Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN KURIKULUM

Landasan Sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum


Dosen Pengampu: Dr. Khaerudin, M.Pd

Wiwi Ulandari 9901820004

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “Landasan Sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum”. Atas dukungan

moral yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak

terimakasih kepada Bapak Dr. Khaerudin, M.Pd selaku dosen mata kuliah

Pengembangan Kurikulum yang memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada

saya.

Saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran

dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk

menyempurnakan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat terhadap pembaca.

Jakarta, April 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................................1

PENAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN...............................................................................................................3

A. Landasan Sosiologis...............................................................................................3

B. RUANG LINGKUP LANDASAN SOSIOLOGIS................................................6

C. Hubungan Sosiologi Dengan Kurikulum...............................................................8

D. Implikasi Landasan Sosiologi Dalam Pengembangan Kurikulum.......................11

BAB III...........................................................................................................................13

PENUTUP......................................................................................................................13

A. Kesimpulan...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................14

II
BAB I

PENAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangat penting dan berpengaruh pada kehidupan manusia, karena

dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Pendidikan merupakan

sarana untuk menyiapkan generasi masa kini dan masa depan. Hal ini berarti bahwa

proses pendidikan yang dilakukan pada saat ini bukan semata-mata untuk hari ini,

melainkan untuk masa depan. Dengan demikian pendidikan harus mengantisipasi apa

yang akan terjadi di masa depan, dengan membekali berbagai kompetensi yang akan

diperlukan di masa depan.

Ilmu dan pendidikan merupakan hal yang penting dalam Islam. Menuntut ilmu

tidak terbatas usia, bahkan mulai usia dini hingga tua pun kita diwajibkan untuk

menuntut ilmu. Yang diwajibkan disini adalah ilmu pendidikan, dengan belajar kita tahu

mana yang benar dan salah. Betapa pentingnya pendidikan yang patut kita pelajari dan

dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup

dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan peserta didik berasal dari masyarakat,

dididik oleh masyarakat dan akan kembali kepada masyarakat. Ketika peserta dididik

akan kembali kepada masyarakat, maka dia harus memiliki sesuatu yang

menggambarkan masyarakat kepada dirinya. Baik itu kompetensi, pengetahuan,

keterampilan, sikap serta nilai-nilai yang dapat berguna bagi masyarakat dimana dia

hidup dan tinggal.

1
Inilah mengapa, pendidikan bukan hanya sekedar pembelajaran, akan tetapi

lebih daripada itu semua. Kehidpuan masyarakat penuh dengan segala karakteristik dan

kekayaan budayanya sehingga dalam pembentukan sebuah kurikulum yang akan

dijalankan oleh peserta didik, landasan sosiologis mendapatkan tempat yang penting

selain landasan filosofis dan landasan psikologis. Dengan pendidikan, kita

mengharapkan munculnya peserta didik yang mampu membaur dan mengabdi kepada

masyarakat. Sehingga dibutuhkan sistem pendidikan yang mengerti benar bagaimana

masyarakat serta hal-hal apa yang ada didalamnya. Oleh karenanya, landasan sosiologis

sebagai landasan penting dalam pengembangan kurikulum diharapkan mampu

memenuhi kebutuhan masyarakat dengan input yang diolah oleh lembaga pendidikan di

sekolah maupun madrasah.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan landasan sosiologis?

2. Apa Ruang Lingkup Landasan Sosiologis?

3. Bagaimana hubungan sosilogi dengan kurikulum?

4. Apa Implikasi Landasan Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum?

C. Tujuan Penulisan

Setelah membaca dan mempelajari penulisan ini, pembaca diharapkan memahami :

1. Mengetahui dan memahami pengertian landasan sosiologis.

2. Mengetahui ruang lingkup landasan sosiologis.

3. Mengetahui dan memahami bagaimana hubungan sosiologi dengan kurikulum.

4. Mengetahui Implikasi Landasan Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum.

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Sosiologis

Konsep pendidikan tidak dapat lepas dari masyarakat. Pendidikan yang

tepat bagi peserta didik adalah pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Dalam perspektif Sosiologi, banyak

ditemukan konsep dan pengertian pendidikan. Sosiologi merupakan ilmu

pengetahuan positif yang mempelajari masyarakat. Sosiologi mempelajari

berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realita sosial. Sosiologi lahir

pada abad ke-19 di Eropa, karena terjadinya pergeseran pandangan tetang

masyarakat, sosiologi sendiri berasal dari ilmu filsafat, yang kemudian keluar

dan menjadi ilmu yang mandiri, yang disebut sosiologi. Sosiologi pertama kali

diperkenalkan oleh August Comte pada tahun 1839.

