Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TANAMAN

Acara Praktikum V : Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan


Tanaman

Nama : Dwi Ardan Kusnadi

NIM : 17.05.006

Kelas : BTP D IV A

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D IV

POLITEKNIK LPP

YOGYAKARTA

2018
Pengaruh Kekeringan dan Genangan

Terhadap Pertumbuhan Tanaman

I. TUJUAN

Untuk mengetahui pengaruh Kekeringan dan Genangan (cekaman air) Terhadap


Pertumbuhan Tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA

Air sebagai komponen essensial tumbuhan memiliki peranan antara lain: (a) sebagai
pelarut, di dalamnya terdapat gas, garam dan zat terlarut lainnya yang bergerak keluar masuk
sel, (b) sebagai pereaksi dalam fotosintesis dan pada berbagai proses hidrolisis, dan (c) air
essensial untuk menjaga turgiditas di antaranya dalam pembesaran sel dan pembukaan
stomata. Ketersediaan air dalam tanaman diperoleh melalui proses fisiologis dan hilangnya
air dari permukaan bagian tanaman melalui proses evaporasi dan transpirasi (Griffin et al,
2004).
Pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkat
cekaman yang dialami dan jenis atau kultivar yang ditanam. Pengaruh awal dari tanaman
yang mendapat cekaman air adalah terjadinya hambatan terhadap pembukaan stomata daun
yang kemudian berpengaruh besar terhadap proses fisiologis dan metabolisme dalam tanaman
(PennyPacker, et al., 1990).
Tanaman yang mengalami cekaman air stomata daunnya menutup sebagai akibat
menurunnya turgor sel daun sehingga mengurangi jumlah CO 2 yang berdifusi ke dalam daun.
Kecuali itu dengan menutupnya stomata, laju transpirasi menurun sehingga mengurangi
suplai unsur hara dari tanah ke tanaman, karena traspirasi pada dasarnya memfasilitasi laju
aliran air dari tanah ke tanaman, sedangkan sebagian besar unsur hara masuk ke dalam
tanaman bersama-sama dengan aliran air (Kramer, 1972).
A. CEKAMAN AIR KEKERINGAN

Lebih lanjut Ritche (1980) menyatakan bahwa proses yang sensitif terdapat
kekurangan air adalah pembelahan sel. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman
sangat peka terhadap defisit (cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya
turgiditas dapat menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman
lebih kecil. Sebelumnya Whigham dan Minor (1978), telah melaporkan bahwa pengaruh
cekaman air pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun-daun yang lebih kecil.
Menurunnya aktivitas fotosintesis akibat menutupnya stomata daun dan berkurangnya jumlah
CO2 yang berdifusi ke dalam daun juga telah dilaporkan oleh (Sutoro, et al., 1989) pada
tanaman jagung (Zea mays).
Kekeringan merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhantanaman (Farooq et al., 2009). Menurut (Levitt, 1980 dan Bray, 1997)
kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air
akibat keterbatasan air dari lingkungan yaitu media tanam, sedangkan Mathius dkk., (2001)
menyatakan bahwa kekeringan disebabkan karena (1) kekurangan suplai air di daerah sistem
perakaran dan (2) permintaan air yang berlebihan oleh daun karena laju evapotranspirasi
lebih tinggi dibandingkan dengan laju absorpsi air oleh akar, meskipun keadaan air tanah
tersedia cukup. Cekaman kekeringan mempengaruhi semua aspek pertumbuhan dan
metabolisme tanaman termasuk integritas membran, kandungan pigmen, keseimbangan
osmotik, aktivitas fotosintesis (Anjum et al,. 201; Bhardwaj & Yadav, 2012; Nio Song &
Banyo, 2011), penurunan potensial air protoplasma (Mundre, 2002), penurunan pertumbuhan
(Suhartono dkk., 2008), dan penurunan diameter batang (Bellitz & Sams, 2007). Wayah, dkk.
(2004) menyatakan bahwa jika kebutuhan air tidak dipenuhi maka pertumbuhan tanaman
akan terhambat, karena air berfungsi melarutkan unsur hara dan membantu proses
metabolisme dalam tanaman termasuk juga tanaman jagung.
Cara adaptasi tanaman terhadap kekeringan bervariasi tergantung jenis tumbuhan
dantahap-tahap perkembangan tumbuhan (Anjum et al., 2011). Menurut Arve et al. (2011)
respon adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat berupa respon jangka panjang,
seperti perubahan pertumbuhan, dan perubahan biokimiawi. Perubahan pertumbuhan meliputi
penurunan pertumbuhan batang dan daun, sedangkan perubahan biokimia dapat berupa
akumulasi senyawa organik compatible yang berfungsi menjaga keseimbangan osmolit dalam
tubuh tumbuhan. Salah satu senyawa organik kompatibel yang sering diamukulasi oleh
tanaman ketika berada pada kondisi kekeringan yaitu prolin (Farooq et al., 2009)) Akumulasi
prolin terhadap cekaman kekeringan telah dilaporkan oleh banyak peneliti misalnya pada
kelapa sawit (Mathius, dkk. 2004), kedelai (Mapegau, 2006), kacang tanah (Riduan, dkk.
2005) dan pada nilam (Kadir, 2011). Pada jagung Hirricks et al.,(2012) menyatakan bahwa
kekeringan akan menyebabkan penurunan pertumbuhan akar, penurunan panjang daun,
indeks luas daun, dan keterlambatan memasuki fase reproduksi, serta penurunan hasil.
B. CEKAMAN AIR GENANGAN

