Modul B21-Pembuatan Jalan Di Atas Tanah Lunak
Modul B21-Pembuatan Jalan Di Atas Tanah Lunak
PEMBUATAN JALAN
DI ATAS TANAH LUNAK
Ringkasan
1 Pendahuluan ................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang.......................................................................................... 1
1.2 Maksud .................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 1
2 Tanah lunak....................................................................................................... 1
2.1 Klasifikasi tanah lunak .............................................................................. 1
2.2 Penyelidikan lapangan ............................................................................. 4
2.2.1 Maksud..................................................................................................... 4
2.2.2 Studi meja ....................................................................................... 4
2.2.3 Jenis penyelidikan lapangan dengan NSPM terkait ........................ 4
2.2.4 Jumlah titik penyelidikan.................................................................. 5
2.2.5 Jarak antara titik-titik penyelidikan .................................................. 5
2.2.6 Kedalaman titik penyelidikan ........................................................... 5
2.3 Pengujian tanah di laboratorium dengan NSPM terkait............................ 6
2.4 Norma, standar, prosedur dan manual (NSPM) yang terkait dengan
tanah lunak............................................................................................... 7
4 Permasalahan .................................................................................................. 8
4.1 Model permasalahan ................................................................................ 8
4.2 Model kasus yang sering terjadi................................................................ 9
4.2.1 Kasus keruntuhan total ................................................................... 9
4.2.2 Penurunan oprit jembatan ............................................................... 10
4.2.3 Model keruntuhan timbunan di daerah pelebaran .......................... 10
4.2.4 Badan jalan pada daerah banjir dengan lapisan gambut tebal ....... 11
5 Macam penanggulangan ................................................................................... 12
5.1 Solusi dengan Pekerjaan Tanah............................................................... 12
5.1.1 Penggantian dan pendesakan material ........................................ 12
5.1.2 Beban kontra................................................................................... 13
5.1.3 Penambahan beban (Surcharge) .................................................... 14
5.1.4 Beban bertahap .............................................................................. 17
5.1.5 Penggunaan material ringan ........................................................... 18
5.2 Solusi dengan perbaikan tanah ................................................................ 18
5.2.1 Metode tiang ................................................................................... 18
5.2.2 Matras dengan atau tanpa tiang ...................................................... 21
5.2.3 Penyalir tegak ................................................................................. 23
6 Kesimpulan dan saran....................................................................................... 24
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 24
6.2 Saran ..................................................................................................... 24
7 Daftar pustaka ................................................................................................... 25
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR FOTO
DAFTAR TABEL
1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Dengan meningkatnya jumlah penduduk beserta kegiatan-kegiatan ekonomi, maka lahan
tanah lunak dan gambut telah banyak dimanfaatkan untuk : bidang pertanian dan
pemukiman (misalnya Integrated Swamp Development Project di P. Kalimantan, Jambi
dan Riau), sentra-sentra industri kehutanan dan pertambangan (misalnya Lasmo Project di
P. Padang Riau). Kegiatan tersebut meningkat lagi pada masa dicanangnya pemanfatan
lahan gambut ‘satu juta hektar’ di Kalimantan Tengah beserta meningkatnya pengetahuan
masyarakat dalam memanfaatkan tanah gambut baik dibidang energi maupun bidang
lainnya. Semua kegiatan tersebut membutuhkan prasarana jalan sesuai kebutuhan, mulai
dari konstruksi sederhana sampai ke model konstruksi masa kini.
Dengan demikian sudah sangat mendesak untuk menyiapkan teknologi pembuatan dan
penanggulangan jalan di atas tanah lunak dan gambut. Usaha-usaha dalam mewujudkan
teknologi tersebut telah dilakukan oleh Balitbang Pekerjaan Umum (Balitbang Permukiman
dan Prasarana Wilayah) yakni dengan banyaknya aktifitas penelitian di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Jalan (Puslitbang Prasarana Transportasi) serta telah dilakukan kerjasama
dengan pihak luar (Belanda, Jepang). Kemudian telah berlangsungnya pula proyek
”Indonesian Geotechnical Material and Consruction Guide” stage1 s/d stage 2 sangat
dirasakan kemajuan berarti dalam melengkapi peralatan dan sumber daya manusia .
Kegiatan-kegiatan tersebut telah menghasilkan banyak pedoman dan Standard Nasional
Indonesia terutama yang berhubungan dengan tanah lunak non organik, organik dan
gambut.
1.2 Maksud
Memberikan informasi mengenai Norma Standard Prosedur dan Manual (NSPM) yang telah
ada dan dapat diterapkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penanggulangan
kerusakan serta pemeliharaan jalan di atas tanah lunak.
1.3 Tujuan
q Memahami tipe-tipe tanah yang ditemukan di Indonesia.
q Memahami keperluan parameter tanah yang didapat dari hasil penyelidikan lapangan
dan pengujian tanah di laboratorium.
q Memahami beberapa kasus yang terjadi pada jalan di atas tanah lunak dan pemilihan
yang tepat dalam menanggulangi masalah tersebut.