Dalam mengambil keputusan tentang kurikulum para pengembang harus

mempertimbangkan kondisi riil dan keragaman budaya (multikulturalisme)

dalam masyarakat. Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara

dua individu bahkan dua generasi yang memungkinkan generasi muda

memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di

lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian

sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan

perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang

sosiologi pendidikan.

4
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial

dan pola-pola interaksi sosial di dalam sisitem pendidikan. Secara terminologi

landasan sosiologis pengembangan kurikulum mempunyai arti asumsi-sumsi

yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan

kurikulum. Landasan sosial budaya dalam pengembangan kurikulum bertujuan

untuk menyesuaikan masing-masing perbedaan, baik dari segi sosial maupun

segi budaya dan kultur yang ada di masyarakat sehingga terjalin keseimbangan

dalam kegiatan pembelajaran.

Isi pendidikan (kurikulum) adalah kebudayaan manusia yang senantiasa

berkembang. Baik kebudayaan universal seperti sistem bahasa, sistem

pengetahuan, agama/sistem religi, sistem mata pencaharian/teknologi, organisasi

sosial, kesenian maupun kebudayaan khusus yang sesuai dengan masyarakat

setempat. Kebudayaan universal terutama bahasa, religi dan sistem pengetahuan

serta teknologi adalah unsur-unsur utama isi kurikulum secara universal.

Sedangkan isi kebudayaan khusus masuk sebagai isi kurikulum dalam bentuk

kurikulum muatan lokal.

Dari sudut pandang sosiologis, dalam sistem pendidikan serta lembaga-

lembaga pendidikan terdapat bahan yang memiliki beragam fungsi bagi

kepentingan masyarakat :

a. Mengadakan revisi dan perubahan sosial

b. mempertahankan kebebasan akademis dan kebebasan melaksanakan

penelitian ilmiah

c. Mendukung dan turut memberi kontribusi kepada pembangunan

5
d. Menyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai tradisional serta

mempertahankan status quo

e. Mengekploitasi orang banya demi kesejahteraan golongan elite

f. Mewujudkan revolusi sosial untuk menghilangkan pengaruh-pengaruh

pemerintahan terdahulu

g. Mendukung kelompok-kelompok tertentu, antara lain kelompok militer,

industri, atau politik

h. Menyebarluaskan falsafah, politik dan kepercayaan tertentu

i. Membimbing dan mendisiiplinkan jalan pikiran generasi muda

j. Mendorong dan mempercepat laju kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi

Para pengembang kurikulum itu sendiri memiliki tugas untuk mempelajari

dan memahami kebutuhan masyarakat sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

Undang, Peraturan, Keputusan Pemerintah dan lain-lain; menganalisis

masyarakat dimana sekolah berada, menganalisis syarat dan tuntutan terhadap

tenaga kerja; menginterpretasi kebutuhan individu dalam runag lingkup

kepentingan masyarakat. James W. Thornton mengatakan bahwa setidaknya ada

empat kelompok kekuatan sosial yang mempengaruhi kurikulum. Diantaranya :

a. Kekuatan sosial yang resmi, terdiri dari : pemerintah suatu negara, melalui

UUD dan ideologi negara; pemerintah daerah melalui kebijakannya;

perwakilan departemen pendidikan setempat.

b. Kekuatan sosial setempat, terdiri dari: yayasan yang bergerak dibidang

pendidikan; kerukunan atau persatuan keluarga sekolah-sekolah sejenis;

6
perguruan tinggi; persatuan orang tua murid; penerbit buku-buku belahar;

media massa; adat kebiasaan masyarakat setempat.

c. Organisasi profesional, seperti persatuan guru, dokter dan ahli hukum.

d. Kelompok atau organisasi yang bergerak berdasarkan kepentingan tertentu,

seperti kelompok patriotik dan sebagainya.

