Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Di susun oleh :
Indrawati s. daud
Nim : 621419004
Fakultas pertaniaan
2021
1
Pemuliaan ternak unggas
Kebutuhan akan produk peternakan sekarang ini sangat tinggi. Masyarakat Indonesia
sudah mulai sadar akan pentingnya kebutuhan protein hewani dalam mencukupi kebutuhan
nutrisinya. Produk peternakan adalah produk yang sangat primer. Sebagai contoh yaitu daging,
telur susu merupakan produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Untuk saat ini banyak
kalangan yang beranggapan bahwa dunia peternakan adalah dunia yang kurang mempunyai
Keberlanjutan usaha ayam pedaging memerlukan adanya bibit, bibit yang dimaksud
adalah bibit unggul yang mudah diperoleh. Program pembibitan dilakukan dengan melaksanakan
program pemuliaan (seleksi dan persilangan) dan memperbaiki performa reproduksi. Performa
reproduksi ayam pedaging tidak hanya tergantung pada gen-gen yang dimiliki ternak. Keadaan
lingkungan dan pakan juga turut menunjang munculnya performa reproduksi secara optimal.
Pada iklim mikro yang berbeda reproduksi ternak didaerah tropis dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, kelembaban dan pakan yang tersedia bagi ternak. Suhu dan kelembaban lingkungan
yang tinggi serta kondisi pakan yang buruk menghambat laju reproduksi. Laju reproduksi yang
berkontribusi pada perbedaan antar individu untuk sifat yang diamati. Nilai heretabilitas yang
tinggi menunjukkan bahwa pengaruh utamanya adalah genetik (Warwick et al. 1990). Faktor lain
yang mempengaruhi nilai heretabilitas adalah tempat dan waktu. Nilai heretabilitas dibagi
menjadi tiga yaitu heretabilitas rendah berkisar antara 0-0,2 ; heretabilitas sedang berkisar 0,2-
Nilai ripitabilitas dapat digunakan untuk mengetahui daya ulang suatu sifat yang dimiliki
suatu individu selama individu tersebut hidup. Selain itu untuk menduga besarnya suatu sifat
yang diturunkan dari tetua kepada turunannya, karena nilai ripitabilitas dapat untuk menduga
nilai maksimum heretabilitas sifat yang diketahui nilai ripitabilitasnya. Nilai ripitabilitas dapat
pula digunakan sebagia dasar kebijakan dalam melakukan seleksi (Falconer, 1989).
2
Pendugaan parameter genetik yaitu heretabilitas dan ripitabilitas suatu sifat diperlukan
untuk meningkatkan produksi. Pengetahuan tentang pendugaan nilai ripitabilitas dan heretabilitas
membantu peternak merancang pemuliaan yang tepat untuk meningkatkan mutu genetik ternak
Pemuliaan ternak ayam pedaging dalam produksi ternak unggas adalah penerapan
prinsip-prinsip genetika untuk meningkatkan produktifitas (sifat produksi dan reproduksi) yang
menunjang pertumbuhan daging suatu ternak melalui peningkatan mutu genetiknya dengan jalan
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik, danfaktor non genetik atau lingkungan.
A. Faktor Genetik
Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki oleh individu.
Oleh karena itu, faktor genetik sudah ada sejak terjadinya pembuahan atau bersatunya sel telur
(ovum) dengan spermatozoa. Faktor genetik ini tidak akan berubah selama hidup individu,
sepanjang tidak terjadi mutasi dari gen yang menyusunnya, dan faktor genetik dapat diwariskan
kepada anak keturunannya. Berbeda dengan faktor genetik, pengaruh lingkungan tidak akan
Sebagai contoh yaitu ayam pedaging (ras) dengan ayam kampung (bukan ras) diambil
pada saat umur yang sama DOC (kira-kira1 hari setelah penetasan),dengan memberikan pakan
yang sama dan perlakuan yang sama pula setiap harinya,pada saat ayam keduanya mencapai
umur 2 bulan ayam broiler memiliki berat 1,5 kg, dan ayam kampong memiliki berat 0,8 kg. Hal
ini karena dipengaruhi faktor genetik yaitu ayam broiler (ayam ras) dan ayam kampung (bukan
B. Faktor Lingkungan
Faktor lingkingan tergantung pada kapan dan dimana individu yang bersangkutan berada.
