Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERBANDINGAN KURIKULUM INDONESIA DAN MALAYSIA

(BAGIAN 2)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum Matematika

Dosen pengampu : Wanda Nugroho Yanuarto, M.Pd.

Disusun Oleh:

Siti Nur Afifah (1801060005)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020/2021

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................1


DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
MATERI...............................................................................................................................................3
A. Sistem Pendidikan Tinggi (Universitas).................................................................................3
1. Sistem Pendidikan Tinggi di Indonesia..............................................................................3
2. Sistem Pendidikan Tinggi di Malaysia...............................................................................4
B. Proses Pembelajaran di Kelas.................................................................................................5
1. Proses Pembelajaran di Kelas di Indonesia.......................................................................5
2. Proses Pembelajaran di Kelas di Malaysia........................................................................7
C. Model Pembelajaran yang Sering Digunakan...................................................................7
1. Model Pembelajaran Konstruktivisme di Indonesia dan Malaysia.................................7
2. Beberapa Contoh Portal Online Learning yang Biasa Digunakan di Indonesia dan
Malaysia.......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

2
MATERI
A. Sistem Pendidikan Tinggi (Universitas)
1. Sistem Pendidikan Tinggi di Indonesia
Pendidikan Tinggi diselenggarakan oleh satuan pendidikan perguruan tinggi
yang mendidik lulusan pendidikan menengah atas, baik Sekolah Menengah Atas
(SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan UU Dikti, bentuk
perguruan tinggi terdiri atas akademi komunitas, akademi, sekolah tinggi, politeknik,
institut, dan universitas.
Standar kompetensi lulusan meliputi Standar kompetensi lulusan merupakan
kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian
pembelajaran (CP) lulusan. Rumusan capaian pembelajaran lulusan wajib mengacu
pada deskripsi capaian pembelajaran lulusan KKNI; dan memiliki kesetaraan dengan
jenjang kualifikasi pada KKNI.
Standar isi pembelajaran meliputi : 1) Standar isi pembelajaran merupakan
kriteria minimal tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran. 2) Kedalaman
dan keluasan materi pembelajaran mengacu pada capaian pembelajaran lulusan. 3)
Kedalaman dan keluasan materi pembelajaran pada program profesi, spesialis,
magister, magister terapan, doktor, dan doktor terapan, wajib memanfaatkan hasil
penelitian dan hasil pengabdian kepada masyarakat.
Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi : 1) berlangsung dalam bentuk
interaksi antara dosen, mahasiswa, dan sumber belajar dalam lingkungan belajar
tertentu. 2) dilaksanakan sesuai RPS atau istilah lain; 3) yang terkait dengan
penelitian mahasiswa wajib mengacu pada Standar Nasional Penelitian; 4) yang
terkait dengan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa wajib mengacu pada
Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat.
Metode pembelajaran dapat dipilih untuk pelaksanaan pembelajaran mata
kuliah antara lain: 1) diskusi kelompok, 2) simulasi, 3) studi kasus, 4) pembelajaran
kolaboratif, 5) pembelajaran kooperatif, 6) pembelajaran berbasis proyek, 7)
pembelajaran berbasis masalah, atau 8) metode pembelajaran lain. Bentuk
pembelajaran : 1) kuliah; 2) responsi dan tutorial; 3) seminar; dan 4) praktikum,

