Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3
RUSLANDI
OGI SAPUTRA
MAYA LASMAYATI
DEDE PURI PURWANDI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
2020/2021
1. Pengertian
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan
ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta merupakan
organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk menunjang pertumbuhan dan
ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat
energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan
kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta
adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki
Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan
normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).
Selain pengertian diatas Chalik, (2008). Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir
yang ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa
nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.

2. Etiologi
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman bawah
rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang menjadi
salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang mungkin
terjadi karena proses radang maupun atropi.
3. Faktor resiko
Menurut Chalik (2008) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti
namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi
pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta
gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa yaitu:
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan
dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar dibandingkan
dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa.
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman
bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang
menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang
mungkin terjadi karena proses radang maupun atropi.

4. Klasifikasi
Menurut Chalik (2008). Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :

a. Placenta Previa Totalis


Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan cervix 4 cm. Pada
posisi ini, jelas tidak   mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal / spontan / biasa),
karena risiko perdarahan sangat hebat. Plasenta previa sentralis yaitu bila tali pusat
plasenta berada tepat dengan sentral kanalis servikalis.

b. Placenta Previa Partialis


Bila hanya sebagian / separuh plasenta yang menutupi ostium uteri internum pada
pembukaan cervik 4 cm. Pada posisi ini pun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya
tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
c. Placenta Previa Marginalis
Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri internum pada pembukaan
servik 4 cm. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

d. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang   disebut juga
dangerous placenta)
Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum
sampai menutupi uteri internum. Pinggir plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas pinggir
ostium uteri internum, sehinnga tidak teraba pada pembukaan jalan lahir. Risiko
perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan
aman, asal hati-hati.

5. Fatofisiologi
- bekas luka operasi pada uterus
- kehamilan multiple
- kehamilan multipara
- tumor endometrium
- vaskularisasi fundus ↓

vaskularisasi desidua menururn

Plasenta previa

Totalis Partialis Marginalis law lying

Bertambahnya usia kehamilan (trimester ke 3)

Uterus mengalami perubahan (semakin melebar dan servik mulai membuka)

Terjadi pembentukkan segmen bawah Rahim dan pembukaan ostium interna


Plasenta menenpel di segmen bawah Rahim/plasenta lepas dari dinding uterus

Sinus uterus robek/rupture

Perdarahan

Risiko
Kehilangan cairan HbO2 dalam O2 kejaringan pertumbuhan janin
dan darah darah menurun fetus menurun terhambat/kematia
n janin

O2 kejaringan
Resti syok Metabolisme anaerob
menurun
hipovolemik
Penumpukan asam
Perpusi jaringan laktat
perifer
Kelelahan

Intoleransi Aktivitas

6. Tanda dan gejala


Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :
a) Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak
sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari perdarahan sebelumnya.
b) Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang
biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
c) Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang sedikit
demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan
anemia sampai syok.
d) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan
aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005; Murah dkk, 1999).

7. Penatalaksanaan (Sandra, 2001)


a) Konservatif bila :
1. Kehamilan kurang 37 minggu.
2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15
menit).
Perawatan konservatif berupa :
1. Istirahat
2. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
3. Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
4. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif
maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan.
Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan
senggama.
b) Penanganan aktif bila :
1. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
2. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
3. Anak mati
Penanganan aktif berupa :
1. Persalinan per vaginam.
2. Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni
dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala
sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit
perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus
per vaginam bila gagal drips. Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

c) Penanganan (pasif)
1. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit
tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
2. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum
cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat
ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi
teliti.
3. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin
supaya tidak prematur
4. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin prematur
tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan
suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan
di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik,
penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang tepat,
merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus larutan
elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak
saat dilahirkan.
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh
meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang cukup
jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahn utama. Arias
(1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan
antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh
plasenta previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua
kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan lewat
bedah sesarea ada dua :
a) Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk
berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.
b) Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang
merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis
serta parsial.