2 Tanah lunak
2.1 Klasifikasi tanah lunak
Dari buku “Panduan Geoteknik 1 - Proses Pembentukan dan Sifat-sifat Dasar Tanah
Lunak”, klasifikasi tanah lunak telah dikembangkan dari Klasifikasi Sistem Unified (USCS)
yang menggolongkan tanah menjadi 3 (tiga) golongan utama yakni :
• Tanah berbutir kasar
• Tanah berbutir halus
• Tanah dengan kadar organik tinggi
Karena dalam sistem USCS tidak dijelaskan lebih rinci mengenai tanah gambut, maka dari
golongan tanah dengan kadar organik tinggi dikembangkan mana yang termasuk tanah
gambut dan tanah organik.
OL-OH Tidak
atau TANAH NON-ORGANIK
Pt
Ya
Ya
GAMBUT
KADAR Tidak
SERAT GAMBUT AMORF
≥ 20 %
Ya
GAMBUT
BERSERAT
Disamping peta-peta tersebut perlu dicari informasi mengenai data penyelidikan tanah
terdahulu yang mungkin sudah dilakukan pada daerah sekitarnya dan juga sejarah dari
penggunaan lahan yang digunakan.
Jenis penyelidikan yang sering dilakukan untuk tanah lunak di Indonesia diuraikan dalam
Tabel 2.
1 2 Muka Air 3
Dasar Rawa
DIBAWAH GARIS A TERLETAK DI ZONA DIATAS GARIS A DAN DIBAWAH GARIS A DIATAS GARIS A
DAN ARSIRAN PADA ARSIRAN PADA ZONA ARSIRAN PADA PADA GRAFIK PADA GRAFIK
GRAFIK PLASTISITAS GRAFIK PLASTISITAS GRAFIK PLASTISITAS PLASTISITAS PLASTISITAS LAKUKAN PENGUJIAN KADAR SERAT
LAKUKAN PENGUJIAN VON POST
KADAR ORGANIK
KADAR ORGANIK
KADAR ORGANIK KADAR ORGANIK KADAR ORGANIK KADAR ORGANIK GAMBUT BERSERAT GAMBUT AMORT
< 25 % ≤ 25 % - 75 % < 25 % ≤ 25 % - 75 % KADAR SERAT > 20 % KADAR SERAT< 20 %
H5 – H10 H1 – H5
INORGANIK ORGANIK INORGANIK ORGANIK
a) Keruntuhan lokal talud dangkal, hal ini hanya melibatkan bahan urugannya saja.
b) Keruntuhan talud (slope failure), bidang gelincir memotong talud pada atau di atas ujung
dasarnya.
c) Keruntuhan total, permukaan bidang gelincir berada jauh di bawah ujung dasar talud.
d) Kegagalan geser
Lapisan Padat
Pada penggalian sebagian, lapisan tanah yang tertinggal akan mengalami konsolidasi. Bila
perlu suatu beban tambahan diberikan untuk mempercepat proses penurunan, sehingga
sebagian besar penurunan akan selesai selama pelaksanaan.
Diganti sebagian
Tanah lunak
Lapisan kenyal/teguh
Geotekstil
Tanah Lunak
Tanah Keras
Metode ini terutama akan efektif untuk mengurangi penurunan jangka panjang pada lapisan
gambut berserat yang tebal/dalam.
Permeabilitas tanah
Kecepatan konsolidasi akan membesar bila permeabilitas tanah membesar, demikian pula
sebaliknya kecepatan konsolidasi akan mengecil bila permeabilitas tanah mengecil.
Sedangkan waktu konsolidasi untuk mencapai derajat tertentu akan berbanding terbalik
dengan kecepatan konsolidasi
Lapisan drainase
Bila terdapat lapisan drainase seperti lanau bersih, pasir atau kerikil dalam profil tanah,
lapisan tersebut dapat berfungsi sebagai lapis drainase horizontal akan membantu
memperpentek jalannya drainase dalam tanah lunak, dengan demikian dapat mempercepat
waktu konsolidasi.
Waktu pelaksanaan.
Kalau hanya dengan sistim penambahan beban, biasanya perlu waktu cukup lama dalam
pelaksanaannya, karena bila menambah bebannya begitu cepat maka keruntuhanlah yang
bakal terjadi. Kalau ingin cepat cara penambahan beban ini dikombinasikan dengan sistim
penyalir tegak (Vertical Drain) dan bila takut runtuh maka ditambah beban kontra.
Tanah keras
Tanah lunak
Tanah keras
Tanah lunak
Tanah keras
Tetapi pada gambut amorf (bentuk seratnya sudah sulit dicirikan), tinggi kritis timbunan yang
menumpu pada gambut jenis tersebut sangat kecil, dan dapat mencapai hanya 1 meter saja,
dan mempunyai nilai konus bisa lebih kecil dari 1 kg/cm2.