B. RUANG LINGKUP LANDASAN SOSIOLOGIS

1. Sistem Masyarakat

Pada dasarnya masyarakat adalah sebuah sistem yang memiliki tiga

subsistem, yaitu subsistem budaya (culture system), subsistem sosial (social

subsystem), dan subsistem kepribadian (personality subsystem). Sistem

budaya berisi nilai-nilai, norma, pengetahuan dan kepercayaan atau

keyakinan hidup yang dianut bersama (shared). Dalam sistem sosial terdapat

struktur peran, yaitu perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh

seseorang sesuai dengan status sosialnya. Sosiologi mengenal dua kategori

status sosial yaitu (a) ascribed status, yaitu status yang diperoleh sejak lahir

atau sebagai akibat perkembangan usia, seperti laki-laki atau perempuan,

bangsawan atau rakyat jelata, rahmana atau ksatria, sebagai anak-anak atau

orang dewasa. (b) achieved status , yaitu status yang diperoleh karena hasil

usaha orang yang bersangkutan, seperti dosen, guru, karyawan, pimpinan

perusahaan, dokter, advokat, dan pemain bola.

Hasil penelitian Alex Inkeles di enam negara Asia, Afrika dan

Amerika Latin menggambarkan karakteristik kepribadian manusia modern

sebagai berikut:

7
a. Mau menerima ide atau gagasan dan pengalaman baru serta terbuka

untuk perubahan dan pembaharuan

b. Mampu mengeluarkan pendapat mengenai berbagai persoalan pribadi

atau orang lain. Ia tidak tunduk begitu saja terhadap pendapat orang

lain.

c. Percaya pada keampuhan ilmu pengetahuan dan ilmu pengobatan

modern, tidak tinggal pasif dan menyerah pada nasib dalam

menghadapi persoalan hidup

d. Mempunyai ambisi bagi dirinya dan bagi anak-anaknya untuk memiliki

lapangan kerja dan pendidikan yang lebih baik

e. Tepat waktu dan menyusun rencana kerja untuk masa yang akan datang

f. Memperlihatkan perhatian yang serius terhadap masalah-masalah sosial

dan ikut andil didalamnya

g. Berusaha untuk mengikuti berita-berita Nasional dan Intenasional

2. Pendidikan Dan Perubahan Sosial

Struktur sosial meliputi pola pengaturan status dan peran-peran yang

berkaitan satu sama lain, sedangkan interaksi sosial adalah proses saling

berhubungan dan saling mempengaruhi anatar seorang warga dengan warga

lainnya. Isu perubahan banyak juga digunakan dalam rangka promosi suatu

jabatan, mulai dari pemilihan calon pejabat politisi. Artinya perubahan

bukan saja milik masyarakat di suatu daerah melainkan milik masyarakat

nasional bahkan dunia.

Berbagai perubahan sosial pada gilirannya akan berdampak

terhadap peran pendidikan. Pendidikan akan berperan ganda, disatu

8
pihak pendidikan sebagai pelaku konservasi (agent of conservation)

tetapi dilain pihak pendidikan sebagai pelaku perubahan (agent of change

). Berbagai peran pendidikan dalam perubahan sosial menimbulkan

fenomena baru yang perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak

terkait. Dasar pemikirannya adalah:

a. Banyak orang dari orang desa agraris yang mampu menyekolahkan

putra-putrinya ke kota dalam bidang non agrikultur. Setelah lulus

anak-anak tersebut tidak mau lagi pulang ke desanya karena merasa

tdak cocok lagi berada di lingkungan desa yang agrarid tersebut.

Orang tua pun berfikir yang sama dengan anaknya. Orang tua

berharap anak-anaknya dapat bekerja di kantor atau perusahaan yang

lebih produktif dan terhormat, sehingga terjadilah urbanisasi.

b. Masyarakat yang cenderung hanya ingin memperoleh gelar

akademik mulai dari tingkat sarjana, magister sampai doktor, bahkan

ada juga yang ingin membeli jabatan fungsional dosen yaitu guru

besar (profesor) dengan cara apapun.

c. Dengan masyarakat yang sedang dan terus berkembang seperti

Indonesia, pendidikan formal bergerak mengikuti perkembangan

masyarakat, bukan membimbing atau menuntut perkembangan

masyarakat. Fungsi pendidikan hanya bersifat adaptif, yaitu

memberikan kemampuan beradaptasi terhadap suatu keadaan.

Artinya, ada agen perubahan lainnya yang lebih efektif dibandingkan

pendidikan, mungkin komunikasi atau proses difusi.

