Disusun Oleh:
2020/2021
1
DAFTAR ISI
MATERI ................................................................................................................................. 3
2
MATERI
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya
pelari dan curare yang berarti tempat berpacu, yang mengandung pengertian suatu
jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai dengan finish.
Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani,
yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish. Jadi
dapat diketahui bahwa jarak yang harus ditempuh yaitu berarti kurikulum dengan
muatan isi dan materi pelajaran yang dijadikan rentang waktu yang harus ditempuh oleh
siswa untuk memperoleh nilai sampai ijazah. Dengan kata lain pengertian kurikulum
tersebut digunakan dalama pendidikan, dengan pengertian yaitu sebagai rencana dan
pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajaran didik dalam
menempuh pendidikan di lembaga pendidikan.
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum yang biasa digunakan adalah manhaj, yang
berarti jalan terang yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan
kurikulum pendidikan (manhaj al-dirāsah) dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat
perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan
mengandung pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang
harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan pendidikan atau
kompetensi yang ditetapkan. Sebagai tanda atau bukti bahwa seseorang peserta didik
telah mencapai standar kompetensi tersebut adalah dengan sebuah ijazah atau
sertifikat yang diberikan kepada peserta didik.
Menurut S. Nasution, kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah
atau lembaga pendidikan beserta staf pengajaran. Selanjutnya Nasution menjelaskan
sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi
semua kegiatan yang direncanakan melainkan peristiw – peristiwa yang terjadi dibawah
pengawasan sekolah.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang
harus disampaikan oleh guru untuk dipelajari peserta didik. Dalam pengertian sempit,
kurikulum merupakan seperangkat rencana, peraturan, isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
3
mengajar disekolah. Pengertian ini menggaris bawahi adanya empat komponen dalam
kurikulum yaitu: tujuan, isi, organisasi serta strategi. Dalam pengertian yang lebih
luas, seperti yang disebutkan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa
kurikulkum adalah: “Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu”
1. Tujuan
Menurut Hummel (Uyoh Sadulloh, 1994), tujuan pendidikan secara universal
akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu:
4
b. Equity; enable all citizens to participate in cultural and economic life by
coverring them an equal basic education.
c. Survival ; permit every nation to transmit and enrich its cultural heritage
over the generation but also guide education towards mutual
understanding and towards what has become a worldwide realization of
common destiny.)
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat
dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : ” Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran
makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu
tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang
sekolah atau satuan pendidikan tertentu. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun
2006 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar
dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan
berikut.
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Tujuan pendidikan institusional dikatakan sebagai tujuan kelembagaan.
Tujuan intitusional akan membedakan setiap jenjang sekolah. Dari jenjang
SD, SMP dan SMA mempunyai tujuan yang berbeda. Begitupun dengan
5
tujuan SMA dan SMK. Sekolah SD dan MI juga walau jenjannya sama tapi
memiliki tujuan yang berbeda. SD merupakan jenis sekolah umum sedangkan
MI merupakan jenis sekolah agama. Begitupun antara SMA dan MA
memilikiberbedaan tujuan seperti SD dan MI. Tujuan pendidikan
institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler;
yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang
dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.
2. Isi
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman
belajar yang harus dimiliki peserta didik. Isi kurikulum yaitu tentang pengalaman
belajar yang harus mencakup semua aspek baik yang berhubungan dengan
pengetahuan maupun materi pembelajaran yang biasa tergambarkan pada isi
setiap materi pembelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan peserta
didik. Baik materi maupun aktivitas itu sebgaian atau seluruhnya diarahkan untuk
mencapai tujuan yang ditentukan. Komponen isi dan stuktur materi adalah suatu
materi yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan dari kulikulum yang
dikembangkan.
Dalam penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi
pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya untuk
menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-
benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi
yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan
memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
b. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik.
Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
c. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis
maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada
jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat
mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam
6
kehidupan sehari-hari.
d. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek
tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek
kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
e. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat
memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa
ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri
kemampuan mereka.
3. Strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan adalah sistem yang digunakan dalam menyampaikan
materi atau melaksanakan proses mengajar. Menurut PP No 19 Tahun 2005 Bab
IV Pasal 19 ayat 1 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memebri ruang cukup
untuk keaktifan, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan
perkembangan fiisik serta psikologi peserta didik. Permendiknas No 41 tahun
2017menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan,
guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran secara kondusif, mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari,
menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai dan
menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Pada pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Kegiatan inti
menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristis peserta didik dan
mata pelajaran yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Pada kegiatan penutup, guru bersama –sama dengan pesera didik dan atau
sendiri membuat rangkuman atau simpulan dari materi yang sudah dipelajari,
guru melakukan penilaian atau refleksi atau evaluasi terhadap kegiatan yang
7
sudah dilaksanakan sebelumnya, guru memberi umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya baik dalam
bentuk pemebelajaran remidi, pengayaan, layanan konseling atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan belajar peserta
didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
4. Evaluasi
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian
tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang
bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa : “curriculum
evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of students
toward objectives or values of the curriculum”
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan
untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai
kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas
saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Sementara
itu, Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu
meliputi ; “ objective, it’s scope, the quality of personnel in charger of it, the
capacity of students, the relative importance of various subject, the degree to
which objectives are implemented, the equipment and materials and so on.”
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi
kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum.
Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem
kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum
tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah
berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.
Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratan-
persyaratan tertentu. Dengan mengutip pemikian Doll, dikemukakan syarat-syarat
evaluasi kurikulum yaitu “acknowledge presence of value and valuing,
orientation to goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth and
validity and integration.”
8
dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi
diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan
untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes
diagnostik dan lain-lain. Sedangkan, instrumen untuk mengevaluasi dimensi
kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori, interview, catatan anekdot dan
sebagainya
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan
kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan
dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh
para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam
memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan
pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala
sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu
perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-
alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
Keempat komponen yang ada dalam kurikulum yakni: tujuan, isi, strategi
pelaksanaan, dan evaluasi saling berhubungan. Setiap komponen bertalian erat
dengan ketiga komponen lainnya. Tujuan menentukan bahan apa yang akan
dipelajari, bagaimana proses belajarnya, dan apa yang harus dinilai.
9
0
DAFTAR PUSTAKA
Ahid, N. (2006). Konsep dan teori kurikulum dalam dunia pendidikan. ISLAMICA:
Jurnal Studi Keislaman, 1(1), 12-29.
Utomo, Edy Setiyo. (2015). “Modul Telaah Kurikulum Sekolah Menengah”. Jombang
: STKIP PGRI Jombang.
10