Genangan air tanah telah lama diidentifikasi sebagai stres abiotik utama dan kendala
yang diberikannya pada akar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Bila peristiwa ini terjadi pada musim semi, maka genangan air ini
dapat mengurangi perkecambahan benih dan perkembangan bibit. Dengan demikian,
genangan air merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan
dan kelangsungan hidup spesies tanaman, tidak hanya pada ekosistem alami, tetapi juga pada
sistem pertanian dan hortikultura (Dat et al. 2006).
Setelah penggenangan, terjadi perubahan yang cepat pada sifat tanah. Pada saat air
memenuhi pori-pori tanah, udara didesak keluar, difusi gas berkurang dan senyawa beracun
terakumulasi akibat kondisi anaerobik. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi
kemampuan tanaman untuk bertahan hidup. Sebagai responsnya, resistensi stomata
meningkat, fotosintesis dan konduktivitas hidrolik akar menurun, dan translokasi
fotoassimilat berkurang. Namun demikian, salah satu adaptasi terbaik tanaman terhadap
hipoksia/anoksia adalah peralihan proses biokimia dan metabolisme yang umum terjadi pada
saat ketersediaan O2 terbatas (Dat et al. 2004).
Secara keseluruhan, salah satu efek utama genangan air adalah rendahnya keberadaan
O2 di bagian tanaman yang terendam, karena gas O2 berdifusi 10.000 lebih cepat di udara
dibandingkan di dalam air. Pengaruh terbatasnya O2 pada metabolisme sel tergantung pada
konsentrasinya dan penurunan ketersediaan O2 secara gradual pada akar memiliki berbagai
pengaruh pada metabolisme tanaman:
i) Normoxia memungkinkan respirasi aerobik dan metabolisme normal dan sebagian
besar ATP dihasilkan melalui fosforilasi oksidatif,.
ii) Hipoksia terjadi ketika penurunan O2 yang tersedia mulai menjadi faktor
pembatas untuk produksi ATP melalui fosforilasi oksidatif.

