Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Mual Muntah Pada Pasien
Post General Anestesi Di RSUD Kota Dumai-Riau.
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI DENPASAR
2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara termudah untuk memperkirakan obesitas
serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh. Indeks Massa Tubuh merupakan suatu
pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. IMT
sebenarnya adalah rasio yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan
kuadrat tinggi badan (dalam meter) (Marekensson, 2004). Kategori obesitas penduduk Asia
menurut IMT adalah >25kg /m2 sedangkan lingkar perut ≥90 pada laki-laki dan ≥80 pada
perempuan merupakan kategori obesitas sentral pada penduduk Asia (Bender, 2015). Rentang
indeks massa tubuh menurut WHO, status gizi kurang: <18,5, status gizi normal: 18,5-24,9,
status gizi lebih: >25, Pra obesitas: 25-29,9, obesitas tingkat 1: 30,0-34,9, obesitas tingkat 2: 35-
39, obesitas tingkat 3: >40 Menurut hasil penelitian dari Prastiwi (2017), menyebutkan bahwa
Indeks massa tubuh kurus: <18,5 (13,3 %), ideal: 18,5-24,9 (66,7%), dan gemuk: >25 (20,0%)
dengan jumlah 100% dapat diketahui bahwa pada penelitian tersebut responden memiliki Indeks
Massa Tubuh Ideal sebanyak 66,7 %.
General anesthesia atau anestesi umum merupakan suatu tindakan yang bertujuan
menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar dan menyebabkan amnesia yang bersifat reversible
dan dapat diprediksi, anestesi umum menyebabkan hilangnya ingatan saat dilakukan pembiusan
dan operasi sehingga saat pasien sadar pasien tidak mengingat peristiwa pembedahan yang
dilakukan (Pramono, 2014).
Metode atau teknik anestesi umum dibagi menjadi 3 yaitu teknik anestesi umum inhalasi,
anestesi umum intravena dan anestesi umum imbang (Mangku dan Senapathi, 2010).
Pemberian anestesi umum dengan teknik inhalasi, intravena maupun imbang mempunyai risiko
komplikasi pada pasien. Kematian merupakan risiko komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
pasca pemberian anestesi. Kematian yang disebabkan anestesi umum terjadi < 1:100.000 kasus,
selain kematian ada komplikasi lain yaitu serangan jantung, infeksi paru, stroke, trauma pada
gigi atau lidah (Pramono, 2014).
Risiko komplikasi pada anestesi umum minimal apabila kondisi pasien sedang optimal,
namun sebaliknya jika pasien mempunyai riwayat kebiasaan yang kurang baik misalnya riwayat
penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan, alergi pada komponen obat, perokok, mempunyai
riwayat penyakit jantung, paru dan ginjal maka risiko komplikasi anestesi umum akan lebih
tinggi (Pramono, 2014).
Risiko komplikasi pada anestesi umum tersebut dapat diminimalkan bahkan dicegah.
Dokter anestesi dan perawat anestesi berperan penting dalam meminimalkan risiko komplikasi
tersebut yaitu dengan cara mempersiapkan pasien sebelum operasi dengan melakukan kunjungan
pre anestesi (Pramono, 2014). Saat kunjungan pre anestesi dokter anestesi atau perawat anestesi
melakukan pemeriksaan kondisi pasien serta melakukan anamnesis (Mangku dan Senapathi,
2010).
Mual muntah post anestesi meliputi tiga gejala utama (mual, muntah, dan retaching) yang
terjadi secara terpisah atau dalam kombinasi setelah pembedahan. Mual menjadi sensasi
subyektif dari suatu tanda akan muntah, dalam ketidakhadiran gerakan otot untuk memuntahkan,
ketika memberat, dihubungkan dengan meningkatnya pengeluaran air ludah, gangguan
vasomotor, dan berkeringat (Mangku, 2010). Menurut Tobi dkk (2014) berdasarkan waktu
timbulnya PONV digolongkan sebagai berikut Early PONV, Late PONV, Delayed PONV.
Menurut Morgan & Mikhail (2006) faktor risiko dari PONV meliputi: obesitas, umur, jenis
kelamin, riwayat PONV atau motion sickness, puasa pre op dan tidak perokok.
Mual dan muntah pasca-operasi atau dikenal dengan post operative nausea and vomiting
(PONV) merupakan salah satu keluhan paling sering setelah operasi. Mual dan muntah dapat
menyulitkan terutama pada operasi minor atau rawat jalan. PONV dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, isalnya berkeringat, nyeri perut, lemah, dan mengganggu kenyamanan pasien. Risiko
pembedahan meliputi terbukanya kembali luka operasi, perdarahan, sampai terhambatnya
penyembuhan luka. Dari segi anestesi dapat meningkatkan risiko aspirasi isi lambung ke paru,
gangguan cairan, dan elektrolit. Hal ini dapat menimbulkan implikasi perpanjangan masa
perawatan dan rawat inap serta peningkatan biaya perawatan Post Operative Nausea Vomiting
(PONV) dapat terjadi pada 80% pasien yang menjalani pembedahan dan anestesi, keadaan ini
menjadi perhatian utama pada perawatan di ruang pemulihan dan menjadi skala prioritas bagi
seorang petugas anestesi (Saeda, 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di RSUD Kota Yogyakarta belum ada
pendokumentasian khusus mengenai kejadian PONV pada pasien setelah menjalani operasi,
padahal berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebanyak 19 orang responden (45,2%)
dengan general anesthesia mengalami mual dan muntah. Kejadian PONV lebih kurang 1/3 dari
seluruh pasien yang menjalani operasi yang timbul dalam 24 jam pertama. Agen anestetik
volatile (Isofluran, Enfluran, Sevofluran merupakan penyebab utama PONV dalam 2 jam
pertama post operasi. (Apfel, 2012)
Seseorang yang mempunyai kadar lemak tinggi akan memperpanjang waktu yang
diperlukan untuk mencapai keadaan pulih setelah pemberian anestesi, karena lemak mempunyai
kapasitas yang besar untuk menyimpan obat anestesi sehingga obat tersebut tidak segera di
sekresikan. Sehingga orang yang gemuk akan mempunyai waktu pulih lebih lambat daripada
orang kurus. Pada pasien obesitas 60% lebih mudah terjadi PONV karena adipos (kandungan
lemak) yang berlebihan sehingga penyimpanan obat-obat anestesi atau produksi estrogen yang
berlebihan oleh jaringan fibrosa (Zainumi, 2009).
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara indek massa tubuh dengan kejadian mual muntah pada
pasien post general anestesi
2. Tujuan Khusus
Diketahuinya Indeks Massa Tubuh pasien yang akan menjalani operasi RSUD kota
dumai.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penulisan literatur review ini yaitu semua jenis penelitian yang
membahas hubungan antara indek massa tubuh dengan kejadian mual muntah pada
pasien post general anestesi.
1. Manfaat Teoritis
Hasil literatur review ini diharapkan dapat mendukung teori tentang hubungan IMT
hubungan antara indek massa tubuh dengan kejadian mual muntah pada pasien post
general anestesi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat Anestesi
Perawat dapat mempertimbangkan IMT dalam pemantauan kondisi pasien pasca
general anestesi dan meminimalisir komplikasi pasca anestesi yang tidak diharapkan.