkan (Dinkes Jateng, 2007)
Semua anak, walaupun mereka dilahirkan dari ibu yang berstatus gizi baik dan
tinggal di Negara maju, terlahir dengan cadangan vitamin A yang terbatas dalam
tubuhnya (hanya cukup memenuhi kebutuhan untuk sekitar dua minggu). Di Negara
berkembang, pada bulan-bulan pertama kehidupannya, bayi sangat bergantung pada
vitamin A yang terdapat dalam ASI. Oleh sebab itu, sangatlah penting bahwa ASI
mengandung cukup vitamin A. Anak-anak yang sama sekali tidak mendapatkan ASI
akan beresiko lebih tinggi terkena Xeropthalmia dibandingkan dengan anak-anak yang
mendapatkan ASI walau hanya dalam jangka waktu tertentu. Berbagai studi yang
dilakukan mengenai vitamin A ibu nifas memperlihatkan hasil yang berbeda-beda.
Anak-anak usia enam bulan yang ibunya mendapatkan kapsul vitamin A setelah
melahirkan, menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah kasus demam pada anak-
anak tersebut dan waktu kesembuhan yang lebih cepat saat mereka terkena ISPA. Ibu
hamil dan menyusui seperti halnya juga anak-anak, berisiko mengalami KVA karena
pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A yang tinggi untuk pertumbuhan janin
dan produksi ASI.
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui
proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman.
Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata.
Selain itu kegiatan konsumsi kapsul vitamin A masih bersifat rintisan. Oleh sebab itu
penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis
tinggi.
d. Wanita hamil : suplemen vitamin A tidak direkomendasikan selama kehamilan sebagai
bagian dari antenatal care rutin untuk mencegah maternal and infant morbidity dan
mortality. Namun, pada daerah dimana terdapat masalah kesehatan publik yang berat
yang berkaitan dengan kekurangan vitamin A, maka suplementasi vitamin A
direkomendasikan untuk mencegah rabun senja. Secara khusus, wanita hamil dapat
mengkonsumsi hingga 10,000 IU vitamin A setiap harinya atau vitamin A hingga 25,000
IU setiap minggu. Suplementasi dapat dilanjutkan hingga 12 minggu selama kehamilan
hingga melahirkan. Hal ini perlu ditekankan bahwa WHO mengidentifikasi populasi
berisiko sebagai mereka yang prevalensi menderita rabun senja ≥5% pada wanita hamil
atau ≥5% pada anak – anak yang berusia 24–59 bulan.( McGuire, 2012)
Faktor pendukung terjadinya KVA pada anak bisa dilihat dari aspek sosial
Ibunya, yaitu sebagai berikut :
1). Umur
2). Pendidikan
3). Pekerjaan
4). Pengetahuan
Ada enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif :
b. Aspek Budaya
a.Ketersediaan pangan sumber vitamin A
b.Pola makan dan cara makan
c.Adanya paceklik atau rawan pangan
d.Adanya tabu atau pantangan terhadap makanan tertentu terutama yang merupakansumber Vit A.
e.Cakupan imunisasi, angka kesakitan dan angka kematian karena penyakit campak dandiare
f.Sarana pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau
g.Kurang tersedianya air bersih dan sanitasi lingkungan yang kurang sehat
h.Keadaan darurat antara lain bencana alam, perang dan kerusuhan
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari serangkaian penulisan makalah di atas adalah sebagai
berikut:
1. Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak atau minyak dan
merupakan vitamin yang esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan
hidup.
2. Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkali tetapi sangat mudah teroksidasi oleh
udara dan akan rusak pada suhu tinggi.
3. Program penanggulangan masalah KVA bertujuan untuk menurunkan prevalensi KVA
terutama ditujukan kepada kelompok sasaran rentan yaitu balita.
4. Kesehatan masyarakat mengenai derajad beratnya KVA dikategorikan dalam mild,
moderate, dan severe.
5. Hipervitaminosis Vitamin A adalah kadar vitamin A dalam darah sangat tinggi
sehingga menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan.
6. Vitamin A yang berlebihan tersebut dalam bentuk yang tidak berubah akan dikeluarkan
melalui air seni dan tinja dan selebihnya disimpan dalam hati.
7. Dampak kekurangan Vitamin A bagi balita antara lain yaitu hemarolopia atau rabun
senja, frinoderma, pendarahan pada selaput usus, ginjal dan paru-paru, xerosis
konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea, keratomalasia, ulserasi kornea, xeroftahalmia
scars, terhentinya proses pertumbuhan, serta terganggunya pertumbuhan pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
http://titamenawati.blogspot.com/2013/08/kekurangan-vitamin-kva_26.html
http://elummah35.wordpress.com/health-information/kurang-vitamin-a-kva/
http://berbagiilmubio.blogspot.com/2012_12_01_archive.html
http://hendyuuk.blogspot.com/2009/04/aspek-sosial-budaya-yang-mempengaruhi.html
Restunawati.1995. Keragaan Aspek Gizi Anak Usia Pra Sekolah dan Sosial Ekonomi
Keluarga di Daerah Kurang Vitamin A ( KVA ), Studi Kasus : di Daerah Rawan KVA,
Provinsi Sumatera Utara.Bogor:IPB