8. Kemungkinan Data Fokus


a) Wawancara
1. Pengumpulan data
a) Identitas klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku atau
bangsa, pendididkan, pekerjaan, dan alamat.
b) Identitas Penanggung Jawab Pasien
2. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama :
 Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.
 Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan
dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
 Perdarahan yang berulang-ulang.
b) Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang
keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan
pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau
pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion
gameli) dll.
c) Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi, tali pusat pendek,
trauma, uterus / rahim feulidli.
d) Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui
asal dan penyebabnya.

b) Pemeriksaan fisik (head to toe)


a) Keadaan umum
1. Kesadaran : composmetis sampai dengan koma
2. Postur tubuh : biasanya gemuk
3. Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
4. Raut wajah : biasanya pucat

b) Tanda-tanda vital
1. Tensi : normal sampai turun (syok)
2. Nadi : normal sampai meningkat (> 100x / menit)
3. Suhu : normal / meningkat (> 37,5˚ c)
4. RR : normal / meningkat (> 22x / menit)
c) Anamnesa plasenta previa
1. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
2. Sift perdarahan :
a. Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
b. Tanpa sebab yang jelas
c. Dapat berulang
3. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu atau janin dalam rahim
4. Pada inspeksi dijumpai
a. Perdarahan pervagina encer sampai menggumpal
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tanpa anemis
d) Pemeriksaan fisik ibu
1. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
2. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
3. Pada pemeriksaan dapat dijumpai  :
a. Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal
b. Tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat
c. Tanpa anemis
e) Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
a) Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil.
b) Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak
janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
2. Pemeriksaan denyut jantung janin
1. Bervariasi dari normal sampai ke ujung asfiksia dan kematian dalam rahim.
2. Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera
mengambil tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
a. Menegakkan diagnosa pasti
b. Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya
memecahkan ketuban.
c. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum, uteri, internum.

c) Pemeriksaan diagnostik
1. USG : biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak dan derajat
maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan
teknik operasi yang akan dilakukan.
2. Kardiotokografi (KTG) : Kardiotokografi dalam Persalinan adalah suatu metoda
elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam
persalinan. Dilakukan pada kehamilan > 28 minggu.
3. Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau operasi, perlu
diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan lainnya dilakukan atas indikasi medis.
4. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh
janin.
5. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure).
Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta
7. Amniocentesis
Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk
menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan
jika paru-paru fetal sudah mature.

9. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS : Plasenta previa Perpusi jaringan
 Klien klien mengeluh perifer tidak
badannya terasa lemas. Bertambahnya usia kehamilan efektif
 Kontraksi uterus menurun (trimester ke 3)
 Gerakan janin berkurang.
Uterus mengalami perubahan
DO : (semakin melebar dan servik
 Pengisian kapiler > 3 detik mulai membuka)
 Nadi perifer menurun atau
tidak teraba Terjadi pembentukkan segmen
 Akral teraba dingin bawah Rahim dan pembukaan
 Warna kulit pucat ostium interna
 Turgor kulit menurun
 Klien tampak pucat Plasenta menenpel di segmen
 Tampak adanya perdarahan bawah Rahim/plasenta lepas
pervaginam. dari dinding uterus

Sinus uterus robek/rupture


Perdarahan

HbO2 dalam darah menurun

O2 kejaringan menurun

Perubahan perpusi jaringan


utero plasenta
2 DS : Plasenta previa Intoleransi
 Dispnea saat/setelah Aktivitas
Bertambahnya usia kehamilan
aktivitas
(trimester ke 3)
 Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas Uterus mengalami perubahan
 Merasa lemah (semakin melebar dan servik
mulai membuka)

DO :
Terjadi pembentukkan segmen
 Klien tampak tidak bawah Rahim dan pembukaan
berenergi atau ostium interna

bertenaga
Plasenta menenpel di segmen
 frekuensi jantung bawah Rahim/plasenta lepas
meningkat >20% dari dari dinding uterus
kondisi sehat
Sinus uterus robek/rupture
 Klien kelelahan
Perdarahan

HbO2 dalam darah menurun

O2 kejaringan menurun

Metabolisme anaerob

Penumpukan asam laktat

Kelelahan

Intoleransi Aktivitas
3 DS : Plasenta previa Risiko Syok
 Klien mengatakan hipovoliemik
mengalami perdarahan Bertambahnya usia kehamilan
sejak trimester kedua atau (trimester ke 3)
awal trimester ketiga.
 Merasa lemah dan haus Uterus mengalami perubahan
(semakin melebar dan servik
DO : mulai membuka)
 Frekuensi nada meningkat
 Nadi teraba lemah Terjadi pembentukkan segmen
 TD Menurun bawah Rahim dan pembukaan
 Turgor kulit menurun ostium interna
 Membran mukosa kering
Plasenta menenpel di segmen
bawah Rahim/plasenta lepas
dari dinding uterus

