PENDAHULUAN
1
Tabel 1.1
Perkembangan Lembaga Perbankan Syariah
Jenis BUS 12 12 12 13 14 14
Jumlah 2.163 1.990 1.807 1.849 1.885 1.919
Kantor
Jumlah UUS 22 22 22 21 20 20
Jumlah 320 311 322 336 354 381
Kantor
Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah
2
dalam dunia usaha perbankan merupakan suatu kebutuhan dalam aktivitas bisnis
agar Bank Umum Syariah dapat terus bertahan dalam persaingan yang semakin
kompetitif dalam upaya meningkatkan kinerja keuangan Bank Umum Syariah.
3
dalam suatu periode. Bank Indonesia kemudian menetapkan standar untuk ROA
minimum yang harus dimiliki bank sebesar 1,5%. Semakin besar ROA yang
dimiliki suatu bank, maka bank tersebut semakin besar tingkat keuntungan yang
dicapai oleh bank. Sehingga kecil kemungkinan terjadi bank dalam kondisi
bermasalah.
4
1.3 Batasan Masalah
5
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
2. Bagi Operasional
3. Bagi Akademis
Untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan menambah referensi bagi
penelitian selanjutnya dimasa yang akan datang mengenai Good Corporate
Governance yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan syariah.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
7
untuk mencari keuntungan sendiri dan tingkat Asymmetric Information (AI) yang
tinggi, menyebabkan keinginan besar bagi manajer untuk memanipulasi kerja yang
dilaporkan untuk kepentingan diri sendiri. Dalam praktik pelaporan keuangan
sering menimbulkan konflik principal dan agent akibat adanya perilaku
manajemen yang tidak transaparan dalam penyajian informasi. Hal ini akan
mengakibatkan penghalang terciptanya Good Corporate Governance pada
perusahan-perusahaan.
8
perusahaan pada suatu periode tertentu. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan
menggunakan analisis rasio keuangan.
Analisis keuangan menurut Ikatan Bankir Indonesia (2014) digunakan
dalam rangka perbandingan kinerja suatu bank dengan periode waktu yang berbeda
atau perbandingan dengan bank lain yang berbeda ukuran asetnya. Acuan
perbandingan rasio umumnya dibandingkan dengan industri atau kelompok bank
sejenis. Perbandingan juga dapat dilakukan terhadap periode sebelumnya dan
target anggaran, serta ketentuan dari Bank Indonesia. Rasio keuangan yang
digunakan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah ROA
(Return ON Asset) yang merupakan bagian dari rasio Profitabilitas.
Berdasarkan uraian tersebut, kinerja keuangan perbankan syariah
merupakan elemen yang penting untuk mengukur keberhasilan Good Corporate
Governance dalam mengetahui gambaran kondisi keuangan terutama kondisi
kesehatan bank umum syariah pada suatu periode tertentu.
Semakin besar rasio ini, maka semakin besar tingkat pendapatan pada
suatu bank serta semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset
sebaliknya apabila ROA pada suatu bank rendah maka tingkat keuntungan yang
diperoleh bank tersebut rendah. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa Return On
Asset (ROA) merupakan gambaran produktivitas bank dalam mengelola dana
sehingga menghasilkan keuntungan.
9
Pada umumnya, rasio ROA digunakan untuk menilai seberapa baik
kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari pemanfaatan aset yang
dimilikinya. Secara umum, pengertian ROA merupakan hasil perbandingan antara
laba bersih perusahaan dengan total aset yang dimilikinya.
10
5 ROA ≤ 0% Perolehan laba rendah atau tidak
sehat
Sumber: SE Bank Indonesia No. 9/24/DPbS Tahun 2007
2.1.3 Good Corporate Governance
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan dewan direksi.
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi yang
menjalankan pengendalian internal Bank Umum Syariah.
3. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan pengawas syariah.
4. Penerapan fungsi kepatuhan, audit internal, dan audit eksternal.
5. Batas maksimum penyaluran dana.
6. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank Umum Syariah.
11
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-117/M-MBU
tahun 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan
Usaha Milik Negara mendefinisikan bahwa Good Corporate Governance adalah
suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang dengan tetap mementingkan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.
12
1. Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan suatu organisasi yang
memberikan kontribusi kepada terciptanya kesejahteraan pemegang saham,
pegawai dalam menghadapi tantangan organisasi ke depan.
6. Meningkatkan nilai perusahaan yang dihasilkan dari biaya modal yang lebih
rendah, meningkatkan kinerja keuangan, dan persepsi yang lebih baik dari para
stakeholder atas kinerja perusahaan dimasa depan.
2. Pertumbuhan industri jasa keuangan Islam dan stabilitas sistem keuangan secara
keseluruhan akan senantiasa terpelihara.
1. Peran dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah harus dioptimalkan untuk
memberikan keyakinan bahwa seluruh transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan tidak melanggar kaidah-kaidah syariah Islam.
13
2. Bank syariah harus memiliki sistem pengawasan internal dan manajemen resiko
yang tangguh. Hal ini penting agar dapat mendeteksi dan menghindari
terjadinya salah kelola dan penipuan maupun kegagalan sistem dan prosedur
pada bank syariah.
3. Dalam konteks syariah Islam, auditor eksternal harus bekerja sama dan
mengkorelasikan perkerjaannya kepada Dewan Pengawas Syariah dan auditor
internal untuk mendapat keyakinan bahwa penyajian laporan keuangan telah
memadai.
1. Akuntabilitas (Accountability)
14
telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas
pengawasan dan wajib memberikan nasihat kepada Direksi atas pengelolaan
bank sehingga tujuan bank dapat tercapai. Pemegang saham yang bertanggung
jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan bank. Hal yang
perlu dilakukan untuk mengimplementasikan prinsip akuntabilitas adalah:
a. Pimpinan dan karyawan telah mengetahui visi, misi, tujuan, dan target-target
operasional bank.
b. Pimpinan dan karyawan telah mengetahui dan memahami peran, tugas, dan
tanggung jawab masing-masing.
c. Uraian tugas disetiap unit usaha atau unit kerja telah ditetapkan dengan benar
dan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan bank.
d. Proses dalam pengambilan keputusan bank telah mengacu dan menaati
sistem dan prosedur yang telah ditentukan.
e. Proses check and balance telah dilakukan secara menyeluruh di setiap unit
kerja.
f. Sistem penilaian kinerja operasional, organisasi, dan kinerja perseorangan
telah ditetapkan, diterapkan, dan dilakukan evaluasi dengan baik.
g. Pertanggungjawaban kinerja manajemen bank dilakukan secara rutin.
2. Pertanggungjawaban (Reponsibility)
15
a. Pimpinan dan karyawan telah mengetahui dan memahami seluruh peraturan
yang berlaku.
b. Pimpinan dan karyawan telah menerapkan sistem tata nilai dan budaya
perusahaan yang ditetapkan bank.
c. Proses dalam pengambilan keputusan senantiasa mengacu dan menaati
sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.
d. Pimpinan dan karyawan telah bekerja sesuai dengan standar operasional,
prosedur, maupun ketentuan yang berlaku.
e. Unit kerja organisasi bank telah berupaya menghindari pengelolaan bank
yang berpotensi merugikan bank dan stakeholder.
f. Proses pendelegasian kewenangan telah dijalankan dengan cukup baik untuk
menyelenggarakan pekerjaan dengan baik.
3. Keterbukaan (Transparency)
16
Bank perlu juga menyampaikan kepada publik sejauh mana tingkat kepatuhan
yang telah dijalankan, yang meliputi ketaatan pada peraturan dan undang-
undang yang berlaku, arahan pemerintah, peraturan perpajakan, prosedur
standar akuntansi, serta standar operasinal lainnya. Hal yang perlu dilakukan
untuk mengimplementasikan prinsip keterbukaan adalah:
4. Kewajaran (Fairness)
Kewajaran yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder
yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Seluruh stakeholder harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan
perlakuan yang adil. Bank dilarang melakukan praktik-praktik tercela yang
dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap anggota direksi
harus melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang
17
mengandung benturan kepentingan. Hal yang perlu dilakukan untuk
mengimplementasikan prinsip kewajaran adalah:
a. Manajemen bank dan karyawan memperhatikan kepentingan seluruh
stakeholder secara wajar menurut ketentuan yang berlaku umum.
b. Perlakuan adil kepada seluruh pihak stakeholder (nasabah, pelanggan,
pemilik) dalam memberikan pelayanan dan informasi.
c. Manajemen bank kepala unit kerja serta karyawan yang dapat membedakan
kepentingan bank dengan kepentingan organisasi.
5. Kemandirian (Independency)
Prinsip ini mengacu pada pengelolaan bank secara professional tanpa pengaruh/
tekanan dari pihak manapun. Prinsip ini menuntut para pengelola bank agar
dapat bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimiliki, tanpa ada
tekanan-tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem
operasional bank yang berlaku. Dalam prinsip ini tersirat bahwa pengelolaan
bank harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholder yang
ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan bank. Hal yang perlu
dilakukan untuk mengimplementasikan prinsip kewajaran adalah:
18
2.1.3.3 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada Bank Syariah
1. Transparansi (Transparency)
2. Akuntabilitas (Accountability)
3. Pertanggungjawaban (Responsibility)
4. Profesional (Professional)
19
5. Kewajaran (Fairness)
Rivai dan Rifki (2013) menyatakan bahwa dalam ajaran Islam, kelima
prinsip-prinsip Good Corporate Governance tersebut sesuai dengan norma dan
nilai Islami dalam aktivitas dan kehidupan seorang muslim. Islam sangat intens
mengajarkan diterapkannya prinsip ‘adl (keadilan), tawazun (keseimbanga),
mas’ullyah (akuntabilitas), akhlaq (moral), shiddiq (kejujuran), amanah
(pemenuhan kepercayaan), fathanah (kecerdasan), tabligh (transparansi,
keterbukaan), hurriyah (independensi dan kebebasan yang bertanggung jawab),
ihsan (profesional), wasathan (kewajaran), ghirah (militansi syariah), idarah
(pengelolaan), khalifah (kepemimpinan), aqidah (keimanan), ijabiyah (berpikir
positif), raqabah (pengawasan), qira’ah dan islah (organisasi yang terus belajar
dan selalu melakukan perbaikan).
20
mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya, sehingga dapat digunakan untuk menekan terjadinya masalah agency.
Maka untuk meminimalkan konflik kepentingan antara principal dan agent,
diperlukan suatu cara efektif untuk mengatasi konflik kepentingan.
1. Dewan Komisaris
21
merupakan salah satu mekanisme yang digunakan untuk memonitor kinerja
manajer. Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris yaitu:
2. Dewan Direksi
22
bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar. Tugas dan tanggung jawab dewan direksi yaitu:
d. Dalam setiap kegiatan usaha bank umum syariah pada seluruh tingkatan
atau jenjang organisasi
h. Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan, dan
tepat waktu kepada dewan komisaris, dan dewan pengawas syariah
23
3. Komite Audit
Dikutip dari Ikatan Bankir Indonesia (2016), jumlah anggota komite audit
pada perbankan minimal terdiri atas 1 (satu) orang dewan komisaris
independen sebagai ketua yang merangkap anggota, 1 (satu) orang pihak
independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi, dan 1 (satu) orang
pihak independen yang memiliki keahlian di bidang hukum atau perbankan.
24
c. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia untuk produk baru bank yang belum memiliki fatwa
e. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja
bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya
Bank syariah di Indonesia lahir sejak tahun 1992. Bank syariah pertama di
Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia. Pada tahun 1992 sampai dengan tahun
1998, perkembangan Bank Muamalat Indonesia, masih tergolong stagnan. Namun
sejak adanya krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 dan 1998,
maka para bankir melihat bahwa Bank Muamalat Indonesia tidak terlalu
merasakan dampak krisis moneter. Para bankir berpikir bahwa Bank Muamalat
Indonesia merupakan satu-satunya bank syariah di Indonesia yang tahan terhadap
krisis moneter. Pada tahun 1999, berdirilah Bank Syariah Mandiri konversi dari
Bank Susila Bakti yang merupakan bank konvensional yang dibeli oleh Bank
Dagang Negara, kemudian dikonversi menjadi Bank Syariah Mandiri, di mana
merupakan bank syariah kedua di Indonesia.
25
Bank Syariah Mandiri dengan cepat mengalami perkembangan. Pendirian Bank
Syariah Mandiri diikuti oleh pendirian beberapa bank syariah atau unit usaha
syariah.
Dalam hal ini Ismail (2011) menjelaskan bahwa bank syariah merupakan
bank yang secara operasional berbeda dengan bank konvensional. Salah satu ciri
khas bank syariah yaitu tidak menerima atau membebani bunga kepada nasabah,
akan tetapi menerima atau membebankan bagi hasil serta imbalan lain sesuai
dengan akad-akad yang diperjanjikan. Perjanjian (akad) yang terdapat di
perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur
dalam syariah Islam. Konsep dasar bank syariah didasarkan pada Al-Qur’an dan
hadis. Semua produk yang ditawarkan tidak boleh bertentangan dengan isi Al-
Qur’an dan hadis Rasulullah SAW.
26
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bank syariah
merupakan lembaga yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah sesuai hukum Islam yang berperan sebagai penghimpun dana maupun
sebagai penyalur pembiayaan kegiatan usaha.
Secara garis besar, bank syariah memiliki tiga fungsi utama yang
dijelaskan oleh Ismail (2011), yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk titipan dan investasi, menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan dana dari bank, dan juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa
perbankan syariah.
Fungsi bank syariah yang pertama yaitu menghimpun dana dari masyarakat
yang kelebihan dana. Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk titipan dan dalam bentuk investasi. Dimana dana titipan dan dana
investasi milik pihak pertama (nasabah) kemudian dimanfaatkan oleh pihak
kedua (bank) untuk tujuan tertentu yang diperbolehkan dalam syariah Islam.
Dengan menyimpan uangnya di bank, nasabah akan mendapat keuntungan
berupa return yang merupakan imbalan dengan bentuk bonus dalam hal titipan
dana dan bagi hasil dalam hal investasi dana.
Fungsi bank syariah yang kedua yaitu menyalurkan dana kepada masyarakat
yang membutuhkan. Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank
syariah asalkan dapat memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
Dana nasabah investor harus segera disalurkan bank dalam bentuk pembiayaan
kepada masyarakat yang membutuhkan agar memperoleh return atau
pendapatan. Pembiayaan bank syariah dibagi menjadi beberapa jenis, antara
lain:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
27
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah
c. Transaksi jual beli dalam bentuk murabahah dan istishna
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh
Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah,
karena pembiayaan merupakan salah satu sumber dana terbesar untuk
meningkatkan kinerja keuangan bank syariah. Oleh karena itu, bank hanya akan
menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini mampu
mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya.
Fungsi bank syariah yang ketiga yaitu pelayanan jasa bank. Pelayanan jasa bank
syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
menjalankan aktivitasnya. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat
diberikan oleh bank syariah antara lain jasa pengiriman uang (transfer),
pemindahbukuan, penagihan surat berharga, kliring, letter of credit, inkaso,
garansi bank, dan pelayanan jasa lainnya.
28
keuangan. Kesenjangan pada penilitian ini adalah kinerja keuangan
diproksikan dengan (Cash Flow Return on Asset) CFROA.
29
Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah modal
intelektualm physical capital, human capital, structural capital dan kinerja
keuangan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear
berganda. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa physical capital
dan structural capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Sedangkan
modal intelektual dan human capital tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan. Kesenjangan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan
diproksikan dengan Return On Equity (ROE) dan menggunakan perusahan
pertambangan dan manufaktur sebagai sampel penelitian.
30
2.3.1.2 Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan
31
2.3.1.4 Pengaruh Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja Keuangan
32
Dewan Komisaris
H1
Dewan Direksi
H2
Komite Audit
H3
Kinerja
Keuangan
Dewan Pengawas Syariah
H4
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
H5
Keterangan :
: Pengaruh untuk masing-masing variabel independen (Dewan
Komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah)
secara parsial terhadap variabel dependen (Kinerja Keuangan)
: Pengaruh untuk masing-masing variabel independen (Dewan
Komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah)
secara simultan terhadap variabel dependen (Kinerja Keuangan)
33
2.4 Hipotesis
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tabel 3.1
Daftar Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah
PT. Bank Aceh Syariah
PT. Bank Muamalat Syariah
PT. Bank Victoria Syariah
PT. Bank BRI Syariah
Bank Umum Syariah
PT. Bank Jabar Banten Syariah
PT. Bank BNI Syariah
PT. Bank Syariah Mandiri
35
PT. Bank Mega Syariah
PT. Bank Panin Syariah
PT. Bank Syariah Bukopin
PT. Bank BCA Syariah
PT. Bank Maybank Syariah Indonesia
PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, data diolah.
Tabel 3.2
Prosedur Penentuan Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia dan terdaftar pada 13
Otoritas Jasa Keuangan
2 Bank Umum Syariah yang tidak mempublikasikan laporan Good (2)
36
Corporate Governance dan laporan keuangan tahunan (audited)
secara konsisten melalui website resmi masing-masing bank umum
syariah selama periode 2014 -2019
3 Bank Umum Syariah yang mempublikasikan laporan Good Corporate 11
Governance dan laporan keuangan tahunan (audited) secara konsisten
melalui website resmi masing-masing bank umum syariah selama
periode 2014 -2019
Jumlah Bank Umum Syariah 11
Jumlah Tahun Pengamatan 6
Total Sampel 66
Sumber: Data diolah.
37
PT.Bank Maybank Syariah
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa laporan Corporate Governance Bank Umum Syariah periode 2014-2019
dan laporan keuangan tahunan (audited) Bank Umum Syariah periode 2014-2019.
Sedangkan sumber data laporan Corporate Governance dan laporan keuangan
tahunan (audited) diperoleh melalui website resmi masing-masing Bank Umum
Syariah yang dijadikan sampel penelitian, yaitu www.bankaceh.co.id,
www.bankmuamalat.co.id , www.bankvictoriasyariah.co.id, www.brisyariah.co.id,
www.bjbsyariah.co.id, www.bnisyariah.co.id, www.mandirisyariah.co.id,
www.megasyariah.co.id, www.paninbanksyariah.co.id, www.mandirisyariah.co.id,
dan www.maybank.co.id.
1. Studi Pustaka
Data yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini merupakan
data-data yang didapat dari berbagai sumber baik dari buku, jurnal ilmiah,
artikel, dan sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan Corporate
Governance, dan Kinerja Keuangan. Data yang diperoleh kemudian disusun
dan diolah sesuai dengan kepentingan dan tujuan penelitian.
2. Dokumentasi
38
2019 dan laporan keuangan tahunan (audited) Bank Umum Syariah periode 2014-
2019 yang diperoleh melalui website resmi masing-masing bank umum syariah,
yaitu www.bankaceh.co.id, www.bankmuamalat.co.id,
www.bankvictoriasyariah.co.id, www.brisyariah.co.id, www.bjbsyariah.co.id,
www.bnisyariah.co.id, www.mandirisyariah.co.id, www.megasyariah.co.id,
www.paninbanksyariah.co.id, www.mandirisyariah.co.id, dan
www.maybank.co.id.
1. Kinerja Keuangan
39
analisis rasio keuangan. Rasio keuangan yang dapat digunakan sebagai
pengukuran kinerja keuangan menurut lampiran Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 13/24/DPNP tahun 2011 tadalah Capital Return On Asset (ROA) yang
merupakan bagian dari rasio Profitabilitas. ROA merupakan rasio yang
digunakan untuk menggambarkan kemampuan atau produktivitas bank dalam
mengelola dana yang di investasikan seluruh aktivanya untuk menghasilkan
keuntungan.
a. Dewan Komisaris
40
direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan para
pemegang saham. Hal ini diharapkan untuk meminimalisir permasalahan
agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham.
b. Dewan Direksi
c. Komite Audit
41
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian merupakan
rincian mengenai variabel yang terdapat dalam suatu penelitian
Tabel 3.4
Operasional Variabel Penelitian
Indikator Pengukuran
Variabel Definisi Variabel Skala
Variabel
Variabel Rasio yang digunakan
Dependen: untuk mengukur sejauh
mana kemampuan
Kinerja Laba Sebelum pajak
perusahaan menghasilkan x 100 % Rasio
Keuangan Rata−rata Total Aset
laba bersih pada aset-aset
(ROA)
yang dimiliki dan
digunakan
Indikator Pengukuran
Variabel Definisi Variabel Skala
Variabel
42
perusahaan
3.7 Hipotesis
1. Dewan Komisaris
43
Ha1: Dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank
umum syariah periode 2014-2019
2. Dewan Direksi
H02 : Dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank
umum syariah periode 2014-2019
3. Komite Audit
H03 : Komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank
umum syariah periode 2014-2019
Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda untuk mengetahui bagaimana pengaruh Dewan Komisaris,
Dewan Direksi, Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja
keuangan yang diproksikan dengan ROA pada Bank Umum Syariah. Mengetahui
pengaruh tersebut, peneliti menggunakan metode statistik dengan dibantu oleh
aplikasi statistik yang tersedia, yaitu SPSS (Statistical and Service Solution) for
windows versi 22. Adapun teknik analisis sebagai berikut:
44
penelitian. Sedangkan menurut Sujarweni (2016) statistik deskriptif bertujuan
untuk mengetahui karakteristik-karakteristik data seperti nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel
yang akan diteliti.
Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika
model tersebut memenuhi syarat yaitu terbebas dari penyimpangan asumsi klasik.
Dalam hal ini, Sujarweni (2016) menjelaskan alat analisis yang dapat digunakan
untuk menghindari penyimpangan tersebut adalah dengan melakukan uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah memiliki data yang terdistribusi secara
normal atau mendekati normal. Menurut Sujarweni (2016), uji normalitas
digunakan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan
dalam penelitian. Dalam penelitian ini guna mendeteksi apakah data terdistribusi
secara normal atau tidak adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
(K-S). Uji normalitas memiliki kriteria pengambilan keputusan apabila nilai uji K-
S tidak signifikan < 0.05 maka data terdistribusi tidak normal. Sebaliknya, apabila
nilai uji K-S signifikan > 0.05 maka data terdistribusi normal.
Model regresi yang baik adalah memiliki data yang tidak mengandung
multikolinearitas. Uji multikolineartias menurut Ghozali (2012) bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Namun apabila terindikasi adanya korelasi, maka variabel tersebut
tidak orthogonal (nilai kolerasi antar variabel independennya sama dengan nol).
45
Dalam penelitian ini, guna mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah
dengan berpatokan pada nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika
nilai tolerance >0,10 dan VIF <10, maka menunjukan tidak adanya
multikolinearitas. Sebaliknya jika tolerance <0,10 dan VIF >10 dapat diartikan
terjadinya multikolinearitas.
Model regresi yang baik adalah memiliki data yang bebas dari
autokorelasi. Uji autokorelasi menurut Sujarweni (2016) bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel penganggu pada periode tertentu
dengan periode sebelumnya. Autokorelasi sering terjadi pada data time series,
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Dalam penelitian ini guna mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah
dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Menurut Ghozali (2006)
terdapat kriteria dalam menentukan autokorelasi sebagai berikut:
2. Apabila nilai DW berada di antara -2 sampai dengan +2, maka tidak terjadi
autokorelasi
Model regresi yang baik adalah memiliki data yang tidak mengandung
heteroskedastisitas. Menurut Sujarweni (2016), uji heteroskedastisitas digunakan
untuk menguji perbedaan varian residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain. Ghozali (2012) menjelaskan, jika varian dari satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedositas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas. Dalam
penelitian ini guna mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan
46
melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot antara SRESID dan ZPRED,
dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y
prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di standardize. Berikut adalah beberapa
kriteria dalam menentukan pola gambar scatterplot menurut Ghozali (2012):
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas pada model yang digunakan.
2. Jika titik-titik yang terbentuk menyebar secara acak baik di atas atau di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokesdastisitas pada model
yang digunakan.
Keterangan:
Y = Return On Asset
DK = Dewan Komisaris
47
DD = Dewan Direksi
KA = Komite Audit
DPS = Dewan Pengawas Syariah
α = Konstanta
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi untuk variabel independen
e = eror term
48
variabel dependen. Dalam penelitian ini uji T digunakan untuk mengetahui
pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit, Dewan Pengawas
Syariah terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA secara parsial.
Adapun dibawah ini merupakan beberapa kriteria pengambilan keputusan uji T
menurut Ghozali (2012):
Jika t hitung > t table atau jika probabilitas < 0.05 maka menerima H a dan
menolak H0 pada tingkat signifikan 5%.
Jika t hitung < t table atau jika probabilitas > 0.05 maka menerima H 0 dan
menolak Ha pada tingkat signifikan 5%.
a. Jika F hitung > F tabel, atau jika probabilitas < 0.05, maka menerima H0
dan menolak Ha yang artinya menunjukkan bahwa variabel independen
secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen pada tingkat
signifikansi 5%.
b. Jika F hitung < F tabel, atau jika probabilitas > 0.05, maka menerima H a
dan H0 ditolak yang artinya menunjukkan bahwa variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen pada tingkat
signifikansi 5%.
49
BAB IV
50
4.1 Hasil Pengumpulan Data
Tabel 4.1
Sampel Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah
PT.Bank Aceh Syariah
PT. Bank Muamalat Indonesia
51
PT. Bank Victoria Syariah
PT. Bank BRI Syariah
PT. Bank Jabar Banten Syariah
PT. Bank BNI Syariah
PT. Bank Mandiri Syariah
PT. Bank Mega Syariah
PT. Bank Panin Syariah
PT. Bank Mandiri Syariah
PT. Bank Maybank Syariah
Sumber: Data diolah.
Sementara itu, data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari
Good Corporate Governance Bank Umum Syariah periode 2014-2019 dan
Laporan Keuangan Tahunan (audited) Bank Umum Syariah periode 2014-2019
yang bersumber dari website resmi masing-masing Bank Umum Syariah yaitu
www.bankaceh.co.id, www.bankmuamalat.co.id, www.bankvictoriasyariah.co.id,
www.brisyariah.co.id, www.bjbsyariah.co.id, www.bnisyariah.co.id,
www.mandirisyariah.co.id, www.megasyariah.co.id, www.paninbanksyariah.co.id,
www.mandirisyariah.co.id, dan www.maybank.co.id
Data penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Data Penelitian
52
2016 3 5 3 7 2,48%
2017 3 5 3 10 2,51%
Syariah 2018 3 4 3 20 2,38%
2019 3 4 3 36 2,33%
2014 6 5 3 12 0,17%
2015 6 5 4 12 0,20%
Bank 6 8 4 12 0,22%
2016
2 Muamalat
2017 4 7 3 12 0,11%
Syariah
2018 5 6 3 12 0,08%
2019 5 6 3 12 0,05%
2014 4 4 3 30 -1,87% *
2015 3 4 3 12 -2,36% *
Bank 3 4 3 13 -2,19% *
2016
3 Victoria
2017 3 4 3 23 0,36%
Syariah
2018 3 4 4 16 0,32%
2019 3 4 3 15 0,05%
2014 5 4 4 12 0,08%
2015 5 5 5 14 0,77%
Bank BRI 2016 5 5 5 12 0,95%
4
Syariah 2017 4 5 6 12 0,51%
2018 4 4 6 12 0,43%
2019 4 5 5 16 0,31%
53
2018 4 5 3 26 1,42%
2019 5 4 6 22 1,82%
2014 5 5 5 14 0,17%
2015 5 5 7 15 0,56%
Bank 5 6 7 12 0,59%
2016
7 Syariah
2017 4 7 7 9 0,59%
Mandiri
2018 3 7 5 8 0,88%
2019 3 6 8 12 1,69%
2014 3 4 3 12 0,29%
2015 3 3 3 13 0,30%
Bank 3 3 3 12 2,63%
2016
8 Mega
2017 3 3 3 13 1,56%
Syariah
2018 3 3 3 12 0,93%
2019 3 4 3 10 0,89%
2014 3 4 3 16 1,99%
2015 3 4 3 16 1,14%
Bank 4 3 22 0,37%
2016 4
9 Panin
2017 4 3 3 27 -10,77% *
Syariah
2018 3 4 3 9 0,26%
2019 3 4 3 12 0,25%
2014 3 3 3 17 0,8%
2015 3 3 3 15 1,0%
Bank BCA 2016 3 3 3 14 1,1%
10
Syariah 2017 3 4 3 14 1,2%
2018 3 4 3 14 1,2%
2019 4 4 4 12 1,2%
4.2 Pembahasan
54
Statistik deskriptif menurut Sujarweni (2016) bertujuan untuk mengetahui
karakteristik-karakteristik data seperti nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-
rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel yang akan diteliti.
Pada penelitian ini statistik deskriptif akan menggambarkan deskripsi dari masing-
masing variabel independen dan dependen.
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DK 60 3 6 4.00 1.105
DD 60 3 9 4.83 1.520
KA 60 3 8 4.02 1.295
DPS 60 7 37 15.15 6.147
ROA 60 0.05% 3.22% 1.0075% 0.79240%
Valid N (listwise) 60
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui banyaknya data yang digunakan dalam
penelitian sebanyak 66 untuk bank umum syariah dengan 6 tahun periode
55
pengamatan, yaitu dari tahun 2014 sampai tahun 2019 dengan jumlah bank umum
syariah sebanyak 11.
1. Dewan Komisaris
56
Bank Aceh Syariah pada tahun 2014 memiliki 4 anggota dewan
komisaris, sedangkan pada tahun 2015 sampai dengan 2019 mengalami
perubahan komposisi anggota dengan hanya memiliki 3 anggota dewan
komisaris.
Bank Muamalat Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2016 konsisten
mempunyai 6 anggota dewan komisaris. Sedangkan pada tahun 2017 anggota
dewan komisaris mengalami perubahan dengan mengurangi jumlah dewan
komisaris menjadi 4 anggota. Kemudian di tahun 2018 sampai dengan 2019
Bank Muamalat Syariah kembali mengalami perubahan anggota dewan
komisaris menjadi 5 anggota dewan komisaris.
Bank BRI Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2016 mempunyai 5
anggota dewan komisaris. Kemudian pada tahun 2017 sampai dengan 2019
mengalami perubahan secara konsisten dengan mempunyai 4 anggota dewan
komisaris selama 3 tahun berturut-turut.
Bank Jabar Banten Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2018 secara
konsisten mempunyai 4 anggota dewan komisaris selama 5 tahun berturut-turut.
Kemudian pada tahun 2019 dewan komisaris mengalami perubahan dengan
mengurangi jumlah anggota menjadi 3 anggota dewan komisaris.
Bank Syariah Mandiri pada tahun 2014 sampai dengan 2016 mempunyai
5 anggota dewan komisaris selama 3 tahun berturut-turut. Sedangkan pada
57
tahun 2017 mengalami perubahan dengan mengurangi jumlah dewan komisaris
menjadi 4 anggota dewan komisaris. Kemudian pada tahun 2018 sampai dengan
2019 kembali mengalami perubahan dengan mengurangi jumlah dewan
komisaris menjadi 3 anggota dewan komisaris.
Bank Mega Syariah pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 secara
konsisten tidak mengalami perubahan selama6 tahun berturut-turut dengan
mempunyai 3 anggota dewan komisaris.
Bank Panin Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2015 mempunyai 3
anggota dewan komisaris. Sedangkan pada tahun 2016 sampai dengan 2017
mengalami perubahan dengan menambahkan jumlah dewan komisaris menjadi
4 anggota dewan komisaris. Kemudian pada tahun 2018 sampai dengan 2019
mengalami perubahan kembali dengan mengurangi jumlah dewan komisaris
menjadi 3 anggota dewan komisaris.
Bank BCA Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2018 secara konsisten
selama 5 tahun berturut-turut mempunyai 3 anggota dewan komisaris.
Sedangkan pada tahun 2019 mengalami perubahan dengan menambahkan
jumlah dewan komisaris mejadi 4 anggota dewan komisaris.
Bank Maybank Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2019 secara
konsisten tidak mengalami perubahan selama 6 tahun berturut-turut dengan
mempunyai 6 anggota dewan komisaris.
58
2. Dewan Direksi
Bank Aceh Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2017 secara konsisten
mempunyai 5 anggota dewan direksi selama 4 tahun berturut- turut. Sedangkan
pada tahun 2018 sampai dengan 2019 mengalami perubahan dengan
berkurangnya jumlah dewan direksi menjadi 4 anggota dewan direksi.
59
Bank Muamalat Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2015
mempunyai 5 anggota dewan direksi. Sedangkan pada tahun 2016 mengalami
perubahan dengan bertambahnya jumlah dewan direksi menjadi 8 anggota
dewan direksi. Kemudian pada tahun 2017 kembali mengalami perubahan
dengan berkurangnya jumlah dewan direksi menjadi 7 anggota dewan direksi.
Dan pada tahun 2018 sampai dengan 2019 kembali mengalami perubahan
dengan berkurangnya jumlah anggota dewan direksi menjadi 6 anggota dewan
direksi.
Bank Victoria Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2019 secara
konsisten tidak mengalami perubahan selama 6 tahun berturut-turut dengan
mempunyai 4 anggota dewan direksi.
Bank Jabar Banten Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2017 secara
konsisten beranggotakan 4 dewan direksi. Sedangkan pada tahun 2017
mengalami perubahan dengan bertambahnya dewan direksi menjadi 5 anggota
dewan direksi. Kemudian pada tahun 2018 mengalami perubahan dengan
berkurangnya jumlah dewan direksi menjadi 4 anggota dewan direksi. Dan pada
tahun 2019 mengalami perubahan dengan berkurangnya jumlah dewan direksi
menjadi 3 anggota dewan direksi.
Bank BNI Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2017 secara konsisten
beranggotakan 4 dewan direksi selama 4 tahun berturut-turut. Kemudian pada
tahun 2018 mengalami perubahan dengan bertambahnya dewan direksi menjadi
5 anggota dewan direksi. Dan pada tahun 2019 mengalami perubahan dengan
berkurangnya jumlah dewan direksi menjadi 6 anggota dewan direksi.
60
Bank Syariah Mandiri pada tahun 2014 sampai dengan 2015
beranggotakan 5 dewan direksi. Sedangkan pada tahun 2016 mengalami
perubahan dengan bertambahnya jumlah dewan direksi menjadi 6 anggota
dewan direksi. Kemudian pada tahun 2017 sampai dengan 2018 mengalami
perubahan dengan bertambahnya anggota dewan direksi menjadi 7 anggota
dewan direksi. Dan pada tahun 2019 kembali mengalami perubahan dengan
berkurangnya jumlah dewan direksi menjadi 6 anggota dewan direksi.
Bank Panin Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2016 beranggotakan
4 dewan direksi. Sedangkan pada tahun 2017 mengalami perubahan dengan
berkurangnya jumlah dewan direksi menjadi 3 anggota dewan direksi.
Kemudian pada tahun 2018 sampai dengan 2019 mengalami perubahan dengan
bertambahnya jumlah dewan direksi menjadi 4 anggota dewan direksi.
Bank BCA Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2016 beranggotakan
3 dewan direksi. Sedangkan pada tahun 2017 sampai dengan 2019 mengalami
perubahan 2019 mengalami perubahan dengan bertambahnya jumlah dewan
direksi menjadi 4 anggota dewan direksi.
61
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Bank Aceh
Syariah, Bank Muamalat Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank BRI Syariah,
Bank Jabar Banten Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank
Mega Syariah, Bank Panin Syariah, Bank BCA Syariah, dan Bank Maybank
Syariah yang termasuk dalam Bank Umum Syariah di Indonesia telah mematuhi
kriteria dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Hal ini dapat
ditunjukkan dari anggota dewan direksi yang dimiliki oleh masing-masing bank
tersebut yang telah memenuhi ketentuan dari Bank Indonesia, dimana jumlah
anggota dewan direksi minimal terdiri dari 3 orang anggota.
3. Komite Audit
62
meningkatkan kualitas laporan keuangan. Bank Indonesia memberikan
ketentuan bahwa dalam pelaksanaancGood Corporate Governance, anggota
komite audit adalah minimal terdiri dari 3 orang anggota.
Bank Victoria Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2017 secara
konsisten beranggotakan 3 komite audit. Sedangkan pada tahun 2018
mengalami perubahan dengan bertambahnya jumlah komite audit menjadi 4
anggota komite audit. Kemudian pada tahun 2019 kembali mengalami
perubahan dengan berkurangnya jumlah komite audit menjadi 3 anggota komite
audit.
Bank Jabar Banten Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2015
beranggotakan 5 komite audit. Sedangkan pada tahun 2016 sampai dengan 2017
mengalami perubahan dengan berkurangnya jumlah komite audit menjadi 4
63
anggota komite audit. Kemudian pada tahun 2018 sampai dengan 2019
mengalami perubahan dengan bertambahnya komite audit menjadi 5 anggota
komite audit.
Bank Mega Syariah pada tahun 2014 sampai 2019 secara konsisten tidak
mengalami perubahan selama 6 tahun berturut-turut dengan mempunyai 3
anggota komite audit.
Bank Panin Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2019 secara
konsisten tidak mengalami perubahan selama 6 tahun berturut-turut dengan
mempunyai 3 anggota komite audit.
Bank BCA Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2018 secara konsisten
beranggotakan 3 komite audit. Sedangkan pada tahun 2019 mengalami
perubahan dengan bertambahnya jumlah komite audit menjadi 4 anggota komite
audit.
64
Bank Maybank Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2017 secara
konsisten beranggotakan 4 komite audit. Sedangkan pada tahun 2018 sampai
dengan 2019 mengalami perubahan dengan berkurangnya jumlah komite audit
menjadi 3 anggota komite audit.
65
bertugas dan bertanggung jawab dalam memberi saran kepada dewan direksi
serta mengawasi kegiatan bank syariah agar sesuai dengan prinsip syariah.
Dewan pengawas syariah dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya
diwajibkan menghadiri rapat dewan pengawas syariah minimal satu kali dalam
satu bulan. Rapat yang dilakukan dewan pengawas syariah diharapkan dapat
membantu tugas dewan pengawas syariah terhadap seluruh kegiatan bank
umum syariah dalam rangka melaksanakan prinsip syariah. Bank Indonesia
memberikan ketentuan bahwa dalam pelaksanaan Good Corporate Governance,
rapat dewan pengawas syariah wajib diselengarakan minimal 1 kali dalam 1
bulan.
Bank Muamalat Syariah selama tahun 2014 sampai dengan 2019 selalu
konsisten dengan frekuensi rapat dewan pengawas syariah yang dilaksanakan
selama satu tahun. Dapat dilihat bahwa Bank Muamalat Syariah mengadakan
rapat dalam rangka melaksanakan fungsi dan tanggung jawab dewan pengawas
syariah selama 12 kali dalam satu tahun.
66
Pada tahun 2016, bank Victoria Syariah melaksanakan rapat dewan pengawas
13 kali dalam setahun, sedangkan pada tahun 2017 Bank Victoria Syariah
melaksanakan rapat dewan pengawas syariah 23 kali dalam setahun. Kemudian
pada tahun 2018 dewan pengawas syariah melaksanakan rapat 16 kali dalam
setahun. Dan pada tahun 2019 dewan pengawas syariah melaksanakan rapat
sebanyak 15 kali dalam setahun.
Bank BRI Syariah dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawab dewan
pengawas syariah mengadakan rapat setiap tahunnya. Pada tahun 2014, dewan
pengawas syariah melaksanakan rapat sebanyak 12 kali dalam setahun.
Kemudian pada tahun 2016 sampai dengan 2018 dewan pengawas syariah
melaksanakan rapat sebanyak 12 kali dalam setahun. Dan pada tahun 2019
dewan pengawas syariah melaksanakan rapat sebanyak 16 kali dalam setahun.
67
dewan pengawas syariah menambah frekuensi rapat menjadi 19 kali dalam
setahun. Tahun 2018 dewan pengawas syariah kembali menambah frekuensi
rapat menjadi 26 kali dalam setahun. Dan pada tahun 2019 dewan pengawas
syariah mengurangi frekuensi rapat menjadi 22 kali dalam setahun.
68
setahun. Dan pada tahun 2019 dewan pengawas syariah mengurangi frekuensi
rapat menjadi 12 kali dalam setahun.
5. Kinerja Keuangan
69
kinerja keuangan dengan jumlah terendah maupun jumlah tertinggi. Kinerja
keuangan dapat diuraikan sebagai berikut.
Kinerja keuangan perbankan syariah merupakan elemen yang penting
untuk mengukur keberhasilan Good Corporate Governance dalam mengetahui
gambaran kondisi keuangan terutama kondisi kesehatan bank umum syariah pada
suatu periode tertentu. Untuk mengukur kinerja keuangan digunakan dengan teknik
analisis rasio. Salah satu rasio keuangan yang digunakan sebagai pengukuran
kinerja keuangan menurut Bank Indonesia adalah ROA (Return On Asset) yang
merupakan bagian dari rasio Profitabilitas. ROA merupakan rasio Profitabilitas
yang berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dari aktiva yang digunakan. Bank Indonesia menetapkan standar untuk ROA
minimum yang harus dimiliki bank sebesar 1,5%.
Bank Aceh syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2019 berhasil
memiliki ROA diatas kriteria minimum yang telah ditentukan oleh Bank
Indonesia. Kinerja keuangan Bank Aceh Syariah yang diproksikan dengan ROA
pada tahun 2014 sebesar 3,22%, yang kemudian ROA turun pada tahun 2015
dan 2016 yang masing-masing menjadi sebesarn 2,83% dan 2,48%. Namun
Bank Aceh Syariah berhasil menaikan ROA di tahun 2017 ke angka 2,51.
Kemudian nilai ROA kembali turun pada tahun 2018 dan 2019 menjadi 2,38%
dan 2,33%.
Bank Muamalat Syariah pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2019
belum berhasil memiliki ROA diatas kriteria minimum yang telah ditentukan
oleh Bank Indonesia. Kinerja keuangan Bank Muamalat Syariah yang
diproksikan dengan ROA pada tahun 2014 sebesar 0,17%, yang kemudian ROA
naik pada tahun 2015 dan 2016 yang masing-masing menjadi 0,20% dan 0,22%.
Namun nilai ROA berangsur-angsur turun pada tahun 2017, 2018 dan 2019
yaitu masing-masing menjadi 0,11%, 0,08% dan 0,05%.
Bank Victoria Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2019 belum
berhasil memiliki ROA diatas kriteria minimum yang telah ditentukan oleh
Bank Indonesia. Kinerja keuangan Bank Victoria Syariah yang diproksikan
dengan ROA pada tahun 2014 sebesar -1,87%, yang kemudian ROA turun pada
70
tahun 2015 dan 2016 yang masing-masing menjadi -2,36% dan -2,19%.
Sedangkan ROA naik pada tahun 2017 sebesar 0,36%. Dan pada tahun 2018
dan 2019 nilai ROA kembali turun menjadi 0,32% dan 0,05%
Bank BRI Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2019 belum
berhasil memiliki ROA diatas kriteria minimum yang telah ditentukan oleh
Bank Indonesia. Kinerja keuangan Bank BRI Syariah yang diproksikan dengan
ROA pada tahun 2014 sebesar 0,08%, yang kemudian ROA naik pada tahun
2015 dan 2016 yang masing-masing menjadi 0,77% dan 0,95%. Sedangkan
nilai ROA berangsur-angsur turun pada tahun 2017, 2018 dan 2019 yaitu
masing-masing menjadi 0,51%, 0,43% dan 0,31%.
Bank BNI Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2018 belum
berhasil memiliki ROA diatas kriteria minimum yang telah ditentukan oleh
Bank Indonesia,tetapi pada tahun 2019 Bank BNI Syariah berhasil memiliki
ROA diatas kriteria minimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Kinerja
keuangan Bank BNI Syariah yang diproksikan dengan ROA pada tahun 2014
sebesar 1,27%, yang kemudian ROA naik pada tahun 2015 dan 2016 yang
masing-masing menjadi 1,43% dan 1,44%. Sedangkan pada tahun 2017 ROA
turun menjadi 1,31%. Dan pada tahun 2018 dan 2019 ROA kembali naik yaitu
masing-masing mejadi 1,42% dan 1,82%.
Bank Syariah Mandiri pada tahun 2014 sampai dengan 2018 belum
berhasil memiliki ROA diatas kriteria minimum yang telah ditentukan oleh
Bank Indonesia,tetapi pada tahun 2019 Bank Syariah mandiri berhasil memiliki
ROA diatas kriteria minimum yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia.
Kinerja keuangan Bank Syariah mandiri yang diproksikan dengan ROA pada
tahun 2014 sebesar 0,17%. Kemudian pada tahun 2015 dan 2016 ROA naik
yang masing-masing menjadi 0,56% dan 0,59%. Sedangkan pada tahun 2017
nilai ROA sama dengan tahun sebelumnya yang sebesar 0,59%. Dan pada tahun
2018 dan 2019 ROA kembali naik yaitu masing-masing menjadi 0,88% dan
1,69%.
Bank Mega Syariah pada tahun 2014 sampai 2019 hanya 2 tahun yang
berhasil memiliki ROA diatas kriteria minimum yang telah ditentukan oleh
71
Bank Indonesia yaitu pada tahun 2016 dan tahun 2017. Kinerja Bank Mega
Syariah yang diproksikan dengan ROA pada tahun 2014 sebesar 0,29% yang
kemudian ROA naik pada tahun 2015 dan 2016 yang masing-masing menjadi
sebesar 0,30% dan 2,63%. Sedangkan nilai ROA berangsur-angsur turun pada
tahun 2017, 2018 dan 2019 yaitu masing-masing menjadi 1,56%, 0,93% dan
0,89%.
Bank Panin Syariah pada tahun 2014sampai dengan 2019 hanya 1
tahun yang berhasil memiliki ROA diatas kriteria minimum yang telah
ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu pada tahun 2014. Kinerja keuangan Bank
Panin Syariah yang diproksikan dengan ROA pada tahun 2014 sebesar 1,99%,
yang kemudian ROA berangsur-angsur turun pada tahun 2015, 2016 dan 2017
yang masing-masing menjadi 1,14%, 0,37% dan -10,77%. Sedangkan pada
tahun 2018 nilai ROA naik menjadi sebesar 0,26%. Dan pada tahun 2019 ROA
kembali turun menjadi sebesar 0,25%
Bank BCA Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2019 belum
berhasil memiliki ROA diatas kriteria minimum yang telah ditentukan oleh
bank Indonesia. Kinerja keuangan Bank BCA Syariah yang diproksikan dengan
ROA pada tahun 2014 sebesar 0,8%, yang kemudian nilai ROA berangsur-
angsur naik pada tahun 2015, 2016 dan 2017 yang masing-masing menjadi
1,0%, 1,1% dan 1,2%. Dan pada tahun 2018 dan 2019 nilai ROA sama dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 1,2%.
Bank Maybank Syariah pada tahun 2014 sampai dengan 2019 hanya 2
tahun yang berhasil memiliki ROA diatas kriteria minimum yang telah
ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu pada tahun 2016 dan tahun 2018. Kinerja
keuangan Bank Maybank Syariah yang diproksikan dengan ROA pada tahun
2014 sebesar 0,68% yang kemudian nilai ROA naik pada tahun 2015 dan 2016
yang masing-masing menjadi 1,01% dan 1,60%. Sedangkan nilai ROA turun
pada tahun 2017 menjadi sebesar 1,48%. Namun nilai ROA naik pada tahun
2018 menjadi 1,74%. Dan nilai ROA kembali turun pada tahun 2019 menjadi
sebesar 1,45%.
72
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Bank Aceh
Syariah yang termasuk dalam Bank Umum Syariah di Indonesia telah mencapai
kinerja keuangan yang baik dan termasuk dalam kategori sangat sehat. Hal ini
dapat ditunjukkan dari nilai rasio ROA yang dimiliki oleh masing-masing bank
tersebut, dimana nilai ROA telah melebihi standar minimum yang ditentukan
oleh Bank Indonesia yakni sebesar 1,5%
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas
73
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROA
N 60
Normal Parametersa,b Mean 1.0075%
Std. Deviation 0.79240%
Most Extreme Differences Absolute .130
Positive .130
Negative -.113
Test Statistic .130
Asymp. Sig. (2-tailed) .014c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Hasil uji normalitas pada tabel di atas menunjukkan data penelitian ini
terdistribusi normal yang ditunjukkan oleh nilai asymp sig. (2-tailed) sebesar 0,14
yang lebih besar dari nilai signifikansi (α = 5% atau 0,05). Hasil pengujian ini
mengindikasikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini
terdistribusi normal. Dikarenakan data penelitian terdistribusikan normal, maka
data dapat digunakan dalam pengujian dengan model regresi berganda.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
74
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.487 .503 2.953 .005
DK -.291 .132 -.405 -2.195 .032 .478 2.092
DD .129 .094 .248 1.373 .175 .498 2.007
KA -.049 .082 -.080 -.598 .553 .914 1.094
DPS .017 .017 .130 .965 .339 .897 1.115
a. Dependent Variable: ROA
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson
1 .323a .104 .039 0.77679% .732
a. Predictors: (Constant), DPS, KA, DD, DK
b. Dependent Variable: ROA
75
Hasil uji autokorelasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin-
Watson sebesar 0.732 yang berarti nilai tersebut berada diantara angka -2 sampai
dengan +2. Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa model-model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat adanya autokorelasi.
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
76
Hasil uji heteroskedastisitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa
sebaran data tidak membentuk garis tertentu atau tidak terdapat pola yang jelas
serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil
pengujian ini mengindikasikan bahwa model-model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini tidak terdapat adanya heteroskedastisitas.
Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 1.487 .503 2.953 .005
DK -.291 .132 -.405 -2.195 .032 .478 2.092
DD .129 .094 .248 1.373 .175 .498 2.007
KA -.049 .082 -.080 -.598 .553 .914 1.094
DPS .017 .017 .130 .965 .339 .897 1.115
a. Dependent Variable: ROA
Dari output data hasil output regresi tersebut diatas maka diperoleh
persamaan model regresi linear berganda sebagai berikut:
77
Hasil persamaan regresi linear berganda menunjukkan arah pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yang ditunjukkan
oleh masing-masing koefisien variabel independennya. Koefisien regresi variabel
independen yang bertanda positif berarti mempunyai pengaruh yang searah
terhadap kinerja keuangan, sedangkan koefisien yang bertanda negatif mempunyai
pengaruh yang berlawanan terhadap kinerja keuangan bank umum syariah. Dari
persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
a. Nilai konstanta adalah 1.487. Hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai variabel
independen, yaitu dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, dewan
pengawas syariah dianggap konstan atau nol, maka besar nilai variabel
dependen yaitu kinerja keuangan sebesar 1.487.
b. Nilai koefisien regresi dewan komisaris sebesar -0.291. Nilai koefisien regresi
tersebut menunjukkan arah negatif antara dewan komisaris dengan kinerja
keuangan. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah dewan
komisaris maka semakin rendah kinerja keuangan bank umum syariah. Hal ini
dapat diartikan, jika terjadi kenaikkan 1 jumlah dewan komisaris maka akan
menurunkan kinerja keuangan sebesar 0.291.
c. Nilai koefisien regresi dewan direksi sebesar 0.129. Nilai koefisien regresi
tersebut menunjukkan arah positif antara dewan direksi dengan kinerja
keuangan. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah dewan direksi
maka semakin tinggi pula kinerja keuangan bank umum syariah. Hal ini dapat
diartikan, jika terjadi kenaikkan 1 jumlah dewan direksi maka akan
meningkatkan kinerja keuangan sebesar 0.129.
d. Nilai koefisien regresi komite audit sebesar -0.049. Nilai koefisien regresi
tersebut menunjukkan arah negatif antara komite audit dengan kinerja
keuangan. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah komite audit
maka semakin rendah pula kinerja keuangan bank umum syariah. Hal ini dapat
diartikan jika terjadi kenaikan 1 jumlah komite audit, maka akan menurunkan
kinerja keuangan sebesar 0.049.
78
e. Nilai koefisien regresi dewan pengawas syariah sebesar 0.017. Nilai koefisien
regresi tersebut menunjukkan arah positif antara dewan pengawas syariah
dengan kinerja keuangan. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah
dewan pengawas syariah maka semakin tinggi kinerja keuangan bank umum
syariah. Hal ini dapat diartikan jika terjadi kenaikkan 1 jumlah dewan
pengawas syariah maka akan meningkatkan kinerja keuangan sebesar 0.017.
Tabel 4.8
Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson
1 .323a .104 .039 0.77679% .732
a. Predictors: (Constant), DPS, KA, DD, DK
b. Dependent Variable: ROA
79
4.2.5 Hasil Uji Hipotesis
1. Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak yang artinya variable independent
tersebut berpengaruh signifikan terhadap variable dependen.
2. Jika probabilitas > 0.05 maka H0 diterima yang artinya variable independent
tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variable dependen.
Tabel 4.9
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
80
Sumber: Output SPSS 22.
H02 : Dewan Direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah 2014-2019.
81
Hipotesis 3 : Terdapat pengaruh signifikan Komite Audit Terhadap Kinerja
keuangan
H03 : Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah 2014-2019.
82
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen
secara simultan (serentak) terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini uji F
digunakan untuk mengetahui pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite
Audit, Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja Keuangan yang diproksikan
dengan ROA secara simultan. Hasil perhitungan uji F dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.859 4 .965 1.599 .188b
Residual 33.187 55 .603
Total 37.046 59
Pada tabel 4.10, diketahui bahwa hasil uji F di peroleh nilai probabilitas F
hitung atau signifikansi sebesar 0.188 > 0.05 maka H05 diterima dan Ha5 ditolak,
maka variable independen Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit, dan
Dewan Pengawas Syariah secara Bersama-sama atau simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap Variabel dependen Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
pada tahun 2014-2019.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang terdiri dari uji t (uji parsial) dan uji F
(simultan), berikut dapat dilihat ringkasan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan
oleh penulis pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.11
83
DD 0,175 > 0,05 - - - Tidak
H0 diterima Berpengaruh
KA 0,553 > 0,05 - - - Tidak
H0 diterima Berpengaruh
DPS 0.339 > 0,05 - - - Tidak
H0 diterima Berpengaruh
Simultan - - - 0.188 > 0,05 Tidak
H0 diterima Berpengaruh
Sumber: Data diolah.
4.2.6 Pembahasan
84
pengawas perusahaan secara umum dan memberikan masukkan kepada dewan
direksi jika belum mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota dewan komisaris yang besar tentu
mampu memberikan dampak yang baik bagi kinerja perusahaan. Jumlah
anggota dewan komisaris yang semakin besar dianggap dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dan berimbas pula pada meningkatnya kinerja keuangan
bank umum syariah.
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Sukandar (2014) yang
menyatakan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan . Namun hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh
Sulistyowati (2017) yang menyatakan bahwa Dewan Komisaris berpengaruh
terhadap kinerja keuangan.
85
dikarenakan dengan semakin banyaknya jumlah anggota dewan direksi akan
menciptakan komunikasi yang lebih terarah sehingga pengambilan keputusan
dan tindakan yang diambil lebih cepat dan tepat sehingga akan berimbas pada
meningkatnya kinerja keuangan. Hal ini akan berbeda jika dewan direksi lebih
sedikit kemungkinan berbagai perbedaan kebijakan antara dewan direksi
lainnya sehingga urusan pengelolaan perusahaan tidak terlaksana secara efektif
dan efisien. 3
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Eksandy (2018),
Sulistyowati (2017) dan Sukandar (2014) yang menyatakan bahwa dewan
direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan.Namun hasil penelitian ini
sejalan dengan yang di lakukan oleh Triastuty (2017) yang menyatakan bahwa
Dewan Direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Hasil hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan bank umum syariah periode 2014-2019. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa nilai probabilitas untuk Komite Audit sebesar
0.553 dimana lebih besar dari alpha 0.05, maka H 03 diterima dan Ha3 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa Komite Audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja keuangan Bank Umum Syariah pada tahun 2014-2019. Tanda
positif pada koefisien regresi menunjukkan bahwa apabila komite audit
meningkat maka kinerja keuangan bank umum syariah akan meningkat.
86
komite audit yang semakin besar membuat tugas dan tanggung jawab komite
audit dilaksanakan secara optimal.
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Yuliningtyas (2016)
yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Namun hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Eksandy (2018)
dan Sulistyowati (2017) yang menyatakan bahwa Komite Audit tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
87
rangkap jabatan dewan pengawas syariah pada bank lain yang menyebabkan
kurangnya frekuensi kehadiran dewan pengawas syariah yang berakibat pada
kurang optimalnya pelaksanaan tugas dewan pengawas syariah dan berimbas
pada menurunnya kinerja keuangan bank umum syariah.
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Prastiwi (2017)
yang menyatakan bahwa Dewan Pengawas Syariah berpengaruh terhadap
kinerja keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh
Eksandy (2018) yang menyatakan bahwa dewan pengawas syariah tidak
bepengaruh terhadap kinerja keuangan.
Hasil kelima yang menyatakan bahwa dewan komisaris, dewan direksi, komite
audit, dewan pengawas syariah secara simultan tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan bank umum syariah periode 2014-2019. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa hasil uji F di peroleh nilai probabilitas F hitung atau
signifikansi sebesar 0.188 > 0.05 maka H 05 diterima dan Ha5 ditolak, maka
variable independen Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit, dan
Dewan Pengawas Syariah secara Bersama-sama atau simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap Variabel dependen Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah pada tahun 2014-2019. Tanda positif pada koefisien regresi
menunjukkan bahwa apabila dewan komisaris, dewan direksi, komite audit,
dan dewan pengawas syariah meningkat maka kinerja keuangan bank umum
syariah akan meningkat.
Dewan komisaris merupakan salah satu organ perusahaan yang termasuk dalam
mekanisme internal Good Corporate Governance. Dewan komisaris
bertanggung jawab dalam hal pengawasan terkait kegiatan operasional
perusahaan dan bertugas memberikan saran kepada dewan direksi dalam rangka
88
mencapai tujuan perusahaan. Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris
yang dimiliki bank umum syariah, maka kinerja keuangan akan semakin
meningkat.
Komite audit merupakan salah satu organ perusahaan yang termasuk dalam
mekanisme internal Good Corporate Governance. Komite audit dibentuk oleh
dewan komisaris untuk membantu fungsi pengawasan perusahaan. Komite audit
keberadaannya diharapkan dapat menjadi penghubung antara dewan komisaris
dan pemegang saham dalam menangani masalah pengendalian. Semakin besar
jumlah anggota komite audit yang dimiliki bank umum syariah, maka kinerja
keuangan akan semakin meningkat.
89
berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank umum syariah periode 2014-2019.
Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa nilai hasil uji F dengan nilai sebesar F
hitung sebesar 1.599 > F tabel 2.750 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.188 <
0.05.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
90
1. Bahwa nilai probabilitas untuk dewan komisaris sebesar 0.032 dimana lebih
kecil dari alpha 0.05, maka H01 ditolak dan Ha1 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap Kinerja
keuangan Bank Umum Syariah pada tahun 2014-2019.
2. Bahwa nilai probabilitas untuk Dewan Direksi sebesar 0.175 dimana lebih
besar dari alpha 0.05, maka H02 diterima dan Ha2 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa Dewan Direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap
Kinerja keuangan Bank Umum Syariah pada tahun 2014-2019.
3. Bahwa nilai probabilitas untuk Komite Audit sebesar 0.553 dimana lebih besar
dari alpha 0.05, maka H03 diterima dan Ha3 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja keuangan
Bank Umum Syariah pada tahun 2014-2019.
4. Bahwa nilai probabilitas untuk Dewan Pengawas Syariah sebesar 0.339 dimana
lebih besar dari alpha 0.05, maka H04 diterima dan Ha4 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa Dewan Pengawas Syariah tidak berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja keuangan Bank Umum Syariah pada tahun 2014-2019.
5. F hitung atau signifikansi sebesar 0.188 > 0.05 maka H 05 diterima dan Ha5
ditolak, maka variable independen Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite
Audit, dan Dewan Pengawas Syariah secara Bersama-sama atau simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap Variabel dependen Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah pada tahun 2014-2019.
5.2 Saran
91
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan sampel dengan jenis
bank yang berbeda seperti Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) maupun
Unit Usaha Syariah.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah indikator Good Corporate
Governance selain Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit, Dewan
Pengawas Syariah seperti Komite Pemantau Risiko dan Komite Remunerisasi
dan Nominasi serta menambahkan variabel dari mekanisme eksternal Corporate
Governance.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengukur indikator kinerja keuangan
selain dengan menggunakan ROA.
DAFTAR PUSTAKA
92
Bank Indonesia. 2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah.
Gunawan, Robertus M Bambang. 2016. GRC (Good Governance, Risk
Management, and Compliance). Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Rivai, Verthizal., dan Ismal, Rifki. Islamic Risk Management For Islamic Bank.
2013. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
93
Badan Usaha Milik Negara. 2002. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor Kep-117/M-MBU tahun 2002 tentang Penerapan Praktek Good
Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara.
Ascarya. 2006. Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa
Negara. Jakarta:Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) BI.
Prastiwi, Iin Emy. 2017. “Pengaruh Independensi Dewan Pengawas Syariah Dalam
Mewujudkan Good Corporate Governance Untuk Meningkatkan Kinerja
BMT’’. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. Vol. 3. No.1:77-86, ISSN: 2477-6157.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Yogyakarta: Universitas Diponegoro.
94
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Nonparametrik. Jakarta: PT. Elex Media
Computindo.
Amir Machmud dan Rukmana (2010) Bank Syariah, Teori, kebijakan, Dan Studi
Empiris di Indonesia, Jakarta: Erlangga
www.bankaceh.co.id
www.bankmuamalat.co.id
www.bankvictoriasyariah.co.id
www.brisyariah.co.id
www.bjbsyariah.co.id
www.bnisyariah.co.id
www.mandirisyariah.co.id
www.megasyariah.co.id
www.paninbanksyariah.co.id
www.mandirisyariah.co.id
www.maybank.co.id.
95
Bank Tata Kelola Perusahaan
No Umum Tahun ROA
Syariah DK DD KA DPS
2014 4 5 3 11 3,22%
2015 3 5 4 7 2,83%
Bank Aceh 2016 3 5 3 7 2,48%
1
Syariah 2017 3 5 3 10 2,51%
2018 3 4 3 20 2,38%
2019 3 4 3 36 2,33%
2014 6 5 3 12 0,17%
2015 6 5 4 12 0,20%
Bank 6 8 4 12 0,22%
2016
2 Muamalat
2017 4 7 3 12 0,11%
Syariah
2018 5 6 3 12 0,08%
2019 5 6 3 12 0,05%
2014 4 4 3 30 -1,87% *
2015 3 4 3 12 -2,36% *
Bank 3 4 3 13 -2,19% *
2016
3 Victoria
2017 3 4 3 23 0,36%
Syariah
2018 3 4 4 16 0,32%
2019 3 4 3 15 0,05%
2014 5 4 4 12 0,08%
2015 5 5 5 14 0,77%
Bank BRI 2016 5 5 5 12 0,95%
4
Syariah 2017 4 5 6 12 0,51%
2018 4 4 6 12 0,43%
2019 4 5 5 16 0,31%
96
2014 4 4 5 8 0,46%
2015 4 4 5 12 0,25%
Bank Jabar 4 4 18 -8,09% *
*2016 4
5 Banten
*2017 4 5 4 12 -5,69% *
Syariah
2018 4 4 5 17 0,54%
2019 3 3 5 22 0,60%
2014 3 4 4 12 1,27%
2015 4 4 5 15 1,43%
Bank BNI 2016 4 4 6 13 1,44%
6
Syariah 2017 4 4 4 19 1,31%
2018 4 5 3 26 1,42%
2019 5 4 6 22 1,82%
2014 5 5 5 14 0,17%
2015 5 5 7 15 0,56%
Bank Syariah 2016 5 6 7 12 0,59%
7
Mandiri 2017 4 7 7 9 0,59%
2018 3 7 5 8 0,88%
2019 3 6 8 12 1,69%
2014 3 4 3 12 0,29%
2015 3 3 3 13 0,30%
Bank Mega 2016 3 3 3 12 2,63%
8
Syariah 2017 3 3 3 13 1,56%
2018 3 3 3 12 0,93%
2019 3 4 3 10 0,89%
2014 3 4 3 16 1,99%
2015 3 4 3 16 1,14%
Bank Panin 2016 4 4 3 22 0,37%
9
Syariah 2017 4 3 3 27 -10,77% *
2018 3 4 3 9 0,26%
2019 3 4 3 12 0,25%
2014 3 3 3 17 0,8%
2015 3 3 3 15 1,0%
Bank BCA 2016 3 3 3 14 1,1%
10
Syariah 2017 3 4 3 14 1,2%
2018 3 4 3 14 1,2%
2019 4 4 4 12 1,2%
97
2015 6 8 4 29 1,01%
2016 6 8 4 12 1,60%
Maybank
2017 6 7 4 23 1,48%
Syariah
2018 6 8 3 23 1,74%
2019 6 8 3 21 1,45%
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DK 60 3 6 4.00 1.105
DD 60 3 9 4.83 1.520
KA 60 3 8 4.02 1.295
DPS 60 7 37 15.15 6.147
ROA 60 0.05% 3.22% 1.0075% 0.79240%
Valid N (listwise) 60
Coefficientsa
98
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 1.487 .503 2.953 .005
DK -.291 .132 -.405 -2.195 .032 .478 2.092
DD .129 .094 .248 1.373 .175 .498 2.007
KA -.049 .082 -.080 -.598 .553 .914 1.094
DPS .017 .017 .130 .965 .339 .897 1.115
a. Dependent Variable: ROA
Model Summaryb
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson
1 .323a .104 .039 0.77679% .732
a. Predictors: (Constant), DPS, KA, DD, DK
b. Dependent Variable: ROA
99
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 1.487 .503 2.953 .005
DK -.291 .132 -.405 -2.195 .032 .478 2.092
DD .129 .094 .248 1.373 .175 .498 2.007
KA -.049 .082 -.080 -.598 .553 .914 1.094
DPS .017 .017 .130 .965 .339 .897 1.115
a. Dependent Variable: ROA
Model Summaryb
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson
1 .323a .104 .039 0.77679% .732
a. Predictors: (Constant), DPS, KA, DD, DK
b. Dependent Variable: ROA
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
100
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.859 4 .965 1.599 .188b
Residual 33.187 55 .603
Total 37.046 59
101