9
C. Hubungan Sosiologi Dengan Kurikulum

Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang memiliki lapangan

penyelidikan, sudut pandang, metode, serta sususan pengetahuan dan objeknya

adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. Sedangkan kurikulum adalah

situasi kelompok yang tersedia bagi guru dan pengurus sekolah (administrator)

untuk membuat tingkah laku yang berubah di dalam arus yang tidak putus-putus

dari anak-anak dan pemuda yang melalui pintu sekolah.

Pada zaman dahulu waktu manusia masih hidup pada kelompok-

kelompok

kecil dan sederhana, pendidikan anak-anak untuk kehidupannya dalam

masyarakat itu diselenggarakan di luar sekolah. Segala sesuatu yang perlu bagi

pendidikannya diperoleh anak-anak dari orang-orang disekitar lingkungannya

tanpa pendidikan formal disekolah. Mereka hanya meniru dan mengikuti

kelakuan dan cara-cara orang dewasa, sehingga mereka pandai mengolah tanah,

memancing, dan berburu.

Kurikulum mata pelajaran yang tradisional, awal mulanya di abad

pertengahan, yang dikenal dengan sebutan “seven liberal arts” (tujuh

pengetahuan umum). Oleh St. Augustine didalam bukunya “Retraction”

(1998:167) menyebutkan dengan tujuh disiplin (seven discipline). Seven liberal

arts tadi bukanlah sekedar suatu latihan mata pelajaran, tetapi berkaitan erat

dengan peranan dan fungsi seseorang setidak-tidaknya dalam tiga profesi

penting. Dari ketujuh disiplin (disebut trivium), pada dasarnya merupakan telaah

bahasan, yaitu terdiri dari tata bahasa, retorika, logika atau dialektika. Trivium

tersebut merupakan prasyarat untuk melanjutkan keempat disiplin berikutnya.

10
Keempat disiplin berikutnya (disebut quadrivium), yaitu ilmu hitung, geometri,

astronomi, dan seni musik. Akan tetapi setelah masyarakat mengalami

perubahan dan kemajuan, maka pendidikan seperti itu tidak serasi lagi, anak-

anak harus memiliki berbagai macam keterampilan dan sejumlah besar

pengetahuan agar hidupnya terjamin. Dengan perkembangan zaman tersebut

untuk membekali siswa maka harus ada sosiologi kurikulum yang tinggi.

Dalam sejarah perkembangannya yaitu setelah abad ke-17, kurikulum

juga sudah mulai menyebar kepada pembicaraan mengenai metode

pembelajaran. Sebagaiamana diketahui, pada kurikulum tradisional begitu

mapannya metode tradisional seperti dikte, menghafal, dan meniru.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Locke, dimana dia menginginkan

berkurangnya kurikulum tradisional. Namun, setelah berakhirnya reformasi pada

tahun 1832 terjadi sebuah kebutuhan yang meningkat terhadap sekolah yang

bertipe komersial, dimana mata pelajaran tersebut dilengkapi dengan hal-hal

yang jelas dan bermanfaat untuk usaha bisnis.

Menurut Toffler (1980:29-30) mengkategorikan gelombang kehidupan

masyarakat dunia dibagi tiga, yaitu :

1. Pola Hidup Masyarakat Bertani misalnya bercocok tanam, berburu,

memancing. Keadaan peradaban meraka masih primitive dan tradisi

kehidupan meraka sangat sederhana. Pola kehidupan mereka nomaden atau

berpindahpindah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya tergantung

kesuburan tanah sebagai tempat tinggal mereka.

2. Pola hidup masyarakat industri bergantung pada hasil industry dan lebih

maju dibandingkan dengan masyarakat pola hidup bertani. Kehidupan

11
mereka sudah modern baik pola makan, minum, berpakaian,maupun tempat

tinggal serta alat transportasi. Sejak saat itulah lahirlah masyarakat baru

yang di kuasai oleh kemajuan teknologi. Masyarakat ini disebut Teokrasi.

Masyarakat Teokrasi adalah masyarakat yang didasarkan pada kemajuan

ilmu pengetahuan dan terkonologi yang nyata telah mengubah dan

memperbaiki taraf kehidupan masyaraka

3. Pola hidup masyarakat teknologi komunikasi ini lebih maju daripada pola

hidup masyarakat yang kedua. Teknologi yang digunakan adalah teknologi

komunikasi yang serba canggih sehingga hubungan antar manusia

diberbagai belahan dunia bukan menggunakan alat transportasi seperti

mobil, kereta api ataupun kapal terbang, melainkan menggunakan tv, hp,

internetan dan lain sebagainya.