3
praktik studio, praktik bengkel, atau praktik lapangan; 5) penelitian, perancangan,
atau pengembangan dan 6) pengabdian kepada masyarakat.
Beban belajar mahasiswa dinyatakan dalam besaran satuan kredit semester
(sks). Semester merupakan satuan waktu kegiatan pembelajaran efektif selama paling
sedikit 16 (enam belas) minggu termasuk ujian tengah semester dan ujian akhir
semester. Satu tahun akademik terdiri atas 2 (dua) semester dan perguruan tinggi
dapat menyelenggarakan semester antara.
2. Sistem Pendidikan Tinggi di Malaysia
Malaysia memiliki berbagai universitas baik yang berstatus negeri maupun
swasta yang menawarkan beragam kualifikasi dari tingkat sarjana hingga
pascasarjana. Umumnya, program gelar sarjana (Bachelor) di Malaysia
diselenggarakan dengan durasi 3 hingga 5 tahun. Untuk bisa mendapatkan gelar
Bachelor, mahasiswa harus menyelesaikan sedikitnya 120 kredit dengan memilih
mata kuliah utama (major) dan juga khusus (minor). Biasanya, mata kuliah minor ini
tidak diwajibkan jika jumlah kuota mata kuliah yang ditentukan sudah memenuhi.
Selain mengambil gelar Bachelor, beberapa universitas memberikan
kesempatan kepada mahasiswa yang ingin mengambil gelar tambahan Honours
(Hons) sebagai bagian dari gelar sarjana mereka. Untuk mendapatkna gelar Honours
ini, umumnya mahasiswa harus memiliki prestasi akademik yang cukup tinggi dan
tuntutan untuk melakukan penelitian atau menyusun tesis dengan durasi sekitar satu
tahun. Umumnya, perkuliahan pada program sarjana ini disampaikan dengan
menggunakan bahasa Melayu dan beberapa kampus swasta telah menggunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya.
Twinning programme yang paling populer di Malaysia adalah ‘2+1’, dimana
mahasiswa kuliah 2 tahun pertama di Malaysia, dan 1 tahun terakhir dapat
diselesaikan di Inggris, Australia, Kanada, Selandia Baru, Perancis atau Jerman. Jika
mahasiswa ingin kuliah di Amerika, mereka dapat memilih program ‘2+2’, dimana
mereka kuliah 2 tahun pertama di Malaysia dan 2 tahun di Amerika. Selain itu juga
terdapat program ‘3+0’, dimana mahasiswa berkuliah 3 tahun di Malaysia dan tetap
mendapatkan gelar dari universitas luar negeri. Misalnya Monash University Malaysia
memberikan gelar Bachelor yang sama dengan yang diterima dengan mahasiswa yang
berkuliah di Australia, bagi mahasiswa yang mengambil program ‘3+0’ di Malaysia.
Jadi, mahasiswa dapat mendapatkan gelar Australia dengan berkuliah di Malaysia.

4
Yang unik dari Twinning Programme adalah mahasiswa membayar biaya kuliah
universitas Malaysia sepanjang perkuliahan Sarjana.
Program pascasarjana ditawarkan untuk tingkat Master dan Doktoral, melalui
jalur pembelajaran, disertasi atau penelitian, dan/atau menyelesaikan tesis. Struktur
program pascasarjana Malaysia mirip dengan Inggris dan Australia. Mahasiswa akan
menghadiri kelas kuliah, seminar, tutorial, workshop dan penilaian yang sama dengan
perkuliahan sarjana. Program Master di Malaysia berdurasi dari 1-5 tahun. Sedangkan
PhDs memerlukan waktu 4 tahun. Kebanyakan program pascasarjana disampaikan
dalam Bahasa Inggris.
B. Proses Pembelajaran di Kelas
1. Proses Pembelajaran di Kelas di Indonesia
Alokasi waktu pada sekolah menengah atas adalah sebagai berikut :

Alokasi waktu pada sekolah menengah pertama di Indonesia

5
Beban belajar di SMP/MTs dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.
Beban belajar satu minggu adalah minimal 38 (tiga puluh delapan) jam pelajaran.
beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester palinng sedikit 18
(delapan belas) minggu efektif. Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling
sedikit 18 (delapan belas) minggu efektif. Beban belajar di kelas IX pada semester
genap paling sedikit 14(empat belas) minggu efektif.
Beban belajar di SMA/MA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.
Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pelajaran. Beban belajar
satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran. Beban belajar di
Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu. Beban belajar di kelas XII
pada semester ganjil minimal 18 minggu Beban belajar di kelas XII pada semester
genap minimal 14 minggu. Beban belajar bagi SMA/MA yang menyelengarakan
Sistem Kredit Semester (SKS), diatur dalam pedoman SKS.
Sistem pelaksanaan ujian nasional pada sekolah menengah pada kurun waktu
2014 – 2020 menggunakan ujian najional berbasis komputer. Untuk mendukung
pelaksanaan UNBK ada dua komponen utama yang perlu disiapkan yaitu penyiapan
perangkat keras dan perangkat lunak. Penyiapan perangkat keras meliputi komputer,
internet, dan jaringan lokal komputer. Penyiapan perangkat lunak (aplikasi) dilakukan
oleh Puspendik meliputi perangkat lunak komputer dan perangkat soal.
UNBK berlangsung setelah peserta ujian masuk ke ruang ujian dan
menghadap komputer yang telah disediakan. Peserta ujian dapat mengisikan informasi
data setiap peserta didik dalam komputer yang digunakan. Peserta ujian mengisi
identitas pengguna (user id) dan sandi pembuka (password). Bila identitas pengguna
dan sandi pembuka sesuai maka akan muncul halaman informasi tentang identitas
pengguna (peserta ujian), mata pelajaran, waktu mengerjakan, dan petunjuk umum.
Informasi tersebut diperlukan peserta didik (ujian) agar mereka tidak kehilangan
kesempatan mengerjakan soal dan hasil yang mereka kerjakan sesuai dengan identitas
mereka. Proses berikutnya adalah untuk mengaktifkan token semacam sandi pembuka
dan muncul materi soal serta waktu untuk mengerjakan soal. Setelah proses pengisian
identitas maka waktu mengerjakan soal dimulai.
Namun pada tahun 2021 ujian nasional ditiadakan. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Anwar Makarim menerbitkan SE