Anoxia ketika ATP hanya dihasilkan melalui glikolisis fermentasi, karena tidak ada
O2 yang tersedia lagi. Dengan demikian, karena kondisi anaerobik berkembang di tanah
tergenang air, maka ada peningkatan jumlah produk sampingan dari metabolisme fermentasi
yang terakumulasi di lingkungan perakaran dan kadar CO2, metana, dan asam lemak volatile
meningkat (Pezeshki 2001). Penurunan energi yang tersedia memiliki konsekuensi yang
dramatis pada proses seluler, yang menyebabkan ketidakseimbangan dan/atau kekurangan air
dan hara nutrisi (Dat et al. 2006). Selain itu, perubahan lingkungan ini juga dapat membuat
tanaman lebih rentan terhadap stres lainnya, khusus terhadap infeksi patogen (Munkvold dan
Yang 1995, Balerdi et al.2003).
III. METODOLOGI
Metodologi dengan mengambil beberapa dari data journal online.
IV. PEMBAHASAN
1. Cekaman Kekeringan

Kehilangan air dari tanaman oleh transpirasi merupakan suatu akibat yang tidak dapat
dicegah dari keperluan membuka dan menutupnya stomata untuk masuknya CO 2 dan
kehilangan air melalui transpirasi lebih besar melalui stomata daripada melalui kutikula.
Indeks luas daun yang merupakan ukuran perkembangan tajuk, sangat peka terhadap
cekaman air, yang mengakibatkan penurunan dalam pembentukan dan perluasan daun,
peningkatan penuaan dan perontokan daun, atau keduanya. Perluasan daun lebih peka
terhadap cekaman air daripada penutupan stomata. Selanjutnya dikatakan bahwa peningkatan
penuaan daun akibat cekaman air cenderung terjadi pada daun-daun yang lebih bawah, yang
paling kurang aktif dalam fotosintesa dan dalam penyediaan asimilat, sehingga kecil
pengaruhnya terhadap hasil.

Pada kondisi cekaman kekeringan, tanaman jagung mengalami kelayuan atau


penggulungan daun yang merupakan gejala kritis tanaman dan defisit air di mana laju
kehilangan air melalui transpirasi lebih besar dibanding laju absorbsi air oleh akar (Banziger
et al. 2000). Pada kondisi lengas tanah 12,6%, seluruh genotipe jagung umumnya mengalami
tingkat kelayuan (penggulungan daun) yang beragam.

Martin, dkk (1994) menjelaskan bahwa cekaman air yang terjadi pada paruh kedua
dari siklus hidup tanaman ercis mengakibatkan penurunan nilai LAI (leaf area index) setelah
fase pembungaan. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil biji ercis bila dibandingkan dengan
hasil pada musim tanam sebelumnya, dimana curah hujan selama paruh pertama siklus
hidupnya lebih besar. Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis, karena turgiditas
sel penjaga stomata akan menurun. Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO 2 pada waktu yang sama dan
pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesa. Disamping itu penutupan stomata
merupakan faktor yang sangat penting dalam perlindungan mesophyta terhadap cekaman air
yang berat. Waktu antara penyebaran benih dan pemasakan dapat diperpendek atau
diperpenjang tergantung pada intensitas dan waktu terjadinya cekaman air. Hasil penelitian
Turk dan Hal pada tahun 1980 dan Lawn tahun 1982 menunjukkan bahwa kacang tunggak
berbunga dan masak lebih awal dibawah tingkat cekaman air sedang, tetapi cekaman air yang
berat menunda aktivitas reproduktif.
Kesimpulan dari hasil percobaa 5 biji rembesi oleh Ardiyansa Dwi Saputa (2012)
Pengaruh cekaman air (kekeringan ringan) terhadap perkembangan benih sangat menjadi
faktor yang mempengaruhi karena ketika ada perbangan intesitas penyiraman yang berbeda
disetiap harinya pada suatu benih maka akan menghasilkan benih yang tidak disiram selama
beberapa hari dengan yang disiram setiap harinya sangat berbeda perkembangannya. Benih
yang disiram setiap harinya menghasil kan perkembangan yang baik di bandingkan benih
yang beberapa hari disiram, hal yang membuktikannya benih yang disiram setiap harinya
terllihat lebih segar berwana hijau daunnya, tumbuhnya tunas-tunas muda dan juga daun-
daun muda. Sedangkan benih yang disiram 4hari sekali banyak daun-daunnya yang rontok,
diameter, tinggi benih tersebut berkurang, dan benih tersebut kelihatan layu yang berwana
hijau kekuningan.

Kedalaman perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang diserap. Pada
umumnya tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai sistem perakaran yang lebih
panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang kering. Rendahnya kadar air tanah
akan menurunkan perpanjangan akar, kedalaman penetrasi dan diameter akar .Peningkatan
pertumbuhan akar di bawah kondisi cekaman air ringan sampai sedang mungkin sangat
penting dalam menyadap persediaan air baru bagi suatu tanaman.Hasil penelitian Nour dan
Weibel tahun 1978 menunjukkan bahwa kultivarkultivar sorghum yang lebih tahan terhadap
kekeringan, mempunyai perkaran yang lebih banyak, volume akar lebih besar dan nisbah akar
tajuk lebih tinggi daripada lini-lini yang rentan kekeringan.Hasil penelitian Martin, Tenorio
dan Ayerbe (1994) menunjukkan bahwa perakaran tanaman ercis yang mengalami cekaman
air pada paruh kedua dari siklus hidupnya tidak dapat menjelajahi keseluruhan lapisan tanah
pada kedalaman 45 – 75 cm. Dengan kata lain tanaman ercis tidak dapat mengekstrak air di
bawah kedalaman 70 cm. akibat lebih lanjut cekaman air akan menurunkan hasil tanaman,
dan bahkan tanaman gagal membentuk hasil. Jika cekaman air terjadi pada intensitas yang
tinggi dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan penuaan atau kematian pada
tanaman.

Pertumbuhan akar juga memberikan respon terhadap kekurangan air. Selama musim
kemarau, tanah umumya mongering dari permukaan hingga bawahnya. Keadaan ini
menghambat pertumbuhan akar dangkal, karena sel-selnya tidak dapat mempertahankan
turgor yang diperlukan untuk pemanjangan. Akar yang lebih dalam yang dikelilingi oleh
tanah yang masih lembab terus tumbuh. Dengan demikian, sistem akar memperbanyak diri
dengan cara yang memaksimumkan pemaparan terhadap air tanah (Firman, 2013).
2. Cekaman Genangan

Genangan air tanah telah lama diidentifikasi sebagai stres abiotik utama dan kendala
yang diberikannya pada akar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Bila peristiwa ini terjadi pada musim semi, maka genangan air ini
dapat mengurangi perkecambahan benih dan perkembangan bibit. Dengan demikian,
genangan air merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan
dan kelangsungan hidup spesies tanaman, tidak hanya pada ekosistem alami, tetapi juga pada
sistem pertanian dan hortikultura (Dat et al. 2006).

Setelah penggenangan, terjadi perubahan yang cepat pada sifat tanah. Pada saat air
memenuhi pori-pori tanah, udara didesak keluar, difusi gas berkurang dan senyawa beracun
terakumulasi akibat kondisi anaerobik. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi
kemampuan tanaman untuk bertahan hidup. Sebagai responsnya, resistensi stomata
meningkat, fotosintesis dan konduktivitas hidrolik akar menurun, dan translokasi
fotoassimilat berkurang. Namun demikian, salah satu adaptasi terbaik tanaman terhadap
hipoksia/anoksia adalah peralihan proses biokimia dan metabolisme yang umum terjadi pada
saat ketersediaan O2 terbatas (Dat et al. 2004). Sintesis yang selektif satu set dari sekitar 20
protein stres anaerobik (ANPS) memungkinkan terjadinya proses metabolisme penghasil
energi tanpa oksigen di bawah kondisi yang anaerob (Subbaiah dan Sachs 2003).

Dampak genangan air adalah menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang
mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2bagi akar
dan mikroorganisme (mendorong udara keluar dari pori tanah maupun menghambat laju
difusi). Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi antara lain
respirasi, permeabilitas akar, penyerapan air dan hara, penyematan N. Genangan
menyebabkan kematian akar di kedalaman tertentu dan hal ini akan memacu pembentukan
akar adventif pada bagian di dekat permukaan tanah pada tanaman yang tahan genangan.
Kematian akar menjadi penyebab kekahatan N dan cekaman kekeringan fisiologis.