Jadi hubungan sosiologi dengan kurikulum yaitu ada peran sosiologi

terhadap kurikulum itu sendiri, dengan tujuan agar siswa atau masyarakat dapat

bersosialisi lebih luas untuk mendapatkan pengaruh tekanan masyarakat

terhadap pendidikan dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang beraku

dalam masyarakat.

Dalam studi antropologi dan sosiologi akan ditemukan sejumlah pengertian

“kebudayaan” antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, Selo

Sumarjan dan Sulaiman Sumardi merumuskan bahwa kebudayaan adalah hasil

dari karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi

dan kebudayaan kebendaan. Rasa meliputi jiwa manusia yang diwujudkan dalam

norma-norma dan nilai-nilai, dan cipta merupakan pikiran orang-orang dalam

hidup bermasyarakat.

12
D. Implikasi Landasan Sosiologi Dalam Pengembangan Kurikulum

1. Pengembangan kurikulum harus memperhatikan nilai-nilai, norma,

pengetahuan, kepercayaan dan keyakinan yang ada di dalam masyarakat.

Tidak hanya itu pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan bentuk

perilaku seseorang berdasarkan status sosialnya dan karakteristik

kepribadian manusia modern.

2. Pengembangan kurikulum disusun dengan memanfaatkan media

pembelajaran yang modern sehingga siswa betul-betul menyenangi dan

menguasai materi (kurikulum) yang disampaikan sebagai bekal mereka

untuk menghadapi masalah-masalah aktual di masyarakat dan meningkatkan

taraf hidup mereka.

3. Pengembangan kurikulum harus disusun secara terpadi, sistematik,

komprehensif dan holistik untuk melakukan reorientasi dan reorganisasi

kurikulum sehingga pendidikan itu dapat berfungsi sebagaimana mestinya,

baik melalui kajian-kajian teoritik maupun empirik.

4. Pengembangan kurikulum harus memperhatikan unsur-unsur pendidikan

informal seperti peran orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam

memberikan pendidikan kepada anak-anaknya.

5. Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan kepentingan peserta

didik pada masa yang akan datang, antara lain sebagai calon ayah atau calon

ibu yang akan mendidik putra-putrinya.

13
6. Pengembangan kurikulum harus dapat membekali kemampuan yang cukup

kepada peserta didik agar ia menyadari sepenuhnya peran penting sebagai

orang tua dalam mendidik putra-putrinya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara terminologi landasan sosiologis pengembangan kurikulum

mempunyai arti asumsi-sumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik

tolak dalam pengembangan kurikulum. Landasan sosial budaya dalam

pengembangan kurikulum bertujuan untuk menyesuaikan masing-masing

perbedaan, baik dari segi sosial maupun segi budaya dan kultur yang ada di

masyarakat sehingga terjalin keseimbangan dalam kegiatan pembelajaran.

Ruang lingkup dalam landasan sosiologis adalah sistem masyarakat dan

perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam artian, pendidikan harus

mampu memenuhi apa yang masyarakat inginkan tanpa menghilangkan nilai-

nilai dari tujuan pendidikan itu sendiri.

Implikasi landasan sosiologi dalam pengembangan kurikulum adalah:

Pengembangan kurikulum harus memperhatikan nilai-nilai, norma, pengetahuan,

kepercayaan dan keyakinan yang ada di dalam masyarakat; Pengembangan

kurikulum disusun dengan memanfaatkan media pembelajaran yang modern;

Pengembangan kurikulum harus disusun secara terpadi, sistematik,

komprehensif dan holistik untuk melakukan reorientasi dan reorganisasi

kurikulum; Pengembangan kurikulum harus memperhatikan unsur-unsur

pendidikan informal seperti peran orang tua dan anggota keluarga.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2013).

Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek), (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2007).

Raharjo, Rahmat, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Baituna Publishing,

2012).

Sudjana, Nana, Pembinaan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung:

CV. Sinar Baru, 1991).

Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan

Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010).

Zaini, Muhammad, Pengembangan Kurikulum (Konsep Implementasi dan

Inovasi), (Yogyakarta: Teras, 2009).

16

Anda mungkin juga menyukai