Sinus uterus robek/rupture

Perdarahan

Kehilangan cairan dan darah

Resiko syok hipovolemik

10. Diagnosa Keperawatan


1. Perpusi jaringan perifer tidak efektif b.d Penurunan aliran arteri dan / atau vena dd klien
mengeluh badannya terasa lemas, pengisian kapiler > 3 detik, nadi perifer menurun atau
tidak teraba
2. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dd klien
tampak tidak berenergi atau bertenaga
3. Risiko Syok hipovoliemik b.d Kekurangan volume cairan dd Frekuensi nada meningkat,
nadi teraba lemah
1.

4.
11. Intervensi keperawatan
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
Kep
1 1 Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan perfusi jaringan 1. Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer, 1. Mengupayakan TTv pasien tetap stabil
perifer meningkat edema, pengisian kapiler, warna, suhu, 2. Mengetahui penyebab gangguan
Dengan kriteria hasil : angkle brachial index)
- Denyut nadi perifer 2. Identifikasi faktor resiko gangguan
meningkat sirkulasi
- Penyembuhan luka 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
meningkat bengkak pada ekstremitas
- Sensasi meningkat Terapeutik
- Edema perifer 1. Hindari pemasangan infus atau 1. Mencegah terjadinya kekurangan
menurun pengambilan darah di area keterbatasan suplai
- Nyeri ekstremitas perifer 2. Melancarkan sirkulasi
menurun 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
- Akral membaik ekstremitas pada keterbatasan perfusi
- Turgor kulit membaik 3. Hindari penekanan dan pemasangan
torniquet pada area yang cedera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan hidrasi

Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. anjurkan program rehabillitasi vaskuler
3. anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (rendah lemak jenuh, minya ikan,
omega3)
4. informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. Rasa sakit
yang tidak hilang sat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya sensasi)
2 2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I. 05178) 1. Mengetahui sumber permasalahan
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan mobilitas fisik 1. Identifkasi gangguan fungsi

meningkat tubuh yang mengakibatkan kelelahan


2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Dengan krieria hasil ;
3. Monitor pola dan jam tidur
- Pergeraakan ekstremitas
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
meningkat
selama melakukan aktivitas
- Kekuatan otot meningkat
Terapeutik
- Rentang gerak (ROM)
2. Sediakan lingkungan nyaman dan
meningkat
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
3. Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif

4. Berikan aktivitas distraksi yang


menyenangkan

5. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,


jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap

3. Anjurkan menghubungi perawat jika


tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang

4. Ajarkan strategi koping untuk


mengurangi kelelahan
Kolaborasi
3. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
3 3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia - Mengetahui keadaan umum
keperawatan selama` 3x24 jam Observasi pasien
diharapkan status cairan 1. periksa tanda dan gejala hipovolemia
- Untuk mengetahui tanda-tanda
membaik (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
dehidrasi
teraba lemah, tekanan darah menurun,
Dengan kriteria hasil :
tekanan nadi menyempit, turgor kulit - Untuk mendapatkan cairan yang
- integritas kulit dan jaringan menurun, membran mukosa kering, seimbang
membaik volume urine menurun, hematokrit
- keseimbangan cairan meningkat, haus dan lemah)
seimbang 2. monitor intake dan output cairan
- perfusi perifer meningkt terapeutik
1. hitung kebutuhan cairan
2. berikan posisi modified trendelenberg
3. berikan asupan cairan oral
edukasi
1. anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
2. anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
kolaborasi
1. kolaborasi pemberian cairan IV issotonis
(mis. Cairan NaCl, RL)
2. kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3. kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
Albumin, plasmanate)
4. kolaborasi pmberian produk darah
DAFTAR PUSTAKA

1. Chalik TMA. 2008. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Ilmu Kebidanan
Edisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana unuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
3. Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi.

Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.

4. Prawirohardjo Sarwono, 2008, ed. Keempat. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka:
Jakarta.
5. Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai