Anda di halaman 1dari 20

MODUL 1

TECHNICAL TRAINING ON MEAT INSPECTOR


(KEURMASTER)

PEMERIKSAAN KESEHATAN
TERNAK SEBELUM DIPOTONG

OLEH :

DR. DRH. IDA BAGUS NGURAH SWACITA,MP

LABORATORIUM KESMAVET
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR-BALI
2017

1
KATA PENGANTAR

Pelatihan Keurmaster (Technical Training on Meat Inspector)


diselengarakan atas kerja sama antara Departemen Pertanian dan Perikanan
Pemerintah Republik Demokratik Timor Leste dengan Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana. Pelatihan dipusatkan di Hotel Harris, Denpasar pada
tanggal 13 November 2017-21 November 2017. Peserta pelatihan diikuti oleh 5
(lima) orang terdiri atas 2 (dua) dokter hewan dan 3 (tiga) tenaga medis rumah
pemotongan hewan dari Timor Leste.
Tujuan pelatihan adalah (1). Peserta memahami cara pemeriksaan
kesehatan ternak sebelum dipotong (ante-mortem), (2). Peserta pelatihan memiliki
keterampilan cara melakukan pemeriksaan kesehatan ternak sebelum dipotong
(ante-mortem). Metode yang digunakan dalam pelatihan ini berupa kombinasi
ceramah singkat, diskusi kelompok, peninjauan lokasi secara langsung dan diikuti
praktek di Rumah Pemotongan hewan dan pabrik pengolahan daging sapi, babi,
ayam di Denpasar. Dalam ceramah singkat sudah menggunakan multimedia untuk
tampilan semenarik mungkin diikuti dengan pemutaran vidio. Sedangkan dalam
diskusi kelompok dibahas topik yang dijelaskan dan permasalahan-permasalah
yang ada di Timor Leste untuk dicarikan solusi dan perbaikannya. Praktek
pemeriksaan kesehatan ternak dan kesehatan karkas dan organ dalam (jeroan)
langsung dikerjakan di RPH Pesanggaran, Denpasar. Sedangkan peninjauan
pengolahan daging menjadi aneka produk dilakukan di PT.Ciptarasa Aroma
Denpasar. Untuk meningkatkan pemahaman peserta pelatihan, selain diberikan
materi power point, juga dibuatkan modul yang bisa dipelajari sewaktu-waktu
diperlukan.
Akhir kata, semoga pelatihan ini bermanfaat bagi staf Kementerian
Pertanian dan Perikanan Pemerintah Republik Demokratik Timor Leste untuk
mencetak kader yang berprofesi sebagai meat inspector (keurmaster), dan semoga
kerjasama dalam pelatihan ini bisa berlanjut dilain waktu untuk meningkatkan
kompetensi staf lainnya dari Timor Leste.

Denpasar, 13 November 2017


Koordinator
Pelatihan Meat Inspector (Keurmaster)

2
DAFTAR ISI

JUDUL MODUL .......................................................................................... 1


KATA PENGANTAR .................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................. 3
1. Pendahuluan ............................................................................................ 4
2. Pengertian, Maksud dan Tujuan Pemeriksaan Ante-mortem .............. 4
3. Pelaksana, Tempat, dan Peralatan ........................................................ 5
4. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Ante-Mortem ................................... 6
5. Cara Pemeriksaan Ternak Sapi dan Ciri Ternak Sapi sehat ............... 9
6. Cara Memeperkirakan Umur Ternak ................................................... 10
7. Beberapa Gejala Penyakit Penting Pada Hewan Potong ..................... 13
8. Keputusan Akhir dari Pemeriksaan Ante-mortem ................................ 14
9. Bahan Diskusi ........................................................................................... 16
LAMPIRAN ................................................................................................. 17

3
PEMERIKSAAN KESEHATAN TERNAK
SEBELUM DIPOTONG

TUJUAN PELATIHAN :
• Peserta pelatihan memahami cara pemeriksaan kesehatan ternak
sebelum dipotong (Ante-Mortem)
• Peserta pelatihan memiliki keterampilan cara melakukan
pemeriksaan kesehatan ternak sebelum dipotong (Ante-Mortem)

1. Pendahuluan
Daging yang beredar di masyarakat hendaknya daging yang sehat dan
berkualitas baik. Untuk pengadaan daging yang sehat dan berkualitas, diperlukan
serangkaiaan pemeriksaan dan pengawasan, mulai dari penyediaan ternak potong
yang sehat melalui pemeriksaan kesehatan hewan sebelum disembelih
(pemeriksaan ante-mortem), tukang potong yang memiliki syarat kesehatan dan
memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar pemotongan ternak,
keterampilan melakukan proses pemotongan ternak, dan pemeriksaan setelah
hewan dipotong (pemeriksaan post-mortem), penyediaan alat transportasi daging
dan jeroan yang memenuhi syarat kebersihan dan memadai, dan tersedianya kios
daging yang memenuhi syarat kesehatan dan kebersihan untuk pendistribusian
daging dan jeroan kepada konsumen.

2. Pengertian, Maksud dan Tujuan Pemeriksaan Ante-mortem


Pemeriksaan kesehatan ante-mortem adalah pemeriksaan kesehatan hewan
dan unggas potong sebelum disembelih. Maksud pemeriksaan ante-mortem adalah
agar ternak yang akan disembelih hanyalah ternak sehat, normal dan memenuhi
syarat, sebaliknya, ternak yang sakit sebaiknya tidak dipotong. Tujuan
pemeriksaan ante-mortem agar daging dan jeroan yang akan dikonsumsi
masyarakat adalah daging yang benar-benar sehat dan berkualitas (Suardana dan
Swacita, 2009). Khusus untuk pemotongan ternak sapi, selain kondisinya harus
sehat dan normal, juga harus memenuhi syarat tertentu. Dipenuhinya syarat disini
dimaksudkan agar ternak sapi yang akan dipotong agar tidak melanggar peraturan

4
yang telah ditentukan oleh pemerintah. Peraturan yang mengatur tentang
pemotongan ternak antara lain : 1). Staatblad No.614 tahun 1936 tentang
pemotongan ternak besar betina bertanduk. Inti dari peraturan pemerintah ini
adalah ternak besar betina bertanduk, yaitu sapi dan kerbau betina dilarang untuk
dipotong, kecuali sudah diafkir karena alasan : 1). Sudah berumur di atas 8 tahun
(tua), 2). Warna bulunya menyimpang, 3). Mengalami kecelakaan (patah tulang),
4). Mengalami majir (mandul), 5). Sudah beranak lebih dari 5 kali, 6).
Eksteriurnya jelek. Peraturan lainnya adalah Instruksi Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Pertanian Nomor 18/1979 dan Nomor 05/Ins/Um/3/1979 tentang
Pelarangan pemotongan ternak sapi/kerbau betina bunting dan atau sapi/kerbau
betina bibit, dan Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkai I Bali tanggal 1
Oktober 1980 tentang Pelarangan dan pencegahan pemotongan ternak sapi/kerbau
betina bunting dan atau sapi/kerbau betina bibit (Arka dkk., 1983).
Menurut Direktorat Kesmavet (2005), tujuan dari pemeriksaaan ante-
mortem adalah :
1. Mencegah pemotongan hewan yang secara nyata menunjukkan gejala
klinis penyakit hewan menular dan zoonosis atau tanda-tanda yang menyimpang,
2. Mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya untuk keperluan
pemeriksaan post-mortem dan penelurusan penyakit di daerah asal ternak,
3. Mencegah kontaminasi dari hewan atau bagian-bagian hewan yang
menderita penyakit kepada petugas, peralatan RPH, dan lingkungan,
4. Menentukan status hewan dapat dipotong, ditunda atau tidak boleh
dipotong,
5. Mencegah pemotongan ternak betina bertanduk produktif.

3. Pelaksana, Tempat, dan Peralatan

Pelaksana pemeriksaan ante-mortem adalah 1). dokter hewan berwenang


yang ditunjuk, dan 2). Paramedis yang ditunjuk di bawah pengawasan dokter
hewan yang berwenang.