Kaitan tumbuhan mengalami cekaman air genangan adalah kekurangan oksigen,


contohnya tumbuhan yang disiram terlalu banyak air bisa mengalami kekurangan oksigen
karena tanah kehabisan ruangan udara yang menyediakan oksigen untuk respirasi seluler
akar. Beberapa tumbuhan secara struktural diadaptasikan ke habitat yang sangat basah.
Sebagai contoh, akar pohon bakau (halofit) yang terendam air, yang hidup di rawa pesisir
pantai, adalah sinambung dengan akar udara yang menyediakan akses oksigen. Akan tetapi
bagaimana tumbuhan yang tidak biasa hidup di lingkunagn akuatik bisa mengatasi
kekurangan oksigen pada tanah yang digenangi air? Satu perubahan struktural adalah
pembentukan saluran udara yang menyediakan oksigen pada akar yang terendam.

3. Adaptasi Tanaman Terhadap lingkunganya

Adaptasi morfologi adalah proses evolusi penyesuaian bentuk tubuh, struktur tubuh
atau alat-alat tubuh organisme terhadap lingkungannya. Perubahan atau adaptasi morfologi
merupakan salah satu bentuk adaptasi yang mudah diamati karena merupakan perubahan
bentuk luar. Berdasarkan kemampuan penyerapan air, tumbuhan dibedakan menjadi
tumbuhan xerofit, hidrofit, higrofit, halofit dan mesofit.

a) Tumbuhan Xerofit

Tumbuhan Xerofit yaitu tumbuhan yang hidup pada daerah yang kekurangan
air/minim air. Contohnya Kurma dan Kaktus. Daun kecil berbentuk duri untuk mengurangi
penguapan. Batang sukulen yang kaya akan air. Lapisan kutikula tebal untuk mengurangi
penguapan. Berakar serabut yang sangat panjang untuk mencari air dan hara mineral di dalam
tanah. Kloroplas hanya pada bagian tepi sel, bagian tengah berisi air . terdapat empulur,
kotreks dan epidermis yang tebal. Tipe stomata parasitik.

b) Tumbuhan Hidrofit

Tumbuhan hidrofit merupakan tumbuhan yang hidupnya berada di dalam air.


Adaptasi strukturalnya terkait dengan kandungan air yang tinggi dan kekurangan ketersediaan
oksigen. Dikategorikan dalam 3 hal, yaitu : tumbuhan melayang, tumbuhan terapung,
tumbuhan tenggelam.

Tumbuhan hidrofit melakukan beberapa adaptasi khusus, yaitu:

Reduksi jaringan pelindung (epidermis), epidermis beralih fungsi bukan sebagai pelindung
tetapi berfungsi untuk penyerapan gas dan nutrient langsung karena dinding selulosa dan
kutikulanya tipis. tidak punya stomata (tumbuhan hidrofit tenggelam), pertukaran gas
langsung melalui dinding sel. Reduksi jaringan penyerap. sistem akar kurang berkembang
dan bulu akar serta tudung akar tidak ada, terdapat pengembangan ruang-ruang udara yang
spesial (aerenkim). Terdapat pada daun dan batang hidrofit, menyediakan atmosfir internal
bagi tumbuhan, memberikan pelampung bagi tumbuhan untuk mengapung, menyimpan udara
oksigen dan karbondioksida.
c) Tumbuhan Halofit

Tumbuhan halofit merupakan tumbuhan pantai yang hidup pada kondisi selalu tergenang
ataupun terkadang tergenang air laut (cekaman air garam). Tumbuhan ini hidup pada kondisi
kadar salinitas air laut yang tinggi. Oleh karena itu, tumbuhan pantai umumnya memiliki
adaptasi yang unik terhadap kondisi lingkungan tersebut.

Adapun bentuk adaptasinya adalah memiliki jaringan aerenkim dengan ruang antar sel
yang besar dan jaringan pembuluh tersebar. Flora mangrove menyerap air tetapi mencegah
masuknya garam, melalui saringan (ultra filter) yang terdapat pada akar . Flora mangrove
menyerap air dengan salinitas tinggi kemudian mengekskresikan garam dengan kelenjar
garam yang terdapat pada daun.

d) Tumbuhan mesofit

Tumbuhan mesofit merupakan tumbuhan yang hidup di lingkungan yang kandungan


airnya, kandungan kelembaban dan temperatur yang cukup. Hidup di habitat dengan tanah
yang beraerasi baik. Bentuk adaptasi pada tumbuhan mesofit umumnya sangat sederhana
karena lingkungan tempat tumbuhnya sudah cocok untuk pertumbuhannya. Dilihat dari akar,
tumbuhan mesofit memiliki akar yang berkembang dengan baik, pada monokotil memiliki
serabut akar dan pada dikotil memiliki akar sekunder. Pada batang umumnya padat dan
tumbuh cabang. Sedangkan pada daun, tumbuhan mesofit umumnya berwarna hijau dan
berkembang dengan baik. Memiliki kutikula dan terdapat stomata di bawah permukaan daun.
Memiliki bentuk yang bervariasi.
V. KESIMPULAN

Dari beberapa percobaan journal online yang telah yang disimpulkan

a) Cekaman merupakan suatu keadaan dimana tanaman merasa tercekam dan tidak
nyaman pada kondisi tersebut, pada umumnya keadaan tercekam banyak merugikan
pada tanaman
b) Cekaman yang melanda tanaman akan mebuat tanaman melakukan penyesuaian
dengan kondisi tersebut dengan salah satunya adalah dengan mengurangi transpirasi.
c) Tumbuhan akan menyesuaikan cekaman air kekeringan maupun kekeringan (cekaman
ringan) dengan syaratnya sesuai habitat tumbuhnya. Contohnya tanaman hidrofit
eceng gondok akan memperbesar batang gabus untuk mempercepat
penguapan( morfologi).
DAFTAR PUSTAKA

Mathius, N. T. Dkk. 2004. Respons Biokimia Beberapa Progeni Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Kondisi Lapang. Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. http://www.ipard.com/infopstk/ publikasi/e-
jurnal/biotek/mp72-02-01.pdf. [Diakses 19 juni 2012].

Krasensky, J., & C. Jonak. 2012. Drought, Salt, and Temperature Stress-Induced Metabolic
Rearrangements and Regulatory Networks. J. of Exp. Bot. 1-16.

Sutoro, I. Somodireja, dan S. Tirtoutomo. 1989. Pengaruh cekaman air dan reaksi pemuliaan
tanaman jagung dan sorgum pada fase pertumbuhan vegetatif. Penelitian pertanian 9(4):
148: 151.

Harnowo, D. 1993. Respons Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) terhadap


Pemupukan Kalium dan Cekaman Kekeringan pada Fase Reproduktif. Tesis S2 Program
Pascasarjana IPB. Bogor

Hilman, Y. 2004. Inovasi Teknologi Pengembangan Kedelai di Lahan Kering Masam.


Lokakarya Pengembangan Kedelai Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) di Lahan Masam. BPTP Lampung 30 September 2004.

Kasim, F., H. Bahar dan Adoi. 1991. Perencanaan dan Pencatatan Data Penelitian Jagung
di Lapangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukarami.

Kramer, P. J. 1972. Plant and Soil Water Relationship. A Modern Synthesis. Reprinted in
India Arrangement with Mc Graw Hill Inc. New York. 428 p.

Penny-Packer, B. W., K. T. Leath., W. L. Stout, and R. R. Hill. 1990. Technique for


stimulating field drought stress in the green house. Agr. J. 82 (5): 951–957.

Griffin et al. 2004. Air sebagai komponen essensial untuk tumbuhan, Jakarta. Diakses
tanggal 23 november 2012 pukul 20.00 wib.

Hamim. 2007. Ekofisiologi Tanaman. Universitas Padjajaran. Bandung

Anda mungkin juga menyukai