Sebagai contoh kita memilih ternak dengan jenis yang sama, sebagai contoh ayam broiler dan
3
diambil pada saat umur yang sama. Tetapi kita memberikan pakan kedua ayam tersebut dengan
pakan yang berbeda, maka pada saat ayam mencapai umur kira-kira 2 bulanan kita akan melihat
perbedaan berat diantara keduanya, hal ini karena pemberian pakan yang berbeda pada kedua
ayam tersebut.
Pemuliaan ayam yang dilakukan oleh Gunawan, B. dan Tike sartika. Tahun 2001.
Persilangan ayam Pelung jantan x Kampung betina hasil seleksi generasi kedua (G2). Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 6(1):21-27.Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan ayam lokal
pedaging dengan pertumbuhan cepat, yaitu mencapai bobot badan lebih besar dari 1 kg pada
umur 3 bulan. Materi yang digunakan adalah 330 ekor DOC ayam silangan (PK) yang berasal
dari perkawinan inseminasi buatan (IB) Pelung jantan dengan Kampung betina hasil seleksi
generasi kedua (G2) dan 180 ekor DOC ayam Kampung murni (KK) yang berasal dari populasi
Kontrol.
dihitung sebagai 1 satuan unit ulangan percobaan. Pakan yang diberikan selama penelitian dibagi
dalam 3 fase, yaitu pakan starter I (protein 21%, energi 3000 kkal/kg) untuk ayam umur (0-21
hari); pakan starter II (protein 19%, energi 2900 kkal/kg) untuk ayam umur 22-42 hari, dan
pakan grower (protein 17%, energi 2900 kkal/kg) untuk ayam umur 43-84 hari. Peubah yang
diamati antara lain bobot badan setiap minggu selama 12 minggu, konsumsi pakan, konversi
pakan, mortalitas selama penelitian, bobot karkas, dan komponen karkas serta perhitungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan ayam silangan Pelung x Kampung
(PK) lebih tinggi dibandingkan dengan ayam KK (1009 vs 923 g) dan secara statistik
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Konsumsi pakan tidak nyata (3037 vs 3036
g/ekor/12 mg), tetapi konversi pakannya untuk ayam silangan lebih baik (3,09 vs 3,4). Hasil
evaluasi karkas menunjukkan bahwa untuk bobot karkas dan komponen karkas antara kedua
4
galur tidak berbeda nyata, sedangkan berdasarkan jenis kelamin menunjukkan perbedaan yang
ayam PK lebih menguntungkan dibandingkan dengan hanya memelihara ayam KK saja yang
ditunjukkan oleh nilai B/C ratio sebesar 1,31 untuk PK dan 1,20 untuk KK. Mortalitas selama
penelitian masih dalam kisaran normal, yaitu untuk ayam silangan sebesar 6,36% dan ayam
Penelitian yang dilakukan oleh Muh. Affan Mu’in. Tahun 2008. Heretabilitas beberapa
ukuran tubuh ayam kampung. Junal Ilmu Peternakan, Vol. 3 No.1 Hal. 16-19. Penelitian ini
bertujuan untuk mengestimasi niai heretabilitas ukuran tubuh ayam kampung. Beberapa laporan
menginformasikan bahwa bobot badan yang dicapai sampai umur 6 bulan hanya berkisar 1,4 –
1,8 kg (Mansjoer, 1985; Maryanto dan Noerdjito, 1988; Mugiyono dkk, 1988). Lambatnya
pertumbuhan ayam kampung disebabkan rendahnya mutu genetik yang dimiliki-nya, karena
umumnya peternak belum menerapkan program pemuliaan secara ketat (Hakim, 1993;
Hardjosubroto, 1994).
Kemajuan perbaikan mutu genetik ternak melalui seleksi dan atau persilangan sangat
ditentukan oleh kekuatan pewarisan dari sifat-sifat yang akan diperbaiki . Informasi mengenai
nilai heretabilitas sifat-sifat kuantitatif penting artinya dalam membantu penyusunan program
perbaikan mutu genetik. Dalam penelitian ini digunakan 97 ekor ayam kampung sebagai
kelompok anak yang berasal dari kelompok tetua sebanyak 19 pasang ayam kampung di wilayah
kabupaten monokwari. Kemudian memasangkan ayam kampung jantan dan betina dan
Telur dikumpulkan selama 10 hari dari tiap pasangan kemudian ditetaskan selama 21
hari dan beri no identitas pada kedua kakinya dalam kelompok anak dipelihara dikandang
brooder, setelah 4 minggu dipindahkan ke kandang grower, dan umur 8 minggu lakukan
pengukuran terhadap panjang shang, panjang betis, panjang paha, lingkar dada,panjang dada,
5
lebar dada, panjang badan, panjang sayap, panjang kepala dan tinggi kepala. Berdasarkan hasil
tubuh ayam kampung umur 8 minggu yang ditemukan yang ter-masuk kategori (a) rendah: tinggi
kepala (0,007), panjang sayap (0,024) dan tinggi kepala (0,028); (b) sedang: lingkar dada (0,171)
dan panjang dada (0,251); dan tinggi: panjang paha (0,318), lebar dada (0,371), panjang badan
Nilai h2 yang tinggi dari suatu sifat menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara
ragam fenotipik dan ragam genetik aditif, sehingga seleksi berdasarkan fenotipik individu
(individual selection) akan lebih efektif karena tanggap terhadap seleksi (Lasley, 1978),
sedangkan apabila rendah maka seleksi sebaiknya dilakukan berdasarkan per-formans keluarga
(pedigree selection) (Minkema, 1987). Berdasarkan petunjuk ini maka untuk meningkatkan mutu
genetik karakteristik panjang shank, pan-jang betis, panjang paha, panjang badan dan lebar dada
ayam kampung umur 8 minggu akan efektif bila dilakukan seleksi berdasarkan fenotipik
individu, sedangkan untuk karaktersitik lainnya dapat dilakukan seleksi berdasarkan performans
keluarga.
6
Ripitabilitas pada Ayam Pedaging
Ripitabilitas merupakan salah satu parameter genetik yang digunakan pada program
pemuliaan dengan tujuan untuk perbaikan sifat tertentu. Ripitabilitas merupakan salah satu
parameter genetik yang digunakan untuk menduga bagian dari keragaman fenotip yang
disebabkan oleh ke-ragaman genetik total (aditif, dominan,dan epistasis) dan keragaman
lingkungan permanen. Interaksi antara keragaman genetik total dan keragaman lingkungan
permanen terjadi pada sifat yang kinerjanya diukur beberapa kali pada waktu yang berbeda
terjadi karena adanya perbedaan keragaman lingkungan namun tidak terjadi perubahan pada
diharapkan karena kinerja sifat pada waktu yang akan datang dapat diprediksi berdasarkan
Ripitabilitas merupakan konsep yang berkaitan dengan heritabilitas yang berguna untuk
sifat-sifat yang muncul beberapa kali pada ayam pedaging. Keterkaitan ripitabilitas dengan
heritabilitas disebabkan oleh bagian dari keragaman fenotipik yang sama-sama disebabkan oleh
keragaman genetik aditif tetapi pada ripitabilitas ditambah dengan keragaman genetik dominan
dan epistasis serta keragaman lingkungan permanen. Hal tersebut mengakibatkan nilai
ripitabilitas suatu sifat dalam populasi ayam pedaging selalu lebih tinggi daripada nilai
heritabilitas apabila diestimasi pada sifat dan kelompok individu yang sama. Oleh karena itu,
Perhitungan nilai ripitabilitas terhadap parameter produksi pada ayam pedaging perlu
lingkungan permanen yang mempengaruhi sifat tertentu. Ripitabilitas dihitung untuk mengetahui
korelasi fenotip antara performan sekarang dengan performa di masa mendatang pada suatu
individu.