5
Pemeriksaan ante-mortem, dilakukan di kandang penampungan hewan
siap potong. Syarat kandang penampungan adalah bersih, kering, terang
(intensitas cahaya minimun 540 luks), serta terhindar dari panas matahari dan
hujan.
Peralatan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ante-mortem adalah
1). Jas laboratorium yang bersih,
2) sepatu boot, dan
3) stempel/cap huruf “S”.
Untuk dapat melakukan pemeriksaan kesehatan ternak ante-mortem maka
diperlukan fasilitas yang memadai. Fasilitas yang harus dimiliki selain kandang
tempat pengumpulan ternak, adalah kandang jepit (fiksasi). Kandang untuk
pengumpulan ternak harus terang agar pemeriksa dapat bergerak dengan leluasa di
antara ternak untuk mengadakan pengamatan dengan seksama terhadap ternak
dalam keadaan diam/beristirahat atau dalam keadaan bergerak. Kandang jepit
dimaksudkan untuk tempat pemeriksaan kesehatan seekor ternak dengan lebih
seksama, misalnya untuk eksplorasi rektal yang bertujuan untuk diagnosis
kebuntingan, mengukur suhu tubuh, pemasangan identifikasi ternak yang
meragukan kesehatannya, dan untuk memperkirakan umur ternak betina yang
akan dipotong.

4. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Ante-Mortem


Adapun prosedur pemeriksaan kesehatan ante-mortem adalah sebagai
berikut :
• Pemeriksaan kesehatan ante-mortem dilakukan maksimal 24 jam sebelum
ternak dipotong, jika melibihi waktu tersebut, maka dilakukan
pemeriksaan ante-mortem ulang.
• Hewan harus diistirahatkan minimal 12 jam sebelum dipotong. Ada
kalanya sapi mengalami kelelahan atau stres setelah menempuh perjalanan
dari peternak atau pasar hewan menuju RPH. Untuk memulihkan kadar
glikogen ternak dan juga menghilangkan ternak dari stres agar daging
yang diperolehnya nanti berkualitas, maka ternak wajib diistirahatkan.

6
• Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati gejala klinis dan
patognomonik.
a. Pengamatan (inspeksi) dengan cermat dan seksama terhadap sikap dan
kondisi (status gizi, sistem pernafasan, sistem pencernaan dan lain-lain),
hewan potong saat berdiri atau bergerak yang dilihat dari segala arah,
Amati ternak tersebut dalam keadaan bergerak. Ternak dibangunkan dan
diperhatikan waktu bergerak. Ternak lumpuh atau patah kaki, bergerak
kaku dll, dipindahkan ke kandang khusus untuk mendapat pemeriksaan
yang lebih teliti.
b. Pengamatan dengan cermat dan seksama terhadap lubang-lubang
kumlah (mulut), telinga, hidung, anus), serta kelenjar getah bening
(limfoglandula superficialis) pada ternak, apakah ada pembengkakan atau
tidak. Demikian pula catat kalau ada kotoran pada mata, keluar cairan pada
mata, (lacrimasi) dan keluar leleran pada hidung.
c. Pengamatan kemungkinan adanya sapi bunting dengan eksplorasi rektal.

Gambar 1. Kandang Penampungan Sapi.

7
Gambar 2. Kandang Penampungan Sapi.

Gambar 3. Kandang Penampungan Sapi.

8
Gambar 4.. Pengamatan Kondisi Sapi Sebelum Dipotong.

5. Cara Pemeriksaan Ternak Sapi dan Ciri Ternak Sapi sehat


Cara Pemeriksaan Ternak Sapi
• Posisi hewan sebaiknya berdiri agar memudahkan dalam pemeriksaan
gerakan hewan
• Yang diperiksa : jenis kelamin, umur hewan, keadaan abnormal,
abnormal dan
tanda-tanda
tanda penyakit (patognomonis), sikap dan tingkah laku hewan, serta
kebersihan hewan
• Pemeriksaan dilakukan
ilakukan tanpa menimbulkan stre
stres pada hewan;
• Penggunaan alat tidak menyakiti hewan

Ciri Ternak Sapi Sehat


• Kepala tegak dan sigap;
• Mata yang bening, hidung yang basah dan tidak mengeluarkan air liur
berlebihan;
• Tidak menampakkan masalah dalam bergerak;
• Bernafas normal dan tidak bersuara;
• Berinteraksi dan beraktifitas dengan lingkungannya;
• Tidak bersuara atau berteriak, menggiling gigi, kejang-kejang
kejang kejang atau
melengkungkan punggung;

9
• Tidak adanya tanda-tanda stres panas maupun dingin.
• Tidak adanya tanda-tanda kesakitan, abses, luka, memar, patah.
• Gusi yang merah muda dan sehat dan mukosa yang sehat pula;
• Kotoran berkonsistensi normal dan tidak berdarah;
• Warna kencing berwarna kuning-jerami;

6. Cara Memperkirakan Umur Ternak


Cara memperkirakan umur ternak dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
berdasarkan jumlah gigi permanen dan jumlah lingkar atau cincin pada tanduk
ternak betina.
1. Berdasarkan jumlah gigi permanen.