∆c u
= U .a. ∆ p .................................................................................................. (5 - 1)
dimana :
∆c u
= kenaikan kuat geser
U = derajat konsolidasi (%);
a = sebuah faktor;
∆ p
= kenaikan tegangan vertikal dalam lapisan tanah
Nilai dari Äp dapat diambil kira-kira sama dengan beban timbunan. Untuk lempung yang
terkonsolidasi normal, faktor á berkisar antara 0.2 - 0.4. Kenaikan kuat geser penuh hanya
akan terjadi tepat di bawah arealtimbunan paling tinggi dan menurun ke arah kaki. Perkiraan
yang ditunjukkan pada Gambar 11 cukup memadai untuk keperluan analisis stabilitas.
Titik pada
pertengahan
lereng
Tabel 5 Berat isi dari material yang dapat digunakan untuk timbunan
Berat isi
No Material 3 Keterangan
(t/m )
1 EPS 0.02-0.04
2 Potongan Ban Bekas 0.4-0,6 Edil & Bosscher, 1994
3 Kayu (korduroy) 0.7 30 % rongga, tidak jenuh
4 Pelet lempung 0.8 Jenuh (Moretti, 1989)
5 Batu Apung 1.09
6 Pembentuk Rongga 0.5-1.5
7 Ampas Gergaji 1 (Perkiraan) Jenuh
8 Bal Gambut 1 (Perkiraan) Jenuh
9 Tanah Kohesif 1.6-1.9
10 Pasir 1.8-2.2
(Sumber : Panduan Geoteknik 4)
Teknik Pelaksanaan
Tiang berfungsi untuk memindahkan beban timbunan ke lapisan yang lebih keras di bawah
lapisan lunak (tiang tahanan ujung) atau berfungsi untuk mendistribusikan beban melalui
kedalaman lapisan dengan memanfaatkan lekatan antara tanah dan permukaan tiang (tiang
lekat). Tiang akan dapat mengurangi penurunan dan meningkatkan stabilitas timbunan.
q Memikul seluruhnya: tiang memikul seluruh beban timbunan sampai ke lapisan keras,
sehingga mengurangi penurunan menjadi sangat kecil,
q Memikul sebagian: tiang tidak didesain untuk memikul seluruh beban dari timbunan,
penurunan dikurangi tetapi tidak dihilangkan,
Tanah lunak
Tanah keras
Tanah lunak
Tanah keras
Tanah lunak
Tanah keras
c) Memikul Setempat
Bila lantainya cukup tinggi yang disesuaikan dengan elevasi jalan maka digunakan tiang
yang cukup banyak. Tipe ini biasanya digunakan pada pada perpanjangan oprit jembatan
yang banyak diterapkan di Indonesia.
Tanah keras
Tanah lunak
Tanah keras
Pada pekerjaan yang sifatnya sementara, pada tanah gambut cukup tebal, dana sangat
terbatas, biasanya cara dengan menggunakan galar kayu masih dapat digunakan, walaupun
tidak dapat memecahkan masalah secara permanen (penurunan masing terus berlangsung).
Foto 7 memperlihatkan pelaksanaan pembuatan galar. Di atas galar dapat diberi alas
geotekstil agar material timbunan di atasnya tidak cepat tercampur tanah organik yang
muncul ke atas dan geotekstil tersebut dapat menutup celah-celah pada galar kayu (Foto 8).
Timbunan
Tanah lunak
Lapisan bawah
t= D
D 1
[ ln ( ) − 0.75 ] ln ( ).........................................................................(5.2)
8c h
d 1− U
Untuk mengetahui harga Ch perlu pemeriksaaan contoh tanah di laboratorium (SNI 03-
2812-1992). Harga diameter pengaruh, D tergantung dari pola pemasangan penyalir yakni D
= 1.13 Ds untuk pola segi empat dan D = 1.05 Ds untuk pola pemasangan segi tiga. Perlu
diingatkan, bila bentuk penyalir tidak bulat yang mempunyai tebal h, dengan lebar b, maka
ekivalen harga d = 2 (b+h)/ π.
Gambar 16 menunjukkan hubungan antara diameter pengaruh (D) dengan jarak antara as
ke as penyalir (Ds ).
6.2 Saran
1) Tanah lunak yang diklasifikasikan ke dalam tanah organik dan gambut sangat sensitif
terhadap beban, sehingga pengujian tanah baik di lapangan maupun di laboratorium
perlu ketelitian lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanah non organik, Untuk hal
tersebut perlu peningkatan peralatan dan sumber daya manusia.
2) Upaya-upaya dalam mendapatkan model pondasi yang lebih murah masih perlu
dikembangkan, untuk itu umpan balik dari setiap daerah yang banyak berkecimpung
dalam pembuatan jalan di atas tanah lunak sangat diharapkan, sehingga
menyempurnakan NSPM yang telah ada.
5) Panduan jalan pada gambut. Departemen Kimpraswil, Pusat Litbang Jalan, Kerja
sama Indonesia- Belanda, 2002.
8) Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu diatas Tanah Lembek dan Tanah
Gambut, Pedoman Teknis 029/T/BM/1999 (No. 76/KPTS/Db/1999).