7
Hasil estimasi nilai ripitabilitas diharapkan dapat digunakan sebagai dasar seleksi dan
pemuliaan ayam pedaging selanjutnya.Nilai ripitabilitas berkisar antara 0 (0%) sampai dengan 1
(100%) yang dapat di-golongkan menjadi tiga kategori yaitu rendah apabila nilainya 0,00—0,20;
sedang apabila nilainya 0,20—0,40; tinggi apabila nilainya lebih dari 0,4. Nilai ini akan semakin
rendah dan mendekati 0,0 apabila ragam lingkungan temporer meningkat dan sebaliknya
semakin tinggi dan mendekati 1,0 apabila ragam suatu sifat se-bagian besar dikendalikan oleh
waktu yang berbeda. Interaksi tersebut menghasilkan keragaman kinerja pada waktu yang
berbeda.Nilai ripitabilitas akan semakin rendah dan mendekati 0,0 apabila ragam lingkungan
temporer meningkat. Sebaliknya, nilainya semakin tinggi dan men-dekati 1,0 apabila ragam
suatu sifat sebagian besar dikendalikan oleh faktor genetik dan lingkungan yang sifatnya
a. Menunjukkan besarnya peningkatan yang dapat dicapai apabila satu sifat individu
diukursecara berulang-ulang
b. Menyusun batas atas rasio keragaman genetik total dengan keragaman fenotipik atau rasio
d. Menghitung nilai Most Probable Producing Ability (MPPA) ternak betina yang digunakan
untuk seleksi
e. Menghitung Nilai Pemuliaan (NP) ternak betina pada sifat tertentu untuk seleksi.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan niai repitabilitas pada ayam
pedaging yaitu :
8
Metode korelasi antarkelas digunakan untuk estimasi ripitabilitas dalam populasi yang
masing-masing individu memiliki catatan kinerja dua kali pengukuran. Misalnya: produksi
Keterangan:
r = ripitabilitas
n = jumlah individu
masing individu memiliki lebih dari dua pengukuran catatan kinerja suatu sifat, misalnya
produksi daging pada tiga generasi. Estimasi ripitabilitas dengan metode korelasi dalam kelas
menggunakan analisis keragaman untuk memperoleh nilai keragaman yang diperlukan untuk
menghitung estimasi ripitabilitas. Model matematik pada estimasi ripitabilitas dengan metode
Keterangan:
9
Nilai Pemuliaan pada Ayam Pedaging
Nilai pemuliaan atau Breeding Value merupakan faktor utama dalam mengevaluasi
keunggulan individu dalam mengevaluasi ternak dan merupakan parameter penting dalam
program pemuliaan ternak. Nilai pemuliaan pada dasarnya merupakan regresi dari nilai fenotipik
ternak,kecermatan pendugaan nilai pemuliaan akan menentukan respon seleksi yang diperoleh.
Nilai pemuliaan dapat diduga dengan berbagai cara, salah satu cara yang cukup cermat dalam
menduga nilai pemuliaan adalah menggunakan Best Linear Unbiased Prediction (BLUP).
Keuntungan metode BLUP adalah :
(1) Model dapat memperhitungkan semua pengaruh lingkungan tetap dan bisa langsung
ternak
(3) Bisa menduga nilai pemuliaan ternak yang tidak mempunyai catatan produksi asalkan
Salah satu cara untuk perbaikan genetik pada ayam pedaging dilakukan melalui seleksi
dalam kelompok ternak lokal dengan tujuan untuk meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan.
Kegiatan seleksi akan efektif bila jumlah ternak yang diseleksi banyak, namun catatan
performans individu dari jumlah yang banyak akan sangat mahal. Salah satu cara untuk
mengatasi hal ini adalah, seleksi atau peningkatan mutu genetik dilakukan pada kelompok-
Pola pemuliaan pada dasarnya ada dua bentuk yaitu pola inti tertutup (Closed nucleus
breeding scheme) dan pola inti terbuka (Open nucleus breeding scheme). Pada pola tertutup
aliran gen hanya berlangsung satu arah dari puncak (nucleus) ke bawah tidak ada gen yang
mengalir dari bawah ke nucleus. Croston dan Pollot (1985) mengemukakan bahwa tiga hal
10
(1) Tujuan seleksi harus jelas serta sejalan dengan yang diinginkan peternak.
(3) Pola (scheme) harus praktis untuk memperoleh materi genetik yang tinggi yang akan
pemuliaan, yang dirumuskan bersama peternak supaya bisa berhasil dan sesuai dengan
kepentingan peternak. Sifat yang ditingkatkan pada ayam pedaging sebaiknya bernilai ekonomis
tinggi serta mudah diukur, antara lain adalah litter size, laju reproduksi, bobot lahir dan kualitas
karkas. Langkah kedua bersama-sama dengan petani menentukan bangsa dari ayam pedaging
yang cocok untuk dikembangkan. Langkah ke tiga mengelola program pemuliaan supaya
berhasil meningkatkan mutu genetik ternak serta dalam jangka panjang dapat berkelanjutan.
Selain adanya partisipasi peternak untuk dapat berkelanjutan program pemuliaan harus
berorientasi pasar.