Gambar 3. Jumlah Gigi Permanen pada Sapi

Berdasarkan jumlah gigi permanen, perkiraan umur sapi sebagai berikut :


• Jika sapi memiliki jamlah gigi permanen sebanyak 2 buah (1 pasang),
maka perkiraan umur ternak sapi tersebut adalah 1-1,5 tahun
• Jika sapi memiliki jamlah gigi permanen sebanyak 4 buah (2 pasang),
maka perkiraan umur ternak sapi tersebut adalah 2-2,5 tahun
• Jika sapi memiliki jamlah gigi permanen sebanyak 6 buah (3 pasang),
maka perkiraan umur ternak sapi tersebut adalah 3-3,5 tahun

10
• Jika sapi memiliki jamlah gigi permanen sebanyak 8 buah (4 pasang), maka
perkiraan umur ternak sapi tersebut adalah 4 tahun atau lebih.

Untuk menghitung jumlah umur sapi lebih dari 4 tahun, maka dapat dilihat
dari struktur gigi sapi tersebut. Apakah sudah mulai ada perubahan pada gigi
tersebut, misalnya mulai aus dan lain sebagainya. Biasanya umur sapi di atas 4
tahun sudah mulai beranak, untuk memperkirakan umur sapi bisa dikombinasikan
dengan adanya lingkar tanduk pada sapi.

2. Berdasarkan Jumlah Lingkar (Cincin) pada Tanduk


Setiap ternak sapi yang sudah beranak akan menunjukkan adanya legokan
(cincin) pada tanduknya. Hal ini disebabkan pada ternak yang beranak
memerlukan banyak kalsium, yang jika kebutuhannya tidak mencukupi dari pakan
yang diberikan, maka ternak tersebut akan mengambil cadangan kalsiumnya
sendiri untuk pertumbuhan fetus dan produksi susunya dari tulang dan tanduknya
sendiri. Hal ini mengakibatkan tanduk pada sapi yang pernah beranak akan
berlegok (seperti cincin). Legokan yang terjadi pada tanduk tidak selalu simetris
pada tanduk kiri dan kanan. Hal ini tergantung dari seberapa banyak kekurangan
kalsium yang dialami sapi tersebut saat bunting. Jika kekurangan kalsium saat
bunting sangat banyak, maka legokan yang terjadi pada tanduk bisa simetris
bahkan ternak sapi tersebut bisa ambruk, sebaliknya jika kekurangan kalsium
sangat sedikit, maka cukup salah satu tanduknya akan berlegok. Untuk
menghitung berapa umur bisa yang memiliki cimcin pada tanduknya, maka kita
harus memperkirakan kapan sapi tersebut dewasa kelamin, kemudian kapan
bunting pertama kali, setelah itu berapa lama sapi bunting dan menyusui.
Semuaitu bisa dihitung berdasarkan pengetahuan reproduksi dari sapi. Khusus
pada sapi bali, sapi mulai dewasa kelamin paling cepat umur 1,5 tahun. Namun,
biasanya sapi mulai dikawinkan dan bunting pertama kali umur 2-2,5 tahun,
tergantung pengetahuan pemiliknya dalam mengenali tanda-tanda estrus pada
sapinya. Umur kebuntingan pada sapi selama 9 bulan, dan lama menyusui sekitar
3 bulan. Jadi, jika dibulatkan untuk sapi yang memiliki satu lingkar tanduk setara

11
dengan umur 1 tahun. Tinggal menambahkan umur sapi pertama kali bunting. Jika
perkiraan umur bunting sapi pertama kali pada umur 2-2,5 tahun, maka jika ada
satu lingkar tanduk, umurnya diperkirakan 3-3,5 tahun. Begitu seterusnya, tinggal
menghitung berapa banyak jumlah lingkar tanduk pada sapi tersebut.

Gambar 5. Lingkar (cincin) Tanduk pada Sapi Betina


Perkiraan umur sapi berdasarkan kombinasi gigi permanen dengan lingkar
tanduk
• Misalnya : Jumlah gigi permanen pada sapi tersebut sebanyak 3 buah, dan
ditemukan ada 1 lingkar tanduk, berapa perkiraan umur sapi tersebut?.
• Gigi permanen sebanyak 3 pasang menunjukkan umur sapi tersebut antara
3-3,5 tahun, sedangkan bila ada 1 lingkar tanduk, itu menunjukkan sapi
tersebut pernah beranak 1x, maka perkiraan umurnya adalah bunting
pertama kali umur 2-2,5 tahun, ditambah lama kebuntingan dan menyusui
selama 1 tahun, maka perkiraan umur sapi tersebut adalah 3-3,5 tahun.
Jadi, klop umurnya dengan mengkombinasi jumlah gigi permanen dengan
jumlah lingkar tanduk.

12
7. Beberapa Gejala Penyakit Penting Pada Hewan Potong

1. Penyakit Anthrax
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthraxis yang memiliki 3
bentuk gejala sebagai berikut :
1. Perakut : dengan menunjukkan gejala klinis berupa ganggan syaraf dan
diikuti dengan kematian.
2. Akut dan Subakut : dengan gejala klinis demam, penghentian pengunyahan,
depresi, kesulitas bernafas, iinkoordinasi, konvulsi (kejang-kejang) dan kematian.
Juga ada keluar darah dari lubang-lubang kumlah (anus, mulut, mata).
3. Kronis : dengan gejala klinis edema pada daerah pharynx dan lingual, keluar
cairan berbusa dari mulut hewan.
2. Penyakit Brucellosis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Brucella abortus, yang memiliki
gejala khusus berupa keguguran atau kelahiran janin yang prematur.
3. Penyakit Salmonellosis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella spp. dengan gejala klinis
berupa demam tinggi, adanya bintik darah dalam feses, diare profus,penurunan
suhu tubuh yang drastis mencapai normal atau sub-normal.
4. Penyakit Baliziekte
Penyakit ini disebabkan oleh kondisi sapi yang hatinya mengalami
keracunan lamtana camara yang dimanifestikan dengan sifat sensitif terhadap
sinar matahari (Fotosensitive), denga gejala klinis khas berupa adanya keropeng
pada beberapa bagian kulit.
5. Penyakit Fascioliasis (Distomatosis).
Penyakit ini disebabkan oleh cacing fasciola gigantica, yang sering tidak
menunjukkan gejala klinis yang jelas.

13
8. Keputusan akhir dari pemeriksaan ante-mortem
Konklusi akhir dari pemeriksaan kesehatan ante-mortem dapat dibedakan
menjadi tiga.
• Kelompok pertama adalah ternak yag dapat dipotong regular, yaitu
kelompok ternak yang sehat, normal, dan memenuhi syarat (tidak
melanggar peraturan pemotongan)
• Kelompok kedua yaitu ternak yang ditolak untuk dipotong, yaitu
kelompok ternak yang menderita penyakit, abnormal, dan melanggar
peraturan pemotongan. Contoh ternak untuk kelompok ini adalah ternak
sakit, ternak cacat, ternak betina produktif, bibit, ternak bunting, dan pedet
yang umurnya terlalu muda.
• Kelompok ketiga adalah kelompok ternak yang menderita kelainan lokal
seperti patah kaki/fraktur, luka, memar, abses, neoplasma/tumor, dan
kondisi ternak tersebut meragukan. Ternak kelompok ketiga ini dipisahkan
dari pemotongan regular selesai dilakukan. Pertimbangan kondisi ante-
mortem dikaitkan dengan penemuan post-mortem untuk memberikan
kesimpulan akhir terhadap disposisi daging dan organ-organ tubuhnya.
Menurut Direktorat Kesmavet (2005), keputusan pemeriksaan ante
mortem dilakelompokkan menjadi hewan boleh dipotong, ditunda, atau
tidak boleh dipotong. Terhadapa hewan yang boleh dipotong segera
diberikan stempel/cap“S” di daerah pinggul.
Tabel 2. Keputusan akhir hasil pemeriksaan ante-mortem
Hasil pemeriksaan Keputusan
• Hewan normal/sehat 1. Diijinkan untuk
• Hewaan dengan kelainan terlokasi, dipotong
seperti tumor pada mata, pneumonia, dll
• Hewan lumpuh/ambruk karena 2. Harus segera
kecelakaan, tetapi tidak menunjukkan dipotong
gejala penyakit
• Hewan menderita atau menunjukkan 3. Dipotong