6
Mendikbud Nomor 1 tahun 2021 tentang Peniadaan UN dan Ujian Kesetaraan serta
pelaksanaan Ujian Sekolah dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19.
2. Proses Pembelajaran di Kelas di Malaysia
Mata pelajaran wajib di sekolah menengah meliputi :Bahasa Melayu; Bahasa
Inggris atau GCE O Level English; Pendidikan Islam - bagi siswa yang beragama
Islam; Pendidikan Moral - bagi siswa non-Islam; Sejarah; Mathematics (KBM
menggunakan bahasa Inggris) atau Matematika; Science (KBM menggunakan bahasa
Inggris) atau Sains - Untuk jurusan sastra, perdagangan dan kesenian.
Sistem ujian nasional pada sekolah menengah yaitu pada akhir tingkatan tiga
(disebut tingkat menengah rendah), para siswa akan menempati Penilaian Menengah
Rendah (PMR). Berdasarkan pencapaian PMR, mereka akan dikategorikan ke Aliran
Ilmu atau Aliran Sastra. Aliran Ilmu menjadi pilihan banyak. Pelajar dari Aliran Ilmu
diizinkan untuk keluar dari Aliran Ilmu lalu bergabung Aliran Sastra tetapi tidak
diizinkan. Siswa yang tidak mendapat hasil yang memuaskan pula dapat memilih
untuk menjalani spesialisasi kejuruan di sekolah teknik.
Pada akhir Tingkatan Lima (disebut tingkat menengah atas), para siswa harus
menduduk ujian Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) sebelum mengakhiri pelajaran di
tingkat menengah. Ujian kelulusan ini berdasar kepada General Certificate of
Education ‘O’ Level dari Inggris. SPM biasanya memakan waktu lebih dari tiga
minggu. Tapi, siswa di sana tidak terus-menerus ujian setiap hari, karena setiap hari
diujikan pelajaran yang berbeda. Peserta ujian hanya perlu mengikuti ujian
berdasarkan pelajaran yang mereka pilih masing-masing.
C. Model Pembelajaran yang Sering Digunakan
1. Model Pembelajaran Konstruktivisme di Indonesia dan Malaysia
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikankebebasan terhadap manusia
yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan
keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme di
Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap pertama, peserta didik didorong agar mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu, guru memancing dengan
pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh
peserta didik dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya,

7
peserta didik diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan
pemhamannya tentang konsep tersebut.
b. Tahap kedua, peserta didik diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan
konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterprestasian data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan dalam
hidup ini akan terpenuhi rasa keingintahuan peserta didik tentang fenomena
dalam lingkungannya. Tahap ketiga, peserta didik melakukan penjelasan dan
solusi yang didasarkan pada hasil observasi peserta didik, ditambah dengan
penguatan guru. Selanjutnya peserta didik membangun pemahaman baru tentang
konsep yang sedang dipelajari.

Di Malaysia pembelajaran model konstruktivisme menggunakan Lima Fasa


Needham yang mana tahapannya seperti berikut:

a. Orientasi: Guru menyediakan suasana pembelajaran untuk merangsang dan


menimbulkan minat murid terhadap pelajaran. Pelbagai cara dilakukan untuk
mendapatkan perhatian murid. Antaranya ialah dengan menunjukkan tayangan
video, keratan akhbar, teka-teki, lakonan dan simulasi.
b. Pencetusan idea: Guru merancang pelbagai bentuk aktiviti seperti perbincangan
kumpulan, menggunakan kaedah peta konsep serta membuat laporan dengan
c. menghubungkaitkan pengetahuan sedia ada dengan pengetahuan baharu yang
akan mereka pelajari. Murid akan berbincang dalam kumpulan dan berkongsi
pengalaman yang sama serta interaksi yang rapat sesama mereka. Guru perlu
memainkan peranan sebagai fasilitator dengan membekalkan bahan pembelajaran
dan membimbing murid untuk membuat pembelajaran inkuri atau pembelajaran
berasaskan masalah yang diberi.
d. Penstrukturan semula idea: Guru menyediakan aktiviti atau memberi tugasan
berstruktur untuk membolehkan murid mencabar idea asal mereka atau idea
rakan, dan membina struktur pengetahuan sendiri yang lebih bermakna dan
berkesan. Dalam fasa ini, kemahiran berbahasa akan membantu murid membuat
pengubahsuaian atau penyusunan semula idea mengikut turutan dan setiap satu
idea mempunyai kesinambungan idea yang kelihatan tersusun dan terancang.
Peranan guru pula ialah mengukuhkan konsep atau idea yang tepat kepada
muridnya.

8
e. Aplikasi idea: Murid akan mengaplikasikan pengetahuan baru dengan
menyelesaikan masalah dalam situasi baharu. Situasi ini dapat mewujudkan
pemahaman yang baharu dan menggalakkan proses inkuiri di dalam diri murid.
f. Refleksi: Murid membandingkan pengetahuan asal dengan pengetahuan baharu
dan merenung kembali proses pembelajaran yang menyebabkan perubahan
kepada idea mereka. Murid juga boleh membuat refleksi untuk melihat sejauh
manakah idea asal mereka telah berubah. Guru boleh menggunakan kaedah
penulisan kendiri, perbincangan kumpulan dan catatan peribadi murid untuk
meneliti atau memantau tahap pemahaman murid-muridnya.
2. Beberapa Contoh Portal Online Learning yang Biasa Digunakan di Indonesia
dan Malaysia
Pasca pandemi covid 19 masuk ke Indonesia, Pemeritah mengeluarkan
kebijakan berupa suart edaran. Dalam surat edaran tersebut Kemendikbud
menginstruksikan untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dan
menyarankan para peserta didik untuk belajar dari rumah masing-masing. Penyediaan
materi kuliah yang dilakukan secara online serta materi tersebut dapat diakses oleh
siapapun yang membutuhkan dapat menjadi salah satu pelayanan pendidikan lain
yang dapat diakses melalui sarana internet.Ada beberapa aplikasi juga dapat
membantu kegiatan belajar mengajar, misalnya whatsapp, zoom, web blog, edmodo
dan lain-lain. Pemerintah juga mengambil peran dalam menangani ketimpangan
kegiatan belajar selama pandemi covid 19 ini. Melansir laman resmi Kemendikbud
RI, ada 12 platform atau aplikasi yang bisa diakses pelajar untuk belajar di rumah
yaitu (1) Rumah belajar; (2)Meja kita; (3) Icando; (4) Indonesiax; (5) Google for
education; (6) Kelas pintar; (7) Microsoft office365; (8) Quipper school (9) Ruang
guru; (10) Sekolahmu; (11) Zenius; (12) Cisco webex.
Penggunaan portal online learning di Malaysia tidak jauh beda dengan
Indonesia. Di Malaysia juga menggunakan google form, whatsapp, wordwall,
youtube, dan lain-lain.

9
DAFTAR PUSTAKA

Grapragasem, S., Krishnan, A., & Mansor, A. N. (2014). Current Trends in Malaysian Higher
Education and the Effect on Education Policy and Practice: An Overview. International
Journal of Higher Education, 3(1). https://doi.org/10.5430/ijhe.v3n1p85

Kemenristekdikti. (2016). Puspawarna Pendidikan Tinggi Indonesia, 22, 83.

Kemenristekdikti. (2014). Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Standard Pendidikan, (49),


21–23. Retrieved from http://www.kopertis12.or.id/wp-
content/uploads/2014/06/permen_tahun2014_nomor049.pdf

easyuni.com. (2018). Study in Malaysia. Easyuni.Com. Retrieved from


https://www.easyuni.com/malaysia/

Zain, N. M., Aspah, V., Mohmud, N. A., Abdullah, N., & Ebrahimi, M. (2017). Challenges
and Evolution of Higher Education in Malaysia. InterNorliza Mohd Zain, Velantina
Aspah, Nor Aina Mohmud, Normazni Abdullah, Mansoureh Ebrahimib Md Noh, N. H.
(2017). Challenges and Evolution of Higher Education in Malaysia. International. Inter.
International Journal of Islamic and Civilizational Studies, 4(1–1), 78–87. Retrieved
from https://jurnalumran.utm.my/index.php/umran/article/download/207/95%0A%0A
%0A

Suyanta. (2014). Pelaksanaan PBM dan Evaluasi. Disampaikan Dalam Workshop


Pelaksanaan PBM Dan Evaluasi STMIK Kartika Yani, Jum’at 31 Oktober 2014, 0–8.
Retrieved from http://staffnew.uny.ac.id/upload/132010438/pengabdian/pembelajaran-
di-pt.pdf

Mat Jasin, Z., & Shaari, A. S. (2012). Keberkesanan Model Konstruktivisme Lime Fasa
Needham Dalam PengajaranKomsas Bahasa Melayu. Jurnal Pendidikan Bahasa
Melayu, 2(2), 79–92.

Muhammad, S. (2015). Pengaruh model pembelajaran creative problem solving berbantuan


maple II terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis. Al-Jabar: Jurnal
Pendidikan Matematika, 6(1), 91–98.

10
11

Anda mungkin juga menyukai