. Sifat Kualitatif
Sifat kualitatif merupakan sifat yang dikontrol oleh beberapa gen yang
memiliki perbedaan yang jelas antar fenotipnya, biasanya bersifat tidak aditif, dan
variasinya tidak kontinyu (Noor, 2008). Menurut Warwick, et al., (1995), sifat
dalam satu dari dua kelompok atau lebih dan pengelompokan itu berbeda jelas
karena secara tidak langsung sifat ini berpengaruh terhadap sifat produksi. Sifat
kualitatif dikendalikan oleh satu atau beberapa gen dan sedikit atau tidak sama
11
variasi sifat kualitatif. Karakteristik genetik eksternal dapat netral, bermanfaat atau merugikan,
kualitatif yang penting yang merupakan ciri khas yang dipakai sebagai patokan
untuk penentuan suatu bangsa ayam diantaranya adalah warna bulu, warna
kerabang, warna cakar (shank) dan bentuk jengger yang tidak dipengaruhi oleh
Sifat Kuantitatif
Sifat kuantitatif merupakan sifata yang dapat diukur. Sifat ini dipengaruhi banyak gen
dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan, seperti pakan dan tatalaksana. Perubahan pada bobot
badan menunjukkan perkembangan tubuh ayam muda ,sedangkan perubahan pada ukuran-
(Sasimowski,1987) setelah unggas dewasa sangat sedikit perubahan yang terjadi pada tulang
sehingga pengukuran pada tulang dapat memberikan hasil yang lebih akurat untuk menetahui
ukuran tubuh.
Panjang tulang tarsus merupakan pendugaan yang tepat untuk penentuan bobot badan.
Oleh karena itu panjang kaki mempunyai korelasi positif dengan bobot badan dan menentukan
komposisi tubuhnya. Namun dengan demikian untuk seleksi ayam untuk produksi daging ayam
yang mempunyai kaki yang terlalu panjang tidak diinginkan karena kaki yang pendek lebih kuat
menopang tubuhnya (Jull, 1951). Soeharsono (1976) menyatakan bahwa pendugaan karakter
ayam pedaging dapat dilakukan dengan mengukur panjang paha atas ( panjang tarsus) dan paha
bawah. Perkembangan dari panjang paha bawah dan paha atas dapat menunjukkan produksi
daging karena merupakan peletakan daging.Hal ini ditambahkan oleh pendapat Mansjoer (1981)
bahwa panjang tarsometatarsus dan diameter tarsometatarsus merupakan pendugaan yang tepat
untuk penentuan bobot banda. Kemudian diperjelas oleh Jull (1951) yang menyatakan bahwa
panjang kaki dan diameter kaki mempunyai korelasi positif dengan bobot badang dan
menentukan komposisi tubuhnya. Namun dengan demikian untuk seleksi ayam untuk produksi
daging ayam yang mempunyai kaki yang terlalu panjang dan diameter kaki kecil tidak
12
diinginkan karena kaki pendek dan diamter kaki yang besar lebih kuat menopang tubuhnya.
Dimensi tubuh ayam pedaging yang dapat digunakan sebagai parameter antara lain :
merupakan panjang tulang tarsometatarsus (Kusuma, 2002). Hal ini ditambahkan oleh
merupakan pendugaan yang tepat untuk penentuan bobot badan. Kemudian diperjelas
oleh Jull ( 1951) yang menyatakan bahwa panjang kaki dan diameter kaki mempunyai
korelasi positif dengan bobot badan dan menentukan komposisi tubuhnlya. Namun
dengan demikian untuk seleksi ayam untuk produksi daging ayam yang mempunyai kaki
yang terlalu panjang dan diameter kaki kecil tidak diinginkan karena kaki pendek dan
b) Tinggi dan panjang badan Mansjoer (1981) menyatakan bahwa pendugaan karakter ayam
pedaging dapat dilakukan dengan mengukur tinggi badan yang menyatakan bahwa
perkembangan dari tinggi badan ayam pedaging dapat menunjukkan produksi daging
karena mempunyai korelasi positif dengan bobot badan dan menentukan komposisi
pedaging. Ayam broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging
tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam
c) Lingkar dada lingkar dada merupakan komponen utama dalam pertumbuhan daging.
Besarnya dada dijadikan ukuran menilai kualitas perdagingan karena sebagian besar otot
yang merupakan komponen karkas paling besar terdapat disekitar dada (JULL, 1979).
d) Panjang paruh, panjang sayap dan panjang tibia Pertumbuhan fisik yang terjadi pada
13
(kualitasransum), suhu, dan penyakit (Isnaeni, 2006).perubahan panjang paruh, panjang
sayap dan panjang tibiamemiliki dugaan korelasi dimensi antara berat badan. Hal ini
adalah perubahan dari kecil ke besar karenabertambahnya jumlah sel dan volume sel serta
14