14
gejala sakit, seperti pada Lampiran I dengan
pengawasan
dokter hewan
• Hewan penderita gejala sakit yang 4. Ditunda
belum dapat ditemukan penyakitnya pemotongannya
(menunggu hasil laboratorium)
• Hewan penderita menunjukkan gejala 5. Dilarang
penyakit akut, seperti anthrax, tetanus, dipotong
malleus, dll
Sumber : Direktorat kesmavet (2005)

Perkecualian pemotongan ternak betina menurut Staatsblad No.614 dapat


dilakukan apabila ternak tersebut :
1. Memiliki sifat ras yang tidak sesuai atau menyimpang, memiliki bentuk
sedemikian rupa sehingga dikhawatirkan menjadi cacat, ternak tersebut majir
(mandul) atau dikhawatirkan akan majir sehingga tidak bisa bereproduksi
(beranak),
2. Memiliki warna bulu menyimpang (dikhawatirkan menderita penyakit tertentu),
3. Telah beranak minimal 5 kali (karena sudah dianggap tidak produktif lagi),
4. Memiliki eksteriur jelek (tidak baik jika dipakai bibit atau rugi jika akan
digemukkan).
Selain itu, ternak sapi betina juga dapat dipotong terpaksa (Noodslach)
jika :
1. Ternak dalam keadaan mengamuk dan membahayakan keamanan orang dan
barang,
2. Ditimpa kecelakaan yang berat (biaya pengobatannya terlalu mahal),
3. Terserang penyakit akut dan berdasarkan peraturan pencengahan dan
pemberantasan penyakit menular.
Dalam kasus ini hasil produk ternak betina yang dipotong terpaksa masih dapat
diedarkan ke masyarakat konsumen apabila masih memenuhi syarat-syarat
higiene produk asal hewan.

15
9. Bahan Diskusi
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan kesehatan ante-mortem?
2. Apa tujuan pemeriksaan kesehatan ante-mortem?
3. Bagaimana cara pemeriksaan kesehatan ante-mortem?
4. Apa konklusi/kesimpulan hasil pemeriksaan kesehatan ante-mortem?

16
Lampiran 2. Form RPH-1

Hasil Pemeriksaan Ante-mortem dan Post-Mortem


Nama RPH : .............................................................................................
Tanggal : .............................................................................................

Nama No. Asal Pemeriksaan AM Pemeriksaan PM Keterangan


Pemilik Hewan Hewan
Kelainan Keputusan

Petugas
Juru Periksa Daging

...................................................

17
Lampiran 3. Form RPH-2

Hasil Pemeriksaan Ante-mortem dan Post-Mortem


Nama RPH : .............................................................................................
Bulan : .............................................................................................

No Daerah Jumlah Hewan yang ditunda Karkas Jumlah Diagnosis


Asal Hewan / Organ
Hewan disembelih Jumlah Diagnosis

Kepala RPH

...................................................

18
Lampiran 4. Form RPH-3

Hasil Pemeriksaan Ante-mortem dan Post-Mortem


Nama RPH : .............................................................................................
Bulan : .............................................................................................

No Daerah Jumlah Hewan yang ditunda Karkas Jumlah Diagnosis


Asal Hewan / Organ
Hewan disembelih Jumlah Diagnosis

Kepala
Dinas.......................
Kab/Kota ....................

...................................................

19
Lampiran 5. Form RPH-4

Hasil Pemeriksaan Ante-mortem dan Post-Mortem


Nama RPH : .............................................................................................
Bulan : .............................................................................................

No Daerah Jumlah Hewan yang ditunda Karkas Jumlah Diagnosis


Asal Hewan / Organ
Hewan disembelih Jumlah Diagnosis

Kepala
Dinas.........................
Provinsi ...............

...................................................

20

Anda mungkin juga menyukai